Teman saya bertanya, “Apakah jilbab wajib bagi Muslimah yang saleh?” Suaminya meminta dia memakai jilbab, sedangkan teman saya menolak menggunakan jilbab. Keutuhan rumah tangga retak karena suami istri mempunyai pandangan berbeda tentang penggunaan jilbab.
Bagaimana kita menanggapi pertanyaan ini? Jika benar, maka Muslimah menggunakan jilbab meskipun sebenarnya tidak mau karena ingin menjadi saleh. Apakah jilbab juga bermanfaat membersihkan hati dari dosa?
Manfaat Jilbab dalam Ajaran Islam
Apakah manfaat jilbab bagi Muslimah? Inilah pendapat Al-Quran.
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs. 33:59).
Hadits Shahih Muslim No. 4035 menceritakan tentang isteri Nabi Islam keluar di waktu malam hendak buang hajat di lapangan. Lalu ‘Umar bin Khaththab mengusulkan kepada Rasulullah supaya para isteri beliau memakai jilbab. Tetapi, Rasulullah diam saja. Umar menegur Saudah binti Zam’ah, isteri nabi: “Hai Saudah! Kami mengenali engkau!”
Sebenarnya manfaat jilbab untuk membedakan istri-istri Nabi Islam, anak-anak perempuan, serta istri-istri orang Mukmin dengan wanita-wanita lain. Bukan tanda kesalehan Muslimah. Jika mereka memiliki sarana pembuangan hajat seperti toilet, mungkin ayat ini tidak ada.
Jilbab Tidak Menentukan Kesalehan Wanita
Bagi beberapa Muslimah, mengenakan jilbab merupakan sebuah kewajiban agar terlihat lebih saleh. Beberapa pria Muslim mengatakan bahwa mereka ingin menikahi Muslimah saleh yang berjilbab.
Tentu pakaian tidak menjamin iman seseorang. Pernyataan, “Jilbab wajib bagi Muslimah yang saleh” kurang tepat. Muslimah saleh wajib mempunyai hubungan baik dengan Allah, bukan hanya memakai jilbab.
Kitab Suci berkata, “Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu” (Injil, Surat 2 Timotius 3:5). Allah tidak menyukai penampilan luar yang menipu.
Muslimah seperti apa yang Allah ridhoi? Simaklah ayat dalam Injil, Surat 1 Petrus 3:4-5, “perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah.”
Firman Allah ini menjelaskan bahwa berharga di mata Allah lebih mengarah pada perhiasan batin, bukan hanya penampilan luar atau cara berpakaian saja.
Muslimah Saleh Tidak Dilihat dari Cara Berpakaian
Karakter yang baik adalah kunci utama untuk menunjukkan kesalehan seorang Muslimah. Mempelajari dan melakukan Firman Allah membentuk karakter yang baik. Hidup yang dekat dengan Allah menjadi dasar kuat dari kebaikan.
Kitab Suci Allah menegaskan, “Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” (Injil, Rasul Besar Matius 7:17-20).
Isa Al-Masih Sumber Keselamatan, Bukan Jilbab
Isa Al-Masih adalah sumber pengharapan. Mendapatkan keselamatan bukan dengan cara memakai busana yang kelihatan saleh. Muslimah saleh memiliki hati lemah lembut. Ia membawa ketenteraman sehingga menjadi perhiasan yang sangat berharga bagi Allah. Inilah jilbab Muslimah yang sesungguhnya.
Keselamatan Membutuhkan Kesucian, Bukan Jilbab
Muslimah yang mengenakan pakaian sopan tentu indah kelihatannya. Jilbab dapat menutupi tubuh jasmani, tapi tidak dapat menutupi diri dan hati dari Allah. Kesalehan Muslimah terlihat dari kehidupannya, bukan dari pakaiannya.
Jilbab tidak memberi jaminan atas keselamatan jiwa di akhirat. Jilbab juga tidak dapat menghapus dosa. Muslimah yang ingin dosanya diampuni harus datang kepada Isa Al-Masih dengan sungguh-sungguh. Isa berkuasa untuk mengampuni dosa setiap manusia.
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (Injil, Surat 1 Yohanes 1:9). Isa Al-Masih berjanji bahwa orang yang mengakui dosa dengan jujur dan sungguh-sungguh bertobat, Allah akan mengampuni dan menyucikan orang tersebut dari dosa-dosanya.
Maukah Anda menerima janji ini? Berdoalah kepada Isa Al-Masih hari ini!
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut Saudara, mengapa beberapa umat Muslim berpikir bahwa Muslimah harus berjilbab?
- Apa saja kriteria Muslimah saleh?
- Mengapa Kitab Suci Injil lebih mementingkan karakter daripada pakaian seseorang?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, maaf bila terpaksa kami hapus. Untuk komentar atau pertanyaan yang berbeda, silakan kirim lewat email ke staf kami di: .
Demikian, kami harap diskusi kita akan menjadi semakin terarah dan tidak keluar dari topik artikel.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Jembatan Keselamatan
- Hati yang Kotor Menghambat Allah Berkenan pada Kita
- Kesetaraan Gender Dalam Islam, Polemik Hijab dan Poligami
- Wanita Sholehah Berjilbab
Video:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
*
Yang saya tahu yang lebih baik di mata Tuhan saya atau Tuhan saudara juga, dia yang bisa menjaga hubungan baik antara seseorang, kelompok maupun suku bangsa.
~
Saudara Ab,
Benar, kesolehan wanita tidak dapat dilihat/diukur dari berjilbab, melainkan karakter. Tingkat kesolehan seorang wanita akan terlihat dari buah-buah kehidupannya, bukan dari jilbab yang dikenakannya. Salah satunya dapat menjaga hubungan baik antar sesamanya atau toleransi.
Berikut Kitab Suci Allah menegaskan, “Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” (Injil, Rasul Besar Matius 7:17-20).
~
DA
*
Menutup kepala untuk wanita bukanlah bermula dari ajaran Muhammad saw. Diajar dari nabi sebelum seperti yang anda saksikan, Ibu Mariam juga menutup kepala.
“Sebab jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya. . . . Pertimbangkanlah sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung?” (Injil, Surat 1 Korintus 11:6,13).
~
Saudara Hajar,
Setiap Firman yang tertulis memiliki konteks. Maka kita pahami setiap ayat-ayat yang tertulis sesuai kontek ayat itu. Perihal tudung tersebut adalah masalah kesopanan dan budaya setempat.
Di masa kini, anjuran/pengajaran tersebut tetap bisa dipakai sebagai pembelajaran. Tetapi selayaknya setiap orang percaya mengenakan pakaian yang sopan, meskipun tidak berkerudung.
Dan lagi, seorang wanita berkerudung atau tidak, tidak dapat menjamin seorang beriman atau tidak, bukan? Dan juga tidak menambah “kemungkinan” dia dapat masuk sorga.
Bagaimana dengan alasan diwajibkannya wanita Muslim memakai jilbab dalam kitab Saudara Hajar?
~
DA
*
Benar sekali jilbab merupakan identitas seorang Muslimah, tidak ada keterkaitannya dengan ketaqwaan seorang Muslimah tersebut. Seorang Muslimah yang berjilbab tidak selalu sholehah, tetapi seorang Muslimah sholehah pasti berjilbab. Berjilbab merupakan aturan mendasar dari seorang Muslimah, jadi tidak bisa menjadi sebuah acuan kesholehan Muslimah tersebut. Semuanya tergantung dari ketaqwaan masing-masing.
~
Saudara Dian,
Kami juga sependapat dengan Saudara Dian, bahwa jilbab hanya identitas. Seperti yang dijelaskan dalam artikel di atas.
Jelas penampilan lahiriah tidak menjamin seorang beriman atau tidak. Wanita sholelah adalah wanita yang mempunyai hubungan baik dengan Allah.
Kitab suci Injil berkata, “Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu” (Injil, Surat 2 Timotius 3:5). Allah tidak menyukai penampilan lahiriah yang terkadang menipu.
Dan inilah yang dikehendaki Allah: “Tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah . . . menaruh pengharapannya kepada Allah . . . ” (Injil, Surat 1 Petrus 3:4-5).
~
DA
*
Bagi Islam, Al-Quran berlaku sepanjang zaman. Jadi dia tidak dibuat hanya untuk periode tertentu saja, dan untuk golongan tertentu saja. Dari penjelasan saudara mengenai (Injil, Surat 1 Korintus 11:6,13) anda memperlihatkan kekurangan dari kitab suci anda sendiri.
Sekali lagi saya jelaskan jilbab peraturan mendasar dari sebuah tanda keimanan seorang Muslimah. Tapi tidak dapat menggambarkan atau sebagai acuan untuk melihat ketaqwaan seorang Muslimah. Kalau anda menganggap kami yang berjilbab mengaku sebagai seorang yang sholehah, anda salah. Semua ibadah yang kami lakukan semata-mata karena wujud ketaqwaan dan keimanan kami kepada Allah Swt. Bukan untuk mencari-cari penilaian dari sesama manusia, yang seringkali buta dalam pandangannya.
~
Saudara Dian,
Firman Allah (Alkitab) berlaku sepanjang zaman. Alkitab memang diwahyukan dan diilhamkan oleh Roh Allah untuk semua orang. Tetapi Alkitab tidak ditulis kepada semua orang. Ada yang di tujukan bagi satu orang saja, suatu bangsa, dan semua orang dari segala zaman. Sehingga kita mesti menyelidiki kepada siapa bagian firman itu ditulis!
Sebagai contoh dalam Injil, Surat 1 Korintus 11:6,13 seperti yang kami jelaskan di atas.
Kami juga sependapat dengan Saudara Dian bahwa tidak dapat menilai tingkat kerohanian seseorang dari berjilbab. Jelas penampilan lahiriah tidak menjamin seorang beriman atau tidak. Wanita sholelah adalah wanita yang mempunyai hubungan baik dengan Allah.
Yaitu seorang wanita yang mempunyai roh lemah lembut dan tenteram akan sangat berharga di mata Allah. Bukan mereka yang sekedar berjilbab.
“Tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah . . . menaruh pengharapannya kepada Allah . . . ” (Injil, Surat 1 Petrus 3:4-5).
~
DA
~
Saudara Hajar,
Maaf terpaksa kami menghapus komentar Saudara Hajar. Karena sudah kami jawab di atas. Kami ingatkan kembali silakan memberi komentar, namun perhatikan aturan-aturan yang ada.
Pada kolom komentar di atas kami menjadikan satu kolom komentar Saudara Hajar supaya menjadi singkat, padat dan jelas. Sehingga teman yang lain dapat dengan mudah mengerti.
Silakan baca tanggapan kami atas komentar saudara di atas. Bila Saudara Hajar ingin berdiskusi lebih inten silakan mengemail staff kami di
Terimakasih dan harap maklum.
~
DA
*
Mengapa wanita wajib bertudung dalam Islam adalah datangnya dari kitab lama.
“Sebab jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya. . . . Pertimbangkanlah sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung?” (Injil, Surat 1 Korintus 11:6,13).
Seperti yang telah saya katakan beberapa kali, Islam bukanlah ajaran Allah yang baru. Islam bermula dari nabi Adam. Kewajiban bertudung/menutup kepala juga tertulis di kitab anda. Nabi Muhammad saw membetulkan semula ajaran nabi Isa as (Jesus) yang telah dibuang oleh pengikutnya.
~
Saudara Hajar,
Inilah pendapat kitab Saudara Hajar mengapa wanita Muslim diwajibkannya memakai jilbab.
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu . . . ” (Qs 33:59).
Dari ayat di atas dapat diketahui tujuan berjilbab adalah hanya untuk membedakan istri-istri dan anak-anak nabi Saudara Hajar serta istri-istri orang Mukmim dengan wanita lain. Bukan menjadikan wanita berjilbab solehah.
Perlu kami tekankan bahwa berjilbab bukan yang menjamin wanita suci. Jelas penampilan lahiriah tidak menjamin seorang beriman atau tidak.
Inilah yang dikehendaki Allah, “Tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah . . . menaruh pengharapannya kepada Allah . . . ” (Injil, Surat 1 Petrus 3:4-5).
~
DA
*
Wahai Staff ,
Qs 33:59 itulah yang melambangkan kehebatan agama Islam. Perintah Allah semuanya kami patuhi. Apabila mematuhi perintah Allah, barulah kami dipanggil orang-orang yang beriman. Kami mengambil semua perintah Allah dan menerapkan ke dalam cara hidup kami. Bila mematuhi semua perintah Allah barulah hati kami boleh menjadi suci. Inilah kehebatan Islam.
Bagaimana dengan anda, Adakah anda mengambil semua hukum-hukum di dalam kitab Taurat dan mengamalkan keseluruhannya? Atau pun anda cuma mengambil yang mudah-mudah dan melupakan apa yang sukar di ikuti?
~
Saudara Hajar,
Adalah baik bila melakukan aturan-aturan agama. Namun yang jelas aturan-aruran itu tidak dapat menyucikan hati kita.
Dalam Firman Allah dengan tegas dikatakan, “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor” (Kitab, Nabi Yesaya 64:6). Jika kesalehanpun dianggap seperti kain kotor, bagaimana dengan perbuatan dosa seperti berdusta, mencuri, berzinah, membunuh dan perbuatan keji yang lainnya?
Allah memberi wahyu indah kepada Rasul-Nya bagaimana mendapat hati yang bersih: “Jika kita mengaku dosa . . . Ia [Isa Al-Masih] akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (Injil, Surat I Yohanes 1:9).
Jadi hanya Isa Al-Masih yang dapat menyucikan hati kita, “darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa” (Injil, Surat I Yohanes 1:7).
~
DA
*
Di dalam Al-Quran cuma ada satu arahan, tiada yang berbeda.
Bagaimana dalam Kitab anda ada dua ajaran yang berbeda? Injil, Surat 1 Korintus 11:6,13 dengan Injil, Surat 1 Petrus 3:4-5.
Bagaimana ini boleh terjadi? Allah lupa pada arahan sebelumnya? Tidak mungkin Allah lupa karena Allah maha hebat. Kemungkinan yang ada cuma tinggal manusia menukarkan arahan-Nya.
~
Saudara Hajar benar, Allah Maha hebat. Tentu tidak akan lupa.
Seperti yang kami jelaskan di atas bahwa perilah bertudung dalam Injil, Surat 1 Korintus 11:6,13 adalah masalah kesopanan dan budaya setempat dalam hal jasmani.
Namun Kitab suci Allah juga menekankan, hendaklah seorang wanita jangan memperhatikan penampilan jasmani saja. Tetapi mengutamakan kerohaniannya. “Tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah” (Injil, Surat 1 Petrus 3:4).
Jadi kedua ayat itu tidak bertentangan, bukan?
~
DA
*
Islam itu mengajarkan kebaikan lahir dan batin, bukan seperti Kristen, boleh telanjang asalkan menurut kalian baik.
~
Saudara Gegeng,
Kata siapa orang Kristen boleh telanjang? Kami di sini menyampaikan kebenaran dari Allah, bukan kebenaran akan pikiran manusia.
Kekristenan bukan sekedar cara berpakaian/penampilan. Mari perhatikan firman Allah yang menegur/ mengingatkan orang percaya yang hanya mementingkan penampilan, “Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah,” (Injil, Surat 1 Petrus 3:3).
Dari ayat ini jelas bahwa orang Kristen tidak telanjang, bukan? Jadi setiap orang percaya tentu akan mengenakan pakaian yang sopan.
~
DA
*
Kenapa menyucikan dosa di Kristen harus dengan darah, apakah tidak keliru dalam Kristen darah Tuhan untuk Tuhan? Sementara Dia pengampun segala dosa, tanpa embel-embel korban? Berpikirlah yang benar?
~
Saudara Gegeng,
Bila Saudara Gegeng membaca Alkitab secara keseluruhan, khususnya Taurat dan Kitab Para Nabi, saudara dapat melihat bagaimana manusia sangat tergantung pada korban persembahan. Yaitu harus ada penumpahan darah.
Tapi kita patut bersyukur memiliki Allah yang Maha Tahu dan penuh kasih. Dia berfirman, “. . . tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa” (Injil, Surat Ibrani 10:4). Korban-korban pada zaman Taurat hanya merupakan “. . . bayangan saja dari keselamatan yang akan datang” (Injil, Surat Ibrani 10:1).
Keselamatan yang dimaksudkan ialah Kalimat-Nya, yaitu Isa Al-Masih, telah mempersembahkan diri-Nya mati di kayu salib. Dia telah menjadi “korban agung” untuk mendamaikan Allah dengan manusia. Darah-Nya yang tertumpah di atas kayu salib telah membebaskan manusia dari hukuman dosa.
Demikian Kitab Suci Allah berkata, “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya” (Injil, Surat Roma 3:25).
Artinya dengan kematian Isa Al-Masih darah-Nya telah tercurah, keadilan Allah dinyatakan yaitu dengan menghukum dosa.
~
DA
~
Saudara Hajar,
Terimakasih atas kesetiaan saudara mengunjungi dan memberikan komentar pada situs kami. Maaf karena beberapa komentar saudara kami hapus.
Saran kami, dalam memberi komentar kiranya saudara dapat mengikuti aturan yang sudah kami cantumkan pada setiap artikel yang ada di situs ini.
Berikut kami copy kembali aturan tersebut:
(1) Tidak boleh memakai lebih dari satu kotak.
(2) Pertanyaan / masukan harus berhubungan erat dengan uraian.
(3) Sebaiknya satu atau paling dua pertanyaan / konsep dimasukan dalam satu comment.
(4) Masukan harus selalu sopan dan jangan agresif.
(5) Masukan tidak boleh memuat banyak bahasa lain, misalnya Bahasa Arab.
(6) Masukan harus dalam Bahasa Indonesia yang lazim dimengerti semua orang.
(7) Masukan tidak boleh memakai singkatan-singk atan, misalnya yg, dlm, sdh,dlsbgnya.
(8) Huruf besar tidak boleh dipakai untuk menekankan sesuatu.
(9) Tidak diijinkan mencantumkan hyperlink dari situs lain.
Kami mempersilakan Saudara mengemail untuk pertanyaan / comment yang majemuk. Kami senang menjawabnya.
~
DA
*
Injil, Surat 1 Korintus 11:2-16 = Hiasan kepala wanita.
(5) “Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya”.
(6) “Sebab jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya”.
(10) “Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat”.
~
Saudara Hajar,
Ayat yang saudara kutip menjelaskan bahwa wanita-wanita pada zaman itu memang menggunakan kerudung jika menghadiri pertemuan-pertemuan, termasuk pertemuan ibadah. Karena ini adalah tradisi budaya mereka. Tetapi kerudung bukanlah simbol agama melainkan budaya. Seorang wanita Kristen pun dapat memakai kerudung jika ia mau, tetapi menggunakan kerudung bukanlah hukum wajib.
Menurut saudara manakah yang lebih berkenan bagi Allah. Wanita yang menggunakan kerudung/jilbab tapi hati dan perbuatannya jahat. Atau wanita yang tidak berjilbab tapi hati dan perbuatannya sungguh berkenan di mata Allah? Karena Allah menilai hati manusia, bukan melihat penampilan luar manusia.
~
NN
*
To: Saudara Hajar,
Syalom,
Jika anda membaca Injil, Surat 1 Korintus 11:13-16.
13)“Pertimbangkanlah sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung? 14) bukankah alam sendiri menyatakan kepadamu, bahwa adalah kehinaan bagi laki-laki, jika ia berambut panjang, 15)tetapi bahwa adalah kehormatan bagi perempuan, jika berambut panjang? sebab rambut diberikan kepada perempuan untuk menjadi penudung”.
Perhatikan ayat 15: rambut diberikan kepada perempuan untuk menjadi penudung. Jelas Allah telah memberi wanita anugerah berambut panjang sebagai penudung kepala.
Semoga dapat anda pahami kembali, maksud dari ayat-ayat tersebut, hubungkan dengan ayat-ayat yang berkaitan sampai akhir.
Terimakasih, syalom.
~
Saudara Chandz,
Bagaimana ada dua arahan berbeda di dalam kitab anda? Perhatikan ayat (6) Sebab kalau seorang wanita tidak mau memakai tutup kepala lebih baik rambutnya digunting. Tetapi kalau seorang wanita dicukur kepalanya atau digunting rambutnya, maka itu suatu penghinaan bagi dia. Oleh sebab itu lebih baik ia memakai tutup kepala.
Perhatikan ayat:
15) Tetapi bagi wanita, rambut diberikan kepadanya untuk menutupi kepalanya dan rambut panjang adalah kebanggaannya.
Maksud di sini perempuan kena menutup perkara kebanggaannya. Bagaimana ada dua arahan berbeda? Inilah sebab agama anda berpecah pecah karena setiap kitab menuliskan arahan berbeda. Tidak seperti Al-Quran kami hanya satu.
~
Salam Sdr. Hajar,
Ayat di atas hendak menjelaskan bahwa Allah sudah memberikan rambut kepada manusia, terlebih wanita. Jadi, sekalipun kerudung itu perlu tetapi bukanlah sebuah keharusan yang menjadi kewajiban digunakan. Itulah sebabnya ayat 15 hendak menekankan bahwa rambut sudah cukup menjadi penudung dan juga sebagai kehormatan bagi wanita.
Menurut saudara di mana letak arahan yang berbeda?
~
Salma
*
Maksud dari Qs 33:59 adalah supaya wanita menutup segala aurat yang bisa jadi membangkitkan hawa nafsu para pria. ”supaya mereka mudah dikenal” yang membedakan penampilan antara wanita Muslim dan non Muslim salah satunya adalah dari kerudungnya.
Allah menyuruh manusia untuk taat kepada-Nya. Kerudung itu adalah salah satu bentuk ketaatan wanita terhadap Allah swt. Oleh karena itu kerudung adalah wajib hukumnya dipakai dan salah satu bentuk kesholehan wanita adalah memakai kerudung.
Perkara banyaknya wanita yang memakai kerudung tapi ia bermaksiat, ya manusia itu tidak semuanya benar. Oleh karena itu kita wajib memperingatkan, begitu mbak atau mas.
Wassalamualaikum.
~
Saudara Munawir,
Maaf kami menghapus beberapa komentar saudara, silakan perhatikan aturan dalam memberi komen. Untuk komentar saudara tentang keselamatan, penebusan silakan bahas di sini: http://tinyurl.com/6ntpehg
Terimakasih atas penjelasan maksud dari Qs 33:59. Ada dua, yaitu tidak membangkitkan hawa nafsu para pria dan membedakan wanita Muslim dengan non Muslim.
Menurut kami para pria juga harus dibersihkan dari pikiran yang kotor, apakah saudara sependapat dengan kami? Memang kebanyakan non Muslim tidak berkerudung.
Penampilan lahiriah memang perlu, tetapi yang lebih perlu adalah hubungan baik dengan Allah. “Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu” (Injil, Surat 2 Timotius 3:5). Apakah kita harus menipu Allah dengan penampilan lahiriah yang sepertinya seorang yang taat?
Jadi, berkerudung bukan yang menjamin wanita suci. Jelas penampilan lahiriah tidak menjamin seorang beriman atau tidak.
~
DA
*
Saudara Hajar, terimakasih atas penjelasan saudara. Saya telah tegaskan kepada saudara hubungkan ayat demi ayat sampai akhir.
Ada 3 bagian dalam Injil, Surat 1 Korintus 11:
1.Permasalahan: bagi wanita merupakan penghinaan apabila rambutnya dicukur (menyalahi kodrat), sebaiknya ia menudungi kepalanya (ayat 6)
2.Keharusan: wanita harus memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat (ayat 10)
3.Solusi/anugerah: adalah kehormatan bagi perempuan, jika ia berambut panjang? Sebab rambut diberikan kepada perempuan untuk menjadi penudung (ayat 15)
Jelas di sini satu arah yang berkaitan, sudah jelaskah anda arti penudung dalam ayat-ayat ini? Adakah ayat tersebut mengatakan bahwa penudung itu adalah kerudung?
*
Saudara Chandz baiklah, saya tidak mau mengatakan perkara yang sama. Katakanlah saya terima kata-kata anda. Tapi bagaimana pula dengan wanita berambut pendek? Bukan semua wanita berambut panjang. Jikalau berambut panjang sekali pun, berapa panjangkah rambut itu di perlukan?
Arahan agama anda ini tidak lengkap.
~
Saudara Hajar,
Allah tidak pernah membuat aturan tentang harus berapa panjang rambut wanita atau berapa pendek rambut pria. Jadi yang terpenting bukanlah berapa panjang atau pendek rambut, karena semua itu tidak menyucikan hati dan tidak memberikan jaminan keselamatan.
“Isa bersabda: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
Menemukan Jalan, Kebenaran, dan Hidup bersama Allah, adalah jauh lebih penting daripada aturan tentang rambut.
Sudahkah saudara menemukan Jalan tersebut? Kami menghimbau saudara mengunjungi url ini http://tinyurl.com/6ntpehg
~
DA
~
Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.
Staff IDI mengharapkan komentar dari para pembaca. Kami minta agar komentar hanya menanggapi pertanyaan-pertanyaan berikut. Kalau komentar tidak berhubungan dengan artikel di atas dan/atau tiga pertanyaan di bawah ini, pasti dihapus.
1. Mengapa wanita solehah identik dengan wanita berjilbab dalam agama Islam?
2. Apa kriteria menjadi seorang wanita solehah?
3. Mengapa Kitab Suci Allah mementingkan karakter dari seorang istri, dan tidak mementingkan cara berpakaian seperti yang dituntut dalam Al-Quran?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus. Untuk komentar atau pertanyaan yang berbeda, silakan kirim lewat email ke staf kami di: .
Demikian, kami harap diskusi kita akan menjadi semakin terarah dan tidak keluar dari topik artikel.
Staf Isa dan Islam
*
Staff Isa, anda mengatakan “Allah tidak pernah membuat aturan tentang harus berapa panjang rambut wanita atau berapa pendek rambut pria. Jadi yang terpenting bukanlah berapa panjang atau pendek rambut, karena semua itu tidak menyucikan hati dan tidak memberikan jaminan keselamatan.”
Perhatikan, karena tidak lengkap hukum di dalam ajaran agama anda menyebabkan wanita Kristen berbikini di tepi pantai. Malah ada yang tidak berbaju langsung berjemur di pantai. Di bandar pula memakai strit yang pendek membirahi pria. Malah wanita Kristen menjadi iklan menjual barang dengan memamerkan tubuh mereka. Tidak lengkap agama anda menjadikan wanita dipergunakan pria. Adakah Tuhan anda tidak tahu perkara ini?
~
Saudara Hajat,
Manusia diberi pikiran, akal oleh Tuhan. Dan seseorang yang di dalam Kristus (Al-Masih) dipersatukan dengan Dia dan bukan lagi hamba-hamba dosa (Injil, Surat Roma 6:5-6).
Jelas orang Kristen, bukan yang “mengaku beragama Kristen” akan hidup bagi Allah. Memiliki moral dan etika dalam berpakaian, tentu berpakaian rapi dan sopan meskipun tidak berkerudung. Allah melihat hati. Bukan keadaan luar, seperti cara berpakaian yang dituntut dalam Al-Quran.
Bagaimana dengan orang Muslim, tidak adakah yang melakukan perbuatan seperti yang saudara tuliskan di atas tersebut? Apakah para Muslimah berkerudung semua? Apakah semua yang berkerudung dijamin hatinya suci?
~
DA
*
Staff Isa dan Islam,
Umat Nasrani tidak usah repot mengurus soal hijab Muslimah karena hijab memang tidak akan ada manfaatnya untuk umat Nasrani. Hijab bagi umat Islam merupakan jati diri sebagai awal niat untuk meningkatkan iman. Hijab bagi Muslimah juga sebagai tameng diri untuk menutup aurat (kepercayaan kami sebagai Muslim, Nasrani tidak perlu percaya) menghindari dari kejahatan mata kaum pria yang tergoda syawat.
Wanita berhijab memang belum tentu solehah, tetapi wanita solehah pasti berhijab. Dan wanita tidak berhijab pasti jauh dari sifat solehah.
~
Saudara Abdul Aziz Alaydrus,
Kami tidak mempermasalah hijab Muslimah. Tetapi melalui artikel di atas kita belajar bersama untuk berkenan dihadapan Allah. Apakah menurut saudara Allah berkena bila kita berhijab, tetapi hati kita kotor, menyimpan dosa?
Saudara Abdul, menurut saudara “Hijab bagi umat Islam merupakan jati diri sebagai awal niat untuk meningkatkan iman”. Tapi Saudara juga mengatakan “Wanita berhijab memang belum tentu solehah” bisa dijelaskan?
Menurut saudara wanita solehah itu yang bagaimana? Mungkin saudara Abdul dapat memberikan penjelasan, terimakasih.
Menurut kami bukan hanya para wanita saja yang disalahkan, tapi para pria juga harus dibersihkan dari pikiran yang kotor, apakah saudara sependapat dengan kami?
~
DA