Maryam dalam Islam sangat istimewa!
Ia merupakan wanita yang mendapat sorotan besar dalam Al-Quran. Ia melebihi para wanita lainnya.
“Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu dan mensucikanmu dan melebihkanmu di atas semua wanita dunia” (Qs 3:42).
Bagaimana kisah Maryam dalam Islam? Penting untuk kita bisa mengerti. Agar kita bisa mengambil hikmah Allah dari padanya.
Mari kita simak kisah Maryam dalam Islam.
Keistimewaan Maryam dalam Islam
Pertama-tama kita perlu menyadari bahwa Maryam sangat istimewa. Sebagai wanita, ia mendapat penekanan paling besar.
Mari kita lihat beberapa penekanan mengenai Maryam dalam Islam.
- Ia adalah wanita yang paling banyak tertulis namanya dalam Al-Quran. Yaitu sebanyak 34 kali.
- Maryam satu-satunya wanita yang namanya menjadi nama surah. Surah 19 = Surah Maryam.
- Nama keluarga Maryam dalam Islam, menjadi nama surah juga. Surah 3 = Surah Al-Imron.
Pernahkah Anda berpikir mengapa Maryam mendapat perhatian sedemikian? Mungkinkah hal ini berhubungan dengan kehidupannya?
Kisah Maryam dalam Islam
Al-Quran menginformasikan banyak hal menarik. Kehidupan Maryam dalam Islam juga berbeda dari wanita pada umumnya.
Contohnya, Maryam berasal dari keluarga yang bertakwa. Saudaranya adalah keluarga Nabi Zakharia yang merupakan ayah dari Nabi Yahya Pembabtis.
Selanjutnya sebagai gadis, Maryam sangat sholehah. Ia menjaga pergaulannya. Ia masih perawan saat mengandung bayi Isa (Qs 19:20).
Keistimewaan kisah Maryam adalah Allah memilihnya. Ia bisa melahirkan Isa secara ilahi. Yaitu dari perwujudan Ruh Allah (Qs 19:17).
Inilah kejadian yang paling unik dari kisah Maryam dalam Islam. Karena tidak ada wanita lain yang bisa mengandung dari Ruh Allah. Sepanjang zaman, hanya Maryam yang mengalami keadaan seperti ini.
Kesalahpahaman Tentang Maryam
Walaupun kisah Maryam sangat unik, namun tidak semua orang setuju. Banyak ulama menyatakan ia hanya salah satu wanita sholehah dalam Islam.
Bahkan para penerjemah Al-Quran memberikan keterangan. Mereka menambahkan tanda kurung dalam Surah 3:42. Isinya menyatakan Maryam termulia, hanya bagi “yang semasa dengannya.” Hal ini tidak ada dalam Al-Quran bahasa aslinya.
Salah satu alasan utama adalah karena banyak kesalahpahaman. Ada banyak pandangan yang salah mengenai keberadaan Maryam.
“. . . dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: ‘Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?’” (Qs 5:116).
Contoh pandangan yang menyatakan bahwa Maryam menjadi Allah bagi orang Nasrani. Yaitu anggapan Maryam merupakan bagian dari Trinitas Nasrani.
Atau ada pandangan lain yang tersebar luas. Bahwa Nasrani mengatakan Allah memiliki anak melalui Maryam. Sehingga Isa lahir karena diperanakkan seperti manusia lahir.
Semua hl ini membuat banyak orang yang sangat waspada. Mereka ingin menekan keistimewaan Maryam agar terhindar dari penyesatan.
Tabayyun Mengenai Kisah Maryam
Penting untuk kita bisa memahami suatu berita dengan pasti. Supaya dapat bersikap bijak terhadapnya.
Ada satu Sultan Ottoman pada 1494-1566, namanya Suleiman Kunani. Ia pernah melakukan kesalahan fatal.
Ia meminta pengawal membunuh Mustafa, anak yang paling dicintainya. Alasannya karena Sultan mendapat informasi bahwa Mustafa bersekongkol untuk melengserkannya.
Namun sangat disayangkan, setelah pembunuhan itu, barulah Suleiman sadar. Ia mendapat informasi bahwa tuduhan tersebut adalah palsu!
Demikianlah dengan kisah Maryam. Dalam hal ini umat Nasrani tidak pernah menjadikannya sebagai Allah.
Kepercayaan Maryam bagian dari Allah berasal dari sekte sesat. Yaitu sekte Collyridian atau Mariamites (350 AD – 450 AD).
Sekte ini tersebar luas sampai ke semenanjung Arab. Mereka berkembang pada zaman Nabi Islam hidup. Namun jelas ini bukanlah ajaran Nasrani.
Selanjutnya umat Nasrani juga tidak menyembah tiga Allah. Ajaran Nasrani tegas menyatakan Tauhid. Yaitu menyembah satu, Allah saja. “. . . TUHAN itu esa!” (Taurat, Ulangan 6:4, Injil, Surat 1 Timotius 2:5).
Jadi dalam hal ini umat Islam dan Nasrani bisa setuju. Bahwa Maryam adalah wanita istimewa. Namun memang ia bukanlah Allah.
Alasan Keistimewaan Maryam
Dengan demikian, kita sampai kepada pertanyaan inti. Jika Maryam manusia biasa, mengapa ia sangat istimewa?
Jawabannya adalah karena ia mendapat kehormatan mengandung Kalimatullah. Rupanya Isa Al-Masih adalah perwujudan Kalimatullah yang menjadi manusia.
Hal ini sudah terlihat dari tugas Nabi Yahya Pembaptis. Ia menjadi nabi pembuka untuk Isa Al-Masih.
Al-Quran menjelaskan tugasnya. Yaitu untuk membenarkan atau menyatakan kedatangan Kalimatullah.
“. . . Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan kelahiran Yahya, yang membenarkan sebuah kalimat (firman) dari Allah . . .” (Qs 3:39).
Isa sendiri memang dinyatakan sebagai Kalimatullah. “. . . Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kalimat daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putra Maryam . . .” (Qs 3:45).
Kitab Injil menyatakan hal ini dengan sangat jelas. “Kalimatullah [Isa Al-Masih] telah menjadi manusia. Ia diam di antara kita . . . Penuh kasih karunia dan kebenaran” (Injil, Yohanes 1:14, parafrasa).
Jadi rupanya inilah asalan utamanya. Karena kehidupan Maryam memang baik, namun banyak juga wanita sholehah lainnya. Namun hanya Maryam yang bisa mengandung dari Ruh Allah, untuk melahirkan Kalimatullah.
Kalimatullah Menyatakan Jalan Allah
Karena itu mari kita lihat petunjuk dan cahaya Allah. Semua ini tertulis jelas dalam Kitab Injil.
Kebenaran Allah menyatakan bahwa Allah memberikan jalan agar manusia berdosa bisa selamat. Caranya adalah dengan mengimani dan menjadi pengikut Isa Al-Masih.
“Ia [Maryam] akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus [Isa Al-Masih], karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Injil, Matius 1:21).
Jika melakukannya, maka Allah akan mengampuni dosa kita. Ia juga akan membimbing kita melalui Kalimatullah (Firman-Nya), agar kita bisa masuk surga.
“Siapa yang mengimani Kalimatullah [Isa Al-Masih], ia memiliki hidup. Siapa tidak mengimani Kalimatullah, ia tidak memiliki hidup” (Injil, Surat 1 Yohanes 5:12, parafrasa).
Jadi jelas inilah kehormatan terutama yang Maryam dapatkan. Karena melaluinya, Kalimatullah hadir di bumi. Sehinggga Isa bisa menyatakan kebenaran Allah.
Maukah Anda mendapatkan jalan keselamatan Allah? Mari mengimani dan menjadi pengikut Isa Al-Masih, Sang Kalimatullah!
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Mengapa Siti Maryam Menjadi Wanita Utama Dalam Al-Quran?
- Mencari Aminah Dalam Al-Quran, Menemukan Maryam!
- Keistimewaan Maryam dalam Al-Quran: Mengapa Ia Begitu Penting?
Video:
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Bagaimana pendapat Saudara bahwa Al-Quran menyatakan Maryam lebih dari para wanita lainnya? Jelaskan mengapa demikian!
- Bagaimana cara kita bisa tabayyun tentang informasi Maryam dan Isa yang sebenarnya?
- Bagaimana kebenaran bahwa Isa Al-Masih adalah Kalimat Allah menolong kita mengerti lebih dalam pribadi Isa Al-Masih?
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
~
Staf IDI Yth. Salam kasih,
Saudara menyebutkan kata “Injil” pada pertanyaan nomor 1, sedangkan ayat yang dikutip semuanya dari terjemahan Al-Quran.
Agar diskusi tertulis ini lebih fokus, maka menurut hemat saya tim IDI perlu mencantumkan dalam paparan bahwa dalam Injil juga terdapat ayat-ayat yang berbunyi “Isa Al-Masih Putera Maryam.” Dengan demikian, siapapun yang menanggapi (baik sesama Kristiani maupun Islam) akan memperoleh gambaran tentang sosok “Maryam dan Isa Al-Masih” versi staf IDI. Semoga tidak merepotkan. Terimakasih. Salam dari Merry.
~
Salam kasih Sdr. Merry,
Terimakasih untuk masukan yang sdr berikan. Namun menurut hemat kami, sekalipun tidak ada paparan di artikel di atas bahwa Isa Al-Masih adalah anak Maryam menurut versi Injil, kami yakin teman-teman pembaca, baik Islam maupun Kristen tentu paham bahwa Maryam dan Isa Al-Masih mempunyai hubungan sebagai ibu dan anak.
Karena umat Kristen mengimani bahwa Isa Al-Masih adalah Tuhan yang datang ke dunia dalam wujud manusia, maka umat Muslim percaya Maryam sebagai ibu dari Isa Al-Masih adalah tuhan juga. Sehingga, yang dimaksud dengan Tritunggal bukan: Allah Bapa, Allah Roh Kudus, dan Isa Al-Masih. Melainkan: Bapa, Maryam, dan Isa Al-Masih.
Pandangan yang salah inilah yang kami coba jelaskan di atas. Bahwa Maryam, sekalipun dia melahirkan bayi Isa Al-Masih, dia tetaplah manusia. Bukan tuhan dan bukan pula ibu Allah.
~
Saodah
~
Team IDI Yth. Salam kasih.
Dalam paparan team IDI menyinggung tentang konsili Efesus tahun 431M. Sebenarnya apa isi lengkap dari konsili tersebut? Saya yakin team IDI tidak keberatan menyajikan terjemahannya secara utuh, karena saya belum pernah mendengarnya. Juga konsili-konsili sebelumnya.
Dengan demikian umat Kristiani bisa ikut belajar memperdalam keimanannya dari diskusi yang diselenggarakan oleh team IDI ini.
Setelah isi konsili tersajikan lengkap, maka pertanyaan-pertanyaan bisa ditanggapi secara fair. Terimakasih, kami tunggu. Salom.
~
Sdr. Merry,
Terimakasih untuk saran yang sdr berikan. Memang tidak ada yang salah dari saran tersebut. Dalam sebuah diskusi tentu dibutuhkan sebuah fakta yang dapat membenarkan apa yang kita paparkan. Demikian juga dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan, perlu dilakukan secara fair.
Mengingat forum ini sangat terbatas, sulit bagi kami untuk menuliskan secara rinci hasil dari konsili yang sdr minta. Tapi, jika sdr ingin mengetahui lebih jelas tentang konsili-konsili tersebut, mungkin link ini dapat membantu sdr, http://tinyurl.com/j6sey5q.
~
Saodah
~
QS Al-Ankabut, 29:48 adalah penggenapan nubuat TUHAN melalui nabi Yesaya tentang nabi besar yg akan datang membawa kitab langit kepada orang yang bukan terpelajar:
Yesaya 29:12 (TB) “dan apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca dengan mengatakan: “Baiklah baca ini,” maka ia akan menjawab: “Aku tidak dapat membaca.”
Demikian mukjizat seorang Anak Manusia (Dan 7:13) rasul TUHAN yang akan datang pada Hari TUHAN datang memukul bumi (Mal 4:1-6) utk membawa Perjanjian Abadi (Yes 24:5, 55:3, 61:8) dari Langit (Dan 7:10) dan utk mendirikan Kerajaan Sorga di bumi yang dinanti-nanti oleh Yohanes dan Yesus (Dan 7:14, Mat 3:2, 4:17) juga diharap-harap orang Kristen (Mat 6:9-10).
~
Jadi menurut saudara siapakah yang dinubuatkan pada ayat-ayat tersebut? Apakah Yesus Kristus atau Muhammad seperti yang diyakini umat Muslim?
~
Saodah
~
Tim IDI Yth.
Salam kembali. Terus terang, berpuluh tahun baru kali ini saya mendengar/membaca tentang “Maryam” dan “Isa Al-Masih” oleh seorang Kristiani (lihat alinea ke-4). Saya yakin mbak Odah dan tim IDI bersedia membantu pada ayat mana saja kata “Maryam, dan Isa Al-Masih” itu bisa ditemukan dalam Injil.
Selama ini, hanya serampangan saja saya membacanya. Dalam dua minggu terakhir, pencarian cermat belum membuahkan hasil. Terimakasih atas bantuannya.
~
Sdr. Merry,
Umat Islam percaya bahwa orang Kristen menyembah tiga tuhan. Ketiga tuhan tersebut adalah: Allah, Yesus (atau “Isa” menurut kepercayaan orang Islam), lalu Maryam. Kepercayaan ini didasari ayat Al-Quran yang berkata, “Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?” (Qs 5:116, 5:72-75).
Jika orang Kristen mengimani Yesus sebagai Tuhan, maka Maria (atau Maryam menurut kepercayaan orang Islam) adalah ibu dari tuhan. Sebab anak yang dilahirkannya adalah tuhan. Logikanya, anak kucing tentu berasal dari induk kucing.
Menurut kepercayaan Kristen, apa yang dipahami umat Muslim tersebut jelas salah. Orang Kristen tidak pernah mengimani Maria (atau Maryam) sebagai Tuhan. Apa lagi mengimani dia sebagai Ibu Allah.
Itulah sebabnya pada alinea di atas kami mengatakan “Kitab Allah, Injil, tidak menamakan Siti Maryam lebih dari ibu Isa Al-Masih. Artinya, orang Kristen hanya mengimani Maria/Maryam sebagai wanita yang melahirkan Yesus/Isa ke dunia.
Semoga penjelasan ini dapat menolong untuk memahami isi artikel di atas.
~
Saodah
~
Sdr. Staff
Dulu ada juga Kristen yang menjadikan Maryam sebagai tuhan. Entah sekarang ajaran itu sudah punah atau masih ada yang diam-diam menjalankanya.
Jadi Qs 5:116 ditujukan untuk seluruh umat Kristen termasuk ajaran menyembah Maryam yang kalian anggap Kristen sesat. Mungkin karena pemahaman yang keliru, beberapa orang Islam menanggapi ayat ini menjadikan seolah-olah semua Kristen menyembah Maryam.
Saya mempercayai bahwa Kristen tidak menyembah Maryam. Mana mungkin umat Kristen dengan bodohnya memiliki pemahaman bahwa tuhan memiliki isteri, layaknya manusia dan melahirkan anak.
Kesimpulannya tidak ada yang salah dari ayat itu, karena ayat itu diturunkan tuhan, bukan dari Muhammad.
~
Sdr. Dani,
Maaf, kami kurang tahu darimana sdr mempunyai pemahaman bahwa dulu ada juga Kristen yang menjadikan Maryam sebagai tuhan. Karena, selama kami mempelajari Alkitab dan juga sejarah mula-mula Kekristenan, tidak pernah kami menemukan ajaran yang menjadikan Maryam sebagai tuhan.
Sehingga menurut kami, Al-Quran yang sudah salah dalam memahami ketuhanan orang Kristen. Itulah sebabnya kami meragukan Al-Quran sebagai firman Allah. Sebab, bagaimana mungkin Allah dapat salah dalam memahami kepercayaan umat-Nya?
~
Saodah
~
Yth Mbak Saodah dan Tim IDI,
Terimakasih atas jawabannya. Jika tidak keliru memahami saya menangkap bahwa:
1. Tim sangat meyakini bahwa Maria = Maryam dan Tuhan Yesus adalah orang yang sama dengan nabi Isa Al-Masih.
2. Tim akan mematahkan hukum alam “anak kucing selalu lahir dari induk kucing.” Saya menduga Tim akan mengatakan bahwa “tidak selalu induk kucing melahirkan anak kucing.” Demikian pula manusia bisa melahirkan “bukan anak manusia.” Begitukah?
Agar saya terbantu dalam mengomentari pertanyaan ke-1, mohon Tim bersedia menjelaskan: (menurut Injil):
1. Sejak kapan Yesus menjadi tuhan?
2. Atas dasar apa Tim sangat berkeyakinan bahwa Yesus adalah nabi Isa Al-Masih? Bukankah kedua
tokoh tersebut saling berbeda?
Terimakasih
~
Sdr. Merry, berikut tanggapan kami:
1. Dalam beberapa hal, Alkitab dan Al-Quran memang memberi perspektif berbeda dalam menggambarkan pribadi Isa Al-Masih atau Yesus Kristus. Namun, dari beberapa persamaan yang diberikan, Isa Al-Masih yang dijelaskan dalam Al-Quran menunjuk pada Pribadi Yesus Kristus dalam Alkitab. Mengapa demikian? Sdr perlu mempelajari sejarah Islam pembentukan Al-Quran.
2. Dalam hal lahir-melahirkan adalah kodrat mahluk hidup. Sehingga, kami kurang tahu darimana sdr menyimpulkan bahwa kami mematahkan hukum alam “anak kucing selalu lahir dari induk kucing.”
3. Kami sudah menjawab ini pada pertanyaan sdr yang pertama.
Untuk dua pertanyaan sdr berikutnya, silakan membaca jawaban kami di sini: http://tinyurl.com/c4phapd.
~
Saodah
~
Salam kasih.
~
Salam kasih juga dari kami untuk Sdr. Nick. Semoga konten-konten yang terdapat di situs ini dapat bermanfaat bagi saudara. Dan juga memberi pengetahuan baru bagi sdr, khususnya tentang kasih dan anugerah Allah bagi wanita.
~
Saodah
~
Kitab yang diwahyukan ke dalam hati.
Yeremia 31:33 (TB) “Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku”
Penggenapan:
Surah Al-Baqarah (Qs 2:97)
“Katakanlah: Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman”
~
Sdr. Salib Bening,
Mencocok-cocokkan hal satu dengan yang lain bukan perkara sulit. Siapapun bisa melakukannya. Yang sulit adalah menggunakan metode yang benar dan tepat sehingga korelasi diantara keduanya sungguh didasarkan fakta yang akurat.
Pertanyaan sederhana untuk menguji kebenaran korelasi ayat Alkitab dan Al-Quran seperti Anda tuliskan:
1) Ditujukan kepada siapa firman Allah yang Yeremia sampaikan dalam kitab Yeremia 31:33? Sebaliknya, diperuntukkan bagi siapakah berita “… menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu..” (Qs 2:97)? Perhatikan kata “… hati mereka…” dalam kitab Yeremia dan “… hatimu…” dalam Qs 2:97. Keduanya jelas berbeda! Bukankah Qs 2:97 hanya diarahkan kepada Muhammad semata? Mustahil bukan, jika seluruh umat Muslim menerima ayat-ayat Al-Quran dalam hati mereka langsung dari Jibril? Jika demikian, tentu Muhammad tidak lagi disanjung umat Muslim sebagai penerima Al-Quran, bukan?
2) Adakah keterlibatan Jibril dalam Yeremia 31:33 seperti pada Qs 2:97? Ingat, nabi sejati dari Allah dalam Alkitab selalu menerima firman langsung dari Allah, tidak pernah melalui perantara siapapun termasuk malaikat yang umat Muslim sebut dengan Jibril.
~
Nabi dari bangsa non-Yahudi.
Yesaya 65:1 (TB) “Aku telah berkenan memberi petunjuk kepada orang yang tidak menanyakan Aku; Aku telah berkenan ditemukan oleh orang yang tidak mencari Aku. Aku telah berkata: “Ini Aku, ini Aku!” kepada bangsa yang tidak memanggil nama-Ku”
Penggenapan:
Surah Ta Ha (Qs 20:14)
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”
~
Sdr. Salib Bening,
Silakan baca dan pahami lagi komentar kami di atas (# Staff Isa Islam dan Kaum Wanita 2016-06-22 14:23) agar Anda menemukan metode yang tepat dan akurat bila mencocok-cocokkan ayat.
~
Yuli
~
Staff IDI/IDW menulis:
“Tidak ada orang Kristen percaya bahwa Maryam adalah ibu Allah atau Allah”
Tulisan-tulisan staff IDI, IDQ dan IDW sering membuat saya serba salah, tertawa atau sedih, karena isinya selalu ada dusta dan fitnah yang disebabkan minimnya kemampuan penulisnya dalam penguasaan isi Alkitab dan sejarah gereja. Contohnya, dalam Alkitab tertulis:
Lukas 1:43 (TB) “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?”
Maria, ibunda nabi Isa ditetapkan oleh para uskup sebagai Theotokos pada konsili di Efesus tahun 431 M yang saat itu di bawah kekuasaan Romawi. Bunda Allah bukan sekedar karena Maria telah melahirkan Allah dalam wujud manusia (bersifat hipostatik), tapi juga sebagai ibu seluruh Gereja.
~
Sdr. Salib Bening,
Masalahnya, apakah Alkitab berisikan pesan bila Maria adalah ibu seluruh gereja?
Pelajarilah Alkitab dengan sungguh-sungguh agar Anda tidak salah paham.
~
Yuli
~
Sdr. Salib Bening,
Terimakasih untuk komentar yang sudah sdr berikan. Namun maaf bila kami terpaksa menghapusnya.
Saran kami, dalam menuliskan komentar, kiranya sdr hanya menanggapi salah satu dari tiga pertanyaan yang sudah ada. Atau setidaknya menuliskan komentar secara singkat dan jelas dan hanya menggunakan satu kolom. Sehingga kami atau pun teman-teman pembaca lainnya dapat dengan mudah memberi tanggapan.
Demikian, kiranya sdr maklum adanya dan berkenan untuk mengikuti aturan yang ada. Terimakasih!
~
Saodah
~
Yth mbak Oda & tim IDI,
Terimakasih atas tanggapannya bahwa saya diminta menelusuri sendiri tentang konsili dan ketuhanan Yesus. Menurut hemat saya, ada dua sumber untuk menelusuri kapan Yesus dinobatkan menjadi Tuhan, yaitu Alkitab dan sejarah. Pertama kali kata “Tuhan” dilontarkan oleh Saulus/Paulus pada lawatannya ke Damsyik sekitar 34M (meskipun suara itu memperkenalkan diri sebagai Yesus dari Nazareth)
Kedua, pada konsili Nicea tahun 325M Yesus disepakati dengan suara terbanyak menjadi “anak Tuhan” yang selanjutnya dikukuhkan oleh raja Konstantin. Artinya, Dia menjadi “Tuhan” tidak dari “sejak semula”. Bukankah hal itu sejalan dengan tanggapan Anda pada 9 Mei 2016, bahwa Maria adalah wanita yang melahirkan Yesus?
Terima kasih.
~
Sdr. Merry Mriyah,
Saudara telah salah paham terhadap latar belakang sejarah dan isi dari keputusan Konsili Nicea. Lebih jelasnya silakan pelajari artikel berikut: http://tinyurl.com/mwo5kap. Konsili Nicea justru meluruskan pemahaman ketuhanan Kristus (Al-Masih dalam bahasa Arab) langsung bersumber pada Injil yang ditulis oleh para murid Yesus (Yesyua dalam bahasa Ibrani, Isa dalam bahasa Arab) di abad yang sama saat Yesus hidup (abad 1M). Mereka adalah para saksi mata kejadian yang hidup intensif bersama Yesus dalam tiga setengah tahun pelayanan-Nya di dunia.
Maka, sangat keliru jika Anda menyimpulkan bila Yesus diangkat menjadi Tuhan berdasarkan hasil Konsili Nicea dan pernyataan Paulus saat menuju Damsyik. Yesus adalah Kalimatullah sejak kekekalan. Jadi, jatidiri-Nya memanglah Allah. Sama halnya dengan Gus Dur, sejak lahir ia adalah pria. Maka, tanpa diangkat sebagai pria pun, Gus Dur memang pria, bukan?
Berikut pernyataan Yesus sendiri dalam Injil tentang ketuhanan-Nya:
“Aku [Yesus] dan Bapa adalah satu” (Injil, Rasul Besar Yohanes 10:30)
“masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku [Yesus] telah berkata: Aku [Yesus] Anak Allah?” (Injil, Rasul Besar Yohanes 10:36)
Sedangkan dua ayat Injil berikut adalah contoh dari sekian banyak pernyataan para rasul tentang ketuhanan Yesus di hadapan Yesus sendiri:
Tomas menjawab Dia [Yesus]: “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Injil, Rasul Besar Yohanes 20:28)
“Maka jawab Simon Petrus: “Engkau [Yesus] adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga” (Injil, Rasul Besar Matius 16:16-17).
~
Yuli
~
Yth mbak Yuli,
Terimakasih. Sepintas penjelasan Anda tampak benar. Tapi hal itu justru mencerminkan Anda telah berani terang-terangan mengingkari Alkitab. Mari kita cermati.
Begitu kita buka Perjanjian Baru, pada ayat-ayat awal, Matius menyajikan silsilah yang dimulai dari Abraham sampai ke Yusuf suami Maria yang akan melahirkan Yesus. Pada ayat ini beliau sangat jujur menuliskannya sesuai yang beliau ketahui, sangat runtut dan mudah dipahami (sementara kita abaikan perbedaannya dengan Injil yang lain).
Beliau sangat yakin, Yesus itu manusia, maka disusunnya silsilah itu. Jika yang dilahirkan oleh Maria itu Tuhan, maka tidak akan ada ayat-ayat itu. Tuhan adalah yang Awal tak berkesudahan, tak seorangpun mampu membuat silsilah-Nya. Bukankah begitu?
Terimakasih.
~
Sdr. Merry Mariyah,
Anda benar jika Tuhan yang Anda maksudkan hanya berdiam di singgasana-Nya, tanpa pernah berinkarnasi (menjelma) menjadi manusia. Menurut Alkitab, Yesus adalah Allah yang mengambil rupa menjadi manusia untuk menggantikan hukuman dosa yang seharusnya kita tanggung. Maka dalam bentuk_Nya sebagai manusia, tentu Ia lahir di tengah-tengah silsilah keluarga, bukan? Nah, Injil Matius (silsilah dari Yusuf ayah Yesus) dan Injil Lukas (silsilah dari Maria ibu Yesus) dengan rinci membuktikan bila Yesus benar-benar Al-Masih (Mesias/Hamasyiah) yang lahir dari keturunan Daud sebagaimana telah dinubuatkan sejak zaman nabi Musa hingga nabi Maleakhi.
Maka, jelas dari Alkitab yang sama, Allah menyatakan bahwa Yesus adalah Allah yang benar-benar menjadi manusia. Pernyataan dan bukti ketuhanan Yesus sudah terbahas dalam kolom sebelumnya, sedangkan silsilah keluarga-Nya juga membuktikan kemanusiaan Yesus.
~
Yuli
~
Yth mbak Yuli,
Saya percaya bahwa Anda telah lama memperoleh pelajaran/kuliah tentang Alkitab, tapi sangat tidak cermat membacanya. Periksa dan baca dengan seksama kata demi kata, awal Injil Matius 1. Tentu Anda akan membenarkan saya.
Terimakasih.
~
Sdr. Merry Mariyah,
Silakan lakukan hal yang sama sebagaimana Anda sarankan kepada kami. Bacalah Injil Matius 1:1-17, lalu bandingkan lagi dengan komentar kami yang menjelaskan nubuat para nabi bahwa Mesias datang dari Israel, yaitu dari suku Yehuda, tepatnya keturunan dari raja Daud (Taurat, Kitab Kejadian 49:10, Kitab Ulangan 18:18, Kitab Nabi Yesaya 9:6-7).
Tugas Anda adalah mencari arti kata Al-Masih pada diri Yesus/Isa yang berakar dari bahasa Ibrani Hamasyiah yaitu Mesias dalam bahasa Indonesia atau Kristus dalam bahasa Yunani. Ini akan membantu Anda memahami makna tulisan rasul Matius dalam Injil Matius 1.
~
Yuli
~
Yth mbak Yuli,
Kita cooling down sejenak.
1.Jika orang bertanya: Siapakah yang lebih paham tentang kejadian masa lalu? Pelaku sejarah atau generasi sekarang? Bisa dipastikan orang akan menjawab “pelaku sejarah”.
2. Seandainya Anda ditanya, siapa penulis Injil Matius? Bisa saya pastikan Anda akan menjawab: Matius, murid Yesus.
3. Profesi Matius sebagai petugas pemungut pajak, kejujurannya tidak diragukan lagi, dan sangat paham arti sebuah kronologi. Kita simak Injil Matius 1:1 “Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham”. Pada ayat itu jelas nama Yesus Kristus (Yang Diurapi). Semua yang bisa diurapi, pasti bukan Tuhan. Jika Matius sudah tahu bahwa Yesus adalah Tuhan yang menjelma, maka sangat mungkin ayat Mat 1:1 tidak dituliskan seperti itu oleh beliau.
~
Sdr. Merry Mariyah,
Terimakasih atas keseriusan Anda menggali informasi bagi bahan diskusi kita. Kami menghargai analisa Anda. Namun Anda perlu lebih banyak lagi menggali informasi untuk memperoleh gambaran menyeluruh atas berita Injil yang ditulis Rasul Matius.
Ya, arti Mesias atau Al-Masih, atau Kristus, adalah “Yang Diurapi”, yakni yang dipilih Allah, ditetapkan untuk menggenapi suatu tujuan penyelamatan bagi umat Allah. Kedatangan Mesias ini sudah dinubuatkan ratusan tahun sebelumnya (tertulis dalam kitab Zabur dan kitab para nabi). Secara spesifik dinubuatkan bahwa ia berasal dari Israel, suku Yehuda, keturunan raja Daud, lahir di Betlehem, mati dalam penderitaan, dan bangkit dalam kemuliaan untuk memenuhi misi keselamatan Allah bagi manusia berdosa (baca Kitab Nabi Yesaya 53).
Maka, bukan kebetulan Rasul Matius menulis “Inilah silsilah Yesus Kristus (Yesyua Hamasiakh / Isa Al-Masih) …” dalam ayat 1 karena ia ingin membuktikan bahwa Yesus sungguhlah Mesias yang dijanjikan ratusan tahun itu.
Nah, apakah Yesus Sang Mesias bukanlah Tuhan karena ia bergelar “Yang Diurapi”? Dalam sejarah Taurat, tiga jabatan yang harus diurapi adalah nabi, imam, dan raja. Kesemuanya ditentukan Allah. Jabatan nabi dan raja bisa dirangkap satu orang (contoh: Daud), demikian juga nabi dan imam (contoh: Samuel). Tapi tidak ada satu orang pun yang boleh menjabat ketiganya karena jabatan raja dan imam tidak boleh dirangkap satu orang. Nah, hanya Yesus Sang Mesias yang merangkap ketiganya. Nyata bahwa Dia bukan manusia biasa (Anda bisa menggalinya lebih jauh dari literatur teologi).
Mari kita buka Injil Matius 9:1-8. Pada ayat yang ke-6, Yesus bersabda, “… Anak Manusia (Yesus) berkuasa mengampuni dosa …”. Tentu Matius sang penulis Injil mampu bernalar bila satu-satunya yang berkuasa mengampuni dosa hanya Allah saja, bukan? Jika Matius tahu bahwa Yesus bukan Tuhan, tentu ia pasti menghapus sabda Yesus ini, bukan?
~
Yuli
~
Yth mbak Yuli,
Ok. Kita simpan dulu. Kita cermati sampai pada kelahiran beliau. Berita langit yang dibawa malaikat kepada Yusuf lewat mimpi, yaitu Injil Matius 1:21 “Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka”
Anda tentu sepakat bahwa malaikat sangat jujur dan apa adanya. Tuhan tidak pernah keliru maupun lupa. Sampai di sini tidak kita temukan sedikitpun tanda-tanda ketuhanan beliau.
Oleh karena itu, benar pendapat saya bahwa Yesus bukan Tuhan sejak semula, tapi beliau dipertuhankan di kemudian hari.
Bukankah begitu?
~
Sdr. Merry Mariyah,
Tidak demikian Saudaraku. Ada satu langkah yang belum Anda kerjakan, yaitu mencari informasi arti kata “Yesus” yang dalam bahasa Ibrani tertulis “Yehosyua”. Nah, jika Anda paham artinya, maka ayat dalam Injil Matius 1:21 justru menyatakan keilahian Yesus.
Silakan pelajari lebih lanjut.
~
Yuli
~
Yth mbak Yuli,
Terimakasih. Ok, sebelum membahas ayat-ayat nubuat tentang kedatangan Yesus, bersediakah Anda jelaskan mengenai maksud Inil Yohanes 10:30 “Aku dan Bapa adalah satu” (tanggapan tanggal 18 Juli 2016).
1. Yang dimaksud “satu” itu satu apa? Kata “satu” bisa dan boleh ditambahkan satuan apa saja: satu ruh, satu badan, ataukah satu apa?
2. Sejak kapan dan untuk berapa lama Anak dan Bapa menjadi satu?
Sementara itu dulu untuk membuka diskusi lanjut tentang ketuhanan Yesus.
Terimakasih.
~
Sdr. Merry Mariyah,
Terimakasih untuk pertanyaannya. Ohya, sudahkah Anda mendapatkan informasi tentang arti nama Yesus (Ibrani: Yehosyua) berkaitan dengan Injil Matius 1:21 yang Anda tanyakan sebelumnya? Informasi tsb sangat membantu Anda memahami semua petanyaan Anda tentang ketuhanan Yesus, termasuk dalam Injil Yohanes 10:30 yang baru saja Anda tanyakan. Untuk itu, jangan lewatkan informasi penting tsb.
“Aku [Yesus] dan Bapa adalah satu” (Injil, Rasul Besar Yohanes 10:30) berbicara tentang [u]kesatuan hakikat[/u] antara Yesus dan Allah Bapa-Nya. Dengan kata lain, hakikat Yesus dan Bapa-Nya adalah satu, [u]yaitu Allah[/u]. Kesatuan hakikat Allah ini kekal adanya.
~
Yuli
~
Yth mbak Yuli,
Terimakasih atas pengingatan dan penjelasannya.
1. Jika nama ingin dikaitkan dengan keilahian seseorang, maka menurut hemat saya lebih tepat Yohanes (Tuhan yang Baik / Pemurah) yang dianggap Tuhan dari pada Yesus (Juruselamat). Bukankah juruselamat itu banyak macam dan orangnya?
2. Jika penjelasan ayat Injil Yohanes 10:30 berkait dengan kesatuan hakekat, maka sangat filosofis. Apakah bisa lebih konkrit?
3. Jika “hakikat” Yesus dan Bapa-Nya adalah satu, yaitu Allah, apakah selebihnya (yang non-hakiki), Yesus dan Bapa-Nya itu lebih dari satu dan berbeda satu sama lain?
Terimakasih.
~
Sdr. Merry Mariyah,
Mari perhatikan ulang Injil Matius 1:21
“Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka”.
Nama “Yesus/Yehosyua” dalam diri “Sang Firman yang berinkarnasi” sangat melekat dengan tugas yang diemban-Nya. “Yehosyua” artinya [u]Allah Menyelamatkan[/u]. Nah, perhatikan kalimat pada ayat di atas yang tertulis: “… karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka”. Jadi:
– Siapakah Dia yang menyelamatkan? Yesus (Yehosyua), bukan?
– Siapakah “Yehosyua” yang menyelamatkan itu? Allah, bukan?
– Umat siapakah yang “Yehosyua” selamatkan?Umat Allah (Yehosyua) sendiri, bukan (“Nya” dalam huruf kapital)?
– Terhadap apakah Yehosyua menyelamatkan umat-Nya? Dosa, bukan? Menurut Anda, jika dosa urusannya, adakah selain Allah yang sanggup menjadi Juruselamat manusia?
Yesus bukan Bapa, bukan pula Roh Kudus. Ketiga-Nya berbeda, namun satu hakikat yaitu Allah. Monotheisme dalam keesaan Allah Tritunggal sangat berbeda dengan politheisme. Politheisme adalah kepercayaan terhadap banyak ilah, dimana ilah satu dengan lainnya kerap kali memiliki kehendak yang berbeda. Tidak demikian dengan ketritunggalan Allah. Salah satu wujud keesaan hakikat Bapa, Putra (Yesus), dan Roh Kudus nyata dalam rencana dan pelaksanaan penyelamatan manusia lewat karya penebusan Isa Al-Masih bagi kita, manusia berdosa. Baik Bapa, Yesus, dan Roh Kudus berkarya bersama dalam satu tujuan penyelamatan manusia.
Silakan kunjungi dua artikel berikut untuk penjelasan lebih rincinya: http://tinyurl.com/q6z977d dan http://tinyurl.com/mbywcbt.
~
Yuli
~
Yth mbak Yuli,
Menarik. “Yesus bukan Bapa, bukan pula Roh Kudus. Ketiga-Nya berbeda, namun satu hakekat yaitu Allah”. Sebangun dengan: “Saya bukan Yuli, bukan pula Oda. Ketiganya berbeda, namun satu hakikat yaitu manusia”. Demikian pula “Baik Bapa, Yesus dan Roh Kudus berkarya bersama dalam satu tujuan penyelamatan manusia”. Identik dengan “Baik saya, Yuli dan Oda berkarya bersama dalam satu tujuan meramaikan forum ini”. Kita simpan Injil Yohanes 10:30, suatu waktu disinkronkan dengan ayat lain.
Kita kembali ke nubuat nabi Yesaya yang dikutip oleh Injil Matius 1:23 “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel”. Semakin jelas bahwa Yesus bukan Tuhan sejak semula, tapi dipertuhankan.
~
Sdr. Merry Mariyah,
Tentang penjelasan kami atas Injil Yohanes 10:30, ada perbedaan besar antara pernyataan kami dengan dua analogi pernyataan Anda: “Saya bukan Yuli, bukan pula Oda. Ketiganya berbeda, namun satu hakikat yaitu manusia” dan “Baik saya, Yuli dan Oda berkarya bersama dalam satu tujuan meramaikan forum ini”. Di manakah letak perbedaannya? Sebenarnya kami telah menjelaskannya di kolom sebelumnya bahwa “Monotheisme dalam keesaan Allah Tritunggal sangat berbeda dengan politheisme. Politheisme adalah kepercayaan terhadap banyak ilah, dimana ilah satu dengan lainnya kerap kali memiliki kehendak yang berbeda”. Dengan demikian secara rinci dapat kami jelaskan:
1) “Saya” (Merry), “Yuli”, dan “Oda”, sekalipun sama-sama manusia, adalah tiga pribadi dengan kehendak yang berbeda. Tentu Merry, Yuli, dan Oda tidak bisa disebut esa hakikatnya, setara Allah Tritunggal yang esa kehendaknya.
2) Sekalipun “Saya” (Merry), “Yuli”, dan “Oda” bermaksud meramaikan forum ini, namun Merry memiliki tujuan khusus yang berbeda dengan Yuli dan Oda. Maka analogi ini tidak bisa disetarakan dengan tujuan esa dari penyelamatan manusia oleh Allah Tritunggal. .
Tentang Injil Matius 1:23 yang mengutip nubuat nabi Yesaya dalam kitab Yesaya 7:14 (700 tahun sebelum Yesus lahir), Anda kurang lengkap mengutip ayat. Padahal anak kalimat terakhir justru menjelaskan keilahian Yesus. Berikut kami kutipkan dengan lengkap:
“Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” — yang berarti: Allah menyertai kita” (Injil, Rasul Besar Matius 1:23).
Maka jelas bahwa Yesus yang datang ke dunia adalah Allah dalam rupa manusia yang telah hadir di tengah-tengah umat-Nya untuk menyelamatkan mereka dari dosa (ayat 21). Itulah sebabnya Yesus memiliki nama lain “… Imanuel” — yang berarti: Allah menyertai kita”.
~
Yuli
~
Yth mbak Yuli,
Dalam keseharian orang beriman, tentulah kejujuran, ucapan dan perilakunya terjaga dari perbuatan tercela. Kondisi ini bisa kita jalani karena Allah beserta kita. Meski demikian, kita tetap disebut manusia, tidak serta merta menjadi Tuhan. Tapi jika kita berbuat jahat, maka bisa dipastikan kita bersama setan.
Sebagaimana nama teman Kristiani yang banyak saya kenal: Yohanes (Tuhan pemurah), Yeshua (Tuhan penyelamat), Immanuel (Tuhan bersama kita), dan sebagainya. Mereka tetap dianggap dan diperlakukan sebagai manusia. Bukankah nama bagi orang Timur yang beriman adalah doa?
Artinya, Injil Matius 1:23 mengabarkan kepada umat Kristiani bahwa Yesus adalah manusia laki-laki. Bukan Tuhan ataupun anak Tuhan.
~
Sdr. Merry Mariyah,
Tentang nama “Imanuel” pada diri Yesus (Isa), silakan bandingkan dengan nama-nama orang lain yang juga sama, apakah proses penamaan mereka sama seperti yang terjadi pada Yesus?
Nama “Imanuel” dinubuatkan Allah lewat nabi Yesaya 700 tahun sebelum kelahiran Yesus. Selanjutnya, di dalam kandungan pun, Yusuf sang ayah kembali mendapat pesan Allah yang sama lewat malaikat-Nya. Nah, adakah orang-orang seperti kita yang langsung mendapat nama dari Allah, dinubuatkan jauh sebelum kelahiran kita, apalagi dengan arti nama yang begitu luar biasa, yang hanya sanggup disandang Allah sendiri dan benar-benar tergenapi sesuai arti nama yang terkandung?
Kalaupun ada orang menggunakan nama “Imanuel”, atau bahkan “Yesus” (biasanya orang Amerika Latin), tidak lain karena mereka mencomotnya dari nama-nama dalam Alkitab.
Sdr. Merry, teruslah gali isi Alkitab karena di sanalah akan Anda temukan maksud kasih Allah kepada Anda pribadi. Allah rindu memperkenalkan diri-Nya kepada Anda. Ia penuh kasih dan menginginkan keselamatan kekal Anda.
~
Yuli