• Skip to secondary menu
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
Isa Islam Dan Kaum Wanita
  • Awal
  • Maksud Situs Ini
    • Kebijakan Privasi
    • Tentang Kami
    • Kaum Wanita, Isa, Dan Al-Fatihah
    • Renungan Singkat Isa, Islam dan Kaum Wanita
    • Kebijakan dalam Membalas E-Mail
  • Jalan Keselamatan
    • Jalan Ilahi Menuju Ke Sorga
    • Doa Keselamatan
    • 4 Hal Yang Allah Ingin Anda Ketahui
  • Topik
  • Artikel
  • Hubungi Kami
Isa Islam Dan Kaum Wanita > Topik > Hak & Kewajiban > Kesucian Wanita > Bagaimana Wanita Menjadi Suci di Hadapan Allah?

Bagaimana Wanita Menjadi Suci di Hadapan Allah?

12 Agustus 2013 oleh Web Administrator 55 Komentar

ilustrasi-pintu-gerbang-surga-tempat-suci-AllahDapatkah seorang pria atau wanita yang tidak suci berdiri di hadapan Allah? Bagaimana wanita menjadi suci di hadapan Allah?

Semua agama, khususnya agama Yahudi, Islam, dan Kristen percaya bahwa Allah Maha Suci. Dan memang demikianlah adanya, Allah Maha Suci!

Kitab Suci Allah menuliskan “Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan” (Injil, Surat Ibrani 12:29). Apa saja yang tidak suci di mata Allah, akan dibakar habis. Tidak ada dosa yang tertinggal dimana Allah berada (Kitab Nabi Yesaya 6:7). Jika seseorang ingin masuk surga dan tinggal bersama dengan Allah, maka haruslah ia sungguh-sungguh suci!

Bagaimana pandangan Islam tentang kesucian? Menurut pendapat orang-orang Muslim, menjadi suci bergantung pada apa yang dilakukannya. Penekanannya ialah pada perbuatannya.

Wanita Harus Menutup Tubuhnya

Islam mewajibkan setiap wanita menutup seluruh tubuhnya. Qs 33:50 mengatakan, “Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.”

Qs 24:31 menjelaskan dengan lebih teliti tentang jilbab bagi wanita: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka.’”

Orang Yang Tidak Suci Terpisah dari Allah

Seorang Muslim wajib berwudhu sebelum sholat. Penyucian dimaksudkan bertujuan untuk membersihkan diri dari kenajisan, agar dapat suci di hadapan Allah. Bila bersentuhan dengan lawan jenis, akan dianggap najis dan wajib untuk berwudhu kembali.

Bagi wanita Muslim, ada saat-saat tertentu dimana mereka tidak dapat menghadap Allah. Yaitu ketika dia dalam masa datang bulan (haid). Seorang wanita yang sedang haid dianggap najis. Sehingga dia tidak diperkenankan untuk beribadah termasuk berpuasa sampai masa haidnya selesai.

Wanita yang sedang haid juga tidak diperkenankan memegang Al-Quran bahkan tidak diijinkan masuk ke dalam Masjid. Selama masa-masa haid tersebut, wanita Muslim terpisah dari Allah. Ia harus menunggu hingga masa haidnya selesai, baru kemudian dapat melakukan aktivitas keagamaannya.

Suci di Hadapan Allah Dari Luar atau di Dalam?

Kitab Suci Injil menjelaskan bahwa tidak ada sesuatu pun di luar seseorang yang dapat menyucikannya. Tidak ada perbuatan atau upacara agama yang dapat menyucikan seseorang, dan menjadikannya layak diterima oleh Allah.

Isa Al-Masih mengajarkan kepada orang-orang yang beragama, agar tidak bergantung pada perbuatan-perbuatan untuk menjadi suci di hadapan  Allah. “Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya“ (Injil, Rasul Markus 7:15).

Hanya Isa Al-Masih Dapat Menjadikan Seseorang Suci

Mustahil bagi seseorang dapat melakukan perbuatan baik, sehingga dapat menjadikannya cukup suci untuk berdiri di hadapan Allah. Sejuta perbuatan baik dan upacara agama, tetap tidak dapat membuat seseorang menjadi cukup suci, untuk tinggal bersama dengan Allah di surga-Nya.

Hanya ada satu cara, satu jalan saja. Yaitu iman kepada Isa Al-Masih! Dan kematian-Nya di kayu salib adalah rahasia yang dapat menghasilkan kesucian yang dituntut oleh Allah. Hanya darah Sang Juruselamat yang dapat membersihkan dosa-dosa kita dan membuat kita suci di hadapan Allah.

Jalan Kepada Kesucian

Kitab Suci Allah menjelaskan, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya”(Injil, Surat Roma 3:23-25).

Ketika seseorang telah menerima penebusan dalam Isa Al-Masih, maka ia adalah suci di hadapan Allah. Seseorang yang menggantungkan keselamatannya kepada ritual agama, maka semua akan sia-sia. Karena ritual agama tidak dapat membuat seseorang cukup suci di hadapan Allah!

 

Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718

 

Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.

Bagikan Artikel Ini:

Share on Facebook Share on Twitter Share on WhatsApp Share on Email Share on SMS

Ditempatkan di bawah: Hak & Kewajiban, Kesucian Wanita

Reader Interactions

Comments

  1. Netral mengatakan

    5 Mei 2015 pada 9:18 am

    ~
    Hubungan seorang Muslim dengan pasangannya di hadapan Tuhan adalah rohaniah, bukan seks seperti pikiran kotor kalian. Oleh karena itulah seorang Muslim wajib menempatkan diri d idalam wadah rohaniahnya dengan berwudhu dan tidak bersentuhan dengan pasangannya ketika menghadap Tuhan. Karena Tuhan adalah surga, hubungan rohaniah itulah yang ada di dalam perkawinan kami di dalam surga ketika menghadap Tuhan.

    Cukup jelas?

    Balas
    • staff mengatakan

      21 Mei 2015 pada 4:30 am

      ~
      Sdr. Netral,

      Terimakasih atas argumentasi Anda.
      Namun, ada baiknya Anda lebih mendisiplinkan alur pikir agar masing-masing point dapat saling memperkuat argumentasi, bukannya saling bertentangan dan melemahkan.

      Jika Anda meyakini bahwa perkawinan Muslim adalah rohaniah dan menghadap Tuhan (sholat) juga bersifat rohaniah, mengapa sekedar sentuhan fisik antara suami-istri yang telah terikat dalam perkawinan rohaniah justru membatalkan kesucian sholat yang juga rohaniah itu?

      ~
      Yuli

  2. aldino mengatakan

    1 Juli 2015 pada 6:13 am

    ~
    Di sini cukup jelas, mana yang waras dan mana yang tidak. Ketika seseorang masuk gereja dan telah menginjak kotoran, sucikah gereja kalian dari bau dan kotoran?Bagaimana dengan Tuhan yang keluar melewati lubang kotoran wanita?

    “Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya” (Injil, Rasul Markus 7:15).

    Bagaimana dengan buang angin dan muntah?

    Balas
    • staff mengatakan

      3 Juli 2015 pada 4:35 am

      ~
      Sdr. Aldino,

      Mari gunakan logika sebagai manusia yang berakal sehat.

      Bukankah Anda setuju Allah itu Roh sehingga bersifat rohaniah? Jadi, apa yang Allah kehendaki berkaitan dengan hal rohaniah, bukan? Nah, saat Allah membenci kenajisan, bagaimana Allah mengartikan “najis”? Apakah najis dilihat secara jasmani dan bukan rohani? Jika Anda hanya memandangya secara jasmaniah, berarti Anda menganggap Allah benci setiap gelandangan yang kotor, atau orang yang bekerja mengolah limbah, bukan? Benarkah Allah membenci mereka? Pikiran keliru seperti ini yang harus dikoreksi.

      Perhatikanlah definisi najis yang Allah firmankan pada lanjutan ayat dari Injil Markus bab 7 yang Anda kutip: “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang” (Injil, Rasul Markus 7:20-23).
      ~
      Yuli

  3. usil mengatakan

    2 Juli 2015 pada 9:47 am

    ~
    Bukan amal ibadah dan perbuatan baik,melainkan hanya kasih anugerah Yesus yang dapat mensucikan, menyelamatkan, dan memasukkan manusia dalam surga.

    Mohon tanya: Mana peran Bapa dan Roh Kudus? Bukankah mereka Tuhanmu juga? Apa mereka tidak menyelamatkan?

    Balas
    • staff mengatakan

      3 Juli 2015 pada 4:54 am

      ~
      Sdr. Usil,

      Pertanyaan yang sangat menarik, terimakasih.

      Allah Tritunggal adalah esa (Taurat, Kitab Ulangan 6:4). Dalam bahasa aslinya, “esa” berarti satu kesatuan. Jadi, Bapa, Yesus, dan Roh Kudus hakikatnya satu, yaitu Allah.

      Tentu Anda setuju keselamatan hanya berasal dari Allah, bukan? Nah, dalam keesaan-Nya, Allah Tritunggal bekerjasama menggenapi rencana keselamatan bagi manusia.

      “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya [Yesus] yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:16)

      “… tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: “Yesus adalah Tuhan”, selain oleh Roh Kudus” (Injil, Surat 1 Korintus 12:3).

      Bapa mengutus Yesus menjadi pelaksana keselamatan yaitu menanggung hukuman dosa yang seharusnya kita tanggung. Pengampunan dosa dan keselamatan dapat diperoleh jika manusia beriman kepada Yesus dan pengorbanan-Nya. Nah, Roh Kudus berperan menginsyafkan hati manusia dari dosanya, menuntunnya pada pertobatan dan iman kepada Yesus.
      ~
      Yuli

  4. Netral mengatakan

    2 Juli 2015 pada 10:12 am

    ~
    Untuk Saudara Nasrani,

    Mana dogma yang masuk akal? Menyucikan semua anggota tubuh dengan air dari perbuatan yang mengotorinya, atau makan roti dan anggur di gereja? Padahal roti bukanlah daging Yesus dan anggur bukanlah darah Yesus.

    Kalau Yesus sudah menyucikan kalian, mengapa kalian masih melaksanakan ritual agama dengan berdoa dan pergi ke gereja?

    Apakah roti dan anggur bisa memasukkan kesucian Yesus kepada kalian? Jangan katakan ibadah adalah ungkapan rasa syukur kalian ketika masih merengek kepada Tuhan agar kehendak dan kerajaan-Nya datang di dalam isi doa Bapa kami.

    Balas
    • staff mengatakan

      3 Juli 2015 pada 5:28 am

      ~
      Sdr. Netral,

      Mengenai perjamuan makan roti dan anggur, mari perhatikan sabda Yesus:
      “… perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” (Injil, Rasul Lukas 22:19).

      Roti dan anggur yang dimakan tidak menyucikan hati manusia. Keduanya hanyalah lambang dari tubuh dan darah Yesus yang Ia persembahkan sebagai korban kematian-Nya di kayu salib untuk mengganti hukuman kekal kita karena dosa. Sebagai lambang, keduanya berfungsi menjadi peringatan atas keselamatan yang sudah Allah anugerahkan lewat pengurbanan Yesus.

      Jadi, karena fungsinya sebagai lambang dan peringatan, maka roti dan anggur bisa diganti bahan lain tergantung ketersediaan bahan pangan setempat.

      Arti “datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu” dalam “doa Bapa kami” adalah sikap ketundukan hati dan hidup para pengikut Kristus terhadap kedaulatan Allah. Bukankah ini hal yang indah, Saudaraku?
      ~
      Yuli

  5. usil mengatakan

    2 Juli 2015 pada 10:26 am

    ~
    Untuk Nasrani,

    Jawab dengan tegas, Roh Kudus ada di mana? Bukankah kalian mengetahui keberadaan-Nya setelah membaca tulisan Paulus di dalam Alkitab?

    Kalian beriman kepada Roh Kudus padahal Roh Kudus adalah karya Paulus.

    Balas
    • staff mengatakan

      3 Juli 2015 pada 5:46 am

      ~
      Sdr. Usil,

      Itulah gunanya belajar langsung dari sumbernya: Alkitab. Bukan hanya curi dengar dari kata orang. Mempercayai asumsi tanpa memeriksa kebenarannya berakibat fatal, Saudaraku.

      Roh Kudus bukan hasil karya Paulus. Justru karena karya Roh Kudus-lah Paulus bertobat. Dari pembenci dan penentang Yesus yang paling radikal, ia berubah menjadi pelayan Yesus yang setia hingga mati syahid.

      Mari perhatikan sabda Yesus yang ditulis Rasul Yohanes (bukan Paulus) dalam kitab Injil:
      “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu“ (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:16-17).

      Roh Kudus tinggal di dalam hati orang-orang yang sungguh beriman kepada Yesus.
      ~
      Yuli

  6. Ata mengatakan

    15 Juli 2015 pada 8:41 am

    ~
    Ajaran Islam menyatakan amal ibadah dan perbuatan seseorang tidak akan bisa mengantarkannya ke surga. Ini karena seseorang masuk surga hanya atas rahmat Allah saja. Tetapi harap digarisbawahi bila amal ibadah dan perbuatan kitalah yang mengundang turunnya rahmat Allah.

    Muslim beribadah bukan dalam rangka berdagang menghitung untung rugi dengan Allah, tetapi semata mencari keridhaan Allah. Ini adalah suatu nafas ibadah yang tidak bisa dipahami oleh umat Kristen karena bagi mereka, selama menerima penebusan Yesus dalam hidup, gengster paling bengis ataupun pendeta paling saleh pun akan sama-sama disucikan masuk surga.

    Balas
    • staff mengatakan

      23 Juli 2015 pada 2:34 am

      ~
      Sdr. Ata,

      Anda benar. Keselamatan hanyalah rahmat dan ridha Allah. Tapi, Anda perlu belajar mengenal rahmat dan ridha-Nya. Mahasuci Allah tidak berkompromi dengan dosa. Dapatkah Anda menjamin amal ibadah Anda sempurna, steril dari dosa hingga mampu mengundang keridhaan Allah? Mari renungkan artikel ini: http://tinyurl.com/n4qyrer.

      Rahmat Allah dinyatakan lewat ayat Injil berikut: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:16).

      Percaya kepada Yesus artinya beriman pada pengorbanan-Nya dalam menggantikan hukuman kekal kita, dan taat pada kehendak Yesus: “Barangsiapa percayakepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:36).

      Jadi, pendeta atau bandit yang mengimani pengorbanan Yesus tidak bisa dikatakan percaya Yesus bila tidak bertobat dari dosanya. Demikian juga orang tidak bisa menyatakan dirinya taat pada perintah Yesus bila tidak mengakui pengorbanan-Nya di kayu salib.
      ~
      Yuli

  7. Gandhi Waluyan mengatakan

    25 Oktober 2018 pada 5:09 pm

    ~
    Dalam Muslim, suci itu ada dua macam. Suci lahir dan suci batin. Syarat suci batin, lahirnya harus suci dulu yaitu suci dari hadas besar maupun kecil. Tidak lepas wudhu meskipun tidak akan sholat. Jika menjaga suci lahir, Insyaallah suci batin bisa diraih. Bagaimana bisa suci batin diraih jika najis tidak disucikan. Buang air besar tidak disucikan dengan benar. Terlebih setelah buang air kecil (ini yang sering dilewatkan terutama non-Muslim). Itu baru hadas kecil. Dalam hal hadas besar, Muslim wajib “mandi basah” atau mandi junub, setelah haid, setelah bersetubuh, setelah masa nifas .Dalam keadaan belum mandijunub (belum bersuci) seorang Muslim tidak bisa beribadah menjumpai Allah yang Mahasuci. Prinsip Islam itu suci lahir batin harus seiring.

    Balas
    • Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan

      26 Oktober 2018 pada 11:30 am

      ~
      Sdr. Gandhi Waluyan,

      Ketika Anda berprinsip: “Syarat suci batin, lahirnya harus suci dulu …”, dapatkah Anda menjelaskan bagaimana keterkaitan antara “suci lahir” yang menghasilkan “suci batin”? Sebab faktanya, banyak sekali kita jumpai para koruptor negara kita telah benar-benar menjalankan ritual “suci lahir” dalam kesehariannya seperti yang Anda jelaskan. Mengapa batin mereka tetap kotor meski telah bersuci lahir?

      Atau sebaliknya, bagaimana dengan orang yang berhati mulia menjadi penolong bagi sesamanya yang membutuhkan, mengasihi mereka dan berkorban dengan tulus, namun oleh karena keadaan tidak memungkinkannya menjalankan ritual “suci lahir” seperti yang Anda jelaskan. Dengan prinsip Anda di atas, apakah orang seperti ini tidak bisa disebut “suci batin”?
      ~
      Yuli

  8. Gandhi Waluyan mengatakan

    25 Oktober 2018 pada 5:19 pm

    ~
    Rekan Yuli,

    Saya sambung lagi. Saya tertarik dengan ayat Markus ini: “Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya“ (Injil Markus 7:15).

    Tentunya ini berlaku untuk apa saja, bukan? Menurut Yesus apapun yang masuk ke dalam tidak menajiskan, entah itu darah, nanah, bahkan kotoran hewan sekalipun. Ini makna yang saya tangkap dari ayat ini. Lalu yang najis itu apapun yang keluar dari seseorang seperti kotoran, urine, darah mens. Dan saya melihat di sinilah Yesus ingin menguji logika manusia. Yang keluar dari tubuh manusia itu najis. Maka Yesus pun najis dan tidak layak menyandang predikat Tuhan. Status Yesus yang keluar dari rahim Maria itu sama dengan darah mens.

    Balas
    • Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan

      26 Oktober 2018 pada 12:05 pm

      ~
      Sdr. Gandhi Waluyan,

      Anda melalaikan hal penting dari komentar Anda tentang Yesus yang lahir dari rahim Maria. Bila Anda memandang bayi yang keluar dari rahim ibu adalah najis, bukankah dengan kata lain Anda harus mengakui bahwa setiap orang termasuk Anda sendiri berstatus najis secara permanen? Sebab meskipun Anda telah melakukan ritual “suci lahir” berulangkali, Anda tetap berstatus najis karena tidak bisa mengubah fakta Anda telah terlahir dari rahim ibu, bukan? Maka, bagaimana prinsip Anda: “Syarat suci batin, lahirnya harus suci dulu …” bisa berlaku?

      Saudaraku, sangat baik bila Anda tertarik dengan teguran Yesus dalam Injil Markus 7:15. Supaya tidak salah tafsir, silakan baca mulai ayat 1-23. Perhatikan ayat-ayat berikut:
      – Ayat 9: “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri”.
      – Ayat 18-19: “… segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, karena bukan masuk ke dalam hati … Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal”
      – Ayat 20-22: “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan”.
      ~
      Yuli

Baca komentar lainnya:

« 1 2

PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR

Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
3. Sebelum menuliskan jawaban, copy-lah pertanyaan yang ingin dijawab terlebih dahulu.
4. Tidak diperbolehkan menggunakan huruf besar untuk menekankan sesuatu.
5. Tidak diijinkan mencantumkan hyperlink dari situs lain.
6. Satu orang komentator hanya berhak menuliskan komentar pada satu kolom. Tidak lebih!

Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: .

Kiranya petunjuk-petunjuk di atas dapat kita perhatikan.

Wassalam,
Staf, Isa dan Islam

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

 huruf tersedia

Sidebar Utama

Artikel Terbaru

  • 7 Alasan Utama Pria Muslim Berpoligami dan Dampaknya
  • Sejarah Hukum Memakai Hijab, Apakah Sebuah Keharusan?
  • Pergumulan Muslimah Perihal Gambaran Surga Sebenarnya
  • Ciri Wanita yang Allah “Memilih” dan “Memuliakan”
  • Dulu Hati Muslimah Terluka, Sekarang Penuh Cinta

Artikel Terpopuler Bulan Ini

  • Cinta Allah Bagi Seorang Perempuan Muslim
  • Pergumulan Muslimah Perihal Gambaran Surga Sebenarnya
  • Khadijah Tidak Lagi Takut Kematian Setelah Mengikut Isa
  • Sejarah Hukum Memakai Hijab, Apakah Sebuah Keharusan?
  • Siti Maryam dan Siti Aminah: Dua Wanita Mulia

Artikel Yang Terhubung

  • Bagaimana Peranan Wanita Menurut Al-Quran?
  • Ciri Wanita yang Allah “Memilih” dan “Memuliakan”
  • Islam Memuliakan Wanita? 5 Contoh Isa Al-Masih…
  • Wanita Muslim: Mengapa Agama Selalu Menyalahkan Wanita?
  • Mukmin, Pria Dan Wanita Di Sorga

Renungan Berkala Isa dan Al-Fatihah

Apabila Anda ingin menerima renungan singkat setiap minggu, silakan menekan tombol di bawah ini

Renungan Berkala Isa Dan Al-Fatihah

Renungan Berkala Isa dan Kaum Wanita

Apabila Anda ingin menerima renungan singkat Isa Dan Kaum Wanita setiap minggu, silakan menekan tombol di bawah ini

Renungan Berkala Isa Dan Kaum Wanita

Footer

Hubungi Kami

Apabila Anda memiliki pertanyaan / komentar, silakan menghubungi kami dengan menekan tombol di bawah ini.

Hubungi Kami

Social Media


Facebook

Twitter

Instagram

YouTube
App Isadanislam
Hak Cipta © 2009 - 2021 Dialog Agama Isa Islam Dan Kaum Wanita. | Kebijakan Privasi |
Kebijakan Dalam Membalas Email
| Hubungi Kami