Kita semua senang dengan film super hero karena si pahlawan menyelamatkan dan membela orang lain, khususnya wanita.
Umat Islam percaya bahwa Muhammad membela wanita karena mengontrol poligami. Namun, ada beberapa masalah wanita Islam karena wanita berada pada posisi kedua setelah pria.
Siapakah dapat membela wanita di dunia dan akhirat? Mari, membaca artikel ini jika merasa kurang dihargai dan ingin mencari pembela yang baik.
1. Suami Boleh Memukul Istri
Setiap wanita berharap untuk memiliki keluarga yang harmonis. Tak jarang istri melepaskan karier, keluarga, dan teman-teman mereka demi suami yang dicintainya. Sayangnya, dalam setiap pernikahan ada pertengkaran. Sebagai pemimpin rumah tangga, bagaimana suami menyelesaikan perseteruan dan perbedaan?
Tugas kepala rumah tangga adalah melindungi keluarga. Hal ini bukan berarti suami dapat berlaku kasar terhadap anggota keluarganya. Ajaran Islam menyarankan agar seorang suami memukul istrinya atau pisah ranjang jika istri sulit diatur.
“Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya …” (Qs 4:34).
Apakah ajaran ini membela wanita?
2. Wanita Dianggap Kurang Berakal
Hadits Sunan Ibnu Majah No. 3993 Nabi Islam berargumen kesaksian dua orang wanita sama dengan kesaksian seorang laki-laki yang merupakan tanda kekurangan akal dan agama. Dalam Hadits Shahih Al-Bukhari No. 2464, Nabi Islam bersabda bahwa persaksian seorang wanita sama dengan setengah persaksian seorang laki-laki, itu tanda setengah akalnya.
Apakah pikiran itu menghargai para wanita?
3. Wanita Memiliki Harapan Kecil untuk Kehidupan Setelah Kematian
Nabi Islam berkata bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah para wanita karena mereka melaknat dan mengkhianati perlakuan suami (Hadits Sunan Ibnu Majah No. 3993). Mengapa demikian?
4. Prajurit Dapat Berhubungan Seks Dengan Tawanan Wanita
Praktik orang Muslim berhubungan seks dengan tawanan wanita muncul dalam Hadits. Turun ayat yang mengizinkan prajurit Islam untuk menyetubuhi wanita tawanan yang suci (tidak ada janin dalam perutnya) meskipun ia mempunyai suami (Shahih Muslim no. 2643-2644).
Apakah wanita-wanita tawanan berhubungan seks dengan pembunuh keluarga mereka dengan senang hati? Muhammad mengizinkan prajurit berhubungan seks dengan tawanan wanita.
Apakah Muhammad Membela Wanita?
Nabi Islam memperbolehkan suami memukul istri. Ia menegaskan bahwa kebanyakan orang di neraka adalah wanita. Ia juga mengizinkan prajurit berhubungan seks dengan tawanan wanita. Jadi, apakah Muhammad dapat dianggap membela wanita?
Mari kita pikirkan. Karena suami telah menafkahi istrinya, apakah dia berhak berlaku kasar? Bukankah seharusnya suami menjadi pembela bagi istrinya?
Ajaran Isa Al-Masih: Kasihilah Istrimu
Isa Al-Masih memberikan jawaban tentang pertanyaan-pertanyaan tersebut. “Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia” (Injil, Surat Kolose 3:19). Selain itu Injil menasihati, “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus [Isa] telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya” (Injil, Surat Efesus 5:25).
Perlakuan kasar suami terhadap istri melukai tubuh dan hati sang istri. Menasihati istri dengan penuh kasih adalah cara yang lebih baik daripada memukul. Dengan demikian, suami dapat mengasihi seluruh anggota keluarganya.
Isa Al-Masih Datang Untuk Menyelamatkan Pria dan Wanita
Isa Al-Masih datang ke dunia untuk menyelamatkan pria dan wanita. Semua orang yang percaya pada Isa akan memiliki hidup kekal di surga dengan Allah. Isa selalu memandang pria dan wanita sama.
Firman Allah dalam Kitab Suci Injil mengatakan, “Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus [Isa Al-Masih]. Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus … tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus [Isa]” (Injil, Surat Galatia 3:26-28).
Sabda Isa Al-Masih, “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:12).
Sebagai wanita, apakah Anda rindu mendapatkan bagian dalam janji itu? Renungkan ayat berikut ini, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia [Isa Al-Masih] adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (Injil, Surat 1 Yohanes 1:9).
Janji ini diberikan Isa Al-Masih bagi semua orang termasuk wanita. Ajaran Isa Al-Masih mendukung hak-hak wanita. Isa adalah pembela wanita. Maukah Saudara mengalami janji penyucian dosa ini dalam hidup Saudara? Berimanlah kepada Isa Al-Masih hari ini!
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut Saudara, perlakuan kasar terhadap wanita Muslim diizinkan?
- Bagaimana ajaran Islam memandang peranan isteri dalam sebuah keluarga?
- Menurut Saudara, mengapa peranan wanita dianggap kurang bernilai daripada laki-laki?
Anda dapat belajar lebih dalam tentang kematian Isa dan kasih-Nya di sini.
[Staf Isa Islam Dan Kaum Wanita – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa Islam Dan Kaum Wanita.]
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Mukmin Pria dan Wanita di Sorga
- Ilmu Pengetahuan: “Wanita Superior Daripada Pria”?
- Apakah Firdaus Bagi Wanita Islam Juga?
- 7 Alasan Utama Pria Muslim Berpoligami dan Dampaknya
Video:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
~
Staff,
Saya mohon saudara mengutif haditsnya dengan benar. Jangan hanya menyimpulkan kemudian menulis menurut hadist nomor sekian. Itu tidak adil. Kita perlu tahu redaksi haditsnya secara langsung, bukan menurut kesimpulan saudara dan nomor haditsnya saja.
mengapa? Ad indikasi saudara mencatut hadits yang tidak sesuai dengan referensi yang saya miliki.
Ada hadis yg saudara bahas di atas, beserta perawi dan nomornya yang tidak sesuai. Seharusnya itu bukan tentang wanita, tetapi hadits tentang pemerintahan.
Mohon diperhatikan bahwa dalam Islam, mencatut ayat atau hadits harus sesuai, tidak bisa dipenggal-penggal, lalu dimasukan atau dicocok-cocokkan dengan bahasan.
Diskusi tidak valid sebelum saudara mengoreksi hal tersebut. Terimakasih.
~
Sdr. Tiki,
Terimakasih untuk saran yang Anda berikan.
Dapatkah Anda bantu klarifikasikan, bagian hadits mana dalam artikel yang tidak sesuai dengan referensi hadits yang Anda miliki?
~
Yuli
~
Ini Qs 4:34 versi Anda. Jika seorang isteri tidak mendengarkan suaminya, sang suami harus memarahinya. Jika tidak berhasil, suruh isteri tidur di kasur lain. Jika isteri masih tidak hormat, suami harus memukulnya.
Bandingkan dengan versi departemen agama. Anda rubah kata “menasihati” dengan kata “marah”. Bahasa Al-Quran-nya “pasholihatun”, artinya nasihat. ” … Adapun wanita-wanita yang kalian kawatirkan akan ketidaktaatannya maka nasihatilah mereka, dan tinggalkanlah di tempat-tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Akan tetapi jika mereka sudah mentaati kalian maka janganlah kalian mencari-cari jalan (untuk menyakiti) mereka, sesungguhnya Allah itu Mahatinggi Mahabesar” (Qs, 4:34)
~
Sdr. Tiki,
Terimakasih untuk komentar Anda. Kutipan bunyi ayat Qs 4:34 seperti yang Anda tuliskan memang benar demikian. Kami tidak sedang mengganti kata “menasihati” dengan “marah”. Sebaliknya, mari telaah lebih jauh makna tersirat dari ayat tsb. Ketika hukuman pemisahan ranjang dan pemukulan terjadi, kondisi emosional apakah yang terlibat di sana? Amarah pasti berperan sangat besar di dalamnya.
~
Yuli
~
Terjemahan 4:34
“… Maka wanita-wanita yang shalihah adalah yang qanitah (ahli ibadah), yang menjaga (kehormatannya) taatkala suami tidak ada dengan sebab Allah telah menjaganya. Adapun wanita-wanita yang kalian kawatirkan akan ketidaktaatannya maka nasihatilah mereka, dan tinggalkanlah di tempat-tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Akan tetapi jika mereka sudah mentaati kalian maka janganlah kalian mencari-cari jalan (untuk menyakiti) mereka, sesungguhnya Allah itu Mahatinggi Mahabesar”
Ini dalam kontek taat kepada suami yang tidak betentangan dengan ketaatan kepada Allah. Tapi jika ketaatan kepada suami bertentangan dengan ketaatan kepada Allah, maka istri wajib tidak patuh pada suami.
~
Sdr. Tiki,
Baik sekali penjelasan Anda tentang konteks ketaatan istri pada suami yang tidak bertentangan dengan ketaatan kepada Allah. Kami sepaham dalam hal tsb karena Allah adalah sumber kebenaran sehingga ketaatan kepada-Nya menjadi hal utama yang tidak bisa diabaikan.
Namun, bagaimana dengan konsep poligami sendiri? Bagaimana dengan istri yang menolak dipoligami suaminya? Berkaitan dengan Qs 4:3, apakah penolakan istri termasuk ketidaktaatan terhadap suami, atau ketidaktaatan kepada Allah? Namun, bukankah firman Allah dalam kitab suci tertulis sbb: “… TUHAN telah menjadi saksi antara engkau dan isteri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal dialah teman sekutumu dan isteri seperjanjianmu … Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya” (Kitab Nabi Maleakhi 2:14-15). Bagaimana pandangan Anda dalam hal ini?
~
Yuli
~
Berikut tafsiran dari Qs 4:34
Adapun wanita yang bermasalah, yang kalian kawatirkan tidak taat pada kalian, maka kalian harus melakukan langkah-langkah untuk mengembalikannya kepada kondisi normal. Yang pertama: nasihatilah dia, kalau ini tidak mempan maka tingggalkanlah di tempat tidur. Akan tetapi bila terpaksa dua tahap ini tidak mempan juga, maka kamu dengan terpaksa boleh memukulnya dengan pukulan yang tidak menyakitkan dan tidak membahayakan. Jika dengan ini mereka sudah kembali taat, maka kalian jangan mencari-cari kesalahnnya lagi untuk bisa menyakitinya lagi, karena sesungguhnya Allah itu Maha Tinggi Maha Besar (sehingga lebih mampu untuk membalas kalian).
~
Sdr. Tiki,
Menurut Anda, pukulan seperti apakah yang tidak menyakitkan? Pada praktiknya, bentakan tanpa pukulan pun sudah mendatangkan luka batin yang sulit hilang. Apalagi pukulan seringan apapun yang mustahil tanpa melibatkan emosi si pemukul. Efek psikisnya tentu sangat membekas bagi si korban. Nah, apakah cara ini efektif mengatasi ketidaktaatan istri? Bukankah akan semakin menimbukan kebencian dan dendam?
~
Yuli
~
Mau bertanya balik kepada penulis. Seberapa hebat penghargaan Alkitab kepada wanita? Baca kitab Ulangan 25:11-12 “Apabila dua orang berkelahi dan isteri yang seorang datang mendekat untuk menolong suaminya dari tangan orang yang memukulnya, dan perempuan itu mengulurkan tangannya dan menangkap kemaluan orang itu, maka haruslah kaupotong tangan perempuan itu; janganlah engkau merasa sayang kepadanya”. Menurut kalian, hukum Tuhankah yang seperti ini? Sebegitu hinanya nilai seorang perempuan. Itu belum seberapa. Masih banyak ayat aneh lain. Adil itu bijak.
~
Sdr. Gembala Sapi,
Bukankah Al-Quran mengimani hukum Taurat sebagai hukum yang Allah berikan lewat nabi Musa? Apakah Anda lupa atau belum tahu bahwa Hukum Taurat tertulis dalam lima kitab Musa, dimana kitab Ulangan seperti yang Anda cuplikkan di atas adalah satu diantaranya?
Intisari dari hukum yang tertulis dalam kitab Ulangan 25:11-12 adalah penghormatan terhadap harkat manusia. Sekalipun tindakan seseorang dimaksudkan untuk membela orang yang dikasihinya, namun bila tindakan tersebut melecehkan harkat orang lain, Allah tindak membenarkan tindakan tsb. Intisari dari hukum Taurat ini telah Isa Al-Masih rangkum dalam hukum ke-2 dari Hukum Kasih yang Ia ajarkan: “… Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Injil, Rasul Besar Matius 22:39).
~
Yuli
~
Ini kedok dan sandiwara untuk mengelabui umat. Membaca ayat dan hadits jangan sepotong-sepotong, harus integral dan menyeluruh. Seakan-akan ajaran Islam itu keras, tidak punya kasih sayang.
Ini jelas adalah kedok. Wahai saudara-saudaraku, jangan terpengaruh dengan kegiatan ini. Kita harus ajeg istiqomah dalam berpegang teguh kepada berita yang shohih dan mutawatir, yaitu Al-Quran dan sunnah/alhadits nabi Muhammad SAW.
~
Sdr. Jamaluddin,
Dapatkah Anda konfirmasikan bahwa ayat Al-Quran dan Hadits yang kami cuplikkan dalam artikel adalah berita yang tidak shahih? Bukankah semua itu tertulis dalam Al-Quran dan hadits-hadits shahih yang diimani umat Muslim? Itulah sebabnya selalu kami cantumkan alamat surah dengan jelas agar setiap pembaca dapat memeriksanya langsung dari sumber kitabnya, serta mempertimbangkan lebih dalam, sungguhkah ini ajaran Allah.
~
Yuli
~
Fakta 1, sudah banyak penjawab dari komentar-komentar di atas.
Fakta 2, sains sudah membuktikan bhwa otak laki-laki lebih besar daripada otak perempuan. Tetapi walau memiliki otak lebih kecil, perempuan bisa unggul dari akal/pikiran lelaki “…saya melihat kalian kurang akal dan agama (tetapi) sanggup mengalahkan akal (kaum) lelaki… (HR. Bukhari Muslim)”.
Fakta 3, menjadi pelajaran untuk menjadi wanita yang pandai bersyukur. Apa susahnya? Daripada menjadi wanita yang tidak pandai bersyukur alias rakus.
Fakta 4, dalam hal ini “budak”. Anda perlu mempelajari sistem perbudakan jaman dahulu. Lalu bagaimana Islam mengaturnya dan saat ini apakah masih ada perbudakan?
Jangan baca seabgian ayat saja. Karena kami sebagai Muslim saja kalau membaca sebagian banyak yang tersesat. Diskusikan juga dengan ahli agama.
~
Sdr. Qikhaw,
1) Tentang hasil penelitian otak manusia, besarnya volume otak tidak menentukan kecerdasan seseorang. Justru seberapa banyak lipatan cortex pada otaklah yang menentukan kecerdasannya. Maka, perkataan Muhammad yang merendahkan akal wanita tidak berkorelasi dengan sains. Berikut kami kutipkan bunyi yang lebih tepat untuk hadits yang Anda maksud: “Tidaklah aku pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya sehingga dapat menggoyangkan laki-laki yang teguh selain salah satu di antara kalian wahai wanita” (HR. Bukhari no. 304).
2) Tentang fakta perbudakan, Islam hanya mengatur sistem perbudakan tanpa pernah menghapuskannya. Fakta sejarah mencatat bahwa sistem perbudakan justru dipelopori oleh para tuan tanah berkebangsaan Inggris yang sungguh-sungguh menerapkan ajaran kasih Isa Al-Masih, dimana Isa telah mengembalikan konsep kesetaraan pria-wanita seperti sejak semula Allah menciptakan manusia (Taurat, Kitab Kejadian 2:18), serta tiadanya perbedaan derajat antar manusia di dalam Isa Al-Masih (Surat Galatia 3:28).
~
Yuli
~
Tidak objektif. Arti Al-Quran surat 4 ayat 34 tidak seperti itu. Itu jelas provokator, provokasi dalam penerjemahan. Nabi Isa melarang provokator dan berbohong dalam rangka mencari kebenaran.
Semoga keselamatan diberikan kepada yang mengikuti petunjuk Tuhan pencipta alam semesta.
~
Sdr. Budy,
Jika Anda menganggap arti Qs 4:34 bukan seperti yang tertulis dalam artikel, silakan Anda klarifikasikan di forum ini. Kami tunggu kesediaan Anda.
~
Yuli
~
Bila kita baca dalam Al-Quran, banyak sekali ayat yang mendiskriminasi para wanita. Berbeda dengan Alkitab mengatakan wanita harus dikasihi dan dihormati.
~
Sdr. Abraham Manaha,
Terimakasih untuk kunjungan dan komentar Anda pada artikel kami di atas.
Menanggapi pernyataan Anda mengenai perbedaan Al-Quran dan Alkitab dalam menempatkan wanita, akan lebih membantu para pembaca bila Anda bersedia memberikan contoh konkrit dari ayat-ayat, baik dalam Al-Quran maupun Alkitab yang mendasari penilaian Anda di atas. Dengan demikian, semua rekan pembaca dapat semakin terdorong untuk menggali dan menemukan sendiri, manakah kebenaran sejati dari Allah.
~
Yuli
~
Kepada Saudara Tiki,
Kalimat dalam Qs. 4:34 “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka …”.
Di isini wanita sudah dipukul, baru kalimat selanjutnya: “… Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya …”. Seharusnya cukup dinasehati, jangan lagi ditambah dengan pisah ranjang dan pukulan. Kalau sudah begitu, wanita biasanya mengalah dan pasrah, daripada babak belur.
~
Sdr. Abraham Manaha,
Apa yang Anda sampaikan tentang reaksi para isteri ketika mengalami KDRT dari pihak suami memang banyak kita temukan dalam kenyataan. Karena faktor budaya Timur dan sebagian juga karena ajaran agama yang menuntut ketaatan isteri pada suami sang penentu sorganya isteri (silakan baca: http://tinyurl.com/yavnvbgl), kebanyakan isteri akhirnya lebih memilih “diam” atas tindakan kekerasan suaminya.
Namun, apakah kondisi yang seperti ini dapat memberikan solusi yang baik bagi keluarga tsb? Maka kami sepakat dengan pendapat Anda. Dapat kembalikah kebahagiaan rumahtangga setelah terjadinya KDRT? Bukankah yang ada justru “api dalam sekam” yang kapan pun bisa menghanguskan? Apakah Allah yang Maha Bijaksana tidak mampu memperkirakan kemungkinan ini? Maka yang menjadi pertanyaan pentingnya, sungguhkah Allah menghendaki para suami memukul isteri yang “dianggapnya” nusyuz sebagaimana isi Qs 4:34? Apakah Allah tidak memiliki cara lain yang lebih bijak untuk mengembalikan keutuhan dan kebahagiaan sejati dalam rumahtangga?
~
Yuli