Di zaman modern saat ini kita masih bisa menemukan adanya orang tua yang masih membedakan antara anak pria dan anak wanita. Saya bersyukur lahir di tengah-tengah keluarga yang tidak membedakan anak pria dan anak wanita.
Pantaskah wanita dianggap sebagai beban, pembawa malapetaka dan pertanda buruk, seperti pernyataan nabi Islam tentang wanita? Bagaimana kebenaran firman Allah berkata tentang wanita? Orang Kristen maupun Islam penting mengetahuinya. Agar dapat memperlakukan wanita, terutama isteri sesuai dengan perintah Allah.
Pernyataan Nabi Islam Tentang Wanita
Perhatikanlah tiga hadith berikut, yang diucapkan oleh nabi Islam: (1) Nabi berkata, tidak ditinggalkan malapetaka yang dapat merugikan kaum pria kecuali wanita (Tirmzi 2.286). (2) Jika ada pertanda buruk itulah kuda, wanita dan rumah (Bukhari 7.62.32). (3) Nabi berkata, tidak ditinggalkan penderitaan yang lebih merugikan kaum pria daripada wanita (Bukhari 7.62.33).
Mengapa nabi Islam berkata sedemikian rupa mengenai wanita. Mungkinkah ada masalah dalam rumah tangganya, misalnya pertengkaran antara sesama isterinya? Kita tahu, bila terjadi pertengkaran, baik suami maupun isteri sering mengeluh.
Firman Allah: Isteri Adalah Keuntungan
Berbeda dengan pendapat nabi Islam tentang wanita. Lihatlah yang Kitab Allah katakan mengenai seorang isteri: “Orang yang mendapat istri, mendapat keuntungan; istri adalah karunia dari Tuhan. . . . isteri yang berakal budi adalah karunia Tuhan” (Kitab Amsal 18:22, 19:14).
Menurut Kitab Allah, wanita terlebih isteri bukan pertanda buruk, penderitaan atau malapetaka. Sebaliknya dia adalah karunia, hadiah dari Tuhan!
Isa Al-Masih Mengasihi Pria dan Wanita
Dalam Kitab-Nya Allah berkata, “Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan” (Injil, Surat 1 Korintus 11:11). Demikian juga halnya dengan keselamatan sorgawi, pria dan wanita mempunyai hak yang sama. Jelas pernyataan nabi Islam tentang wanita itu keliru.
Sebagaimana Isa Al-Masih berkata, “Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka [pria dan wanita] dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 10:28).
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut saudara, mengapa nabi Islam berkata tentang wanita seperti pada ketiga hadist di atas?
- Setujukah saudara bila wanita dikatakan sebagai beban, sumber malapetaka dan pertanda buruk? Jelaskan alasan saudara!
- Menurut saudara, bagaimanakah seorang suami seharusnya memperlakukan isterinya?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Pernyataan Nabi Islam Tentang Wanita Pembawa Malapetaka”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
*****
Jika saya adalah pria dan memiliki banyak istri, tentu saya akan merancang siasat. Ketika berduaan dengan istri ketiga, pasti saya akan memuji-muji dia dan mengatakan apa adanya tentang yang lain. Demikian sebaliknya dengan istri pertama dan kedua supaya mereka patuh. Logis bagi manusia yang takabur dan rakus. Pantaskah saya menjadi panutan untuk turunan saya?
Al-_Quran tidak saja mengatakan Isa Al-Masih suci, tapi juga mengatakan Dia mengasihi semua, baik itu pria maupun wanita tanpa melihat status mereka.
Untuk itu saya lebih senang jika suami saya mengatakan aku mengasihimu dengan kasih Isa Al-Masih.
*****
Sdri. Mimie,
Terimakasih untuk partisipasi Anda menjawab salah satu dari tiga pertanyaan fokus.
Apa yang Anda sampaikan benar. Seorang pemimpin panutan wajib memberikan teladan yang baik dan benar bagi pengikutnya. Sebaliknya, ajaran dan teladan nabi Muslim justru bertentangan dengan ajaran firman Allah di dalam Taurat dan Injil. Salah satunya adalah pandangan sinisnya terhadap wanita seperti terbahas dalam artikel.
Di sisi lain, Isa Al-Masih, Sang Firman Allah yang menjelma menjadi manusia demi kepentingan keselamatan kita telah menjadi Teladan Sempurna dengan menerapkan semua yang telah difirmankan-Nya. Jadi, dengan nurani yang jernih, siapakah pemimpin yang hendak kita teladani? Pilihan ada di tangan kita.
~
Yuli
~
Untuk Sdr. Usil,
Mohon maaf, komentar Anda kami hapus karena tidak berhubungan dengan topik artikel.
Agar diskusi kita lebih bermanfaat, kami persilakan Anda mengomentari tiga pertanyaan fokus untuk artikel di atas.
Terimakasih.
~
Yuli
~
Untuk Sdr. Boas,
Terimakasih atas tanggapan Anda terhadap pertanyaan Sdr. Usil. Namun karena pertanyaan Sdr. Usil tidak berhubungan dengan isi artikel sehingga kami hapus, maka komentar Anda pun tidak kami muat.
Terimakasih atas partisipasinya.
~
Yuli
~
Astagfirullah… Orang Kristen kafir najis bicara tentang Islam? Beginilah jadinya. Peremehan, sinisme, dan penghinaan terhadap ajaran Islam yang suci dan mulia berkedok dialog. Kalian memang kafir najis!
Kalian tidak terima disebut najis?! Ketahuilah, Allah sendirilah yang menyatakan bahwa kalian orang-orang kafir najis. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang kafir musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil haram sesudah tahun ini.” (Al-Quran surah At-Taubah ayat 28).
~
Sdr. Ibnu Lahm,
Menurut Anda, lebih kafir manakah: suami yang menghargai istrinya sebagai wanita yang adalah karunia Tuhan, atau suami yang sekedar memandang istrinya sebagai wanita sumber malapetaka? Bukankah sejak semula, Allah menciptakan pria dan wanita sederajat karena diciptakan secitra dengan Allah yang mulia (Taurat, Kitab Kejadian 1:27)?
~
Yuli