“TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Taurat, Kitab Kejadian 2:18). Demikianlah Allah menciptakan wanita, agar dapat menjadi penolong yang sepadan bagi kaum pria.
Pandangan Budaya dan Negara Terhadap Wanita
Dalam adat istiadat dan kehidupan bermasyarakat, peranan wanita masih sangat dijunjung tinggi. Misalnya suku Minangkabau, Sumatera Barat. Mereka menempatkan wanita pada posisi “induak bareh” atau “pemimpin” di masyarakat. Dikenal dengan sebutan “bundo kanduang”. Kedudukan wanita suku Minang begitu sentral. Mereka menjadi pemilik seluruh kekayaan, rumah, anak, suku bahkan kaumnya.
Di Indonesia sendiri, dikenal dengan “Hari Ibu” yang diperingati setiap tanggal 22 Desember. Pepatah terkenal mengatakan bahwa “surga terletak di kaki ibu”.
Maka, wanita bukan mahkluk lemah. Tetapi “penolong”, “pemimpin” di masyarakat, dan “surga bagi keluarganya”. Terlebih dari itu, wanita sepadan dengan pria.
Penilaian Al-Quran Akan Wanita
Bertolak-belakang dengan penilaian Al-Quran terhadap wanita. Al-Quran tidak melihat wanita sebagai mahkluk yang kuat dan sepadan dengan pria. Sehingga tidak sedikit hukum yang mengatur hak wanita dalam Al-Quran.
Sebagai wanita Muslim harus mematuhi hukum syariah tersebut, bila mereka ingin disebut wanita Muslimah.
Wanita Muslim dan Hukum Syariah
Bila dunia mengenal istilah “emansipasi wanita”, tidak dengan wanita Muslim. Wanita Muslim harus rela menerima kodratnya satu tingkat dibawah pria (Qs 2:228). Juga harus menerima kenyataan bahwa kesaksian mereka di pengadilan hanya bernilai seperempat dari pria.
Dalam pembagian harta pusaka, wanita Muslim hanya berhak menerima setengah dari apa yang diterima pria (Qs 4:11). Dan pria, adalah pemimpin bagi wanita. Karena pria telah dilebihkan atas wanita (Qs 4:34).
Wanita, Pria, dan Hukum Perkawinan Islam
Selain hukum syariah yang mengatur hak wanita Muslim, seorang wanita Muslim juga harus tunduk dengan hukum perkawinan yang tidak “memihak” pada mereka.
Diantaranya, mereka harus merelakan bila suatu saat suaminya ingin menceraikan dan menggantinya dengan isteri lain (Qs 4:20). Juga harus bersedia bila suaminya mengambil isteri lagi, sebanyak dua, tiga, bahkan sampai empat isteri (Qs 4:3).
Sebegitu rendahkah kodrat wanita Muslim, sehingga harus pasrah menerima kenyataan kodratnya lebih rendah dibanding pria? Dan, adakah wanita yang rela berbagi suami dengan wanita lain?
Pria dan Wanita Adalah Sama
Allah memberi wahyu melalui Rasul-Nya, “Dalam hal ini….tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus” (Injil, Surat Galatia 3:28).
Dan Injil melihat bahwa pria dan wanita adalah sama. “Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan“ (Injil, Surat 1 Korintus 11:11). Sehingga seorang suami wajib mengasihi isterinya dan tidak diperkenankan untuk menceraikannya (Injil, Rasul Markus 10:6-9).
Sukacita Para Wanita Pengikut Isa Al-Masih
Isa Al-Masih memberi hak yang sama antara pria dan wanita. Sebab Allah telah menciptakan wanita sepadan dengan pria, baik dalam hidup bermasyarakat maupun dalam pernikahan. Sehingga wanita pengikut Isa tidak perlu khawatir akan diceraikan suaminya. Atau suaminya mengambil wanita lain sebagai isteri tambahan. Sebab Isa Al-Masih telah mengharamkan perceraian dan tidak memperkenankan wanita dipoligami.
Sebagai wanita yang telah menerima keselamatan dari Isa Al-Masih, mereka sangat bersuka-cita. Sebab Isa Al-Masih telah memberikan hak yang sama kepada mereka, seperti hak yang diterima oleh kaum pria.
[Staff Isa dan Islam – Langkah pertama untuk meningkatkan kodrat ialah menerima Anugerah Keselamatan dalam Isa Al-Masih].
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS ke: 0812-8100-0718.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
~
Kristen memang tidak adil pada wanita. Bilangan 27 ayat 4 menunjukkan bahwa wanita tidak memperoleh warisan jika ada saudara pria. Satu-satunya cara wanita Kristen dapat warisan hanya dengan membunuh semua saudara laki-lakinya.
~
Sdr. Ijtihad,
Silakan baca kitab Ulangan 27 mulai ayat 1 s/d 11. Berseberangan dengan asumsi Anda, Hukum Allah bagi bangsa Israel justru mencerminkan kemahadilan-Nya, termasuk kepada kaum wanita. Mari cermati:
“Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Perkataan anak-anak perempuan Zelafehad itu benar; memang engkau harus memberikan tanah milik pusaka kepadanya di tengah-tengah saudara-saudara ayahnya; engkau harus memindahkan kepadanya hak atas milik pusaka ayahnya” (Taurat, Kitab Bilangan 27:6-7).
Juga, Anda salah alamat bila hukum tsb Anda tujukan bagi wanita Kristen. Sebab faktanya, hal itu ditujukan bagi Bangsa Israel: “… Itulah yang harus menjadi ketetapan hukum bagi orang Israel, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa” (Taurat, Kitab Bilangan 27:11).
Saudaraku, kami harap Anda tidak keberatan memfokuskan diri pada pokok bahasan artikel daripada membicarakan hal lain yang tidak benar, semata untuk membelokkan fakta. Anda dapat memulainya dengan menanggapi pertanyaan misalnya: “Mengapa berbeda dengan Kitab Allah (Taurat hingga Injil), Al-Quran justru memandang wanita tidak setara dengan pria? Menurut Anda, apa penyebabnya?”
Kami tunggu tanggapan Anda.
~
Yuli
~
“Mengapa berbeda dengan Kitab Allah (Taurat hingga Injil), Al-Quran justru memandang wanita tidak setara dengan pria? Menurut Anda, apa penyebabnya?”
Karena Kristen menganggap wanita penyebab Adam dikeluarkan dari taman Eden. Tuhanpun marah pada wanita dan dikutuk dengan kesakitan saat melahirkan. Karena Tuhan bagi Kristen berwujud laki-laki dengan melihat Adam sebagai gambarannya. Wanita juga tidak akan dapat harta warisan jika semua saudara laki-lakinya belum mati. Aturan itu juga harus digunakan oleh orang Kristen, bukan hanya orang Israel. Karena warisan tidak dijelaskan dalam hadis Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes.
~
Sdr.Ijtihad,
Ada baiknya Anda baca ulang jawaban yang Anda berikan. Apakah Anda menemukan keterkaitan logis antara jawaban Anda dengan pertanyaan kami?
Saudaraku, Anda dapat kembali bergabung dalam forum diskusi ini dengan jawaban yang logis berdasarkan fakta, dan berfokus pada topik pertanyaan. Dengan demikian, waktu Anda tidak terbuang sia-sia dan bisa memberi manfaat yang baik bagi rekan-rekan pembaca lainnya.
~
Yuli
~
Saya tidak melihat sepotong katapun Yesus memuliakan wanita. Ayat-ayat yang Anda gunakan untuk membela diri, kalian gunakan kitab Musa. Atau perkataan Paulus dalam surat-suratnya. Bukankah Paulus bukan murid Yesus yang belajar langsung darinya? Sepertinya Yesus malah merendahkan seorang ibu dengan membentakmya.
~
Sdr. Gandhi Waluyan,
Tentu Anda pun mengimani Taurat sebagai kitab Allah, bukan sekedar karangan Musa, bukan? Lalu, apakah salah bila Taurat dalam Kitab Kejadian 2:18 tentang kesetaraan kedudukan wanita dan pria kita jadikan pedoman? Senada pula dengan Taurat, Rasul Paulus juga menuliskan firman Allah mengenai kesetaraan wanita – pria. Nah kini silakan Anda pikirkan: bila Anda tidak mengimani kesetaraan wanita – pria sebagaimana ketetapan kitab-kitab Allah tsb, apakah yang Anda imani firman Allah? Mustahil bila Allah memfirmankan sesuatu yang bertentangan dengan firman-Nya sejak semula, bukan?
~
Yuli