• Skip to secondary menu
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
Isa Islam Dan Kaum Wanita
  • Awal
  • Maksud Situs Ini
    • Kebijakan Privasi
    • Tentang Kami
    • Kaum Wanita, Isa, Dan Al-Fatihah
    • Renungan Singkat Isa, Islam dan Kaum Wanita
    • Kebijakan dalam Membalas E-Mail
  • Jalan Keselamatan
    • Jalan Ilahi Menuju Ke Sorga
    • Doa Keselamatan
    • 4 Hal Yang Allah Ingin Anda Ketahui
  • Topik
  • Artikel
  • Hubungi Kami
Isa Islam Dan Kaum Wanita > Topik > Gaya Hidup > Hijab > Jilbab Dan Diskriminasi Terhadap Wanita Muslim

Jilbab Dan Diskriminasi Terhadap Wanita Muslim

17 Februari 2014 oleh Web Administrator 138 Komentar

seorang-wanita-muslim-mengenakan-jilbab-dan-cadar-hitam

Setujukah Anda bila “berjilbab” disebut sebagai salah satu diskriminasi terhadap wanita Muslim? Berikut pandangan kami tentang hal tersebut.

Jilbab dan Pria Berdosa

Seorang pria memberi komentar di salah satu artikel kami yang membahas tentang jilbab. Dia berkata “Jilbab bukan untuk menutupi dosa, tapi melindungi diri dari dosa. Menurut Anda, apakah yang dipikirkan pria jika melihat wanita setengah telanjang? Tentu zina!”

Sebagian pria Muslim berkata, jilbab bertujuan melindungi pria dari dosa. Dengan kata lain, wanita tidak berjilbab secara tidak langsung mengundang pria untuk berdosa. Benarkah? Bagaimana mungkin wanita disalahkan atas dosa yang dilakukan pria?

Wanita Berjilbab Lebih Solehah

Pendapat lain mengatakan “Wanita berjilbab lebih soleh dibanding wanita tidak berjilbab.”

Saya pernah mempunyai ibu kost seorang hajjah. Walau hajjah, tapi beliau tidak berjilbab. Beliau sangat taat beribadah juga berakhlak baik. Menurut saya, beliau adalah gambaran wanita Muslim solehah.

Di sisi lain, tidak sedikit wanita-wanita berjilbab yang hanya memperhatikan penampilan jasmani, dan mengindahkan hal-hal rohani. Akibatnya, terdapat wanita berjilbab yang hamil di luar nikah bahkan berkata-kata kasar. Dan masih banyak hal-hal negatif yang ditampilkan wanita berjilbab.

Dari dua kasus di atas, dapatkah kita mengatakan “berjilbab” bukan tolok-ukur tingkat kerohanian seseorang?

Jilbab “Memenjarakan” Wanita

Al-Quran menuliskan, awalnya tujuan berjilbab “agar isteri-isteri dan anak-anak perempuan Muhammad, serta isteri-isteri orang mukmin lebih mudah untuk dikenal” (Qs 33:59). Namun seiring berjalannya waktu, fungsi jilbab pun berubah. Bahkan seorang wanita Muslim Afganistan mengatakan, pakaian wanita Muslim ini bukanlah sebuah pakaian. Tetapi penjara kanvas! [Lihat selengkapnya pada tautan ini]

Mengapa wanita diharuskan memakai pakaian yang secara tidak langsung “memenjarakan” ruang gerak mereka? Sementara di sisi lain, pria dapat berpakaian sesuai keinginan mereka sendiri. Bukankah ini termasuk salah satu diskriminasi terhadap wanita Muslim?

Tuhan Menolong Pria dari Dosa, Bukan Jilbab!

Mengapa wanita harus menutup tubuhnya agar pria tidak berdosa? Yang dapat menolong pria terhindar dari dosa bukan jilbab. Tetapi Tuhan! Hanya Dia yang dapat menolong setiap orang agar terhindar dari dosa. Seorang pria yang jatuh dalam dosa perzinahan  harus bertanggung-jawab sendiri atas dosanya.

Firman Allah mengatakan, “Setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri” (Taurat, Kitab Ulangan 24:16). Demikianlah wanita tidak dapat disalahkan atas dosa perzinahan yang dilakukan oleh pria. Dia harus menanggung sendiri dosanya!

Isa Al-Masih Menyelamatkan Pria Berdosa

Dalam Kitab Suci Allah diceritakan bagaimana Isa Al-Masih menyembuhkan seorang pria, yang menderita lumpuh selama tiga puluh delapan tahun. Isa berkata kepadanya “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk” (Injil, Rasul Besar Yohanes 5:14).

Juga dicatat bagaimana Isa Al-Masih mengampuni dosa seorang wanita pezinah. “Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: “Dosamu telah diampuni” (Injil, Rasul Markus 7:48).

Bagi Anda, wanita ataupun pria, bila Anda ingin diselamatkan dari dosa, yang perlu Anda lakukan bukan berjilbab atau memerintahkan wanita berjilbab, yang secara tidak langung justru malah mengacu pada diskriminasi terhadap wanita Muslim. Datanglah kepada Isa Al-Masih, Dia yang dapat menyelamatkan Anda dari dosa. Sebab Dia adalah “Jalan, Kebenaran, dan Hidup” (Injil, Rasul Besar Yohanes 4:16).

Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca

Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:

  1. Menurut saudara, pantaskah wanita disalahkan atas dosa zinah seorang pria? Sebutkan alasan saudara!
  2. Setujukah saudara bila jilbab tidak dapat dijadikan sebagai tolok-ukur tingkat kerohanian seseorang? Mengapa?
  3. Apakah jilbab dapat memberi pahala bagi si pemakaiannya? Mengapa?

Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.

Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami merasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”

 

Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Jilbab Dan Diskriminasi Terhadap Wanita Muslim”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718

Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.

Bagikan Artikel Ini:

Facebook Twitter WhatsApp Email SMS

Ditempatkan di bawah: Gaya Hidup, Hijab

Reader Interactions

Comments

  1. penonton mengatakan

    15 Januari 2015 pada 5:45 am

    ~
    Saudari Yuli berkata:
    “Apakah perintah jilbab dan sunat sungguh berdampak pada kehidupan kekekalan?”

    Tanggapan:
    Kalau sudah mati semua orang akan kekal,Yuli. Yang menjadi masalah, di mana tempatnya, di sorga atau neraka?. Sunat dan jilbab adalah perintah Allah ketika kita hidup di dunia. Apakah Saudari setuju?

    Jika Yuli setuju sunat dan jilbab perintah Allah, mengapa Yuli mengingkari?
    Jika menurut Saudari Yuli sunat dan jilbab bukan perintah Allah, apa buktinya?.

    Kesimpulan:
    Allah akan menghukum orang-orang yang sudah mengetahui dan mengerti perintah Allah lalu orang tersebut masih bebal. Maka orang tersebut pantas di dalam neraka.

    Balas
    • staff mengatakan

      16 Januari 2015 pada 4:53 am

      ~
      Sdr. Penonton,

      Terimakasih untuk tanggapan Anda.

      Sebagai tambahan info, pertanyaan #1 & #2 erat kaitannya. Nah, 2 pertanyaan ini belum Anda jawab.

      Jika Anda yakin jilbab & sunat itu perintah Allah, apa maksud Allah memerintahkannya? Apakah kaitan maksud kedua perintah tsb dengan kehidupan kekekalan? Satu contoh sederhana: Isa Al-Masih mengajarkan kasih terhadap Allah dan manusia (Matius 22:37-39). Perintah ini harus dikerjakan oleh semua umat Allah karena di sorga kelak, hukum ini menjadi dasar hubungan antar warganegara sorgawi (I Korintus 13:8-13). Nah, bagaimana dengan jilbab dan sunat sendiri?

      Saudara, setiap perintah Allah memiliki maksud, bukan? Apakah Allah tidak menghendaki kita memahaminya? Bukankah dengan memahami, ketaatan semakin kokoh? Ketaatan buta seperti robot yang tak punya kasih tidak Allah kehendaki. Hanya melalui hati yang mengasihi Allah-lah ketaatan kita bisa tumbuh. Itulah maksud pertanyaan #1 dan #2.

      Tentang point #3, ketika Anda yakin sorga itu rahmat Allah & neraka pantas bagi orang yang bebal, yakinkah Anda bila meninggal kelak, Anda pasti masuk sorga? Jika rahmat Allah diberikan atas dasar kepatuhan ibadah Anda, layakkah Anda menerima rahmat-Nya (sorga)? Kami yakin Anda pastilah bukan orang yang tinggi hati sehingga merasa tidak pernah berdosa, bukan? Nah, yakinkah Anda bila dosa Anda lebih kecil daripada kepatuhan? Bukankah hanya Allah yang mengetahui isi hati manusia?

      “Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya” (Kitab Nabi Yeremia 17:10).

      ~
      Yuli

  2. pas mengatakan

    15 Januari 2015 pada 6:16 am

    ~
    Fantasi atau tidak tergantung manusianya. Apakah penting atau tidak berjilbab. kenyataannya bisa Anda perhatikan di gereja.

    Saya melihat istri pendeta yang tidak cantik (maaf, tidak bermaksud menghina). Sedangkan jemaatnya cantik dan seksi (maaf terlalu berlebihan memandang). Kemudian pendeta itu melirik agak berbeda saat jemaat tersebut masuk pekarangan. Ketika pendeta itu melirik, saya tidak tahu apa yang ada di pikirannya.

    Balas
    • staff mengatakan

      16 Januari 2015 pada 4:57 am

      Sdr. Pas,

      Terimakasih untuk komentar Anda.

      Tepat seperti yang Anda sampaikan, segala hal termasuk dosa zinah berasal dari diri sendiri, bukan ditentukan oleh situasi di luar diri kita. Mari perhatikan kembali sabda Isa Al-Masih berikut:

      “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat” (Injil, Rasul Besar Matius 15:19).

      Hati manusia menjadi sumber dosa karena telah jauh dari Allah. Lingkungan luar hanyalah pemicu, namun hati manusialah yang memutuskan untuk melanjutkan atau sebaliknya menghentikan dosa. Jika seseorang telah diliputi nafsu birahi, apakah kita berani menjamin ia tidak berzinah dalam pikiran ketika memandang gadis berjilbab yang cantik di depannya?

      Jilbab adalah salah satu busana yang etis. Namun ia tidak berfaedah bagi hati yang telah diliputi dosa. Jika ingin terlepas dari keterikatan dosa, hatilah yang harus dibereskan. Artikel berikut memuat jawabannya: http://tinyurl.com/8829qar

      ~
      Yuli

  3. penonton mengatakan

    18 Januari 2015 pada 5:05 am

    ~
    Saudari Yuli,

    Tentu semua perintah Allah memiliki maksud. Kasih? Hati? Ya semua setuju perintah ini. Saya juga setuju bahwa jilbab & sunat perintah Allah.

    Jika Saudari mengakui jilbab & sunat perintah Allah, mengapa Saudari ingkari? Atau Saudari ingin mengatakan bahwa karena kasih dan hati sangat penting sehingga sunat dan jilbab jadi tidak penting? Bagaimana Saudari menjawab hal ini?

    Isi hati manusia? Betul, hanya Allah saja yang tahu. Tugas manusia melaksanakan perintah Allah.

    “Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya” (Qs 2:82).

    “Maka barangsiapa bertaubat sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs5:3 9).

    Balas
    • staff mengatakan

      19 Januari 2015 pada 4:13 am

      ~
      Sdr. Penonton,

      Kami memahami bahwa Anda belum mendapatkan jawaban dari maksud di balik perintah jilbab dan sunat. Untuk itu Anda pun kesulitan ketika diminta mengaitkan keduanya dengan kehidupan kekekalan sebagaimana Allah maksudkan. Dengan demikian apakah kedua perintah tersebut benar-benar berasal dari Allah nampaknya juga tak dapat Anda temukan jawabannya.

      ~
      Yuli

  4. penonton mengatakan

    19 Januari 2015 pada 4:45 am

    ~
    Jilbab jelas perintah Allah dan sudah tertera dalam Al-Quran.
    Saudari belum menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Saya perjelas lagi:

    1. Apakah perintah berjilbab dalam Alkitab bukan perintah Allah?
    2. Mengapa Kristen tidak mau berjilbab? Apakah karena hanya hati yang penting lalu perintah Allah yang lain dianggap tidak penting?

    Balas
    • staff mengatakan

      20 Januari 2015 pada 4:46 am

      ~
      Sdr. Penonton,

      3 pertanyaan yang kami ajukan sebenarnya menolong kita semua untuk memahami, manakah perintah Allah sesungguhnya bagi kehidupan kita. Karena Allah yang Mahapemurah menghendaki kesejahteraan dan keselamatan kekal bagi manusia, segala perintah-Nya bagi kita senantiasa berdampak kepada kekekalan. Nah, inilah yang harus kita pelajari. Dengan memahami maksud perintah-Nya, kasih yang mendasari ketaatan kepada Allah akan jauh lebih berharga di hadapan-Nya.

      Selama 3 pertanyaan kami di atas belum Anda temukan jawabannya, maka akan sulit bagi Anda untuk memahami jawaban yang kami berikan terhadap 2 pertanyaan Anda.

      ~
      Yuli

  5. penonton mengatakan

    21 Januari 2015 pada 5:33 am

    ~
    Saudari Yuli,

    Jika Anda tidak mampu menjawab, silakan Anda minta tunda. Saya tidak keberatan, tetapi janganlah berkalit-kelit begitu.

    Untuk no.3 sudah saya jawab. Apabila Anda merasa tidak puas, silakan koreksi & berikan jawaban versi Anda ke saya. Mudah, bukan?

    Sekali lagi pertanyaan saya yang belum anda jawab:
    1. Apakah perintah berjilbab dalam Alkitab bukan perintah Allah?
    2. Mengapa Kristen tidak mau berjilbab? Apakah karena hanya hati yang penting lalu perintah Allah yang lain dianggap tidak penting?

    Balas
    • staff mengatakan

      22 Januari 2015 pada 6:31 am

      ~
      Sdr. Penonton,

      Jika Anda cermat dengan tanggapan-tanggapan kami, tentu Anda tak akan terburu-buru menuduh kami demikian.

      Tiga pertanyaan penting yang kami ajukan belum Anda temukan jawabannya. Padahal, jawaban itulah yang dapat membuka pengertian Anda terhadap kebenaran. Dari kebenaran Firman Tuhan, kami memiliki jawaban atas 2 pertanyaan Anda. Nah, jika Anda dapat menemukan jawaban atas 3 pertanyaan kami, maka jawaban yang kami berikan selanjutnya akan lebih mudah Anda pahami.

      Terimakasih untuk jawaban awal yang Anda berikan bagi pertanyaan #3. Namun, kami juga telah mengajukan pertanyaan lanjutan untuk point #3 tsb (silahkan lihat lagi pada “# Staff Isa Islam dan Kaum Wanita 2015-01-16 11:53”). Jika tidak keberatan, silahkan Anda jawab. Jika tidak, minimal dapat Anda renungkan. Bukankah keselamatan akhirat adalah hal terpenting yang paling manusia butuhkan?

      ~
      Yuli

  6. penonton mengatakan

    22 Januari 2015 pada 7:11 am

    ~
    Saya sudah jawab seperti diatas, Jika tidak sesuai silakan diverifikasi. Ada yang ganjil di sini. Mengapa Anda tidak mau menjawab pertanyaan saya? Bukankah pertanyaan saya mudah?

    Sekali lagi pertanyaan saya yang belum anda jawab:
    1. Apakah perintah berjilbab dalam Alkitab bukan perintah Allah?
    2. Mengapa Kristen tidak mau berjilbab? Apakah karena hanya hati yang penting lalu perintah Allah yang lain dianggap tidak penting?

    Balas
    • staff mengatakan

      23 Januari 2015 pada 2:41 am

      ~
      Sdr. Penonton,

      Pertanyaan Anda mudah, demikian pula jawabannya mudah bagi kami yang memahami kebenaran Allah. Nah, sudahkah Anda memahami kebenaran Allah? Cara termudah adalah dengan menjawab 3 pertanyaan kami sebelumnya. Selama Anda tidak bersedia belajar menemukan jawabannya, hal lain pun tidak berfaedah bagi Anda.

      ~
      Yuli

  7. joedha_atma mengatakan

    4 Februari 2015 pada 3:06 am

    ~
    Tentang Jilbab:
    Apa yang perlu di permasalahkan?
    Jilbab dengan pakaian biarawati sangatlah mirip. Pakaian biarawati lebih dulu ada sebelum Islam, bahkan secara umum sangat sesuai dengan anjuran agama Islam (bisa jadi, mungkin Islam mengadopsinya karena ada banyak unsur kebaikan yang bisa diambil).

    Bolehkah saya bertanya sbb:
    1. Seorang biarawati itu lebih baik memakai tudung/kerudung /jubah/pakaian biarawati yang sudah ada (yang tenyata sangat mirip jilbab), atau

    2. Biarawati yang pakai pakaian biasa saja seperti umat Kristen pada umumnya yang ke gereja (pakai rok, selutut atau diatasnya, pakai baju lengan pendek atau tanpa lengan, rambut terurai atau permak salon)?

    Tolong dipilih nomor 1 atau nomor 2, baru silahkan berargumen. Terimakasih.

    Balas
    • staff mengatakan

      6 Februari 2015 pada 2:50 am

      ~
      Sdr. Joedha,

      Trimakasih untuk komentar & pertanyaan Anda.

      Ada fokus penting yang belum Anda tangkap dari artikel di atas. Kami tidak menentang jilbab sebagai salah satu mode busana etis. Tapi yang perlu dipertimbangkan adalah alasan dibalik perintah jilbab itu sendiri, yaitu:
      – jilbab melindungi diri dari dosa para pria
      – wanita berjilbab lebih soleh daripada yang tidak berjilbab

      Isa Al-Masih bersabda: “sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan” (Injil, Rasul Markus 7:21).
      Pernahkah Anda tergoda kecantikan wanita berjilbab? Apakah salah wanita tsb? Justru hati prialah penyebabnya. Jika hati terkendali, maka dosa tak terjadi. Jilbab pun bukan barometer kesalehan wanita. Jika hatinya diliputi dosa, jilbab tak bisa menutupi perilaku aslinya.

      Sebaliknya, jika hati telah dipulihkan oleh pengorbanan Isa Al-Masih, Ia pun (pria/wanita) berhikmat dalam menentukan mode busana yang pantas sesuai situasi & kondisi.

      ~
      Yuli

  8. Pelajar Muslim mengatakan

    25 Februari 2015 pada 10:34 am

    *****
    Jawaban no. 2:
    Jilbab dapat dijadikan tolok ukur kerohanian seseorang. Memang belum tentu orang yang berhijab baik rohaninya. Tapi sudah pasti Muslimah yang tak berhijab tidak lebih baik rohaninya dari yang berhijab. Mengapa? “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri orang-orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal sehingga mereka tidak diganggu” (Qs 33:59).

    Dalam Qur’an surat Al-Ahzab ayat 59, Allah telah meninggikan derajat Muslimah di atas perempuan-perempuan biasa dengan menurunkan perintah hijab. Bukankah suatu hal yang wajar bagi kami orang-orang Mukmin untuk menjadikan hijab sebagai tolok ukur keislaman Muslimah.

    Balas
    • staff mengatakan

      26 Februari 2015 pada 4:36 am

      *****
      Sdr. Pelajar Muslim,

      Terimakasih telah berpartisipasi menjawab pertanyaan artikel.

      Anda menulis:
      “Jilbab dapat dijadikan tolok ukur kerohanian seseorang. Memang belum tentu orang yang berhijab baik rohaninya…”

      Kalimat kedua justru melemahkan pernyataan Anda pada kalimat pertama. Jika orang yang berhijab belum tentu baik rohaninya, maka hijab bukanlah tolok ukur kerohanian, bukan?

      Selanjutnya Anda menulis:
      “… Tapi sudah pasti Muslimah yang tak berhijab tidak lebih baik rohaninya dari yang berhijab…”

      Bagaimana dengan putri bungsu Gus Dur yang belum berhijab? Apakah rohaninya tidak lebih baik dari yang berhijab?

      Dari bunyi ayat Qs 33:59, bagaimana dengan latar belakang (situasi & kondisi) saat ayat tersebut diturunkan? Tidakkah hal tsb berkait dengan tujuan ayat diberikan?

      ~
      Yuli

  9. Noname mengatakan

    23 Juli 2015 pada 9:35 am

    ~
    Intinya, berjilbab harus, wajib, dan perintah Tuhan. Terpaksa atau tidak, tidaklah penting karena Allah Sang Maha Membolak-balikkan hati. Mungkin saat ini dia terpaksa atau tidak suka, tapi suatu saat dia akan tersadar bahwa perintah Tuhan adalah untuk melindungi dirinya. Lihat saja kalau tidak percaya karena hakim yang paling adil hanyalah Allah SWT.

    Balas
    • staff mengatakan

      29 Juli 2015 pada 2:08 am

      ~
      Sdr. Noname,

      Terimakasih untuk komentar Anda.

      Tentu Anda mengimani bunyi ayat Qs 5:46, bukan? Di sana dituliskan bahwa Taurat dan Injil adalah cahaya bagi orang bertakwa. Nah, jika Anda mengimani hijab adalah sungguh perintah Allah, mengapa perintah ini baru Allah firmankan di Al-Quran yang muncul tujuh abad setelah Taurat dan Injil? Jika memang Allah memerintahkan hijab untuk melindungi wanita, mengapa tidak sejak zaman Taurat dan Injil perintah ini ada? Apakah Allah lupa memerintahkannya? Jika misalnya Anda berdalih bahwa sebelum Al-Quran ditulis, Allah memandang hijab belum diperlukan untuk melindungi wanita, bagaimana Anda bisa memastikannya? Bukankah sejak zaman nabi Nuh pun, keadan manusia sudah sangat kacau dan wanita pun menjadi korban eksploitasi yang butuh dilindungi?

      Maka, mari pertimbangkan ulang, apakah hijab sungguh-sungguh perintah Allah atau perintah manusia?
      ~
      Yuli

  10. Alifah mengatakan

    12 Mei 2018 pada 5:19 am

    ***
    “Menurut saudara, pantaskah wanita disalahkan atas dosa zinah seorang pria? Sebutkan alasan saudara!”

    Jawaban:
    Tidak. Sebab agama diturunkan di muka bumi bertujuan agar umat manusia dapat mengendalikan diri masing-masing, termasuk dalam hal ini mengendalikan nafsu syahwat, nafsu kekuasaan, keserakahan, dan sebagainya. Untuk itulah latihan-latihan pengendalian diri di semua agama ada, yaitu puasa.

    Apakah puasa batal, lantas kita menyalahkan Nasi Padang yang dipajang di rak? Apakah keserakahan kita yang menjerumuskan ke dalam penjara, lantas kita menyalahkan tetangga kita yang kaya raya, yang selalu kita kuntit tiap hari?

    Balas
    • staff mengatakan

      15 Mei 2018 pada 6:06 am

      ***
      Sdr. Alifah,

      Terimakasih untuk kesediaan Anda menanggapi salah satu pertanyaan fokus artikel.

      Saudaraku, tepat sekali apa yang Anda sampaikan. Mengendalikan diri adalah tanggungjawab masing-masing orang atas dirinya. Sangat tidak logis bila kita melemparkan kesalahan pada pihak lain untuk dosa kita akibat kegagalan mengendalikan diri. Meskipun demikian, secara jujur kita pun pernah berlaku sama walaupun tahu hal itu salah. Mengapa? Sebab kecenderungan dosa dalam diri kitalah yang menggerakkannya. Melemparkan kesalahan pada pihak lain juga telah dilakukan moyang kita (Adam – Hawa) saat mereka berdosa, melanggar perintah Allah (Adam menyalahkan Hawa yang mengajaknya makan buah terlarang, sedangkan Hawa menyalahkan ular yang membujuknya – Silakan baca Taurat, Kitab Kejadian 3).

      Kami setuju dengan pendapat Anda bahwa puasa menjadi cara melatih pengendalian diri. Nah, bagaimana dengan pengalaman Anda sendiri? Sejauh mana keefektifan puasa menolong Anda mengendalikan diri dari dosa? Pasca puasa, misal setelah bulan Ramadhan usai, apakah Anda merasakan pengendalian diri yang lebih baik daripada bulan-bulan sebelumnya? Ataukah kembali pada “kehidupan lama” (dosa)? Kiranya Anda bersedia membagikan pengalaman ini.
      ~
      Yuli

  11. Lukman Salim mengatakan

    22 Desember 2020 pada 10:59 am

    ~
    Coba buka buku-buku anda, apakah bunda Maria menggunakan hijab atau menggunakan baju selutut dan rambut terbuka. Hijab adalah pakaian orang beriman sepanjang masa, semua nabi mengajarkan seperti itu.

    Sudahlah, kembalilah kepada agama yang benar, yaitu agama yang diajarkan nabi Isa AS dan Muhammad SAW, bukan agama yang diciptakan oleh Paul seperti yang anda anut sekarang. Kalau tidak percaya silahkan dalami sejarah agama anda. Saya mengajak kepada keselamatan yang hakiki. Salam

    Balas
    • Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan

      4 Januari 2021 pada 7:42 pm

      ~
      Saudara Lukman,

      Penting untuk kita pahami bahwa bangsa Yahudi memiliki budaya dan tradisi. Bagi wanita Yahudi menggunajkan kerudung untuk menutupi rambut adalah bagian dari budaya dan tradisi. Hal ini tidak ada kaiotannya dengan agama.

      Jika wanita Muslim memakai hijab untuk adalah hal yang baik. Namun hijab tidak menentukan tingkat keimanan seseorang. Sebab hijab hanya menutupi bagian luar saja, sedangkan Allah melihat apa yang ada dalam hati manusia. Apa gunanya memakai hijab namun hatinya kotor dan penuh doa.
      ~
      Noni

Baca komentar lainnya:

« 1 2 3 4

PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR

Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
3. Sebelum menuliskan jawaban, copy-lah pertanyaan yang ingin dijawab terlebih dahulu.
4. Tidak diperbolehkan menggunakan huruf besar untuk menekankan sesuatu.
5. Tidak diijinkan mencantumkan hyperlink dari situs lain.
6. Satu orang komentator hanya berhak menuliskan komentar pada satu kolom. Tidak lebih!

Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: .

Kiranya petunjuk-petunjuk di atas dapat kita perhatikan.

Wassalam,
Staf, Isa dan Islam

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

 huruf tersedia

Sidebar Utama

Artikel Terbaru

  • Pergumulan Muslimah Perihal Gambaran Surga Sebenarnya
  • Ciri Wanita yang Allah “Memilih” dan “Memuliakan”
  • Dulu Hati Muslimah Terluka, Sekarang Penuh Cinta
  • Kesaksian Leah, Wanita Islam Yang Mengalami Keselamatan
  • Seorang Muslimah Menemukan Cinta Sejati dari Isa Al-Masih

Artikel Terpopuler Bulan Ini

  • Cinta Allah Bagi Seorang Perempuan Muslim
  • Berhijrah Dan Kunci Ketenangan Hati
  • Dulu Hati Muslimah Terluka, Sekarang Penuh Cinta
  • Lima Wanita Terkemuka Dalam Islam
  • Siti Maryam dan Siti Aminah: Dua Wanita Mulia

Artikel Yang Terhubung

  • Muhammad, Idola Setiap Wanita Muslim
  • Wajibkah Wanita Muslim Berhijab?
  • Pandangan Islam Dan Kristen Tentang Wanita Karir
  • Wanita Islam Dan Kristen – Hendaklah Kecantikan Dari…
  • Berhijrah Dan Kunci Ketenangan Hati

Renungan Berkala Isa dan Al-Fatihah

Apabila Anda ingin menerima renungan singkat setiap minggu, silakan menekan tombol di bawah ini

Renungan Berkala Isa Dan Al-Fatihah

Renungan Berkala Isa dan Kaum Wanita

Apabila Anda ingin menerima renungan singkat Isa Dan Kaum Wanita setiap minggu, silakan menekan tombol di bawah ini

Renungan Berkala Isa Dan Kaum Wanita

Footer

Hubungi Kami

Apabila Anda memiliki pertanyaan / komentar, silakan menghubungi kami dengan menekan tombol di bawah ini.

Hubungi Kami

Social Media


Facebook

Twitter

Instagram

YouTube
App Isadanislam
Hak Cipta © 2009 - 2021 Dialog Agama Isa Islam Dan Kaum Wanita. | Kebijakan Privasi |
Kebijakan Dalam Membalas Email
| Hubungi Kami