Beberapa waktu yang lalu, seorang artis wanita Indonesia menyelesaikan studi S2 dari salah satu universitas bergengsi di dunia. Banyak orang yang memberikan selamat atas pencapaiannya. Tetapi, ada juga yang mengatakan bahwa hal itu adalah sia-sia.
Beberapa masih menganggap bahwa seorang wanita tidak perlu berpendidikan tinggi karena pada akhirnya akan menjadi ibu rumah tangga. Suamilah yang perlu pendidikan tinggi karena posisinya dalam keluarga lebih tinggi.
Bagaimana sebenarnya derajat wanita dan pria Islam di mata Allah? Bacalah artikel berikut untuk menemukan jawabannya.
Apakah Wanita Kurang Cerdas?
Menurut Qs 2:282, kesaksian seorang pria setara dengan kesaksian dua orang wanita. “. . . persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki di antaramu. Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi . . .” Secara tidak langsung, ayat ini menyatakan bahwa pendapat wanita kurang penting, hanya setengah seorang pria.
Kenyataannya, di pengadilan, kasus dapat dimenangkan dengan dua kesaksian wanita saja. Tidak jarang juga ada kesaksian palsu yang disampaikan oleh dua pria. Ini menunjukkan bahwa seharusnya bukan jenis kelamin yang menentukan keabsahan sebuah informasi, tetapi kebenaran.
Wanita dan Pria dalam Pernikahan Islam
Hukum poligami dalam Qs 4:3 juga menunjukkan perbedaan derajat wanita dan pria Islam. “. . . kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat . . .” Seolah-olah wanita hanyalah pemuas kebutuhan seksual seorang pria.
Selain itu, suami boleh memukul istrinya jika istri melakukan kesalahan (Qs 4:34). Lalu, bagaimana jika seorang suami melakukan kesalahan? Adakah ayat dalam Al-Quran yang mengizinkan istri memukul suaminya karena alasan yang sama? Tidak ada!
Hadiah di Surga
Jika di dunia wanita sudah berada di bawah pria, bagaimana dengan di surga? Barangkali akan mengalami perubahan status?
Ternyata tidak! Dalam Islam, seorang wanita tetap akan menjadi kelas kedua bahkan di surga. Surga adalah hadiah bagi pria atas perbuatan mereka di dunia. Hadiah itu seperti “bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik” (Qs. 56:23).
Tidak ada informasi hadiah apa yang didapat wanita di surga dalam Al-Quran. Apakah ketidak-adaan informasi ini menyatakan bahwa tidak ada yang spesial bagi wanita di surga?
Pengajaran tentang derajat perempuan dan pria Islam berbeda dengan pengajaran di Kitab Suci Allah. Apa yang Injil ajarkan tentang derajat pria dan wanita?
Derajat Wanita dan Pria dalam Kitab Allah
Setelah Allah menciptakan Nabi Adam, “TUHAN Allah berfirman: ‘Tidak baik, kalau manusia [Adam] itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia’” (Taurat, Kejadian 2:18). Ayat ini menegaskan bahwa wanita adalah sepadan, tidak lebih rendah ataupun lebih tinggi, dengan pria.
Secara fisik, wanita memanglah lebih lemah dari pria. Namun, dalam Injil, justru karena itulah seorang pria harus mengasihi istrinya.
Isa Tidak Memperlakukan Wanita sebagai Kelas Dua
Setelah kebangkitan-Nya, Isa menampakkan diri pertama kali kepada kaum wanita. Para wanita ini yang kemudian memberitahukan mengenai kebangkitan Isa kepada murid Isa yang lain. Melalui ini, kita mengetahui bahwa Isa tidak membedakan tingkat kesaksiaan pria dan wanita.
Dalam hal keselamatan dan posisi di surga, Isa menempatkan pria dan wanita dalam posisi yang sama. “Dalam hal ini [keselamatan] . . . tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus [Isa Al-Masih]” (Injil, Surat Galatia 3:28).
Anda tidak perlu menjadi lebih kuat atau hebat. Isa Al-Masih tetap mengasihi Anda apa pun kondisi Anda! Maukah Anda mengenal Isa yang selalu mengasihi Anda apa adanya?
Untuk memperdalam isi artikel ini kami mengundang Anda mempertimbangkan tiga tawaran di bawah ini:
- Membaca Kitab Allah, terutama Injil untuk melihat sikap Isa Al-Masih terhadap wanita. Anda dapat mengundah Taurat, Zabur, Injil (TZI) dengan klik link ini.
- Menyelidiki Kisah Isa Al-Masih dalam kursus gratis, klik disini.
- Mengimani Isa Al-Masih sebagai Juruselamat yang menempatkan pria dan wanita pada derajat yang sama. Untuk penjelasan tambahan klik disini.
[Staf Isa Islam Dan Kaum Wanita – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa Islam Dan Kaum Wanita.]
Fokus Pertanyaan untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Bagaimana pendapat Saudara mengenai kedudukan pria dan wanita di hadapan Allah?
- Melalui uraian di atas, setujukah Saudara bahwa kedudukan pria lebih tinggi daripada wanita dalam Islam?
- Dapatkah Saudara mengasihi setiap orang tanpa membedakan status dan kondisinya?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Pandangan Islam Dan Kristen Tentang Wanita Karir
- Adakah Islam Memandang Pria Dan Wanita Seimbang?
- Wanita Muslim: Mengapa Agama Selalu Menyalahkan Wanita?
- Kasih Sayang Allah dalam Al-Quran dan Injil
Video:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718.
~
Anda salah kalau mengatakan Islam menganggap wanita itu rendah. Dalam riwayat Islam seorang sahabat pernah bertanya pada nabi Muhammad. Ya Muhammad siapakah orang pertama yang harus kami hormati. Beliau menjawab ibumu. Orang kedua siapa ya rasulullah. Beliau menjawab ibumu. Orang ketiga siapa ya rasulullah. Beliau menjawab lagi ibumu. Dan yang keempat siapa ya rasulullah. Beliau menjawab ayahmu.
Coba anda renungkan riwayat Islam di atas bukankah wanita diangkat derajatnya 3 kali di atas pria.
~
Saudara Syahril,
Kami yakin setiap umat Muslim tidak menganggap wanita rendah, bahkan mereka menghormati wanita.
Penjelasan saudara tidaklah salah, tetapi sangat berbanding terbalik dengan fakta yang ada, bukan? Barangkali ibu wajib untuk dihormati oleh anak-anaknya, tetapi bagaimana dengan suaminya? Apakah seorang istri dihormati atau dipandang rendah?
Bandingkan dengan ajaran Alkitab “Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia” (Injil, Surat Kolose 3:19).
Nah, Bukankah ajaran Al-Quran tentang wanita yang telah diuraian pada artikel di atas adalah sebuah fakta yang ada? Benarkah yang demikian itu dinamakan mengangkat derajat kaum wanita, bagaimana menurut saudara Syahril?
Bagaimana kitab saudara memperlakukan kaum wanita dapat juga dibaca pada halaman ini tinyurl.com/bsyypf5 dan tinyurl.com/8yz3z28
Kiranya dapar direnungkan dan menjadi pencerahan bagi saudara Syahril.
~
Daniar dan Salma
~
Kata anda “Isa Al-Masih Tidak Memperbolehkan Poligami” tetapi coba baca artikel ini: “Pemimpin Gereja diminta menerima pria Kristen berpoligami”. Bagaimana tanggapan saudara Staf, Isa dan Islam?
~
Saudara Jensen,
Terima kasih untuk link yang saudara berikan, kami sudah membacanya. Maaf kami tidak dapat mencantumkan sesuai dengan aturan dalam memberi komentar.
Saudara Jensen, sebelumnya kami ingin bertanya, apakah dalam artikel tersebut menyatakan bahwa Isa Al-Masih memperbolehkan poligami? Tidak bukan! Dari judulnya saja sudah dapat disimpulkan bahwa poligami tersebut hanya suatu keinginan manusia, untuk kepentingan tertentu.
Adalah jelas sejak semula Allah menetapkan pernikahan monogami, yaitu satu suami hanya berhak atas satu istri, demikian sebaliknya. “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Taurat, Kitab Kejadian 2:24).
Setelah Isa Al-Masih datang ke dunia, menegaskan lagi pernikahan monogami dan untuk selamanya. “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Injil, Rasul Besar Matius 19:6).
Kiranya penjelasan kami dapat menjadi pencerahan bagi saudara Jensen.
~
Daniar
~
Menurut surah yang anda cantumkan jelas-jelas berkata jika anda tidak bisa berlaku adil maka nikahilah seorang saja. Maka allah sebenarnya tidak mengizinkan poligami bagi pria yang tidak bisa berlaku adil dan belum kuat imannya.
Dan dalam surah lain yang anda cantumkan tentang kekerasan suami terhadap istrinya itu hanyalah salah persepsi dari anda. Jika anda ingin penjelasan tentang surah itu coba anda cantumkan surah tersebut dari ayat pertama sampai terakhir. Maka anda akan dengan sendirinya mengerti.
~
Saudraa Syahril,
Menurut kitab Sdr. Syahril, tidak ada yang dapat berlaku adil meskipun ingin melakukannya. Lantas, mengapa umat Muslim tidak pernah mendalami ayat tersebut. Sebab, tidak mungkin manusia dapat berlaku adil, itulah pesan yang disampaikan dalam ayat tersebut, “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian…” (Qs 4:129).
Bukankah bila para pria Muslim mengacu pada ayat tersebut maka tidak akan berpoligami? Bila menurut Sdr. Syahril itu hanya salah persepsi, kiranya saudara dapat memberikan penjelasan yang benar. Namun, bila menurut sudut pandang ajaran Allah dan Isa Al-Masih, apapun alasannya, suami tidak berhak berlaku kasar terhadap isterinya. (Injil, Surat Kolose 3:19).
~
Daniar dan Salma
~
Saya bisa saja berkata pernikahan adalah dosa besar karena pada ayat suci anda mengatakan, Sebab itu pria meninggalkan ayah dan ibunya dengan bersatu dengan istrinya. Maka pernikahan adalah sosok dosa besar karena pria harus meninggalkan ayah dan ibunya yang nyata-nyata telah merawat kita sejak kecil. Orang tua adalah di atas dari segala rasa sayang di dunia.
Hal itu bisa saja katakan jika saja mau salah persepsi dengan ayat anda sebagaimana anda salah persepsi dengan ayat kami. Ingat nabi Muhammad pernah berkata seandainya bukanlah allah yang kita sembah maka yang paling layak kita sembah adalah orang tua kita yang telah menyayangi dan merawat kita.
~
Saudara Syahril,
Pernikahan adalah prakarsa Allah, dapatkah prakarsa Allah disebut dosa besar? Tidak!
Sdr. Syahril, maksud dari ayat itu bukan harus memutuskan hubungan sama sekali dengan orang tuanya. Tetapi firman Allah ingin mengajarkan satu prinsip penting bagi sebuah pernikahan Kristen. Yaitu proses pendewasaan bagi pasangan yang menikah.
Seorang pria akan belajar menjadi imam dan kepala keluarga yang bertanggung jawab untuk keluarga barunya. Sementara istri juga harus belajar mengurus rumah tangganya sendiri. Inilah maksud dari mereka akan meninggalkan orang tuanya. Memilih hidup terpisan dari orang tua, tidak tinggal serumah itu adalah hal yang baik bagi keluarga baru tersebut. Bukan begitu?
Sdr. Syahril benar, orang tua telah menyayangi dan merawat kita. Demikian firman Allah mengingatkan bahwa seorang anak harus selalu menghormati dan mengasihi orang tuanya kapan pun, di mana pun, dan bagaimanapun kondisi orang tua kita. “Hormatilah ayahmu dan ibumu;” (Injil, Rasul Besar Yohanes 15:4).
~
Daniar dan Salma
~
Nah, ibu tahu bagaimana seandainya saya salah persepsi dengan ayat anda. Jadi sebab itu janganlah anda meragukan ayat kami. Sesungguhnya ayat kami adalah firman dari Allah swt.
Begini ibu dalam surah yang anda cantumkan di atas. Al-Quran pada dasarnya hanya mempertegas akan hukum poligami. Islam tidak mengajarkan poligami tapi membolehkan dengan syarat tertentu. Poligami yang telah dilakukan oleh nabi lain sebelum nabi Muhamad saw.
~
Saudara Syahril,
Semoga dengan penjelasan kami di atas Sdr. Syahril mengerti kebenarannya. Mengenai klaim ayat Sdr. Syahril adalah firman Allah, kami tidak dapat menanggapi di sini. Silakan bergabung di link ini: http://tinyurl.com/86r3bgq
Mempertegas yang mana? Karena sejak semula Allah hanya menetapkan pernikahan monogami. Lagi, menurut Sdr. Syahril, Islam tidak mengajarkan poligami tapi membolehkan dengan syarat tertentu. Dapatkah Sdr. Syahril menjelaskan maksud dari tulisan saudara ini?
Atau umat Muslim hendak mencobai Allah sendiri, sebab bukankah memang tidak ada seorang pun yang dapat berlaku adil terhadap isteri-isterinya?
~
Daniar dan salma
~
Jujur saya tersenyum melihat artikel anda dan pasti telah diberi sedikit bumbu. Demi Allah swt tidak ada seorang Muslim pun yang benar-benar tahu ajaran Allah swt akan pindah haluan. Kecuali mereka tidak mengerti agama Allah.
Mereka melupakan doa nabi Muhammad saw kepada Allah yang telah dikabulkan. Sesungguhnya setiap umat Muslim yang mempercayai keesaan Allah swt dan mengakui Muhammad saw akan masuk sorga. Tetapi yang membedakan adalah tingkatan sorganya tergantung tingkat amal ibadahnya. Bagi mereka Muslim yang banyak dosanya maka mereka akan dibersikan dulu di neraka, lalu diangkat kembali ke sorga.
~
Saudara Syahril,
Apa yang saudara paparkan tidak sepenuhnya salah. Memang seharusnya bila seseorang sudah tahu ajaran Allah, maka tidak akan berpaling kepada yang lain. Jadi, bukankah perlu dipertanyakan mengapa bisa sampai pindah haluan?
Untuk memperkuat pernyataan Sdr. Syahril bahwa “setiap umat Muslim yang mempercayai keesaan Allah swt dan mengakui Muhammad saw akan masuk sorga”, kami menyarankan saudara mengunjungi url kami di http://preview.tinyurl.com/d2k6hcw. Terimakasih.
~
Daniar dan Salma
~
Begini ibu Daniar maksudnya memperbolehkan poligami karena pad dasarnya itu adalah perintah Allah kepada nabinya bahkan selain nabi Muhammad banyak juga nabi lain yang mendapat perintah tersebut. Allah tidak mungkin memperbolehkan nabinya sedangkan umatnya tidak. Akan tetapi ingat ibu ada akan tetapinya. Harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Anda tahu makna pernikahan dari ayat anda yang mengatakan 2 menjadi satu. Tapi apakah anda tahu makna kata adil dalam pernikahan di Islam. Yang juga termasuk dalam ayat anda yang 2 menjadi satu itu.
Begini ibu sebelum ayat dan syarat poligami turun. Tidak ada satu kitab pun yang melarangnya sebelum masa Muhammad. Banyak pria yang menikah dengan banyak wanita dengan paksaan. Keinginan diri pria sendiri. Dan menceraikan dengan begitu mudah. Mengatas namakan nabi sebelum Muhammad.
~
Saudara Syahril,
Terima kasih atas penjelasan saudara di atas, berikut tanggapan kami.
Saudaraku benar, untuk membenarkan dan mendukung poligami banyak kalangan mengatas namakan nabi-nabi dalam Alkitab. Memang ada praktek poligami dalam Alkitab. Namun, bukan berarti Allah menyetujui pernikahan itu. Tidak ada satupun Firman dan izin Allah untuk itu.
Demikian Isa Al-Masih menegaskan pernikahan monogami, yaitu satu suami dengan satu istri seumur hidup. Dan menunjukkan bahwa perceraian dan poligami itu sebagai akibat dari ketegaran hati manusia yang cenderung memaksakan keinginannya. Dari jaman nabi-nabi Allah tidak memperkenankan pernikahan poligami.
Jika, kasus seperti yang saudara paparkan bahwa banyak terjadi perkawinan dengan banyak isteri dan itu melanggar perintah Allah, lantas mengapa Muhammad mensahkan poligami? Bukankah dapat dikatakan Muhammad melanggar ketetapan Allah?
~
Daniar dan Salma
~
Terima kasih tanggapan ibu,
Pada dasarnya perintah poligami kepada nabinya bukanlah keinginan dari nabinya melainkan perintah langsung dari Allah swt. Contohnya seandainya nabi Ibrahim tidak melakukan poligami maka tidak akan muncul nabi-nabi sesudahnya. Karena Ismail dan Ishak tidak mungkin terlahir. Dan Allah telah memilih Ibrahim karena beliau adalah seseorang yang tidak pernah meragukan perintah Allah. Bahkan ketika diperintahkan menyembelih Ismail.
Dan Allah juga akan murka kepada nabinya apabila perintahnya itu disalah gunakan. Sama ketika Allah memberi teguran akan pernikahan nabi Daud yang ke 100 yang memaksakan kehendak. Setelah masa itu lewat umatnya melakukan hal sama dengan para nabi dan melupakan apa tujuan yang sebenarnya dan teguran kepada Daud. Dan Allah tidak mungkin membiarkan itu semua. Maka diturunkan Al-Quran sebagai penyempurna agar umatnya dapat memahami kembali apa sebenarnya itu poligami.
~
Saudara Syahril,
Seperti yang sudah kami jelaskan di atas bahwa tidak ada satupun Firman dan izin atau perintah Allah untuk berpoligami. Kiranya saudara dapat menunjukkan firman Allah bahwa Allah memerintahkan Ibrahim berpoligami.
Mari perhatikan kisah Abraham dalam Taurat, Kitab Kejadian 15-18. Firman Allah memberitahukan bahwa keturunan Abraham banyaknya seperti bintang-bintang di langit. Tetapi karena sudah tua dan istrinya tidak beranak (mandul), lalu istrinya memberikan wanita lain untuk mendapatkan keturunan. Apakah ini perintah Allah? Bukan! Tapi keinginan dan ketidaksabaran mereka dalam menanti janji Allah. Meskipun tidak poligami Ishak tetap dilahir oleh Sara dan raja-raja bangsa-bangsa lahir darinya, karena itulah yang dijanjikan Allah.
Mengenai, penyembelihan Ismail? Kiranya Sdr. Syahril dapat membaca firman Tuhan di Taurat, Kitab Kejadian 22 dan artikel ini http://tinyurl.com/ck6ksc
Dan sekali lagi kami tegaskan bahwa sejak semula telah ditetapkan bahwa Adam didampingi oleh 1 istri bukan 2 atau 4 istri. Dan itu ketetapan Tuhan yang mutlak.
~
Daniar
~
Kolom ini tidak cukup untuk menjawab pertanyaan-pertanyaaan di atas.
Saya kirimkan tanggapan dan jawaban saya melalui e-mail ke
~
Saudara Furqan,
Terima kasih atas kesediaan saudara untuk menanggapi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dan yang telah mengirim via email.
Apa yang Sdr. Furqan lakukan sudah tetap. Saran kami silakan melanjutkan diskusi di sana bila ada pertanyaan atau tanggapan. Staff kami dengan senang hati akan melayani.
~
Daniar
~
Sebelum anda menuliskan ayat tersebut cobalah anda mengenali lebih lanjut bagaimana sifat-sifat Ibrahim as.
Dan masalah anak tunggal Ibrahim coba kita teliti.
Kejadian 16:16, mengatakan Ismail lahir ketika usia Ibrahim 86 tahun. Kejadian 21:5, Ishak lahir ketika Ibrahim berusia 100 tahun. Jadi selisih usia Ismail 15 tahun dibanding Ishak. Sedangkan dalam kitab Kejadian 22 disebutkan kata anak tunggal yakni Ishak.
Coba kita perhatikan, penyebutan kata anak tunggal itu tidak mungkin terjadi apabila Ibrahim memiliki 2 orang anak. Kecuali salah satu anaknya belum lahir. Jadi yang dimaksud adalah anak pertamanya. Dan penyebutan kata Ishak dalam ayat tersebut adalah tidak janggal dan seolah dipaksakan. Jika memang yang dimaksud adalah Ishak maka tidak perlu menyebutkan anak tunggal. Bukankah penyebutan 2 kalimat tersebut justru membuat arti berbeda.
~
Saudara Syahril,
Secara logika memang benar apa yang Sdr. Syahril tuliskan yaitu tidak mungkin menyebut anak tunggal bila memiliki 2 anak. Namun bagaimana menurut Allah, dengan jelas dan tegas menyebut Ishak adalah anak tunggal dan yang dikasihi Abraham. Apakah ada yang salah? Tidak. ”sebab yang akan disebut keturunanmu [Abraham] ialah yang berasal dari Ishak” (Kitab, Taurat Kejadian 21:12). Maka Ishak disebut anak tunggalmu (Abraham).
Dan bagi Allah istri Abraham adalah Sara yang dijanjikan melahirkan Ishak, dan Allah mengadakan perjanjian dengannya (Kitab, Taurat Kejadian 17:18-19).
Jadi, bila kita mengerti kontek dan kebenaran di dalamnya kita akan mengerti dan tidak ada yang aneh atau membuat arti berbeda.
Saran kami kiranya Sdr. Syahril dapat membaca dengan teliti Kitab Suci Allah dan minta hikmat serta pimpinan Allah.
Kiranya uraian di atas dapat menambah pemahaman bagi Sdr. Syahril.
~
Daniar
*
Jawaban no 2. Islam sangat adil pada kaum wanita. Pertama. Dalam Injil Hawa adalah penggoda yang membujuk Adam untuk makan buah pohon terlarang, sehingga di hukum dengan ditambahnya kesusahan saat hamil dan melahirkan. Dalam Islam kesalahan ada pada keduanya. Bahkan wanita yang hamil dan melahirkan lalu mati akan langsung masuk surga.
Kedua. Dalam Quran wanita diberi hak untuk mengajukan gugatan, tidak ada yang bisa melarang wanita menuntut haknya. Ketiga. Kedudukan ibu 3 kali lebih terhormat dari ayah, hal yang tidak ada dalam Injil. Keempat. Wanita Islam, apapun yang dimiliki isteri adalah miliknya sendiri. sekaya apapun seorang wanita, dia tidak punya kewajiban memenuhi kebutuhan rumah tangga. Suaminyalah yang harus menafkahi keluarga. Dan masih banyak lagi termasuk peryataan penulis diatas yang diambil hanya setengah-setengah.
~
Salam Sdr. Rahayu,
Terimakasih untuk pemaparan saudara yang begitu baik. jika kita melihat status wanita, tentu tidak ada bedanya dengan status ibu. Ibu sangat dihormati dalam Islam, tetapi seorang isteri tidak demikian, bukankah demikian?
Ibu adalah sebuah penghormatan yang ditujukan kepada orang tuanya bagi anak-anak. Tetapi isteri adalah untuk sang suami yang dalam ajaran Islam seperti ada diskriminasi terhadapnya. Bagaimana menurut pandangan saudara?
~
Salma
~
Anda salah jika membandingkan Al-Quran dengan Injil. Pada dasar semua kitab itu mengajarkan hal yang baik, bukan hal yang buruk. Jika seandainya suatu hal dibolehkan, itu karna suatu alasan yang baik, sama seperti poligami. Tak ada sesuatu yang diturunkan dalam Al-Quran yang tidak beralasan. Bahkan daun jatuh pun punya suatu alasan. Berbohong saja boleh jika untuk alasan kebaikan.
~
Sdri Shaly,
Kami setuju dengan ungkapan Anda: “…Tak ada sesuatu yang diturunkan dalam Al-Quran yang tidak beralasan…”. Tugas kita adalah menyelidiki alasan di balik turunnya setiap ayat Al-Quran.
Mengapa ayat poligami (Qs 4:3) muncul? Fakta mengungkap bahwa Muhammad berpoligami. Padahal, 7 abad sebelumnya, Isa Al-Masih telah menegaskan monogami sebagai ketetapan Allah sejak semula, bukan poligami! Nah, kini Anda dapat paham mengapa Qs 4:3 muncul, bukan?
Selanjutnya, berbeda dengan Qs 4:3, Muhammad beristri lebih dari 4 orang. Ternyata, ada ayat Qs 33:50 yang khusus berlaku bagi nabi Anda, bukan umat Muslim lainnya. Nah, silakan Anda telaah alasannya.
Sdri. Shaly, kebenaran firman Allah selalu menggelisahkan nafsu keberdosaan kita. Jika nafsu dosa yang kita turuti, maka berjuta alasan akan selalu ada bagi dalil pembenaran, bukan?
~
Yuli
~
Lalu bagaimana dengan Nabi Solomon yang konon beristri 700 di Kitab Raja-Raja 11:1-3 Perjanjian Lama, bahkan ditambah istri simpanan sejumlah 300 orang? Itu bukan poligami?
Dalam Al-Quran Nabi Sulaiman hanya punya satu istri yaitu Ratu Balqis. Bible menghina nabi Sulaiman.
Dalam Islam ditegaskan boleh beristri sampai empat jika bisa menafkahi dan bersikap adil. Jika tidak bisa adil maka harus satu istri saja. Itu tertulis dalam surat An Nisa ayat 3.
~
Sdr. Greenpeace,
Benar yang sdr katakan. Alkitab menuliskan dengan sangat jelas bahwa Nabi Sulaiman beristeri banyak. Bahkan hampir 1000. Itu bukan penghinaan terhadap Nabi Sulaiman. Tapi bentuk kejujuran Alkitab. Sekalipun Sulaiman seorang nabi, dia tetap manusia yang dapat jatuh dalam dosa.
Tentang poligami yang dilakukan oleh Nabi Sulaiman dan poligami yang terdapat dalam Al-Quran, jelas dua hal yang berbeda.
Allah tidak pernah memerintahkan Sulaiman untuk mengambil isteri lebih dari satu. Kalaupun Sulaiman melakukannya, semua itu akibat dari keserakahannya. Bukan atas perintah Allah.
Berbeda dengan Al-Quran, Allah Al-Quran jelas-jelas memperbolehkan bahkan menyarankan seorang suami mempunyai isteri hingga empat orang sekaligus.
Pertanyaannya: Jadi sebenarnya poligami itu perintah Allah sedari semula, atau hanya pengecualian bagi umat Islam saja?
~
Saodah
~
Maaf, saya hanya mencantumkan satu ayat di sini karena terlalu panjang, Coba buka 1 Korintus 11. Ada sekitar 16 ayat tentang hiasan kepala wanita. Bagaimana menurut Anda? Isa sudah memerintahkan bahwa wanita harus menutup kepalanya saat berdoa. Tapi jaman sekarang ini yang tampak menaati perintah Isa hanyalah para biarawati. Lalu bukankah para wanita Kristen lain yang tidak menutup kepalanya telah menentang perintah Isa? Lalu, apakah Anda perempuan? Apakah Anda juga telah menutup kepala Anda dengan tudung?
“Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya” (1 Korintus 11:5).
~
Sdr. Bella,
Surat 1 Korintus ditulis oleh rasul Paulus kepada jemaat di Korintus. Untuk memahami 1 Korintus 11:2-16 Anda perlu memahami latar belakang jemaat Korintus saat surat tsb ditulis. Perhatikan ayat 14 yang berbunyi “Bukankah alam sendiri menyatakan kepadamu, bahwa adalah kehinaan bagi laki-laki, jika ia berambut panjang”. Kata “alam” dan bukan “Allah” menyatakan bahwa ini adalah kebiasaan pada saat itu, dimana laki-laki di Korintus berambut pendek. Bandingkan dengan kebiasaan saat Yesus hidup di tanah Israel dimana nabi (laki-laki) berambut panjang.
Nah, di kota Korintus saat itu, para perempuan asusila dan penyembah berhala berambut pendek dan tidak berkerudung. Maka, untuk membedakan jemaat dengan mereka, Paulus menganjurkan wanita jemaat saat itu menggunakan kerudung,
Nah, apakah situasinya sama sekarang? Apakah wanita berambut pendek adalah wanita asusila?Tidak, bukan?
~
Yuli