Islam mengajarkan bahwa isteri keluar rumah tanpa ijin suami masuk neraka. Benarkah itu? Bagaimanakah menghindari masuk neraka?
Namun demikian, para Muslim yakin bahwa Islam memuliakan wanita. Mereka percaya bahwa laki-laki dan wanita memiliki hak yang sama untuk masuk surga.
Akibat Isteri Keluar Rumah Tanpa Ijin Suami
Setelah bercerai dengan suaminya warga Arab Saudi, Vierra – wanita Amerika – menderita hukum perwalian di sana. Dia dilarang mengunakan rekening bank, meninggalkan negara, bepergian dengan anaknya, dan mencari bantuan yang sah, tanpa ijin bekas suaminya itu atau wali laki-laki.
Menurut situs Islam: “Seorang wanita yang hendak keluar rumah wajib meminta izin kepada suaminya” atau “. . . tanpa didampingi mahramnya bisa menimbulkan fitnah. Bahkan di akhirat kelak, ia akan disiksa dengan diikat kaki dan tangannya.”
Hadis menuliskan, “. . . Dia tidak boleh keluar dari rumahnya kecuali dengan izin suaminya. Jika dia berbuat demikian, maka Allah akan melaknatnya dan para malaikat memarahinya kembali . . .” (HR Abu Daud Ath-Thayalisi).
Apakah Hukum Seperti itu Untuk Suami Juga?
Tetapi, bagaimanakah suami yang tidak ijin isterinya bila keluar rumah?
“Dalam keluarga, memang suami yang dijadikan pemimpin. Isteri yang ingin keluar rumah harus ijin kepada suaminya. Tidak sebaliknya, suami tidak harus ijin anggota keluarganya jika ingin keluar,” tulis sebuah situs Islam.
Ajaran itu seolah-olah suami memiliki kuasa seperti Allah, sebab izinnya dapat menyebabkan seorang isteri masuk surga atau neraka. Mengapa seorang suami yang tidak minta ijin isterinya ketika pergi tidak diancam neraka? Bukankah hukum itu diskriminatif?
Jelaskan jawabanmu di sini!
Penyebab Seseorang Masuk Neraka Menurut Wahyu Allah
Wahyu Allah mengajarkan bahwa, “Setiap orang [suami, isteri dan semua orang] yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah” (Injil, Surat 1 Yohanes 3:4).
Tidak ada diskriminasi. Ketika Adam dan Hawa berdosa, Allah menghukum mereka, salah satunya dengan pengusiran dari hadapan Allah.
Cara Masuk Surga dalam Wahyu Allah
Kitab Allah mengajarkan, “. . . darah Yesus [kematian Isa Al-Masih di kayu salib] . . . menyucikan kita dari pada segala dosa . . .” (Injil, Surat 1 Yohanes 1:7). Isa Al-Masih secara adil, tanpa membedakannya menyucikan dosa para suami dan isteri yang beriman kepada Dia.
Jadi isteri masuk neraka bukan karena tidak ijin suami ketika keluar rumah. Sebaliknya, suami tidak masuk neraka, meskipun tidak ijin isteri ketika keluar rumah. Baik suami maupun isteri akan masuk neraka karena dosa-dosa mereka, jika tidak ada yang menyelamatkannya.
Maka cara menghindari siksa neraka ialah beriman kepada Isa Al-Masih. Sebab hanya Dia yang berkuasa menyucikan dosa dan menjamin surga setiap orang yang percaya kepada-Nya. Sampaikan pertanyaanmu di sini.
[Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.]
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Apakah pendapat Saudara akan hukuman istri keluar rumah tanpa ijin suami dalam Islam di atas?
- Apakah ada keadilan bagi istri dalam ajaran itu? Jelaskan!
- Menurut artikel di atas, bagaimana Isa Al-Masih menjamin manusia masuk surga?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Berikut ini dua link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Isteri Keluar Rumah Tanpa Ijin Suami Masuk Neraka?”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
~
“Mengapa seorang suami yang tidak minta ijin isterinya ketika pergi tidak diancam neraka? Bukankah itu diskriminatif?”
Dalam Islam, suami itu pemimpin dalam rumah tangga. Pemimpin itu memiliki kekuasaan tertinggi. Istri itu bukan pemimpin, sehingga kalau melakukan sesuatu harus izin dan sepengetahuan suami. Sementara kalau suami (pemimpin) melakukan sesuatu, tidak perlu izin ke istri. Tapi dihimbau hanya sekedar memberitahu saja ke istri.
Sama dengan di kantor, pegawai kalau mau melakukan sesuatu harus minta izin dan sepengetahuan bos (pemimpin) nya. Sementara bosnya kalau mau melakukan sesuatu tidak harus minta izin pegawainya, tapi dihimbau hanya sekedar memberitahu saja ke pegawainya.
~
Saudara Wahyu Kurniawan,
Dari penjelasan saudara bukankah sangat jelas bagaimana wanita diperlakukan dalam pernikahan, seperti pegawai/bawahan yang dipekerjakan. Bukan sebagai patner dalam menjalin rumah tangga dimana dihadapan Allah pria dan wanita sama. Sebagai pemimpin seolah-olah suami memiliki kuasa seperti Allah, dimana isteri keluar rumah tanpa ijin suami menyebabkannya masuk neraka. Sementara suami melakukan sesuatu tidak perlu ijin pada isteri, dan tidak diancam neraka, bukankah ini diskriminatif?
Namun wahyu Allah mengajarkan bahwa setiap orang yang berdosa masuk neraka, “Setiap orang [suami, isteri dan semua orang] yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah” (Injil, Surat 1 Yohanes 3:4).
~
Daniar
~
Mimin baca hadits sepenggal-penggal makanya salah pengertian. Alkisah dulu pernah ada wanita bersuamikan orang Quraisy pelit. Suami istri itu orang Islam. Karena pelit sang istri lapor ke Nabi Muhammad perihal kepelitan si suami. Rasulullah bersabda ambillah harta seperlunya sesuai dengan kebutuhanmu. Suami, laki-laki itu imam. Ia akan diminta pertanggung jawaban kelak.
Kenapa wanita serasa dinomor belakang dalam Islam. Ya simpel, wanita itu bengkok, kalau diluruskan ya patah. Kodrat wanita mengalami mens, mempunyai emosi dimana emosi kalau negatif itu bisa membutakan ke arah jelek. Laki-laki lebih baik dalam hal penguasaan emosi.
Fakta di atas bukan berarti wanita jelek di Islam
~
Saudara Enggar,
Maksudnya hadits yang dikutip dalam artikel di atas? Menurut penjelasan saudara di atas, sepertinya “suami” yang bersalah. Lalu mengapa istri keluar rumah tanpa ijin suami masuk neraka, bisa dijelaskan?
Menurut saudara wanita itu bengkok, mengapa? Benarkah Allah menciptakan wanita itu bengkok? Mohon penjelasannya! Lagi, benarkah wanita mempunyai emosi yang jelek, sedangkan pria lebih baik dalam penguasaan emosi? Menurut saudara siapa yang melakukan kejahatan, KDRT dan siapa korbannya? Wanita atau pria? Silakan dijelaskan!
Menurut Kitab Suci Allah: “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?” (Kitab Nabi Yeremia 17:9). Jadi, masalah sesungguhnya adalah dosa dan keterpisahan dari Allah. Allah dapat membasuh kita dari hati yang jahat, penuh dengan dosa dan memberikan kita sebuah hati yang baru, hati yang dapat menguasai emosi, mengasihi. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang“ (Injil, Surat 2 Korintus 5:17).
~
Daniar
~
“Dari penjelasan saudara bukankah sangat jelas bagaimana wanita diperlakukan dalam pernikahan, seperti pegawai/bawahan yang dipekerjakan. Bukan sebagai patner dalam menjalin rumah tangga”.
Dalam Islam, suami dan istri itu ada saatnya derajatnya sama. Ada saatnya derajat suami di atas istri, dan ada saatnya derajat istri di atas suami. Jadi dalam Islam, tidak serta merta dalam semua hal, suami istri itu derajatnya selalu sama. Ini salah satu bukti konkret bahwa Islam itu sangat adil dalam kehidupan rumah tangga.
~
Saudara Wahyu Kurniawan,
Demikianlah seharusnya suami istri itu derajatnya sama. Di hadapan Allah, pria dan wanita seimbang. Pria tidak lebih tinggi atau lebih berharga daripada wanita. “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Taurat, Kitab Kejadian 1:27).
Jadi, baik pria dan wanita memiliki kesempatan dan cara yang sama untuk dapat masuk sorga. Dan setiap pria atau wanita yang berdosa akan masuk neraka.
~
Daniar
~
Wanita adalah rekan kerja, belajarlah menghargai istri kita, lindungilah dia, karena dia bukan bawahan kita tapi pendamping hidup kita.
~
Saudara Dian Rema,
Sebagai suami yang menjadi kepala keluarga bukan berarti menjadi pemimpin yang semaunya. Isteri bukan bawahan kita tetapi rekan, pendamping, dan penolong kita. “Penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Taurat, Kitab Kejadian 2:18). Jadi suami harus mengasihi dan menghormati isterinya.
Kiranya ini menjadi pemahaman baru bagi para suami dalam memperlakukan isterinya.
~
Daniar
~
“Demikianlah seharusnya suami istri itu derajatnya sama.” Secara tidak langsung kamu memberitahu, kalau agama kamu itu tidak sempurna kalau dibanding Islam. Di Islam derajat suami istri itu beda dalam tiap urusan. Tidak dipukul rata sama semuanya.
Kalau dipukul rata semuanya, ya berarti ada dua kondisi diperbolehkan:
1. Suami dan istri, dua-duanya wajib nyari nafkah, dan anaknya sendiri di rumah.
2. Istri nyari nafkah, sementara suami yang badannya sehat di rumah.
Diagama kamu derajat suami istri sama persis kan? Nah kalau begitu diantara 2 kemungkinan di atas, kamu milih yang mana 1 atau 2?
~
Saudara Wahyu Kurniawan,
Menurut saudara standart kesempurnaan agama adalah derajat suami dan isteri berbeda begitu? Maaf rendah sekali standart yang saudara gunakan. Bukankah masalah terbesar manusia adalah dosa, bagaimana mengatasi masalah itu. Bukankah suami dan istri memiliki kebutuhan yang sama akan itu. Jadi baik suami dan isteri memiliki kesempatan yang sama untuk dapat masuk sorga. Kami kira itulah yang menjadi standart. Sehingga umatnya memiliki kedamaian karena ada jaminan pasti akan keselamatan masuk sorga. Bagaimana menurut saudara?
Saudara Wahyu, dalam setiap rumah tangga pasti ada berbagi masalah karena kondisi dan situasi. Bila mengacu pada 2 masalah yang saudara tuliskan di atas kami kira itu bukan standartnya. Jadi intinya dalam keluarga harus ada kesepakatan bersama, saling mengasihi, saling menghormati. Sehingga setiap kebutuhan keluarga baik keuangan, anak, dan lain-lain dapat diselesaikan bersama.
~
Daniar
~
Dalam Islam, setiap suami dan istri itu ada hak dan kewajibannya. Hak suami, dilayani dengan baik, dituruti perintahnya selama perintah tersebut tidak melanggar syariat Allah. Hak istri, diberikan nafkah lahir dan batin, diberikan perlindungan dan kenyamanan.
Kewajiban suami, mengajak dan mendidik anak istrinya ke jalan Allah. Kewajiban istri, mematuhi perintah suami selama perintahnya tidak melanggar syariat Allah. Melayani suami dengan baik.
Islam begitu sempurna mengatur hak dan kewajiban istri, sehingga apabila suami/istri tidak menjalankan hak dan kewajibannya, maka neraka tempatnya. Sebaliknya, kalau menjalankan hak dan kewajibannya dengan baik, maka surga tempatnya.
~
Saudara Wahyu Kurniawan,
Terimakasih atas penjelasan saudara tentang hak dan kewajiban suami dan istri. Mari ambil saja hak istri seperti yang saudara sampaikan yaitu diberikan nafkah lahir dan batin, diberikan perlindungan dan kenyamanan. Dan kembali ke topik, hukum izin keluar rumah. Menurut sdr hukum itu tidak berlaku bagi suami, benar? Nah, dengan tidak sepengetahuan isteri bukankah itu belum memenuhi hak isteri? Lagi, dalam hal mendidik. Bila suami keluar rumah tanpa ijin isteri, bukankah itu mengajarkan anak untuk berperilaku seperti bapaknya? Bagaimana menurut saudara?
Dosa bukan saja yang kita lakukan/langgar tetapi juga pikiran jahat kita. Jadi baik suami dan isteri yang berdosa akan masuk neraka.
~
Daniar
~
“Menurut sdr hukum itu tidak berlaku bagi suami, benar? Nah, dengan tidak sepengetahuan isteri bukankah itu belum memenuhi hak isteri?”. Dalam Islam, istri keluar rumah wajib dapat izin dari suami. Istri keluar rumah tanpa izin suami berdosa. Sementara suami keluar rumah tidak wajib dapat izin dari istri. Tapi hanya sekedar memberitahu kepada istri tanpa minta izin. Suami keluar rumah tanpa izin istri tak berdosa. Meski tidak berdosa, suami tetap tidak bisa sesuka hati seenaknya. Alias, suami tetap terikat oleh hukum Islam, misal pada ayat QS 4:19 dan HR. Ibnu Mâjah, no. 1977.
“Lagi, dalam hal mendidik. Bila suami keluar rumah tanpa ijin isteri, bukankah itu mengajarkan anak untuk berperilaku seperti bapaknya?”. Kan bapaknya sudah beristri, sementara anaknya belum beristri. Kondisinya sudah beda. Kenapa kamu bilang si anak akan ngikutin prilaku bapaknya? Dalam Islam, kewajiban anak (selama belum menikah) kalau mau keluar rumah wajib minta izin terhadap kedua orang tuanya.
~
Saudara Wahyu Kurniawan,
Sebagai pemimpin seolah-olah suami memiliki kuasa seperti Allah, dimana isteri keluar rumah tanpa ijin suami menyebabkannya masuk neraka. Sementara suami keluar rumah tidak perlu ijin pada isteri, dan tidak diancam neraka, bukankah ini diskriminatif?
Namun wahyu Allah mengajarkan bahwa setiap orang yang berdosa masuk neraka, “Setiap orang[suami, isteri dan semua orang] yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah” (Injil, Surat 1 Yohanes 3:4).
Apakah saudara sebagai anak atau sudah mempunyai anak? Sebagai anak, apa yang dilihat dan didengar dalam keluarganya pasti diikuti, bukan? Memang sebagai orang tua dapat menjelaskan. Lalu bagaimana saudara menjelaskan hal itu?
~
Daniar
~
Wahyu, bukan saja bos dan bawahan bahkan wanita setara dengan anjing dan keledai (HR. Bukhari, 519). Jadi saudara sudah membuktikan, wanita Muslim derajatnya lebih rendah dari pria. Dan saudara sudah meneladani nabi Islam. Memimpin keluarga bukan berarti sesuka pria. Misal, keluarga ingin punya rumah haruslah keputusan dari kesepakatan bersama.
Enggar, jika wanita itu bengkok, bukankah saudara juga berasal dari wanita bengkok yaitu ibu saudara? Apakah ibu saudara layak dijadikan objek seks oleh ayah saudara seperti perintah nabi Islam berikut, “Ketika seorang suami memanggil istrinya untuk memenuhi kebutuhannya, maka hendaknya dia datang sekalipun dia berada di dapur.” (Jami` at-Tirmidhi, 1160)
~
Saudara Jesus Park,
Terimakasih telah memberikan komentar di ruang ini. Kiranya tanggapan saudara tersebut dapat dijadikan bahan perenungan bagi Sdr. Wahyu dan Sdr. Enggar. Bagaimana pendapat Saudara akan hukuman istri keluar rumah tanpa ijin suami dalam artikel di atas?
~
Daniar
~
“Sementara suami keluar rumah tidak perlu ijin pada isteri, dan tidak diancam neraka, bukankah ini diskriminatif?” “Meski tidak berdosa, suami tetap tidak bisa sesuka hati seenaknya. Alias, suami tetap terikat oleh hukum Islam, misal pada ayat QS 4:19 dan HR. Ibnu Mâjah, no. 1977.”Kamu tanya pertanyaan yang sama berulang karena kehabisan bahan ejekan?
“Sebagai anak, apa yang dilihat dan didengar dalam keluarganya pasti diikuti, bukan?” Orang tua sama anak itu hak dan kewajibannya beda. Suami kewajibannya cari nafkah. Kalau suami pergi keluar, istrinya cium tangan suami. Terus menurut kamu anak juga bakal ngikutin prilaku ayahnya begitu? Si anak pergi nyari nafkah, trus ibunya cium tangan anaknya begitu? Hanya karena mengikuti prilaku orang tuanya?
~
Saudara Wahyu,
Kami menjadikan satu kolom komentar saudara. Saudara Wahyu, mengapa kami bertanya dengan pertanyaan yang sama, bukan untuk mengejek. Tapi karena sangat aneh dan diskriminatif menurut kami. Istri keluar rumah tidak ijin suami diancam neraka tapi tidak berlaku pada suami. Menurut saudara apa keadilan bagi istri dalam ajaran itu? Memang suami tidak bisa sesuka hati dan punya kewajiban dalam keluarga, bukan?
Yang saya maksudkan adalah anak kecil. Apakah saudara sudah/pernah punya anak kecil? Bagaimana interaksinya? Apa yang dilihat dan didengar dalam keluarganya pasti diikuti, bukan? Dan dengan bertambahnya usia pasti si anak akan bertambah kritis. Bagaimana saudara menjelaskan akan hal itu?
~
Daniar
~
Wahyu,
Mengapa Muslim menganggap mempertanyakan tentang Islam selalu ditafsir mengejek? Apakah berarti akidah Islam yang ada di Quran dan hadis juga menjelekkan Islam? Jika tidak berdosa, mengapa istri mendapatkan neraka jika tidak meminta ijin pada suami? Apakah suami menentukan surga istri? Atau karena sabda nabi Islam yang mengatakan bahwa “Wanita itu adalah aurat. Jika dia keluar maka setan akan menggodanya (memperindahnya di mata laki-laki).” (Jami` at-Tirmidhi, 1173)? Apakah benar bahwa syaitan suka dengan aurat wanita? Atau pria hidung belang yang digoda syaitan agar menjadi pengikutnya (QS 15:39)? Benarkah wanita biang dosa pria hidung belang?
~
Saudara Jesus Park,
Terimakasih atas tanggapan saudara untuk komentar saudara Wahyu. Istri mendapatkan neraka jika keluar rumah tidak minta ijin pada suami. Ajaran itu seolah-olah suami memiliki kuasa seperti Allah, sebab izinnya dapat menyebabkan seorang isteri masuk surga atau neraka. Mengapa seorang suami yang tidak minta ijin isterinya ketika pergi tidak diancam neraka? Bukankah hukum itu diskriminatif?
Nah, bukankah ini pertanyaan yang perlu direnungkan. Sedangkan di hadapan Allah pria tidak lebih tinggi atau lebih berharga daripada wanita. “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Taurat, Kitab Kejadian 1:27).
Jadi, baik pria dan wanita memiliki kesempatan dan cara yang sama untuk dapat masuk sorga. Dan setiap pria atau wanita yang berdosa akan masuk neraka.
~
Daniar
~
Saudaraku,
Dalam Islam hukum / ketentuan Allah dan Rosul, mengatur semua aspek kehidupan yang tujuannya agar selamat dunia akhirat. Hanya orang yang berimanlah yang bertaqwa dan taat menjalankan. Kristen bingung karena tidak punya hukum / ketentuan yang mengatur kehidupannya, sehingga tidak punya pegangan. Yesus tidak mengajarkan apa-apa, maka Alkitabnya tidak punya ketetapan. Itulah beda Islam dan Kristen. Kalau mau bebas maka jadilah Kristen karena dosanya ditanggung Tuhannya dan pasti masuk sorga. Tetapi Tuhannya masuk neraka kebanyakan nanggung dosa.
~
Saudara Joko S,
Sudahkah saudara membaca paparan artikel di atas? “Istri keluar rumah tanpa ijin suami masuk neraka”. Apakah hukum itu juga berlaku bagi suami yang tidak ijin isterinya bila keluar rumah? Silakan memberikan penjelasannya!
Saudara Joko, Alkitab dengan jelas mengajarkan baik suami maupun isteri akan masuk neraka karena dosa-dosa mereka, jika tidak ada yang menyelamatkannya. “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Injil, Surat Roma 6:23).
Saudara mempunyai pengertian yang salah tentang keselamatan dalam Kristen. Untuk itu silakan baca penjelasannya di link ini https://bit.ly/2D7bdc0 agar memiliki pemahaman yang benar tentang anugerah keselamatan di dalam Isa Al-Masih.
~
Daniar
~
Saudara Daniar,
Islam sudah menjelaskan/mengatur dengan jelas dalam semua aspek kehidupan. Mengapa suami/istri Kristen masih masuk neraka? Mana janji Tuhan Yesus bagi umat-nya.
Bukan pengertian saya yang salah tentang keselamatan Kristen, Alkitab sudah tidak berlaku karena sudah datang Kitab dan Nabi yang baru/terakhir. Umat sekarang adalah umat Muhamad dan Kitab-nya Al-Quran. Al-Quran dan As Sunnah telah meng-update kitab-kitab sebelumnya. Itulah keselamatan yang benar. Itulah penjelasan yang benar. Aamiin.
~
Saudara Joko S,
Saudara belum memberikan penjelasan atas pertanyaan kami ini: Sudahkah saudara membaca paparan artikel di atas? “Istri keluar rumah tanpa ijin suami masuk neraka”. Apakah hukum itu juga berlaku bagi suami yang tidak ijin isterinya bila keluar rumah? Silakan memberikan penjelasannya!
Mari perhatikan janji Isa Al-Masih bagi yang percaya kepada-Nya: ”. . . Aku (Isa Al-Masih) memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 10:28). Dengan jelas Isa Al-Masih menjamin pengikut-Nya hidup kekal (selamat masuk surga, tidak binasa di neraka kekal).
Siapa yang menyatakan bahwa Alkitab tidak berlaku lagi? Bukankah Al-Quran mewajibkan untuk mengimani Alkitab? Bagaimana saudara menjelaskan ini?
~
Daniar
~
Saudara Daniar,
Apakah kita pergi keluar rumah tidak ijin / pamitan ke keluarga (Istri/suami/orang tua/saudara). Apakah Alkitab tidak mengajarkan sopan santun. Islam jelas mengajarkan bagaimana keluar/masuk rumah (sendiri /orang lain) memberikan salam. Islam mengingatkan mulai hal yang kecil / remeh sampai hal haram dan halal. Yang bisa menyebabkan ibadah dan amal kita habis untuk membayar kesalahan / dosa kita. Sehingga nanti di hari akhir pahala kita lebih kecil dari dosa kita yang bisa menyebabkan masuk ke neraka.
Sebaiknya anda tetap jadi non Muslim karena menjadi Muslim / Muslimah itu berat di dunia.
~
Saudara Joko,
Silakan dijawab dengan jelas, “Istri keluar rumah tanpa ijin suami masuk neraka”. Apakah suami keluar rumah tanpa ijin istri juga masuk neraka? Itulah yang ingin kami tanyakan.
Pernyataan yang menarik, ibadah dan amal untuk membayar kesalahan (dosa), pahala lebih kecil masuk neraka? Artinya ibadah dan amal hanya untuk kepentingan sendiri, bukan untuk Allah, benar begitu bukan? Tapi saudara tidak perlu membahas di sini, jika saudara ingin mendiskusikan silakan beralih di link ini https://bit.ly/2PGa80X
Terimakasih atas perhatiannya.
~
Daniar
~
Saudara Daniar,
Islam itu penuh aturan tapi ada tuntunan nya. Semua aktivitas / gerak mulai bangun tidur sampai berangkat tidur, bahkan posisi tidur, adab makan, minum, jalan kaki semua ada tuntunannya. Semua ternyata ada hikmah, tujuan dan manfaatnya.
Jadi kalau hanya itu yang ditanyakan terlalu sederhana dalam memahami Islam. Tujuh laut tinta ditambah tujuh lagi (= 14 air lautan), belum cukup untuk menjelaskan kemuliaan Allah dan Islam.
~
Saudara Joko S,
Terimakasih untuk penjelasannya, tapi belum menjawab pertanyaan. Pertanyaannya, “Istri keluar rumah tanpa ijin suami masuk neraka”. Apakah suami keluar rumah tanpa ijin istri juga masuk neraka?
~
Daniar
~
Suami adalah pemimpin keluarga. Suami bertanggung jawab atas semua anggota keluarga. Jika istri dan anak berdosa, suami diminta pertangguan jawab (ikut menanggung dosa tersebut). Jika nanti Istri dan anak masuk neraka, maka suami juga ikut masuk neraka.
Jika suami berdosa maka dia sendirilah yang menanggung dosanya. Itulah mengapa istri, anak wajib demikian, karena tanggung jawab seorang suami amatlah berat.
~
Saudara Andion,
Dalam Islam tugas suami sangatlah berat karena harus menanggung dosa istri dan anak-anaknya. Tentu ini tidaklah mudah, sebab ia sendiri pun belum tentu bisa menanggung dosanya sendiri. Apakah saudara sendiri sanggup untuk menanggung dosa saudara, istri dan anak-anak saudara?
Namun tahukah saudara sesungguhnya ada seseorang yang berkuasa untung menanggung dosa saudara dan seluruh keluarga saudara? isa Al-Masih berkuasa untuk memanggung dosa umat manusia, seperti perkataan-Nya :
“Demikian pula Kristus [Isa Al-Masih] hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia” (Injil, Surat Ibrani 9:28).
Isa Al-Masih telah menanggung dosa saudara, istri dan anak saudara serta menganugerahkan keselamatan kekal di surga. Tentu jika saudara menerima keselamatan yang Isa berikan.
~
Noni