Dalam Kitab Allah dijelaskan, ketika Allah menciptakan manusia, Dia menciptakannya serupa dan segambar dengan-Nya. Dia membentuk manusia itu dengan tangan-Nya sendiri dari tanah (Taurat, Kitab Kejadian 1:27). Apakah ini ada hubungannya dengan peran dan tanggung jawab isteri dan suami?
Demikianlah Allah menciptakan Adam dan Hawa. Allah ingin agar mereka hidup di taman dan melakukan kehendak Allah dan memberikan tanggung jawab isteri/suami kepada mereka. Allah memberikan Hawa kepada Adam agar Hawa dapat menjadi penolong baginya “Tuhan Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Taurat, kitab Kejadian 2:18).
Hak dan kewajiban isteri
Setiap anggota keluarga (suami, isteri, anak) mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Demikian juga kitab suci Allah mengatur hak dan kewajiban seorang isteri. “Seorang isteri disamping harus tunduk kepada suaminya, dia juga berhak untuk dihormati oleh suaminya sebagai pewaris dari kasih karunia Allah” (Injil, Surat 1 Petrus 3:1-7).
Penundukan diri istri kepada suami artinya tanggung jawab isteri menghormati dan menghargai suami sebagai kepala keluarga dan teman hidup di hadapan Allah. Tingkah laku, tindakan, ucapan dan karakter seorang istri harus mencerminkan rasa hormat kepada suami. Karena dengan begitu, suami pun akan melihat betapa saleh dan berimannya sang istri.
Namun penundukan diri ini bukan berarti wanita selalu tunduk pada segala perlakuan suami. Bukan juga suami semaunya memperlakukan istri. Menghukum atau memukulnya bila melakukan kesalahan terhadap suami. “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukulah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya” (Qs 4:34).
Hak dan kewajiban suami
“Suami-suami harus hidup bijaksana dengan istri sebagai kaum yang lemah, menghormati para istri sebagai teman hidup dalam kasih supaya doa-doa para suami pun tidak terhalang” (Injil, Surat 1 Petrus 3:7). Seorang suami harus mengasihi istrinya di hadapan Allah seperti dia mengasihi tubuhnya sendiri.
Karena bila suami adalah kepala, istri adalah tubuhnya. Adakah yang tidak mengasihi tubuhnya sendiri? Barangsiapa mengasihi istrinya, mengasihi dirinya sendiri. Tidak ada orang yang membenci tubuhnya sendiri. Mengasihi istri sama artinya mengasuhnya dan merawatnya.
Isa Al-Masih “Kepala” Jemaat
Wahyu Allah dalam kitab-Nya menuliskan, “Karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh” (Injil, Efesus 5:23).
Isa Al-Masih sebagai kepala jemaat telah rela menderita di kayu salib. Lewat pengorbanan yang besar itu, Dia ingin menyelamatkan “tubuh”-Nya. Yaitu setiap jemaat yang percaya kepada-Nya.
Demikian juga kiranya seorang suami harus melindungi isterinya. Sebagai kepala, dia mempunyai tanggung-jawab untuk menyelamatkan “tubuh”nya. Dan juga ada tanggung jawab isteri kepada suaminya.
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI mengharapkan komentar dari para pembaca. Kiranya komentar yang diberikan hanya menanggapi salah satu pertanyaan berikut ini:
- Sebagai suami, setujukah saudara dengan tugas dan tanggung-jawab suami seperti yang dijelaskan di atas? Sebutkan alasan saudara!
- Sebagai isteri, setujukah saudara dengan tugas dan tanggung jawab isteri seperti yang dijelaskan di atas? Sebutkan alasan saudara!
- Menurut saudara, bagaimana seharusnya hubungan suami/isteri dalam rumah tangga?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus. Untuk komentar atau pertanyaan yang berbeda, silakan kirim lewat email ke staf kami di: .
Demikian, kami harap diskusi kita akan menjadi semakin terarah dan tidak keluar dari topik artikel.
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
*
Saya setuju dengan tanggungjawab suami dan istri dalam sebuah rumah tangga yang diuraikan adalah baik.
Tetapi bagaimana jika tanggungjawab suami dan istri tidak dapat berjalan dengan baik?
Jika seorang suami sudah melakukan kekerasan, apakah yang harus dilakukan seorang istri? Tetap tunduk kepada suaminya atau membela diri dari tindak kekerasan suami?
~
Saudara Jenni,
Terimakasih atas komentar saudara.
Dalam setiap rumah tangga tentu ada masalah. Namun tindakan memukul istri tidak benar dihadapan Allah. “Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia” (Injil, Surat Kolose 3:19).
Allah melalui firman-Nya mengharapkan agar rumah tangga kita selalu harmonis. Sehingga suami istri harus mengerti peranannya masing-masing.
Memang sulit untuk tunduk kepada orang yang berlaku kasar kepada kita. Namun Firman Allah mengatakan bahwa istri wajib tunduk dan menghormati suami. Isa Al-Masih memberi teladan tetap mengasihi dan menegur dengan lemah lembut orang yang bersalah. Dia juga memanggil orang-orang yang berbeban berat (masalah rumah tangga) agar datang kepada-Nya.
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Injil, Rasul Besar Matius 11:28).
Rindukah Saudara Jenni memiliki kelegaan dan sukacita sejati? Sambutlah undangan Isa Al-Masih!
~
DA
~
Hawa diciptakan dari tulang rusuk pria / Adam (Taurat, Kitab Kejadian 2:23). Jika seorang pria dikawinkan dengan wanita mereka bukan lagi dua tetapi satu. Itulah sebabnya suami harus mengasihi istri seperti dirinya sendiri (mengasihi tubuhnya sendiri). Karena istri adalah bagian dari suami (penciptaan manusia pertama).
Apapun alasannya suami tidak berhak untuk memukul istrinya meskipun istri pernah melakukan kesalahan, begitupun sebaliknya. Seperti ada tertulis “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Injil, Rasul Besar Matius 22:39).
~
Saudara Baronsantoso,
Terimakasih atas penjelasan saudara, kiranya menjadi pencerahan bagi saudara-saudara yang lain.
Isa Al-Masih sebagai kepala jemaat telah rela menderita di kayu salib. Lewat pengorbanan yang besar itu, Dia ingin menyelamatkan “tubuh”-Nya. Yaitu setiap jemaat yang percaya kepada-Nya.
Demikian juga kiranya seorang suami harus melindungi isterinya. Sebagai kepala, dia mempunyai tanggung-jawab untuk menyelamatkan “tubuh”nya.
~
Daniar
*****
Tanggung jawab suami adalah untuk mendidik istrinya menjadi istri solehah, berbudi pekerti yang luhur. Memberi nafkah yang halal, barokah. Memberikan nama yang baik untuk anak-anaknya dan mendidiknya, menjadi imam yang baik.
Tanggung jawab istri yaitu, mematuhi perintah suami yang baik, melayani kebutuhan hidup sehari-hari suami. Menjadi istri yang solehah. Nabi juga memuliakan wanita seperti dalam hadits. Muliakan ibumu, ibumu, ibumu… dan patuhi dia.
~
Saudara Jaja Hermawan,
Kami sependapat dengan saudara bahwa setiap anggota keluarga memiliki tanggung jawab masing-masing seperti yang saudara sebutkan. Demikian yang dituliskan dalam artikel di atas.
Lebih dari semua itu Isa Al-Masih menekankan Kasih dalam setiap pasangan. Karena kasih adalah fondasi yang kuat dalam pernikahan. Isa Al-Masih sebagai kepala jemaat telah rela menderita di kayu salib. Lewat pengorbanan yang besar itu, Dia ingin menyelamatkan “tubuh”-Nya. Yaitu setiap jemaat yang percaya kepada-Nya. Itulah bukti kasih-Nya bagi kita.
Demikian juga kiranya seorang suami harus melindungi isterinya. Sebagai kepala, dia mempunyai tanggung-jawab untuk menyelamatkan “tubuh”nya.
Apakah Saudara Jaja juga memuliakan istri dan mematuhinya?
~
Daniar
~
Aku punya beberapa kawan pemuka agama Kristen dan Katolik yang kata mereka memang tidak mau kawin lain, alias setia. Tapi sewaktu saya tanya, apakah kamu tidak pernah suka dengan wanita lain dan tidak mau selingkuh? Mereka hanya ketawa, dan mengatakan kami tidak akan kawin lain, tapi kalau selingkuh biasa dalam ajaran kami.
~
Saudara Rere,
Pemuka agama atau jabatan apapun tidak menjadi jaminan seseorang hidup kudus sesuai dengan kebenaran firman Allah. Tentu kita juga menemui bahwa pemuka agama atau ustat jatuh dalam dosa, bukan?
Dalam kekristenan dan firman Allah (Alkitab) tidak pernah mengajarkan selingkuh. Seorang suami Kristen yang benar-benar telah menerima keselamatan dalam Isa Al-Masih, tentu mereka akan tahu bahwa selingkuh adalah zinah di mata Allah.
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Injil, Rasul Besar Matius 5:28).
~
Daniar
~
Saudara Capila,
Komentar saudara kami hapus karena sama di beberapa artikel dalam situs ini. Jadi kami hanya menanggapi satu komentar saudara di salah satu kolom komentar dalam situs ini.
Staf IDI mengharapkan komentar dari para pembaca. Kiranya komentar yang diberikan hanya menanggapi salah satu pertanyaan berikut ini:
1. Sebagai suami, setujukah saudara dengan tugas dan tanggung-jawab suami seperti yang dijelaskan di atas? Sebutkan alasan saudara!
2. Sebagai isteri, setujukah saudara dengan tugas dan tanggung-jawab isteri seperti yang dijelaskan di atas? Sebutkan alasan saudara!
3. Menurut saudara, bagaimana seharusnya hubungan suami/isteri dalam rumah tangga?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus. Untuk komentar atau pertanyaan yang berbeda, silakan kirim lewat email ke staf kami di:.
Demikian, kami harap diskusi kita akan menjadi semakin terarah dan tidak keluar dari topik artikel.
~
Daniar
~
Nusyuz adalah:
1) apabila dia menjauhkan dirinya dari suaminya,
2) apabila dia meninggalkan rumah suaminya bertentangan dengan kemauan suaminya,
3) apabila dia enggan berpindah bersama suaminya ke satu rumah atau tempat lain.
Kalau si istri melakukan nusyuz suami cukup dengan menasehatinya. Besoknya kalau masih tidak menurut pisah kamar. Jika si istri tetap tidak menurut, pukullah ringan yang tidak meninggalkan bekas. Tapi jika sang istri telah insyaf ya kembalikan mereka membangun keluarga yang sakinah.
Kenapa dipermasalahkan, pukulannya kan ringan tidak menyakitkan, bukan yang membekas sampai biru. Makanya kalau baca tafsir yang benar dan jelas jangan sepotong-potong.
~
Saudara Sita,
Pertanyaan kami, bila penyebab nusyuz karena kesalahan suami, bagaimana?
Saudara Sita, cobalah renungkan. Bila ada permasalahan hingga menasehati sampai pisah ranjang bukankah ini sudah membuat suami marah? Adakan seseorang yang marah dapat mengontrol tenaganya ketika memukul istri? Katakanlah tidak membekas di tubuh, pasti akan membekas di hati, bukan?
Namun apapun alasannya, baik untuk mendidik atau mendisiplinkan, tidak seharusnya suami berlaku kasar terhadap istrinya. Itulah yang diajarkan Isa Al-Masih. “Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia” (Injil, Surat Kolose 3:19).
~
Daniar
~
To: All umat Kristiani,
Tugas suami istri adalah untuk berkembang biak, itu sudah.
~
Memang apa yang saudara utarakan tidak salah. Namun pernikahan bukan semata-mata untuk berkembang biak. Bagaimana bila suami atau istri mandul, apakah Allah akan menghukumnya, tidak?
Tujuan pernikahan adalah menggenapi firman Allah, yang dimulai sejak manusia pertama diciptakan-Nya.
“Tuhan Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Taurat, Kitab Kejadian 2:18).
Allah menyatukan seorang pria dan seorang wanita dalam pernikahan. Dimana keduanya akan menghadapi realita, dinamika, dan problema rumah tangga bersama. Sehingga melalui keluarga yang ada nama Allah dipermuliakan.
~
Daniar
~
Lucu juga, Yesus tidak berkeluarga tapi mau mengajar orang lain tentang hidup berkeluarga. “Pukul” dalam bahasa Al-Quran itu memiliki arti “memberi nasehat”. Bahasa manusia terbatas untuk menterjemahkan oleh karena itu Al-Quran tetap dipertahankan dalam bahasa aslinya.
~
Saudara Wiwiek,
Memang Isa Al-Masih tidak menikah. Tetapi Dia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dari sebuah pernikahan. Karena sejak awal Allah telah menetapkan pernikahan monogami. Isa Al-Masih menegaskan lagi dan menekankan bahwa pernikahan monogami dan untuk selamanya.
“Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Injil, Rasul Besar Matius 19:6).
Isa Al-Masih juga memberi satu pengajaran bahwa seorang istri harus dikasihi. Walau dalam kondisi bagaimanapun seorang suami tidak diperkenankan memukul istrinya.
“Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri dan istri hendaklah menghormati suaminya” (Injil, Surat Efesus 5:33).
Mengenai “pukul” baca kembali kitab saudara Wiwiek ini: “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka” (Qs 4:34).
Jelas di sana dikatakan nasihati, pisahkan, dan pukullah.
~
Daniar
~
Diskusi yang dibuat oleh Staff Isa dan Islam ini adalah bertujuan untuk mencari pembenaran bukan untuk memberitakan kebenaran. Kalau ada ayat Alkitab yang membongkar kedok kebohongan dan kepalsuan agama mereka, dicari oleh mereka segala cara untuk menutupinya dengan segala alasan. Kalau perlu dengan cara mengingkari pernyataan mereka sendiri.
~
Saudara Pengamat,
Kami tidak mencari pembenaran karena sebagai wahyu Allah, Alkitab sudah lebih dari cukup sebagai dasar kebenaran. Kami perhatikan teman-teman Muslim begitu antusias mencari ayat-ayat dalam Alkitab. Dan menunjukkannya seperti dia menemukan kelemahan dan kepalsuan agama Kristen. Aneh bukan? Kami tidak menutupi kebenaran, justru kami rindu menyampaikan kebenaran.
Kembali pada topik di atas. Menurut saudara, bagaimana seharusnya hubungan suami/isteri dalam rumah tangga?
~
Daniar
~
Bagaimana menjadi suami yang baik, apabila dalam pernikahan itu salah satu pasangan tidak memiliki hati dan cinta atau kepedulian terhadap pasangannya?
~
Saudara Filemon,
Manusia dalam keadaan terpisah dari Allah akibat dosa dimana dalam dirinya tidak dapat menjadi pasangan yang baik. Sehingga, kedua-duanya memerlukan Juruselamat. Untuk dapat diselamatkan dari dosa, barulah ia dapat menuju kepada pasangan yang baik. Karena Isa Al-Masih, Juruselamat dunia, dapat menjadikan semua orang menjadi “orang baru”. ”Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (Injil, II Korintus 5:17).
Sebagai ciptaan baru ia akan dimampukan hidup sesuai dengan kehendak Allah. Karena pondasi pernikahan adalah kasih.
Bagaimana kehendak Allah bagi seorang suami: “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya” (Injil, Surat Efesus 5:25).
Suami juga harus, “hidup . . . bijaksana dengan isteri . . . sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia . . . ” (Injil, Surat I Petrus 3:7). Lagi ia tidak boleh “berlaku kasar terhadap” isterinya (Injil, Surat Kolose 3:19). Suami akan memelihara dan menafkahi isteri, “menyelamatkan tubuh”-nya (Injil, Surat Efesus 5:23). Dengan kata lain ia akan, “mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri” (Injil, Surat Efesus 5:28). Akhirnya Ia akan “menguduskan”-nya, yaitu menolong isteri menjadi seorang yang berkenan kepada Allah (Injil, Surat Efesus 5:26).
Lalu bagaimana kehendak Allah bagi seorang istri: “Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,” (Injil, Surat 1 Petrus 3:1).
Kiranya pemaparan di atas dapat menjadi pencerahan bagi pasangan suami istri.
~
Daniar