• Skip to secondary menu
  • Skip to content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
Isa Islam Dan Kaum Wanita
  • Awal
  • Maksud Situs Ini
    • Kebijakan Privasi
    • Tentang Kami
    • Kaum Wanita, Isa, Dan Al-Fatihah
    • Renungan Singkat Isa, Islam dan Kaum Wanita
    • Kebijakan dalam Membalas E-Mail
  • Jalan Keselamatan
    • Jalan Ilahi Menuju Ke Sorga
    • Doa Keselamatan
    • 4 Hal Yang Allah Ingin Anda Ketahui
  • Topik
  • Artikel
  • Hubungi Kami
    • Permohonan Doa
    • Pokok Doa
Isa Islam Dan Kaum Wanita > Topik > Gaya Hidup > Mana Lebih Penting, “Berhijab Ataukah Hati Yang Suci?”

Mana Lebih Penting, “Berhijab Ataukah Hati Yang Suci?”

13 November 2017 oleh Web Administrator 5 Komentar

girl in jilbab 620165 mSekarang, semakin banyak Muslimah yang berhijab. Mereka berusaha mentaati hukum berhijab dalam Al-Quran. Dengan berhijab, mereka merasa semakin sholehah.

Dari manakah asal usul jilbab? Apakah yang lebih penting dari jilbab?

Hukum Berhijab dalam Al-Quran

Al-Quran memerintahkan Muslimah untuk berhijab. “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka . . .’” (Qs 33:59).

Penjelasan Pakar Islam Soal Hijab

H. Sumanto Al Qurtuby, dosen di King Fahd University for Petroleum and Gas, Arab Saudi menjelaskan sejarah hijab.

Katanya, “. . . Jauh berabad-abad sebelum Al-Quran hadir, Kitab Suci Yahudi [seperti Talmud], sudah mengsyari’atkan tentang hijab ini. Karena itu tradisi hijab ini bukan hanya ‘sangat Islami’ tetapi juga ‘sangat Yahudi’ . . .”

“. . . hijab dan cadar (niqab, burqa, khimar, dlsb) yang sudah lama dipraktekan oleh masyarakat Assyria pada tahun 5.000 sM [sebelum Masehi], yang kemudian diadopsi dan dipraktekan oleh . . . imperium-imperium Neo-Assyria di zaman pra-Islam seperti Babilonia, Partha, Roman, Sasania, Media, Persia, dlsb,” tambahnya.

Jika Anda ingin menanggapi penjelasan H. Sumanto Al-Qurtuby bisa lewat email ini.

hati yang bersihApa yang Jauh Lebih Penting daripada Hijab?

Dalam Kitab Taurat, Allah memerintahkan Adam dan Hawa untuk hidup suci, bukan berhijab.  Mereka berdosa bukan karena Hawa tidak berhijab, tetapi karena melanggar firman-Nya (Taurat, Kejadian 1-3).

Wahyu Allah (Taurat, Zabur, Injil) menekankan hidup suci jauh lebih penting daripada busana. Isa Al-Masih juga menegaskan betapa pentingnya hati yang suci itu.

Firman-Nya, “Tetapi apa yang keluar . . . dari hati . . . yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Itulah yang menajiskan orang . . .” (Injil, Rasul Besar Matius 15:18-20).

Anisa Hasibuan adalah contohnya. Pemilik “First Travel” yang berhijab ini telah membohongi jemaah umroh yang menggunakan jasa perjalanannya. Dia tidak memberangkatkan mereka. Jadi sudah jelas hijab tidak menjamin perbuatan seseorang suci.

Dengan demikian, kesucian hidup jauh lebih penting daripada hijab. Sebab hanya orang suci yang masuk sorga.

Agar Hati Kita Suci dan Layak Masuk Sorga

Bukankah Islam dan Kristen percaya bahwa kesucian adalah syarat mutlak masuk sorga? Kitab Allah menegaskan, “. . . sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan [di sorga]” (Injil, Surat Ibrani 12:14).

Bagaimanakah cara agar hati kita suci dan beroleh jaminan sorga? Faktanya semua manusia telah berdosa dan pasti menderita penyiksaan kekal di neraka.

Syukurlah, Isa rela menanggung hukuman dosa manusia melalui penyaliban-Nya. Kepada orang yang percaya kepada-Nya, Dia menyucikan dosa-dosa mereka. Sehingga mereka layak masuk sorga-Nya.

Anda dapat menanyakan pokok ini kepada staff kami di sini.

[Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.]

Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca

Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:

  1. Apakah akibatnya bagi umat Islam dari fakta bahwa hijab berasal dari budaya non-Islam?
  2. Mengapa sejak penciptaan Allah tidak memerintahkan wanita untuk berhijab?
  3. Mengapa Allah mementingkan kebersihan/kesucian hati, perbuatan dan kehidupan manusia daripada hijab?

Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.

Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”

 

Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS ke: 0812-8100-0718.

Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.

Ditempatkan di bawah: Gaya Hidup Ditag dengan:hukum berhijab dalam al quran

Reader Interactions

Komentar

  1. staff mengatakan

    26 Maret 2018 pada 11:26 pm

    ~
    Untuk Sdr. Doimic,

    Terimakasih untuk kunjungan Anda. Namun mohon maaf, komentar Anda tidak dapat kami terbitkan. Forum diskusi ini disediakan agar kita bersama dapat memperdalam pembahasan isi topik artikel. Maka di luar tujuan tsb, terlebih lagi bila bahasa maupun konten yang dibawa mengabaikan penghormatan terhadap pihak lain, kami tidak dapat memuatnya.
    ~
    Yuli

    Balas
  2. Awal mengatakan

    6 Mei 2018 pada 1:35 pm

    ~
    Memang benar, kesucian adalah hal mutlak dalam memperoleh surga yang kekal. Dalam hal ini adalah kesucian hati tentunya. Maka sudah pasti wanita yang menjaga kesucian hatinya akan berhijab, bertudung. Sedang berjilbabbertudung adalah salah satu cara untuk menjaga kesucian wanita dan agar tetap berada dalam ajaran/tuntunan Tuhannya.

    Balas
    • staff mengatakan

      7 Mei 2018 pada 7:43 am

      ~
      Sdr. Awal,

      Alasan apa yang membuat Anda berkesimpulan bila “sudah pasti wanita yang menjaga kesucian hatinya akan berhijab, bertudung”? Apa keterkaitan logis antara kesucian hati dan hijab? Apakah “hati” yang tidak kasat mata dapat dijaga kesuciannya dengan hijab, sebuah busana jasmaniah yang kasat mata? Sama halnya, apakah Anda bisa mengendalikan hati seorang pengumpat dengan cara memplester mulutnya dan memasangkan masker atau bahkan cadar ke wajahnya? Bukankah tanpa mulut sekalipun, hatinya masih bisa terus mengumpat? Lalu, apakah Allah yang Maha Tahu tidak bisa mendengar umpatan hatinya?

      Jadi, tolok ukur apa yang Anda gunakan untuk memastikan bila dengan hijab, hati seseorang terjaga kesuciannya?
      ~
      Yuli

  3. olonwh mengatakan

    12 Juni 2018 pada 4:55 pm

    ~
    Tidak ada tolok ukur antara hijab dan hati yang suci. Hijab itu kain yang wajib dipakai oleh wanita Muslim. Karena jelas diperintah langsung oleh Allah kepada istri-istri nabi dan kaum Muslimin.

    Mengapa harus menggunakan hijab? Karena wanita Muslim dari ujung rambut sampai ujung kaki adalah aurat dan haram dilihat serta disentuh yang bukan mahramnya (muhrim).

    Dan untuk kesucian hati, saya, Anda, dan banyak orang lainya mungkin tidak memiliki hati yang suci karena kesucian hati adalah keimanan (iman). Tetapi tidak sedikit wanita berhijab yang hatinya tidak suci Itu termasuk golongan munafik. Banyak juga wanita Muslim berhijab yang ahlak dan hatinya baik. Itu termasuk golongan beriman.

    Balas
    • staff mengatakan

      13 Juni 2018 pada 5:55 am

      ~
      Sdr. Olonwh,

      Terimakasih untuk pendapat yang Anda bagikan di forum diskusi ini.

      Seandainya benar Allah yang mendefinisikan aurat wanita dihitung mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki sehingga wajib ditutupi, mengapa definisi dan perintah seperti ini tidak termuat baik dalam kitab Taurat, Zabur, maupun Injil? Bukankah ketiganya Kitab Allah? Mengapa baru diperintahkan ribuan tahun kemudian dalam Al-Quran? Seandainya demikian, tentu Allah membiarkan umat-umat terdahulu hidup dalam dosa dengan tidak menutup aurat, bukan? Tapi bukankah Allah sangat membenci dosa? Lalu mengapa Ia membiarkannya hingga ribuan tahun tanpa definisi dan perintah seperti itu?
      ~
      Yuli

PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR

Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
3. Sebelum menuliskan jawaban, copy-lah pertanyaan yang ingin dijawab terlebih dahulu.
4. Tidak diperbolehkan menggunakan huruf besar untuk menekankan sesuatu.
5. Tidak diijinkan mencantumkan hyperlink dari situs lain.
6. Satu orang komentator hanya berhak menuliskan komentar pada satu kolom. Tidak lebih!

Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected]

Kiranya petunjuk-petunjuk di atas dapat kita perhatikan.

Wassalam,
Staf, Isa dan Islam

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

 huruf tersedia

Sidebar Utama

Artikel Terbaru

  • Mengapa Muslimah Arab Saudi Menentang Hukum Perwalian Islam?
  • Apakah Firdaus Bagi Wanita Islam Juga?
  • Apakah Isteri Boleh Menolak Poligami Dalam Islam?
  • Islam Dan Poligami – Ide Yang Baikkah?
  • Derajat Wanita Di Mata Muhammad!

Artikel Terpopuler Bulan Ini

  • Apakah Nikah Siri Ajaran Islam Dan Sesuai Dengan Kitab Allah?
  • Nur Laila, Muslimah Malaysia, Menjadi Pengikut Isa Al-Masih
  • Nabi Islam Menolak Suami Fatimah Berpoligami!
  • Teladan Wanita Sholehah Bagi Wanita Beragama
  • Derajat Wanita Di Mata Muhammad!

Artikel Yang Terhubung

Renungan Berkala Isa dan Al-Fatihah

Apabila Anda ingin menerima renungan singkat setiap minggu, silakan menekan tombol di bawah ini

Renungan Berkala Isa Dan Al-Fatihah

Renungan Berkala Isa dan Kaum Wanita

Apabila Anda ingin menerima renungan singkat Isa Dan Kaum Wanita setiap minggu, silakan menekan tombol di bawah ini

Renungan Berkala Isa Dan Kaum Wanita

Footer

Hubungi Kami

Apabila Anda memiliki pertanyaan / komentar, silakan menghubungi kami dengan menekan tombol di bawah ini.

Hubungi Kami

Social Media


Facebook

Twitter

Instagram

YouTube
Hak Cipta © 2009 - 2019 Dialog Agama Isa Islam Dan Kaum Wanita. | Kebijakan Privasi |
Kebijakan Dalam Membalas Email
| Hubungi Kami