Mungkin Anda, seperti banyak wanita merasa mendapat tekanan mengenai hukum wanita memakai hijab. Contohnya, ada teror yang menimpa Afiyan (bukan nama sebenarnya), siswi kelas X SMA Negeri Sragen karena ia tidak berhijab.
Salah satu pengurus Rohis (Rohani Islam) mengirim pesan WhatsApp tiap hari. Isinya penuh dengan kata-kata intoleran dan menghina orang tua. Tentu karena hal ini, Anda bisa mengerti akhirnya Afiyan pindah ke sekolah lain.
Bagaimana sejarah hukum wanita memakai hijab yang sebenarnya? Bagaimana Anda mungkin menasihati Afiyan? Apakah Anda masih bisa berkenan di hadapan Allah tanpa berhijab?
Asal-Usul Hijab dan Hukum Pemakaian Hijab
1. Menurut Sejarah
Sejarah hijab sudah ada dari jaman purbakala. Beberapa peneliti mengatakan sejak 2500 SM.
Beberapa kebudayaan kuno memakai hijab sebagai pemisah antara wanita bangsawan dengan wanita biasa. Namun pada kebudayaan lainnya, hijab menjadi tanda bagi prostitusi.
Pada awalnya suku bangsa Arab kuno malah tidak menggunakan hijab.
2. Hukum Wanita Memakai Hijab Menurut Islam
Pada awalnya para isteri Muhammad tidak mengenakan hijab. Menurut beberapa Hadith, Umar sebagai teman yang pertama kali mengusulkan hal ini.
“Para isteri Nabi biasanya pergi ke Al-Manasi (tempat terbuka untuk buang hajat) . . . Umar biasa berkata kepada Nabi, ‘Biarkan istrimu terselubung,’ tetapi Rasul Allah tidak melakukannya. Suatu malam Sauda, isteri Nabi pergi dan dia adalah seorang wanita yang tinggi. Umar memanggilnya dan berkata, ‘Aku bisa mengenalimu, wahai Sauda.’ Dia berkata demikian, ketika dia ingin sekali agar ayat-ayat Al-Jilbab dapat diturunkan. Jadi Allah mengungkapkan ayat-ayat ‘Al-Jilbab’” (Shahih Bukhari 1:4:148, Sahih Bukhari 8:74:257, Sahih Muslim 26:5398 dan Sahih Muslim 26:5397).
Setelah peristiwa ini barulah muncul ayat lain mengenai hukum wanita memakai hijab dalam Islam.
Tahukah Anda sampai sekarang belum ada kesepakatan dari para ulama mengenai keharusan atau hukum wanita memakai hijab? Dan juga seberapa tertutup hijab yang wajib bagi wanita.
Mungkin Anda pernah mendengar sebagian ada yang mewajibkannya. Namun sebagian ulama berpendapat tidak wajib. Sebagian menyatakan hanya boleh terlihat mata, sebagian lainnya boleh terlihat wajah.
Konsekuensi Hijab Pada Masyarakat Modern
Walau belum ada kesepakatan ulama, banyak dinamika terjadi pada masyarakat. Di beberapa daerah ada tekanan kuat untuk wanita berhijab. Sekalipun bukan beragama Islam.
Selanjutnya pada beberapa daerah hijab seakan menjadi “keharusan” untuk keamanan wanita. Juga mengurangi tanggung-jawab pria jika melakukan kejahatan pada wanita tidak berhijab.
Bahkan ada salah satu kepala daerah (RM) mengatakan: “perempuan tak berpakaian syariah layak diperkosa.” Walaupun setelah itu beliau menarik perkataannya.
Bagaimana pendapat Anda mengenai hukum wanita memakai hijab pada jaman modern ini? Sampaikan jawaban Anda di sini.
Sikap Isa Al-Masih Terhadap Hijab
Tahukah Anda, menurut ajaran agama Islam dan Nasrani, hanya Isa-lah yang akan menghakimi dunia pada hari kiamat? “Demi Allah . . . sesungguhnya . . . Isa Anak Maryam akan turun . . . . Dia akan menjadi Hakim yang adil” (HSM 127, HSB 1090). Karena itu sangat penting kita mempertimbangkan sikap Isa mengenai hijab, bukan? Email kami mengenai hikmat mengutamakan ajaran Isa dalam hal hijab.
Tidak satu kata pun dari Isa yang memerintahkan atau melarang pemakain hijab. Isa hanya memperingati orang jangan merasa lebih saleh hanya karena penampilan luar.
Dalam hal berhijab seyogyanya anak mengikuti nasehat orang-tua dan isteri mengikuti nasehat suami. Juga tidak salah menyesuaikan diri dengan kondisi masyarakat.
Mengapa demikian? Karena Allah tidak memperhatikan apakah wanita berhijab atau tidak! Perhatikanlah wahyu Allah kepada Nabi Samuel, “. . . . Janganlah menilai orang dari rupanya . . . Manusia menilai dari apa yang dilihatnya, tetapi Aku, Tuhan, menilai apa yang ada dalam pikiran dan hati orang” (Taurat, Kitab Nabi I Samuel 16:7).
Berhijab atau Tidak: Cara Mempunyai Hati yang Berkenan pada Allah
Kita sering kecewa dengan diri sendiri. Merasa masih kurang saleh. Untuk mengatasinya, mintalah dua hal berikut dari Isa Al-Masih!
- Minta Isa Al-Masih membersihkan hati Anda dari segala sesuatu yang tidak berkenan kepada Allah.
“. . . Kristus [Isa Al-Masih] telah mati untuk menyucikan [membersihkan] kita dari dosa” (Injil, I Yohanes 1:9). - Minta Isa Al-Masih menjadikan Anda seorang yang baru
“. . . Jangan heran, kalau Aku berkata kepadamu, ‘Kamu harus dilahirkan kembali’” (Injil, Yohanes 3:7). Dengan kata lain, Isa Al-Masih akan menjadikan Anda seorang yang baru dengan hati yang baru dan kemauan yang baru! Seakan-akan “dilahirkan kembali!”
Jadi, masalah yang Anda hadapi bukan tentang berhijab atau tidak. Tetapi tentang bagaimana mengalami permbersihan dosa dan mendapat hati yang baru. Berimanlah pada Isa Al-Masih. Menjadi pengikut-Nya. Maka dua hal itu akan terjadi dalam hidup Anda!
[Staf Isa Islam Dan Kaum Wanita – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa Islam Dan Kaum Wanita.]
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Bagaimana pendapat saudara mengenai asal-usul ayat hijab yang bermula dari perkataan Umar?
- Bagaimana relevansi hijab untuk wanita modern sekarang ini? Jelaskan jawaban saudara.
- Bagaimana pendapat saudara mengenai ajaran Isa Al-Masih yang tidak menyinggung hal berhijab (Injil, Matius 5:28)?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini tiga link yang berhubungan dengan artikel di atas “Hukum Wanita Memakai Hijab, Bagaimana Sejarah Sebenarnya?”. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Apakah Cadar Dan Hijab Menjamin Ibadah Kita Diterima Allah?
- Kesetaraan Gender Dalam Islam, Polemik Hijab dan Poligami
- Benarkah Wanita Tidak Berhijab Layak Diperkosa?
Video:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
~
Saya senang dengan web ini, mengingatkan saya pada web akalbudiislam. Semoga Tuhan memberkati webmaster dan tim.
~
Saudara John,
Terimakasih atas respon positifnya. Bersyukur jika web ini bisa bermanfaat dan memberkati saudara. Kiranya juga bisa memberkahi saudara-saudara Muslim dan membantu untuk menemukan kebenaran Allah yang sejati.
~
Noni
~
Apakah cadar dan hijab menjamin ibadah kita diterima Allah? Bunda Maria saja pakai hijab. Kristen tidak pakai hijab. Bagimana ceritanya Kristen tidak mau pakai hijab sedangkan bunda Maria pakai hijab.
~
Saudara Angga,
Baik sekali pertanyaan saudara. Mengenai kerudung bagi kepala wanita padamulanya adalah pakaian yang umum di wilayah Timur Tengah dan dibeberapa wilayah lainnya. Pemakainnya bukan atas dasar agama tertentu namun padamulanya karena kondisi padang pasir, tetapi juga karena alasan tradisi budaya dan kemudian juga etika.
Berkerudung itu baik tetapi yang utama adalah menjaga kebersihan hati. Sia-sia jika berkerudung namun dibaliknya terselubung iri hati, keserakahan, dan segala nafsu. Lihatlah, apakah mereka yang berkerudung sudah suci hidupnya?
~
Noni
~
Bunda Maria berhijab/berkerudung. Kenapa orang Kristen tidak berkerdung?
~
Saudara Ronny Santoso,
Memang benar bahwa Maria dan perempuan lainnya pada masa Isa Al-Masih telah menggunakan kerudung. Demikianlah berkerudung itu adalah budaya bangsa-bangsa di Timur Tengah. Hal itu ada kaitannya dengan kondisi alam di sana yang cukup panas dan terik pada siang hari. Demikianlah hingga saat ini orang Kristen di Yerusalem, Mesir, Yordania, Pakistan, mereka menggunakan kerudung pula.
Tetapi perhatikan, bahwa bunda Maria berkerudung dan moralitasnya pun tinggi. Bagaimana dengan di sekitar kita ada wanita yang berkerudung namun perilakunya sama dengan wanita yang tidak saleh. Wanita seperti itu pun butuh kemerdekaan dari kuasa dosa yang mengikatnya. Sekalipun di kerudung, dia tetap takluk oleh hawa nafsu. Jadi siapakah yang dapat melepaskan manusia dari kutuk dosa? Jika berkenan kita bisa berdiskusi bersama, silakan hubungi SMS/ WA 0812-8100-0718
~
Noni
~
Berkerudung itu baik tetapi yang utama adalah menjaga kebersihan hati. Sia-sia jika berkerudung namun dibaliknya terselubung iri hati, keserakahan, dan segala nafsu. Lihatlah, apakah mereka yang berkerudung sudah suci hidupnya?
~
Noni
Tanggapan :
Apakah saudari merasa suci ? Orang suci memang baik, tapi merasa suci itu keterlaluan dan bisa jadi bisikan setan telah merasuki dada anda.
~
~
Saudara Ronny Santoso,
Terimakasih atas tanggapan saudara. Kami setuju dengan saudara bahwa kita tidak boleh menyombongkan diri. Namun kita juga tidak boleh menyembunyikan apa yang baik. Misalnya saudara mengalami pengalaman yang baik setelah mengonsumsi suatu obat, normalnya saudara akan membagikan pengalaman baik itu kepada orang yang belum alami.
Demikianlah kami bersyukur sebab kami telah disucikan, bukan karena amal ibadah, tetapi karena pengorbanan Isa Al-Masih. Kitab suci berkata: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” (Injil, Surat Efesus 2:8-9). Apakah saudara mau mengalami Isa Al-Masih menyucikan hidup saudara?
~
Noni