Dapatkah seorang pria atau wanita yang tidak suci berdiri di hadapan Allah? Bagaimana wanita menjadi suci di hadapan Allah?
Semua agama, khususnya agama Yahudi, Islam, dan Kristen percaya bahwa Allah Maha Suci. Dan memang demikianlah adanya, Allah Maha Suci!
Kitab Suci Allah menuliskan “Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan” (Injil, Surat Ibrani 12:29). Apa saja yang tidak suci di mata Allah, akan dibakar habis. Tidak ada dosa yang tertinggal dimana Allah berada (Kitab Nabi Yesaya 6:7). Jika seseorang ingin masuk surga dan tinggal bersama dengan Allah, maka haruslah ia sungguh-sungguh suci!
Bagaimana pandangan Islam tentang kesucian? Menurut pendapat orang-orang Muslim, menjadi suci bergantung pada apa yang dilakukannya. Penekanannya ialah pada perbuatannya.
Wanita Harus Menutup Tubuhnya
Islam mewajibkan setiap wanita menutup seluruh tubuhnya. Qs 33:50 mengatakan, “Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.”
Qs 24:31 menjelaskan dengan lebih teliti tentang jilbab bagi wanita: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka.’”
Orang Yang Tidak Suci Terpisah dari Allah
Seorang Muslim wajib berwudhu sebelum sholat. Penyucian dimaksudkan bertujuan untuk membersihkan diri dari kenajisan, agar dapat suci di hadapan Allah. Bila bersentuhan dengan lawan jenis, akan dianggap najis dan wajib untuk berwudhu kembali.
Bagi wanita Muslim, ada saat-saat tertentu dimana mereka tidak dapat menghadap Allah. Yaitu ketika dia dalam masa datang bulan (haid). Seorang wanita yang sedang haid dianggap najis. Sehingga dia tidak diperkenankan untuk beribadah termasuk berpuasa sampai masa haidnya selesai.
Wanita yang sedang haid juga tidak diperkenankan memegang Al-Quran bahkan tidak diijinkan masuk ke dalam Masjid. Selama masa-masa haid tersebut, wanita Muslim terpisah dari Allah. Ia harus menunggu hingga masa haidnya selesai, baru kemudian dapat melakukan aktivitas keagamaannya.
Suci di Hadapan Allah Dari Luar atau di Dalam?
Kitab Suci Injil menjelaskan bahwa tidak ada sesuatu pun di luar seseorang yang dapat menyucikannya. Tidak ada perbuatan atau upacara agama yang dapat menyucikan seseorang, dan menjadikannya layak diterima oleh Allah.
Isa Al-Masih mengajarkan kepada orang-orang yang beragama, agar tidak bergantung pada perbuatan-perbuatan untuk menjadi suci di hadapan Allah. “Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya“ (Injil, Rasul Markus 7:15).
Hanya Isa Al-Masih Dapat Menjadikan Seseorang Suci
Mustahil bagi seseorang dapat melakukan perbuatan baik, sehingga dapat menjadikannya cukup suci untuk berdiri di hadapan Allah. Sejuta perbuatan baik dan upacara agama, tetap tidak dapat membuat seseorang menjadi cukup suci, untuk tinggal bersama dengan Allah di surga-Nya.
Hanya ada satu cara, satu jalan saja. Yaitu iman kepada Isa Al-Masih! Dan kematian-Nya di kayu salib adalah rahasia yang dapat menghasilkan kesucian yang dituntut oleh Allah. Hanya darah Sang Juruselamat yang dapat membersihkan dosa-dosa kita dan membuat kita suci di hadapan Allah.
Jalan Kepada Kesucian
Kitab Suci Allah menjelaskan, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya”(Injil, Surat Roma 3:23-25).
Ketika seseorang telah menerima penebusan dalam Isa Al-Masih, maka ia adalah suci di hadapan Allah. Seseorang yang menggantungkan keselamatannya kepada ritual agama, maka semua akan sia-sia. Karena ritual agama tidak dapat membuat seseorang cukup suci di hadapan Allah!
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
*
Staff Isa,
Bersentuh berlainan bukanlah najis. Pengikut agama Kristen tidak mandi? Mengambil wudhu bertujuan membersihkan anggota muka tangan dan kaki. Samalah seperti anda mandi.
Mengenai Haid, agama kami selaras dengan penciptaan manusia. Ketika haid ada kalanya wanita sakit dan tidak tenteram. Terutama jika haidnya banyak dan menyakitkan. Tuhan kami maha adil karena memberi cuti kepada wanita untuk beristirahat ketika wanita haid. Dan segala perintah Tuhan kami adalah ibadat.
Mengapa Tuhan anda tidak tahu perkara ini sedangkan Tuhan anda menjadikan wanita? Tahukah anda, ada negara di Eropa memberi cuti sehari kepada wanita ketika sakit haid? Bukti agama anda tidak selaras dengan kehidupan manusia?
~
Saudara Hajat,
Boleh dijelaskan, mengapa setelah berwudhu, ketika bersentuhan dengan lawan jenis harus berwudhu kembali? Bagaimana dengan kebersihan hati? Kalau tubuh bersih dan hati kotor, penyembah pasti ditolak Allah bukan?
Sepengetahuan kami wanita haid dilarang sholat karena darah haidnya (darah kotor), bukan karena sakit haid. Demikian satu Hadist Muhammad mengatakan, “Dari Aisyah ra berkata, Fatimah binti Abi Hubaisy mendapat darah istihadha, maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya, Darah haidh itu berwarna hitam dan dikenali. Bila yang keluar seperti itu, janganlah shalat. Bila sudah selesai, maka berwudhu’lah dan lakukan shalat”.
Saudara Hajat, Isa Al-Masih tidak melarang wanita yang sakit haid datang kepada-Nya. Justru Isa Al-Masih memberi kesempatan bagi wanita tersebut untuk mengalami kuasa dari mujizat-Nya.
“Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu” (Injil, Rasul Besar Matius 9:22).
~
DA
*
Staff Isa, bersentuhan di antara wanita adalah karena nafsu. Bukan wanita itu najis. Menyentuh kakak, ibu, adik wanita tidak batal.
Islam mengutamakan kebersihan luar dan dalam. Dari kebersihan lahiriah menghasilkan kebersihan dalam yang jitu. Bayangkan seseorang yang kotor dan busuk pergi ke gereja anda berdoa bersama yang lain. Dia bukan saja mengotori gereja anda, malah baunya yang busuk mengganggu orang lain berdoa bukan?
Darah haid adalah keistemewaan buat wanita. Diberikan cuti karena semua kita tahu ada wanita yang sakit semasa haid. Seperti mukjizat Yesus yang anda tulis itu, Dia menyembuhkan wanita sakit haid. Tidakkah anda nampak? Atau hati anda telah buta karena ajaran agama anda yang tidak selaras dengan kehidupan manusia?
~
Saudara Hajat,
Bagaimana kebersihan lahirian menghasilkan kebersihan dalam yang jitu?
Bila si A mempunyai kebencian pada si B dan tersimpan dalam hatinya. Artinya si A tidak suci, najis hatinya karena ada dosa kebencian.
Apakah dengan hanya berwudhu, dosa kebencian yang ada di hati si A sudah hilang begitu saja, tanpa dia melakukan penyelesaian dengan orang yang dibencinya?
Dan ketika si A tersebut datang ke hadapan Allah, apakah menurut saudara Allah akan menerima ibadahnya hanya karena dia sudah berwudhu? Dengan melakukan ritual-ritual agama cukup sucikah untuk masuk sorga?
Saudara Hajat, manusia diberi akal dan pikiran oleh Allah. Setiap manusia yang normal tentu mengerti mana yang bersih dan mana yang kotor. Anak kami saja yang masih kecilpun tahu bahwa memegang kotoran adalah sesuatu yang jorok.
Menurut perkataan nabi saudara wanita haid dilarang sholat karena darah haidnya (darah kotor), bukan karena sakit haid. Tetapi Isa Al-Masih tidak melarang wanita haid yang beriman kepada-Nya datang kepada-Nya.
~
DA
*
Kalau menurut saya apa pun caranya bagaimana pelaksanaan ibadah itu semua tergantung dari hati, “hati di sini niat nya”.
~
Saudara Eko benar,
Allah memandang pada hati orang yang mendekati Dia, bukan pada hal luar. Manusia selalu berfokus pada yang kelihatan tetapi Tuhan fokus pada hati. “ . . . Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati”(Kitab, Nabi 1 Samuel 16:7).
Untuk itu bila saudara merasa kotor dan tidak layak beribadah pada Allah, mari Datanglah kepada Isa Al-Masih!
Dia akan membersihkanmu dari dosa yang membuatmu najis di hadapan Allah. “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba” (Kitab, Nabi Yesaya 1:18).
~
DA
*
Sesungguhnya amal itu dari niat. Niat itu adanya di hati karena hanya Allah yang tahu hati kita. Untuk diterima amal ibadah kita itu adalah mutlak milik Allah. Kita sebagai hamba-Nya hanya berusaha menjalankan setiap perintah-Nya.
Coba anda renungkan ketika wanita haid boleh melakukan sholat tiba-tiba darah haid keluar apa yang terjadi? Maka jama’ah yang lain akan merasa terganggu dan kekhusukan dalam beribadah juga terganggu. Inilah bukti kalau Allah Maha Tahu apa yang manusia tidak tahu.
~
Saudara Hamba Allah,
Dalam pandangan Allah amal-amal kita bagaikan kain kotor. Demikian sabda Allah yang disampaikan nabi Yesaya: “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin”(Kitab Nabi Besar Yesaya 64:6).
Jadi, amal-amal kita tidak dapat menyucikan kita, tidak dapat menyelamatkan kita. Yang kita perlukan ialah Juruselamat!
Isa Al-Masih datang sebagai Juruselamat Dunia. Kiranya wahyu Allah melalui seorang wanita ini diperhatikan: “. . . Sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia” (Injil, Rasul Besar Yohanes 4:42).
Saudara Hamba, dengan amal ibadah saudara apakah cukup sucikah masuk sorga?
~
DA
*
Wudhu untuk membersihkan kotoran lahiriyah saja, seperti halnya mandi. Sedangkan kesucian di dalam hati hanya Allah yang tahu. Kita semua harus berusaha membersihkan hati masing-masing. Sebagai orang beragama kita harus berusaha suci lahir batin bukan? Baik Nabi Isa maupun Nabi Muhammad sama-sama mengajarkan kebaikan. Karena keduanya sama-sama jalan keselamatan dari Allah.
Tapi orang haid bisa juga melakukan ibadah yang lain seperti dzikir dan hafalan Al-Quran. Tidak ada kotoran lahiriyah yang menghalangi seseorang untuk dekat dengan Allah. Kalau luar yang jelas nampak aja, masa bodoh dengan kebersihannya. Apalagi noda hati yang tidak tampak? Mana peduli. Jangan hanya suci di luar atau suci di dalam, suci luar dalam itu harus, agar Allah dan sesama manusia suka.
~
Saudara Abdillah,
Memang kebersihan hati dan tubuh sama-sama diperlukan ketika kita beribadah kepada Tuhan. Tetapi, menurut kami dari kedua kebersihan tersebut, kebersihan hatilah yang paling utama.
Karena, ketika seseorang datang menghadap Allah, Allah tidak melihat pakaian yang kita pakai. Allah tidak melihat apakah kita sudah mandi, dan lain-lain. Walau memang hal itu perlu, tetapi itu bukan yang terutama.
Firman Allah mengatakan “Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu” (Kitab Nabi Besar Yesaya 59:2).
Artinya yang menyebabkan Allah tidak mendengar dan menjawab doa kita bukanlah karena tubuh kita kurang bersih. Tetapi karena hati kita masih dipenuhi dengan dosa.
Allah menyediakan jalan indah supaya dosa kita dibersihkan. Yaitu iman kepada Isa Al-Masih! Dan kematian-Nya di kayu salib adalah rahasia yang dapat menghasilkan kesucian yang dituntut oleh Allah.
Untuk mengetahui lebih lagi bagaimana cara mendapatkan hati yang suci, silakan mempelajari di sini: http://tinyurl.com/cy279xv
~
DA
*
Fitrah seorang wanita adalah mengeluarkan kotoran yang tidak bisa dibendung ketika haid. Oleh karena itu apabila ia masuk masjid bisa mengotori masjid dengan darah haidnya. Ia pun diistirahatkan dari beberapa ibadah seperti shaum dan sholat. Tetapi sebenarnya masih banyak ibadah lain yang bisa dilakukan seorang wanita ketika haid.
Soal larangan wanita haid memegang mushaf Quran terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Ada yang membolehkan ada yang melarang, karena tidak ada nash Quran maupun hadits yang menerangkannya.
~
Saudara Tauhid,
Terimakasih atas komentar-komentar saudara. Tapi maaf kami menghapus salah satu komentar saudara, karena ada dua kolom komentar.
Dari penjelasan Saudara Tauhid kalau boleh kami simpulkan, bahwa wanita haid dilarang beribadah seperti shaum dan sholat karena bila masuk masjid bisa mengotori dengan darah haidnya.
Bila pada saat itu, mereka memakai alat yang dapat menahan agar darah tidak menembus keluar seperti pembalut, mungkin larangan ini tidak akan pernah ada, bukan?
Bagaimana menurut saudara Tauhid, adakah hubungannya tangan yang memegang Al-Quran dengan darah haid? Atau begitu najiskah wanita yang haid sehingga tidak boleh memegang Al-Quran? Mungkinkah wanita tidak berharga di hadapan Tuhan ketika sedang mengalami masa haid?
Mengenai Taurat, Injil dan Al-Quran sudah dibahas di situs kami ini http://www.isadanislam.org silakan mengunjungi.
~
DA
~
Sekarang saya mau tanya, apa hati anda juga suci saat menyampaikan ceramah di gereja? Ataukah ada rasa iri persaingan antara pendeta?
Menurut kesaksian para pendeta yang sudah masuk Islam sebenarnya para pendeta saat menyampaikan ceramah saling menfitnah satu sama lain karena untuk mendapatkan persaingan umat yang diasuhnya. Semakin banyak umat yang diasuhnya semakin tinggi juga penghasilan (gaji) per bulan pendeta itu makanya mereka saling bersaing mencari umat. Sunggguh memprihatinkan.
~
Saudara Destia,
Kami sangat menyadari bahwa kami adalah orang yang berdosa, untuk itulah kami memerlukan seorang Juruselamat yang menyucikan hati dan mengampuni dosa.
Ketika seseorang telah menerima penebusan dalam Isa Al-Masih, maka ia adalah suci di hadapan Allah.
Ini tidak berarti bahwa kita bebas dari godaan. Iblis dan dosa-dosa yang dahulu kita lakukan akan selalu mengintai.
Namun bila kita menyerahkan seluruh kehidupan kita kepada Isa Al-Masih. Dia akan memimpin kehidupan kita dan memampukan kita untuk seturut kehendah-Nya.
Bila ada seseorang yang memiliki motifasi seperti yang saudara Destia sebutkan, jelas ia tidak mempercayakan hidupnya kepada Isa Al-Masih. Jadi, wajar menurut kami bila ia meninggalkan agamanya yang lama.
~
Daniar
~
Konsep Islam tentang kesucian memang sangat berbeda dengan konsep Kristen. Islam mengenal prinsip “Washatan” keseimbangan antara jasmani dan rohani termasuk dalam hal kesucian. Meski di hati anda tak ada benci, tapi ketika menghadap Tuhan anda tak suci badan, pakaian, tempat ibadah, ibadah anda batal menurut hukum. Entahlah menurut Tuhan. Dia yang berhak menilai diterima atau ditolak ibadah kita. Tapi suci jasmani bagi Muslim adalah adab (sopan santun) ketika menghadap Tuhan. Intinya, ketika beribadah, Muslim harus suci lahir-batin.
Sedangkan Kristiani lebih mementingkan rohani. Makanya tak heran kalau para pendeta lebih memilih membujang karena menganggap wanita itu najis yang hanya melalingkan dari melayani Tuhan. Pahaman yang sangat menghina wanita.
~
Salam Sdr. Hamba Moehammad,
Bila membaca penjelasan saudara, bahwa “ketika menghadap Tuhan anda tak suci badan, pakaian, tempat ibadah, ibadah anda batal menurut hukum”. Namun di sisi lain saudara Hamba mengatakan, “Entahlah menurut Tuhan. Dia yang berhak menilai diterima atau ditolak ibadah kita”. Dengan kata lain itu bukan hal utama yang Tuhan tekankan, bukan?
Namun dalam firman-Nya Allah menegaskan bahwa: “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati” (Kitab I Nabi Besar Samuel 16:7). Jelas, ayat ini menekankan bahwa Allah melihat kebersihan hati seseorang yang datang menghadap-Nya. Kondisi hati lebih utama dibandingkan kebersihan tubuh jasmani.
Permasalahannya bagaimana seseorang dapat memiliki hati yang suci? Jelas kebersihan jasmani dan amal ibadah tidak dapat membersihkan kotoran hati kita.
Syukurlah Allah yang maha suci di dalam Isa Al-Masih bersedia menanggung dosa saya – bahkan dosa seisi dunia. “. . . darah Yesus . . . menyucikan kita dari pada segala dosa” (Injil, Surat I Yohanes 1:7).
~
Daniar
*****
Selamat pagi staf IDI,
Saya sangat tertarik artikel di atas yang mengatakan kesucian seorang tidak tampak dari luar tetapi yang di dalam, dan tidak ada manusia yang tidak berdosa.
~
Saudara Mariono, selamat siang!
Kita tidak dapat menilai atau melihat seseorang beriman atau tidak dari penampilan luarnya. Firman Allah mengatakan, “Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya” (Injil, Surat 2 Timotius 3:5). Dapatkah menipu Allah dengan penampilan lahiriah yang sepertinya seorang yang taat?
Benar, tidak ada manusia yang suci, semua berdosa. Kitab Suci Allah menjelaskan bahwa tidak ada sesuatu pun di luar seseorang yang dapat menyucikannya. Tidak ada perbuatan atau upacara agama yang dapat menyucikan seseorang, dan menjadikannya layak diterima oleh Allah.
Hanya ada satu cara, satu jalan saja. Yaitu iman kepada Isa Al-Masih! Dan kematian-Nya di kayu salib adalah rahasia yang dapat menghasilkan kesucian yang dituntut oleh Allah. Hanya darah Sang Juruselamat yang dapat membersihkan dosa-dosa kita dan membuat kita suci di hadapan Allah.
“. . . darah Yesus . . . menyucikan kita dari pada segala dosa” (Injil, Surat I Yohanes 1:7).
~
Daniar
~
Saudara Capila,
Komentar saudara kami hapus karena sama di beberapa artikel dalam situs ini. Jadi kami hanya menanggapi satu komentar saudara di salah satu kolom komentar dalam situs ini.
Khususnya pada topik ini membahas menjadi Mukmin cukup sucikah masuk sorga?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus. Untuk komentar atau pertanyaan yang berbeda, silakan kirim lewat email ke staf kami di:.
Demikian, kami harap diskusi kita akan menjadi semakin terarah dan tidak keluar dari topik artikel.
~
Daniar
~
Sekarang wudhu yang dipermasalahkan.
Kita sebelum makan cuci tangan dulu biar tidak sakit perut. Sama seperti kami wudhu sebelum sholat agar pakaian ibadah kami juga terhindar dari kotoran ketika menghadap Allah SWT. Kalau itu menjadi masalah bagi admin berarti admin sama saja dengan melarang orang yang mau ke Gereja pakai baju bagus, pakai perhiasan dan berhias.
Jadi biar yang datang ke gereja pakai daster, baju compang camping. Bagaimana setuju?
~
Saudara Sita,
Kami setuju dengan pendapat saudara Sita di atas. Memang kebersihan jasmani perlu ketika kita beribadah kepada Allah. Yang ingin kami tekankan adalah kebersihan hati adalah yang paling utama. Jadi kami tidak mempermasalahkan wudhu.
Karena, ketika seseorang datang menghadap Allah, Allah tidak melihat pakaian yang kita pakai. Walau memang hal itu perlu, tetapi itu bukan yang terutama.
Firman Allah mengatakan “Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu” (Kitab Nabi Besar Yesaya 59:2).
Dengan kata lain, yang menyebabkan kita tidak dapat masuk sorga bukanlah karena tubuh kita kurang bersih, atau pakaian yang kita kenakan. Tetapi karena hati kita masih dipenuhi dengan dosa. Ritual-ritual agama tidak dapat menghapuskan dosa-dosa kita!
Firman Allah berkata, “. . . darah Yesus . . . menyucikan kita dari pada segala dosa” (Injil, Surat I Yohanes 1:7).
~
Daniar
~
Bagus semua yang anda tulis. Sayang semuanya hanya bersifat dogmatis. Agama itu bukan teori dan dogma. Agama itu teladan dan perbuatan.
~
Saudara Hadinanto,
Terimakasih atas penilaian saudara.
Bila boleh tahu, teladan dan perbuatan apakah yang saudara dapat dan lakukan dari agama?
Kami ingin membagikan teladan dan perbuatan yang sungguh terealisasi di dalam Isa Al-Masih. Agama mengajarkan jalan, tetapi Isa Al-Masih adalah jalan itu sendiri. Dia menuntun dan menyertai setiap pribadi. Agama hanya mengajarkan kebenaran, tetapi Isa Al-Masih mengatakan Akulah Kebenaran! Agama mengajarkan sumber hidup, tetapi Isa Al-Masih dengan tegas berkata Akulah Hidup.
Agama hanya dapat menunjukkan ketiga hal itu tanpa dapat mengatakan “Akulah itu”. Agama tidak dapat menyelamatkan.
Jalan menuju sorga ialah dengan menerima Isa Al-Masih sebagai Juruselamat pribadi. Bila sudah ada yang pasti, mengapa kita meragukan?
~
Daniar
~
Yang jelas anda takkan selamat dan tidak akan masuk sorga dengan menyerang agama dan keyakinan orang lain.
~
Saudara Wiwiek,
Kami ingin meluruskan pandangan saudara. Kami tidak bertujuan untuk menyerang agama atau keyakinan orang lain. Kami hanya menyampaikan kebenaran yang berasal dari Allah. Bila kebenaran itu dianggap menyerang, bukankah layak untuk direnungkan dan diuji?
Saudara Wiwiek, Firman Allah memberitahukan bahwa keselamatan adalah anugerah (pemberian cuma-cuma) dari Allah. “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Injil, Surat Roma 6:23).
Bagaimana dapat selamat dan masuk sorga? Mari sambut dan lakukan ketetapan Allah ini:
“Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya [Isa Al-Masih] tidak binasa, melaikan beroleh hidup yang kekal” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:16).
Akankah saudara Wiwiek meragukan janji Allah?
~
Daniar
~
Tuhan tidak memandang seorang manusia suci atau kotor untuk menghadap-Nya. Tetapi manusialah yang perlu menyucikan diri untuk menghadap Tuhan.Yang masuk ke dalam diri jelas menajiskan diri. Kalau anda makan barang kotor, anda tentu akan kotor olehnya.
~
Saudara Widodo,
“TUHAN melihat hati” (Kitab, Nabi 1 Samuel 16:7). Justru karena hati yang tidak suci/kotor itulah yang membuat Allah memalingkan wajah-Nya. Perhatikan firman Allah berikut ini: “tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu” (Kitab, Nabi Yesaya 59:2).
Demikian kitab saudara Widodo, menyatakan “Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup {933}” (Qs 20:74).
Hati yang kotor dan dosa tidak berkenan dihadapan Allah, bukan?
~
Daniar
~
Setelah wudhu dan akan sholat untuk menghadap Tuhan, seorang Muslim tidak boleh bersentuhan dengan lawan jenisnya. Hal ini adalah untuk menjawab “tudingan” anda tentang Al-Quran, bahwa di dalam sorga (Tuhan) tidak ada “wanita” atau “bidadari”.
~
Saudara Usil,
Apa hubungannya wudhu dengan “untuk menjawab ‘tudingan’ anda …”. Kami kurang mengerti maksud komentar saudara di atas.
Saudara Usil, tidak ada perbuatan atau upacara agama yang dapat menyucikan seseorang, dan menjadikannya layak diterima oleh Allah. Karena dalam pandangan Allah perbuatan baik kita bagaikan kain kotor.
Untuk itulah Allah ingin memberikan kepada kita hati yang baru. Allah memberi wahyu indah kepada Rasul-Nya: “Jika kita mengaku dosa . . . Ia [Isa Al-Masih] akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (Injil, Surat I Yohanes 1:9). Bagaimana hati disucikan? Wahyu Allah dalam Injil, Surat I Yohanes 1:7 menekankan “dengan darah Isa Al-Masih”.
~
Daniar
~
Saudara mengatakan bahwa upacara apapun di dalam agama tidak akan dapat menyucikan saudara. Lantas kenapa anda masih melaksanakan upacara agama di Gereja? Anda pasti akan mengatakan itu ungkapan rasa syukur. Kalau itu ungkapan rasa syukur kenapa anda masih meminta “kerajaan Tuhan dan Kehendak-Nya” datang kepada anda?
~
Saudara Wiwiek,
Allah menyediakan jalan indah supaya dosa kita dibersihkan. Yaitu iman kepada Isa Al-Masih! Dan kematian-Nya di kayu salib adalah rahasia yang dapat menghasilkan kesucian yang dituntut oleh Allah. Sehingga secara posisi setiap orang yang beriman kepada Isa Al-Masih, ia dinyatakan benar oleh Allah.
“Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (Injil, Surat 2 Korintus 5:21).
Namun, secara kondisi karena kita masih hidup dalam dunia. Untuk itulah orang percaya perlu meminta kepada Tuhan untuk dapat hidup sesuai kehendak-Nya.
~
Daniar
~
Kalau Anda masih meminta dan memohon kepada Tuhan, berarti Yesus bukan Juruselamat. Kalau Yesus memang Juruselamat, Dia akan datang kepada anda menyelamatkan, tanpa anda minta.
~
Saudara Pengamat,
Firman Allah dengan jelas memberitahukan bahwa; “Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah [Isa Al-Masih], tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal” (Injil, Surat 1 Yohanes 5:13). Menurut ayat ini yang percaya Isa memiliki keselamatan.
Saudaraku, meminta dan memohon yang kami maksud bukan untuk keselamatan, tetapi supaya dapat mengerjakan/mempertanggungjawabkan keselamatan yang telah dimiliki. Artinya agar dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah.
Bagaimana dengan saudara? Sudahkah saudara memiliki kepastian keselamatan?
~
Daniar
~
Bagaimana mekanisme darah itu mensucikan? Sedang ketika kita terkena darah pastinya kita jijik, maka bagaimana mungkin darah mensucikan?
Dalam Islam seorang Mukmin membersihkan diri dengan air yang diakui orang membersihkan.
Maksud dari berwudhu jika bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan saudara adalah menjaga hati dari nafsu. Tidak bisa dipungkiri ketika manusia bersentuhan dengan lawan jenis maka akan terpengaruh hatinya. Maka Muslim menyuruh mengulang wudhu agar hati kita tertata lagi untuk khusyuk beribadah.
~
Saudara Restu,
Pertanyaan yang bagus. Bagaimana mekanisme darah itu mensucikan? Berikut penjelasannya:
Setiap orang yang melihat dirinya dari “kacamata” Allah pasti menyadari bahwa dirinya berdosa. Namun manusia tidak dapat melepaskan kuasa dosa dengan kekuatannya sendiri.
Alkitab mengatakan, tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan dosa. Maksudnya, Allah yang suci dan adil tidak bisa begitu saja mengampuni manusia dari dosanya. Dosa harus tetap dihukum (Baca Injil, Surat Ibrani 9:22).
Darah Yesus yang tertumpah di kayu salib itulah yang membayar hukuman dosa kita. Dengan begitu, darah-Nya berkuasa menyucikan kita dari segala dosa. Karena darah Yesus saja sehingga Allah dapat mengampuni kita (Injil, Surat I Yohanes 1:7,9).
“Kristus [Al-Masih] hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia” (Injil, Surat Ibrani 9:28).
Jadi, Dia datang sebagai Penanggung dosa. Tujuan-Nya membebaskan manusia dari dosa, neraka, dan iblis. Juga untuk memberi kuasa-Nya, agar manusia dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah. Yaitu seperti pertama kali Allah menciptakan manusia.
Dengan membaca penjelasan di url ini http://tinyurl.com/c8zfqny akan menolong Sdr. Restu mengerti dan terlebih mengalaminya.
~
Daniar
~
Manakah dogma yang masuk akal:
Menyucikan tangan, kaki, dan semua anggota badan dengan air dari perbuatan yang mengotorinya karena airlah yang dapat menyiram api nafsu, dimana nafsu menjadi sumber segala dosa. Atau minum anggur dan makan roti di gereja sebagai simbol darah dan daging Yesus, padahal roti dan anggur jelas tidak bisa menyucikan manusia.
~
Sdr. Netral,
Mari kita simak sabda Yesus berikut mengenai perjamuan roti & anggur pada malam sebelum penyaliban-Nya:
“Lalu Ia [Yesus] mengambil roti,… “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu” (Injil, Rasul Lukas 22:19-20).
Roti dan anggur melambangkan tubuh & darah Yesus yang dikorbankan untuk menggantikan hukuman kekal yang seharusnya ditanggung kita, manusia berdosa. Dengan menerima pengorbanan-Nya, kita menerima pengampunan dan penyucian atas dosa. Sebab, sejak semula, firman Allah di dalam Taurat telah menubuatkan:
“Karena nyawa makhluk ada di dalam darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu, karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa” (Taurat, Kitab Imamat 17:11)
“Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan” (Injil, Surat Ibrani 9:22)
Jadi, silakan Anda pertimbangkan ulang berdasarkan firman Allah, manakah yang dapat menyucikan dosa: air atau pengorbanan Yesus?
~
Yuli
~
Untuk umat Nasrani,
Ritual agama tidak dapat menyucikan manusia. Wudhu adalah “hati” dimana kamilah yang merasa kotor sehingga harus berwudhu menyucikan semua anggota tubuh dari perbuatan yang mengotorinya sebelum menghadap Tuhan.Kamilah yang merasa kotor, sehingga seorang wanita malu menghadap Tuhan ketika ia dalam keadaan haid. Cukup jelas?
~
Sdr. Usil,
Kami sangat mengapresiasi kejujuran Anda untuk mengakui bahwa ritual agama tidak dapat menyucikan manusia. Ya, Anda benar! Hanya karya pengorbanan Yesus di kayu salib untuk mengganti hukuman dosa kitalah yang layak menyucikan manusia dari dosa.
Jadi, adakah korelasi antara haid dengan ketidaksucian? Apakah haid itu dosa sehingga dikatakan tidak suci? Bukankah haid adalah siklus alami yang Allah kodratkan bagi wanita dalam hubungannya dengan mekanisme reproduksi? Apakah Allah menajiskan sesuatu yang Ia kodratkan sendiri bagi umat-Nya?
Kesucian hati terletak pada kesadaran dan penyesalan seseorang terhadap dosanya, dan dengan segenap hati menerima pengorbanan Yesus bagi penyucian dirinya. Bersediakah Anda mengalaminya?
~
Yuli