Pelarangan memakai cadar di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, menjadi viral. Hal tersebut memicu berbagai pendapat dari tokoh-tokoh Muslim.
Apakah berhijab dan bercadar menurut Islam itu menjamin hidup suci, sehingga ibadah kita diterima Allah?
Bercadar Boleh!
Menurut Ketua MUI Ma’aruf Amin, memakai cadar “. . . Secara Islam boleh . . .” Alwi Shihab –mantan Menteri Agama Indonesia – mengatakan, “Mau pakai cadar silakan, mau pakai normal hijab silakan, bahkan yang tidak pakai juga silakan. . .” Kedua tokoh ini memperbolehkan, tapi tidak mewajibkan.
Ulama Islam: Cadar Bukanlah Perintah Agama!
Ketua PBNU KH Said Aqil Siroj menerangkan: “Yang jelas cadar itu bukan ibadah, bukan perintah agama. Budaya. Budaya Arab . . .” tegasnya (Jumat, 9/3).
H. Sumanto Al Qurtuby, dosen di sebuah universitas di Arab Saudi menjelaskan “. . . cadar (khususnya jenis ‘niqab’) dianggap sebagai ‘tradisi dan budaya jazirah Arab’ . . . hijab dan cadar (niqab, burqa, khimar, dlsb) yang sudah lama dipraktekan oleh masyarakat Assyria pada tahun 5.000 sM [sebelum Masehi] . . . di zaman pra-Islam . . .”
Murtadha Muthahhari, penulis buku Hijab Gaya Hidup Wanita Muslimah menjelaskan bahwa pemakaian hijab sudah ada sejak zaman India, Persia, dan Yunani kuno.
Jelaslah hijab, cadar, niqab, burqa, dan khimar adalah budaya non-Islam. Bolehkah kita menganggapnya sebagai perintah Allah? Sampaikan jawabanmu dan alasannya di sini!
Wahyu Allah Mengenai Cadar dan Hidup Suci
Kerinduan umat beragama untuk berkenan kepada Allah itu baik. Tapi menjadi salah jika kita menganggap pakaian tertentu – termasuk cadar, hijab, dsb. – lebih Allah terima daripada pakaian lainnya.
Memang kita wajib berpakaian sopan ketika beribadah, tapi Allah tidak pernah memerintahkan berpakaian tertentu untuk berkenan kepada-Nya.
Justru kepada Adam dan Hawa, Allah memerintahkan untuk hidup suci, menaati Dia. Juga, “TUHAN berfirman kepada Musa: . . . Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus’” (Taurat, Imamat 19:1-2).
Jelas pakaian apapun tidak dapat mencegah kita berbuat dosa, bukan? Namun ada Pribadi yang berkuasa menyucikan segala dosa sehingga kita berkenan kepada Allah.
Rahasia Hidup Suci dan Diterima Allah
Meski taat beribadah, kita masih sering berbuat dosa. Seperti bicara kotor, benci, marah, sombong, menipu, dan sebagainya. Jika demikian bagaimana kita dapat hidup suci?
Kitab Allah menyaksikan, “. . . Kristus [Isa Al-Masih] . . . telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup” (Injil, Surat Ibrani 9:14).
Maukah Anda percaya pada Isa dan menjadi pengikut-Nya? Ia berkuasa menyucikan segala dosa tersembunyi Anda supaya Allah pasti menerima ibadah Anda! Lagi Anda akan menerima hidup kekal dan menghindari api neraka. Jika Anda ingin disucikan dari dosa dan menerima hidup kekal, hubungi kami di sini.
[Staf Isa Islam Dan Kaum Wanita – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa Islam Dan Kaum Wanita.]
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Bercadar menurut Islam – maksudnya sebagian umat Islam – adalah perintah agama, namun faktanya itu berasal dari budaya non-Islam. Apakah pendapat Anda akan hal ini?
- Mengapa hidup suci jauh lebih penting daripada sekedar pakaian seperti hijab, cadar dsb.?
- Selain Isa Al-Masih, bagaimanakah cara menyucikan diri kita dari segala dosa kita?
Berikan pandangan Anda.
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Berikut ini dua link yang berhubungan dengan artikel “Bercadar Menurut Islam”. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
~
Berhijab itu bukan persoalan sucinya hati atau sholeha tidaknya seorang wanita. Namun agar tidak menimbulkan dosa bagi lawan jenisnya.
Mengapa Yesus memerintahkan mencungkil mata kalau melihat wanita dengan nafsu? Karena lewat pandanganlah orang bisa terangsang. Untuk itu, guna menghindarinya dalam Islam, wanita diperintahkan menutup semua auratnya. Jika bibir yang sensual dapat menyebabkan ransangan, tutuplah dengan cadar. Kasihan laki-laki, bahkan dengan berkhayal pun sudah masuk dalam katagori zinah.
~
Sdr. Gandhi Waluyan,
Terimakasih untuk kunjungan Anda pada artikel ini. Anda benar bahwa zinah pun sudah diperhitungkan sebagai dosa sejak muncul dalam hati dan pikiran, meski belum nyata dalam tindakan. Itu sebabnya (sebagaimana Anda singgung) Yesus/Isa menghendaki kita mawas diri (“mencungkil mata” sebagai kiasan), bukannya menyalahkan pihak lain atau melempar tanggungjawab kepada orang yang kita sangka memicu dosa kita. Maksud perintah Yesus ini sangat jelas. Sebab Ia tidak memerintahkan agar wanita “disembunyikan” dari pandangan pria, tapi justru pria itulah yang harus menjaga hati dan pikirannya agar dosa zinah tidak terjadi.
Maka, jika wanita diperintahkan berhijab, apalagi bercadar hanya agar pria tidak berpikiran zinah, bukankah hal ini tidak mengajarkan kedewasaan rohani? Sama halnya dengan melempar kesalahan atau tanggung jawab kepada pihak lain atas dosa yang terjadi pada diri sendiri. Bukankah ini kekanak-kanakan? Mungkinkah perintah seperti ini berasal dari Allah? Sedangkan Allah Maha Adil, Ia menuntut pertanggungjawaban penuh dari para pelaku dosa?
~
Yuli
~
Untuk Gandhi Waluyan,
Betul, Yesus memerintahkan mencungkil mata kalau melihat wanita dengan nafsu. Yesus tidak memerintahkan wanita untuk menutupi apapun. Di sini saya melihat ajaran Yesus yang sungguh benar. Bahwa siapapun baik pria maupun wanita harus hidup dengan penuh kesucian seperti kehendak Allah. Jadi menyalahkan salah satu bukanlah hakikat Allah.
Jikalau Saudara sungguh-sungguh menjalani perintah Yesus, niscaya segala godaan apapun akan terhindarkan. Saya tidak percaya apa yang dikatakan nabi Muslim, Muhammad, bahwa penghuni neraka kebanyakan wanita, dan derajat wanita di bawah laki-laki. Sungguh bukan suatu yang adil, sekaligus sudah nyata ini ajaran di luar kemahaadilan Allah.
~
Sdri. Mimie,
Apa kabar? Lama juga Anda tidak bergabung di forum ini. Terimakasih telah menyempatkan diri lagi untuk mampir di sini. Kami senang sekali.
Apa yang Anda sampaikan sangat logis berkaitan dengan ajaran Yesus (Isa Al-Masih) tentang bagaimana hidup dalam kesucian untuk menghindari dosa zinah. Hal ini sejalan dengan keseluruhan hakikat Allah yang kudus, sekaligus Maha Adil dalam segala keputusan-Nya.
Kiranya setiap pembaca dapat merenungkan hal ini lebih dalam agar memiliki pengenalan yang benar terhadap Allah yang sejati. Dengan demikian dapat hidup benar sebagaimana Allah kehendaki. Bukankah kehendak mulia-Nya selalu yang terbaik bagi kita?
~
Yuli
~
Saya salut dengan alasan yang Anda sampaikan, bahkan meskipun sudah ada perintah dalam Alkitab baik PL maupun PB agar wanita menutup aurat. Namun karena godaan syaitan, ajaran itu diabaikan.
~
Sdr. Gandhi Waluyan,
Tentang kitab PL (Perjanjian Lama – Kitab Kejadian 24 tentang Ribka bertelekung) yang Anda jadikan rujukan perintah hijab, sudah kami luruskan di kolom sebelumnya, bahwa hal itu hanya tradisi masyarakat saat itu, bukan perintah Allah.
Sedangkan dalam PB, tradisi wanita berkerudung untuk membedakan statusnya sebagai wanita “baik-baik”, bukan tunasusila atau penyembah berhala (waktu itu ditandai dengan berambut pendek tanpa penutup kepala).
Maka, mari pertimbangkan ulang. Apakah Allah tidak Maha Adil sehingga Ia mengharuskan wanita berkerudung, yakni aturan yang menimpakan kesalahan dan tanggungjawab kepada wanita atas dosa zinah pria? Apakah Ia bukan Allah yang Maha Tahu dan Suci sehingga mengizinkan pria mengumbar nafsunya?
~
Yuli
~
Saya jadi berpikir, apakah Tuhan menciptakan wanita hanya sebagai syaitan penggoda? Padahal antara laki-laki dan perempuan memiliki hak dan tanggung jawab yang sama.
Saya pernah mrmbaca Perjanjian Lama di kitab Kejadian, bahwa ada seorang wanita begitu tahu ada yang datang, dia langsung menggunakan telekung. Telekung di sini adalah jilbab panjang yang sampai ke kaki. Artinya perintah berhijab ini jika datang dari Allah yang sama, pasti tetap sama. Setiap perintah pasti ada manfaat, baik lahir maupun bathin. Mengikuti perintah Sang Maha Pencipta saja enggan, bagaimana bisa menyucikan hati?
~
Sdr. Gandhi Waluyan,
Yang Anda maksud tentang kisah dalam kitab Kejadian tentulah kisah Ribka, calon pengantin Ishak (Kejadian 24). Mari cermati ayat 1 s/d 64. Seandainya telekung (kerudung) adalah perintah Allah untuk menutup aurat wanita (seperti anggapan Anda), mengapa saat keluar rumah, bahkan saat menemui hambanya Abraham yang notabene pria (apalagi belum pernah dikenalnya), Ribka tidak mengenakan telekung? Mengapa baru dikenakannya ketika akan bertemu Ishak, calon suaminya? Jawabannya karena [u]tradisi[/u] saat itu mengharuskan wanita bertelekung di hadapan calon suaminya sebagai tanda ia akan tunduk kepada sang suami. Jadi bertelekung adalah tradisi, bukan perintah Allah untuk menutup aurat wanita.
Saudaraku, Anda benar bahwa pria maupun wanita punya hak dan tanggungjawab yang sama. Itu sebabnya salah besar bila kita beranggapan wanita itu setan penggoda pria sehingga harus bertanggungjawab atas dosa zinah pria dengan cara wajib berhijab. Pemikiran semacam ini bermaksud menghindarkan diri dari tanggungjawab pria atas dosa kegagalannya mengendalikan nafsu. Sangat tidak logis, bukan?
~
Yuli
~
Hallo Mbak Yuli,
Saya tidak akan pernah lupa situs ini. Jarang masuk tapi pantau terus. Kebetulan ini artikel bagus dan ada hubungan erat dengan pertobatan saya dulu. Dan pengunjung juga cukup ramai. Jika saya baca postingan pengunjung, sebenarnya tidak heran, sama seperti saya dulu.
~
Halo Sdr. Mimie,
Terimakasih untuk perhatian Anda pada situs kami. Kami senang atas kesediaan Anda membagikan pertobatan yang tentu diawali dengan berbagai pergumulan atas ajaran-ajaran keyakinan Anda semula. Dengan membagikannya di forum ini, kiranya rekan-rekan Muslim juga tergugah untuk mempertimbangkannya lebih dalam, sungguhkah ajaran yang mereka terima berasal dari Allah yang Maha Benar?
~
Yuli
~
Singkat saja pertanyaan saya ini: Apakah Allah menciptakan manusia lalu diberi pakaian?
Saya masih ingat satu ayat Al-Quran dalam Qs 33:59
“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang Mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu, supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang.”
Ayat ini sungguh meragukan. Mengapa Allah baru menurunkan wahyunya pada saat nabi Muslim sudah punya banyak istri? Bukankah Islam mengajarkan bila Adam dan Hawa sudah disebut Muslim dan beragama Islam? Bukankah Al-Quran dianggap sudah ada dan tidak ada sedikitpun beda hingga sekarang?
Untuk umat Muslim, saya tidak mengajak anda menjadi Kristen, sebab agama tidak menyelamatkan. Tapi coba renungan dengan akal pikiran jernih. Allah manakah yang punya kepastian dan kasih sejati?
Al-Quran mengatakan Isa Al-Masih terkemuka di bumi dan di surga. Juga disebut kalimat Allah. Isa Al-Masih telah memberikan kasih setia-Nya dengan gratis. Tinggal terserah Anda. Isa Al-Masih bersabda: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil Yohanes 14:6).
Wassalam.
~
Sdri. Mimie,
Pertanyaan-pertanyaan Anda sangat baik untuk menjadi bahan pertimbangan, khususnya bagi rekan-rekan Muslim. Seandainya benar berhijab adalah perintah dari Allah, mengapa Allah tidak memerintahkan sejak semula kepada manusia pertama, Adam dan Hawa?
Kiranya pertanyaan Anda juga menolong rekan-rekan Muslim merenungkan lebih dalam untuk mengenal siapakah Allah yang Maha Benar dan Maha Penyayang itu. Dan juga bagaimana karakter serta semua yang Isa Al-Masih lakukan memenuhi sepenuhnya sifat-sifat Allah sejati.
~
Yuli
~
Menurut Injil, wanita mesti berhijab. Cek 1 Korintus 5 – 6. Awas, orang Kristen yang tidak memakai hijab akan dibotakkan kepalanya.
~
Sdr. Aa,
Sebelum memberi saran kepada orang lain, alangkah lebih baiknya bila sang pemberi saran lebih dulu menerapkannya supaya dapat mempertanggungjawabkan kebenaran saran yang diberikan. Maka, silakan Anda baca dulu Surat 1 Korintus 5 – 6 sebagaimana Anda sarankan. Silakan periksa dan pastikan, benarkah ada perintah berhijab di sana?
~
Yuli
~
Jika kafir Kristen pemuja Yesus percaya pakaian apa pun tidak akan dapat mencegah dari perbuatan dosa, mengapa kalian tidak telanjang saja seperti hewan?
~
Sdr. Menjawab Kristen,
Menurut Anda, mengapa dengan wanita yang berbusana sopan pun, sebagian pria tidak dapat mengendalikan nafsunya hingga tidak sedikit yang jatuh ke dalam dosa zinah? Bahkan, tanpa kehadiran nyata dari sosok wanita pun di hadapan mereka, dosa zinah masih terjadi juga! Mengapa bisa demikian? Apa penyebabnya?
Isa Sang Firman bersabda: “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.” (Injil Matius 15:19). Jadi bisakah busana jasmaniah mencegah dosa yang telah bersarang di hati?
~
Yuli
~
Yesus memerintahkan mencungkil mata tentu saja sangat adil. Mengapa? Karena kita tahu kesalahan kita dan berusaha untuk memperbaikinya. Jika wajah cantik, atau bibir kami menarik nafsu Snda kaum Adam, bagaimana dengan kalian sendiri? Apakah kami juga tidak bisa bernafsu melihat kalian? Mengapa harus kami saja para wanita yang menutup aurat? Mengapa kalian tidak? Mengapa hanya kami kaum wanita yang memakai hijab? Mengapa kalian tidak memakainya jika hal itu dijadikan alasan sebagai penghalang nafsu?
~
Intisari pertanyaan Sdr. Dream perlu kita perhatikan. Kontrol dari pihak luar tidak akan pernah menyelesaikan masalah internal seseorang. Contohnya, seorang penderita diabetes yang susah mengendalikan nafsu makannya. Menutup tempat makan, toko roti, warung di dekat rumahnya, dst, jelas bukan solusi. Sebab selama nafsu makannya tidak dikendalikan, ia akan mencari berbagai cara lain untuk memuaskan hasratnya, bukan? Akibatnya, gula darah makin tinggi dan ia mengalami penyakit komplikasi lainnya.
Begitu pun dosa seksual. Sehebat apapun sistem kontrol dari luar dibentuk (seperti hijab, bahkan burqa wajib dikenakan wanita), jika tidak ada pengendalian nafsu dari masing-masing orang, dosa seksual masih terjadi. Bukankah tidak ada satu pun sistem kontrol eksternal yang bisa mengendalikan fantasi liar seseorang? Itu sebabnya dalam pengajaran-Nya, Isa Al-Masih memberikan perintah kiasan yang inti dasarnya “pengendalian diri”, bukan melempar tanggung jawab pada pihak luar untuk menghindarkan kita dari dosa: “Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya , sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu …” (Injil Matius 5:27-29).
~
Yuli
~
Sebelum menyuruh wanita berhijab merenungkan mana Allah yang lebih Penyayang, alangkah baiknya jika membaca ayat Al-Quran, dibaca juga sebab turunnya ayat tersebut (asbabul nuzul). Terimakasih.
~
Sdri. Vika,
Terimakasih untuk kesediaan Anda bergabung di forum diskusi ini. Mengenai komentar Anda, mohon Anda klarifikasi apakah benar tanggapan Anda berkaitan dengan isi komentar dari Sdri. Mimie? Jika ya, kami persilakan Anda menggunakan kesempatan yang baik ini untuk menjelaskan sebab turunnya ayat (asbabul nuzul) Qs 33:59 yang Sdri. Mimie kutip. Dengan demikian kita bisa mendiskusikannya lebih lanjut, sejauh mana latar belakang ayat tsb dapat menjelaskan hijab sebagai perintah Allah. Kami tunggu penjelasan Anda.
~
Yuli
~
Sama halnya dengan bertanya sbb: Bila sudah percaya telah ditebus dosanya oleh Yesus maka cukup berdoa saja kepada Yesus sudah pasti dijamin selamat masuk ke surga, begitukah?
~
Sdr. Daandiet,
Apa yang membuat kita sulit lepas dari dosa? Karena hati kita telah diliputi dosa. Membersihkan hati dengan usaha sendiri mustahil. Karena setiap angan, sikap dan tindakan kita bersumber dari hati. Jadi bagaimana mungkin hati yang kotor membuahkan tindakan bersih? Maka diperlukan pertolongan pihak lain yang berotoritas. Hanya Allah yang berkuasa membersihkan hati kita karena kita ini ciptaan-Nya. Itu sebabnya Allah Maha Pengasih nuzul ke dunia. Dialah Isa Al-Masih, Allah yang berkenan menggantikan hukuman dosa kita supaya kita selamat ke sorga, sekaligus menyucikan hati dari dosa agar hidup dalam kebenaran: “…. Kristus [Isa Al-Masih] … telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup” (Kitab Allah, Surat Ibrani 9:14).
Nah, bersediakah hati Anda disucikan dari dosa, hidup dengan hati yang baru dalam kebenaran Allah, dan menerima kepastian akhirat yang membahagiakan (sorga)? Hanya Isa Al-Masih yang bisa melakukannya bagi Anda.
~
Yuli
~
Yuli, kalau begitu kamu ke pasar pakai celana dalam saja. Yang penting hati kamu suci.
~
Saudara Lipang Chang,
Yang disampaikan dalam artikel di atas adalah bahwa kita wajib berpakaian sopan ketika beribadah. Jadi jelas tidak sopan bila ke pasar hanya memakai celana dalam, bukan? Namun tidak menganggap pakaian tertentu – termasuk cadar, hijab, dsb. – lebih Allah terima daripada pakaian lainnya. Jelas pakaian apapun tidak dapat mencegah kita berbuat dosa, bukan? Bagaimana menurut saudara?
Namun Kitab Allah menyaksikan, “. . . Kristus [Isa Al-Masih] . . . telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup” (Injil, Surat Ibrani 9:14).
~
Daniar