• Skip to secondary menu
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
Isa Islam Dan Kaum Wanita
  • Awal
  • Maksud Situs Ini
    • Kebijakan Privasi
    • Tentang Kami
    • Kaum Wanita, Isa, Dan Al-Fatihah
    • Renungan Singkat Isa, Islam dan Kaum Wanita
    • Kebijakan dalam Membalas E-Mail
  • Jalan ke Surga
    • Jalan Ilahi Menuju Ke Surga
    • Doa Keselamatan
    • 4 Hal Yang Allah Ingin Anda Ketahui
  • Topik
  • Artikel
  • Hubungi Kami
Isa Islam Dan Kaum Wanita > Topik > Ibu & Anak > Ajaran Tentang Wanita > Nabi Islam Dan Ide Bahwa Maryam Adalah Ibu Allah

Nabi Islam Dan Ide Bahwa Maryam Adalah Ibu Allah

9 Mei 2016 oleh Web Administrator 96 Komentar

dua-tangan-kosong-yang-terlihat-seperti-memegang-sesuatu-atau-mencekik

Suleiman Kunani, Sultan Ottoman (1494-1566) meminta pengawal pribadi membunuh Mustafa, anaknya yang paling dicintai dan berbakat. Mereka mencekik anaknya sambil Suleiman Kanuni menonton. Sultan mendapat informasi bahwa Mustafa bersekongkol untuk melengserkannya. Namun apa mau dikata, setelah pembunuhan anak kesayanganya, Suleiman mendapat informasi bahwa tuduhan tersebut adalah palsu!

Informasi palsu menghasilkan pengertian palsu dan tindakan salah. Informasi palsu juga mempengaruhi nabi Islam.

Konsili gereja kota Efesus di Turki (431 Masehi) memberi nama “Theotokos” (yang mengandung Tuhan) kepada Siti Maryam karena ia melahirkan Isa Al-Masih. Akibatnya, sebagian orang Kristen mulai menyebut Maryam, “Mother of God” (Ibu Allah).

Kitab Allah, Injil, tidak menamakan Siti Maryam lebih dari ibu Isa Al-Masih.

Nabi Islam Bukan Orang Terpelajar

Nabi Islam tidak dapat membaca atau menulis.  “Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Qur’an) sesuatu Kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu . . . (Qs 29:48).

Jadi nabi Islam bersandar pada orang lain untuk informasi. Ia tidak dapat mengadakan riset sendiri. Ia tidak bisa membaca Injil untuk melihat apakah istilah Theotokos (Ibu Allah) terdapat di sana atau tidak.

tanda-X-besar-simbol-untuk-menyatakan-informasi-salahNabi Islam Menerima Informasi Salah Mengenai Isi Injil

Muhammad berpikir bahwa: (1) Injil mengajarkan Allah mempunyai isteri; (2) Siti Maryam juga Tuhan; (3) Siti Maryam melahirkan Tuhan. “Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?” (Qs 5:116, 5:72-75).

“. . . Bagaimana Dia [Allah] mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri . . .” (Qs 6:101).

Tidak ada orang Kristen percaya bahwa Maryam adalah ibu Allah atau Allah. Siapa yang percaya bahwa Isa Al-Masih ada hasil hubungan biologis antara Allah dan Maryam? Ide-ide ini tidak ada di Injil, Buku Allah!

Maryam Bukan Tuhan, Bukan Isteri Allah, Bukan Ibu Allah!

Sayangnya Nabi Islam tidak dapat membaca. Sama seperti Suleiman Kanuni, ia mendasarkan pengertiannya pada informasi palsu. Akibatnya, sampai saat ini orang Islam salah paham mengenai apa yang Injil katakan tentang Siti Maryam.

Sebetulnya Al-Quran setuju dengan Kitab Allah mengenai siapa Siti Maryam, Ibu Isa Al-Masih. Lagi bahwa Siti Maryam adalah ibu Kalimat Allah.

Kalimat Allah kekal, tidak berpermulaan. Waktu di dunia Ia mempunyai nama Isa Al-Masih. Menurut Injil dan ahli-ahli ilmu sejarah Kalimat Allah tersalib dan bangkit kembali. Kejadian ini memungkinkan keselamatan dari dosa untuk umat manusia. Bukankah itu kerinduan kita semua?

Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca

Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:

  1. Bagaimana fakta bahwa Muhammad tidak bisa membaca mewarnai pengertiaanya tentang ajaran Injil tentang siapa Siti Maryam?
  2. Bagaimana satu-satunya cara orang Islam dapat menghindari salah paham nabinya tentang pribadi Isa Al-Masih?
  3. Bagaimana kebenaran bahwa Isa Al-Masih adalah Kalimat Allah menolong kita mengerti lebih mendalam pribadi Isa Al-Masih?

Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.

Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”

 

Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.

Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.

Bagikan Artikel Ini:

Share on Facebook Share on Twitter Share on WhatsApp Share on Email Share on SMS

Ditempatkan di bawah: Ajaran Tentang Wanita, Ibu & Anak

Reader Interactions

Comments

  1. merry mariyah mengatakan

    16 September 2016 pada 2:22 pm

    ~
    Yth mbak Yuli,

    Sangat benar, Yusuf diberitahu Allah via malaikat adalah akan lahir anak laki-laki, bukan anak Tuhan. Nama Yesus, adalah nama yang dipilih Allah untuk bayi itu. Dalam hal ini, malaikat telah menunaikan tugasnya dengan lurus dan sempurna.

    Kembali pada nubuat. Nabi-nabi terdahulu mengajarkan tauhid, beriman dan menyembah Tuhan yang esa, tunggal tak berbilang, tidak beranak dan tidak diperanakkan. Mustahil ditemukan nubuat tentang ketuhanan Yesus.

    Jika Anda bersikukuh mengaitkan nama diri, maka sangat dipaksakan jika nubuat dalam Yesaya 7:14 ditujukan pada Yesus karena nama dirinya berbeda. Faktanya, Maria dan Yusuf serta umat Kristiani tidak menamai beliau dengan Immanuel. Artinya, silsilah, berita dari malaikat, dan nubuat menyatakan bahwa Yesus adalah manusia.

    Balas
    • staff mengatakan

      19 September 2016 pada 4:14 am

      ~
      Sdr. Merry Mariyah,

      Nubuat Allah tentang Yesus lewat nabi Yesaya tidak berhenti pada kitab Yesaya 7:14 saja, tapi mari simak lebih lanjut:
      “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai” (Kitab Nabi Yesaya 9:5).

      Mari pertanyakan pada nurani dan pikiran Anda, seorang manusia seperti apakah yang menyandang nama-nama sehebat itu, nama-nama yang hanya Allah saja yang sanggup menyandangnya. Dinubuatkan 700 tahun sebelumnya, bahkan lebih lagi sejak zaman Adam (4000-an tahun sebelumnya dalam Taurat, Kitab Kejadian 3:15,21), Abraham (2000-an tahun sebelumnya dalam Taurat, Kitab Kejadian 22:8,13,16-18), Musa (1400-tahun sebelumnya dalam Taurat, Kitab Ulangan 18:18), para nabi seperti Daniel, Daud, Yesaya, hingga Zakharia (500-an tahun sebelumnya dalam kitab Zakharia 9:9, 11:13, 12:10).

      Bila Anda membaca Alkitab secara keseluruhan mulai dari kitab pertama (Kejadian) hingga kitab terakhir (Wahyu), akan Anda temukan bahwa nubuat Allah tentang Yesus bersifat progresif, makin hari makin jelas dan spesifik. Maka, ketika 700 tahun sebelumnya lewat nabi Yesaya Allah sebutkan nama “Imanuel” (“Allah menyertai kita” – terbukti dari kehadiran Allah dalam rupa manusia yang lahir ke dunia di tengah-tengah umat-Nya), selanjutnya beberapa bulan sebelum kelahiran-Nya, nubuat tentang kehadiran-Nya menjadi semakin spesifik dengan penamaan diri “Yesus” (Injil Matius 1:21) yang dengan lugas berarti “Allah menyelamatkan umat-Nya dari dosa”.

      Nah, kini bisa Anda lihat bahwa Yesus memiliki banyak nama selain “Yesus”, bukan? Silakan baca lagi Yesaya 9:5 di atas.
      ~
      Yuli

    • staff mengatakan

      19 September 2016 pada 4:36 am

      ~
      Sdr. Merry Mariyah,

      Tentang “Allah yang esa”, Anda perlu belajar arti bahasa asli (Ibrani) yang digunakan Musa dalam Taurat, Kitab Ulangan 6:4. Kami telah berkali-kali menerangkan hal ini, namun rekan Muslim selalu mengabaikannya. Bila Anda bersungguh-sungguh ingin menyangkal ketuhanan Yesus, silakan Anda cari dulu arti kata “Elohim” (diterjemahkan “Allah”) dan “echad” (diterjemahkan “esa”) dalam kitab Ulangan 6:4.

      Selanjutnya, kami mohon bagi Anda yang berbulat hati membela “tauhid”, silakan pertimbangkan isi artikel berikut: http://tinyurl.com/kz2vgq5.
      ~
      Yuli

  2. merry mariyah mengatakan

    19 September 2016 pada 1:03 am

    ~
    Yth mbak Yuli,

    Kita lihat nubuat yang Anda rujuk pada l ngga-08-01; tentang kitab Kejadian 49:10. “Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa”.
    Kata “tongkat kerajaan” dan “lambang pemerintahan”, mudah ditebak bahwa nubuat itu lebih pas bagi pemimpin formal negeri Israel. Lebih jelas lagi dalam kitab Kejadian 49:11-12 “Ia akan menambatkan keledainya pada pohon anggur dan anak keledainya pada pohon anggur pilihan; ia akan mencuci pakaiannya dengan anggur dan bajunya dengan darah buah anggur”. “Matanya akan merah karena anggur dan giginya akan putih karena susu”. Penggambaran figur yang mewah dan garang, bertolak belakang dengan pribadi Yesus yang sederhana dan santun.

    Balas
    • staff mengatakan

      19 September 2016 pada 11:52 am

      ~
      Sdr. Merry Mariyah,

      Apakah Anda masih ingat penjelasan kami tentang tiga jabatan yang sekaligus diemban oleh Yesus Sang Mesias (Isa Al-Masih)? Nabi, Imam, dan Raja. Khusus untuk jabatan Raja, silakan baca ulang nubuat nabi yesaya berikut: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, … lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: … Allah yang Perkasa … Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya …” (Kitab Nabi Yesaya 9:5-6). Nubuat ini tepat seperti yang Allah sendiri janjikan kepada raja Daud dari suku Yehuda, kepada siapa Yakub sang ayah menubuatkan berkat atas keturunan Yehuda dalam kitab Kejadian 49:10-12 di atas. Berikut janji Allah: “Keluarga dan kerajaanmu [Daud] akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya” (Kitab Nabi 2 Samuel 7:16).

      Mungkin Anda bingung, bagaimana janji Allah dapat tergenapi sedangkan kini Israel tidak lagi berbentuk kerajaan? Jawabannya ada pada kitab Wahyu 19:6-16), bahwa di akhir zaman kelak, Yesus duduk sebagai Raja untuk memerintah umat-Nya. Jika Yesus hanyalah manusia, bagaimana mungkin Ia menjadi raja untuk selamanya?

      Teruslah gali Alkitab, Sdr. Merry. Yesus Sang Mesias rindu menyatakan diri dan kasih-Nya kepada Anda.
      ~
      Yuli

  3. merry mariyah mengatakan

    22 September 2016 pada 6:36 am

    ~
    Yth mbak Yuli,

    Sebagai raja? Barangkali berita Anda ini lebih tepat diberikan kepada khalayak yang tidak/belum tahu tentang sejarah dunia, khususnya wilayah Babilonia Mesopotamia dan sekitarnya.

    Sebagai imam? Kita lihat pada Injil Matius 26:39 “Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya …”. Jelas sekali bahwa Beliau sujud dan berdoa sendiri, tidak mengajak pengikutnya untuk bersamanya. Disamping itu, tidak satupun pengikutnya dengan sukarela ikut bersembahyang di belakangnya. Lalu dimana jabatan imamnya?

    Sebagai nabi? Bukankah Beliau dipertuhankan oleh umat Kristiani? Artinya, nubuat itu tidak tepat ditujukan kepada Beliau. Demikian pula gelar yang disematkan oleh pengikutnya, masih perlu penguatan dari Injil dan sejarah.

    Balas
    • staff mengatakan

      23 September 2016 pada 3:12 am

      ~
      Sdr. Merry Mariyah,

      Sudah sekian lama kita berdiskusi. Di dalamnya selalu kami sampaikan bahwa sepanjang isi Alkitab berisi nubuatan dan penggenapan tentang keselamatan melalui Mesias. Maka, sangatlah bijak bila Anda meluangkan waktu membaca Alkitab mulai awal hingga akhir, memeriksa, membuktikan penjelasan kami tentangnya. Sebab apa yang kami sampaikan tidak akan lepas dari isi Alkitab.

      Jika Anda tidak tahu tugas dan fungsi imam dalam ibadah umat Allah, bacalah lima kitab Taurat, khususnya kitab Imamat. Akan semakin Anda buktikan bahwa Al-Quran yang mengklaim dirinya penyempurna Taurat, ternyata jauh dari sempurna, bahkan banyak menghapuskan ketetapan Allah tentang keimaman.

      Tentang jabatan Yesus sebagai nabi saat kedatangan-Nya pertama kali (lewat rahim Maria), apakah Allah Maha Kuasa tidak cukup berkuasa menyandang banyak gelar? Bacalah kembali Yesaya 9:5 tentang gelar-gelar Allah dalam Yesus Kristus. Khusus jabatan kenabian-Nya, ingatlah kembali nubuat Musa dalam Taurat, kitab Ulangan 18:18. Sekali lagi, pembuktian gelar kenabian Yesus bisa Anda lakukan jika membaca Alkitab secara berkesinambungan mulai dari Taurat hingga Injil.

      Bagaimana dengan jabatan Raja pada diri Yesus? Dengan tetap mengingat nubuat para nabi di ayat-ayat yang sudah kami sampaikan, cocokkan dengan cerita Injil Matius pasal 2 tentang orang-orang Majus dari Timur yang membawa persembahan bagi bayi Yesus, yang mereka sebut raja orang Yahudi. Silakan Anda lakukan riset, siapakah para Majus dari Timur tsb. Juga, cari tahu mengapa Pontius Pilatus memerintahkan tentaranya memasang tulisan “Raja orang Yahudi” di atas salib Yesus (Injil Yohanes 19:19-20).

      Sdr. Merry, teruslah gali Alkitab tentang siapa Yesus. Anda tidak akan rugi sedikitpun menginvestasikan waktu mempelajari Alkitab karena apa yang Anda terima dari sana bernilai kekal bagi hidup Anda. Alkitab bukan sekedar buku. Firman Allah di dalamnya berkuasa mengubahkan hidup. Bila Anda berkeras hati menolaknya pun, setidaknya Anda sudah lebih maju daripada rekan-rekan Muslim lainnya, karena belajar dengan lebih runtut dan rinci siapa Yesus Sang Mesias yang dijanjikan itu.
      ~
      Yuli

  4. merry mariyah mengatakan

    24 September 2016 pada 1:54 am

    ~
    Yth mbak Yuli,

    Berkait nubuat pada Ulangan 18:18 “seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya”.

    Mari kita lihat kenyataannya:

    1. Yesus dipercayai oleh umatnya bukan seorang nabi.

    2. Dalam Injil, Yesus bersabda atas nama dirinya sendiri, bukan menirukan firman Allah yang mengutus, dan paparan beliau hanya sebagian kecil dari pemapar lain, yang didominasi oleh Paulus.

    3. Yesus tidak seperti nabi Musa, tapi beliau hanya meneruskan hukum Taurat.

    Artinya, nubuat nabi Musa itu sangat tidak tepat jika dialamatkan bagi beliau. Kasihan umat Kristiani jika harus dipaksa untuk meyakininya.

    Balas
    • staff mengatakan

      26 September 2016 pada 9:05 am

      ~
      Sdr. Merry Mariyah,

      Jika menurut Anda nubuat dalam Taurat, kitab Ulangan 18:18 tidak ditujukan bagi Yesus Sang Mesias, kepada siapa yang menurut Anda lebih pantas?

      Tentang pernyataan Anda:

      1) “Yesus dipercayai oleh umatnya bukan seorang nabi”, benarkah pernyataan tsb? Bagaimana dengan pernyataan Yesus tentang kenabian-Nya (Injil Matius 13:57) serta pernyataan masyarakat tentang kenabian-Nya (Injil Matius 21:11 dan Injil Yohanes 6:14)?

      2) “Dalam Injil, Yesus bersabda atas nama dirinya sendiri, bukan menirukan firman Allah yang mengutus …”, bagaimana dengan sabda Yesus “Ada tertulis …” (Injil Matius 4:4,7,10). Apa yang dikutipkan-Nya bersumber dari firman Allah dalam Taurat, kitab Ulangan.
      Selanjutnya: “… paparan beliau hanya sebagian kecil dari pemapar lain, yang didominasi oleh Paulus”, yakinkah Anda dengan hal ini? Nampaknya Anda belum mencocokkannya dengan tulisan para rasul seperti Matius, Yohanes, Petrus, Yakobus, dll baik di kitab Injil maupun surat
      para rasul di seluruh Perjanjian Baru (PB).

      3)“Yesus tidak seperti nabi Musa, tapi beliau hanya meneruskan hukum Taurat”, seperti apakah nabi Musa yang Anda ketahui? Tentu Anda tahu bila ia sama dengan Yesus berkebangsaan Israel, bukan? Apakah Anda juga tahu bila masa bayi Musa sama dengan bayi Yesus dimana kehadiran mereka tidak diinginkan raja yang berkuasa waktu itu sehingga bayi-bayi seusianya harus mati dibunuh? Apakah Anda juga tahu bila sama dengan bayi Musa yang terselamatkan di Mesir, bayi Yesus juga diungsikan ke Mesir untuk menghindari pembunuhan? Bagaimana dengan kedahsyatan mujizat dari dua tokoh ini? Apakah menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang buta dan lumpuh sejak lahir, memberi makan 5000 orang hanya dengan lima roti dan dua ikan, kalah dahsyat dengan membelah laut Merah? Dan puncak kesamaan ciri khusus dari Musa dan Yesus adalah membebaskan perbudakan. Musa: pembebas umat Israel dari perbudakan Mesir, sedangkan Yesus pembebas umat manusia dari perbudakan dosa. Nah, nabi mana lagi selain Yesus yang sama seperti Musa, menurut Anda?
      ~
      Yuli

  5. merry mariyah mengatakan

    30 September 2016 pada 1:37 am

    ~
    Yth mbak Yuli,

    Lama aku menunggu kutipan ayat yang berisikan pernyataan Yesus bahwa beliau adalah nabi. Juga kesaksian orang banyak yang mengatakan beliau adalah nabi karena melihat sendiri mukjizat-mukjizat beliau atas ijin Allah. Bukankah tidak enak hati jika saya yang mengutip ayat-ayat itu.

    Dengan demikian, semakin tak terbantahkan bahwa Yesus adalah manusia utusan Allah. Bukan Allah sendiri atau anak-Nya. Sangat kontradiktif dengan ayat dan anggapan yang mengkultuskan beliau.

    Balas
    • staff mengatakan

      30 September 2016 pada 8:33 am

      ~
      Sdr. Merry Mariyah,

      Kami yakin Anda bukan seorang penderita amnesia (gangguan memori pada otak). Bukankah dalam beberapa hari terakhir Anda dan kami tekun membahas kemesiasan Yesus? Dan bahwa dalam kemesiasan-Nya yang diwujudkan dalam tiga jabatan besar-Nya yaitu Raja, Imam, dan Nabi, semua ayat menunjukkan secara eksplisit tentang ketuhanan-Nya? Bila kita bersedia berpikir logis dan komprehensif (bukan parsial), maka semua itu menjadi bukti yang membungkamkan setiap sanggahan atas keilahian Yesus.

      Apakah Anda telah kehabisan bahan argumentasi untuk menyangkal ketuhanan Yesus, Saudaraku? Pola pikir Anda yang parsial serupa dengan pernyataan berikut: “Bpk. Jokowi bukanlah presiden jika ia adalah ayah atau kakek”. Terdengar aneh, bukan? Padahal kenyataannya, Bpk. Jokowi yang menjabat sebagai Presiden RI itu juga seorang ayah dan kakek bagi cucunya. Jadi, apakah Anda juga berpikiran hal serupa terhadap Yesus? Apakah bila Yesus itu nabi, Ia pastilah bukan Tuhan? Bukankah Allah Maha Kuasa sanggup menjadi apapun untuk menyatakan maksud mulia-Nya? Bila Allah sanggup menciptakan semesta, apakah Ia tidak sanggup menjadi Nabi, Imam, dan Raja?
      ~
      Yuli

  6. merry mariyah mengatakan

    4 Oktober 2016 pada 3:11 am

    ~
    Yth mbak Yuli,

    Sabar, jangan buru buru. Bukankah saya selalu kutip ayat-ayat itu secara utuh, tidak pernah mencuplik penggalan ayat, sebagaimana kebiasaan yang dilakukan oleh orang lain. Hal itu (saya lakukan) untuk menghindari penyelewengan pemaknaan.

    Pemaknaan suatu kalimat ataupun frase akan bersih, jika sebelumnya tidak diisi oleh informasi dan opini yang menentang ataupun mendukung. Bukankah begitu?

    Penelusuran baru sampai pada bagian awal dari Alkitab. Perjalanan masih jauh.

    Jika diibaratkan dengan biografi Ir. Jokowi ataupun tokoh lain, kita belum sampai tahun 2013/2014. Dengan demikian wajarlah jika tidak ditemukan jabatan presiden pada kisahnya. Mengapa? Karena beliau bukan presiden sejak semula. Bukankah begitu? Terimakasih.

    Balas
    • staff mengatakan

      5 Oktober 2016 pada 3:50 am

      ~
      Sdr. Merry Mariyah,

      Agaknya terdengar ganjil bagi sesama orang dewasa yang telah sama-sama membicarakan suatu topik yang kompleks (bahkan atas permintaan penanya), namun tiba-tiba sang penanya beralih kepada pemikiran awal selaku orang yang belum cukup matang untuk memproses informasi kompleks secara komprehensif. Maka kesalahan berulang akan terus terjadi, dimana si penanya hanya menyimpulkan berdasarkan pendapat yang telah ditetapkannya (bahan sebelum diskusi dimulai), dan membuang berbagai informasi lain yang tidak seide dengan pendapatnya. Patut disayangkan.

      Tentang jabatan kepresidenan Bpk. Jokowi sebagai pengibaratan, apakah menurut Anda “Tuhan” hanyalah jabatan yang tidak berlaku kekal? Bila ide aneh ini terus melekat di benak Anda, maka ide ini selalu menjadi tirani bagi pikiran Anda untuk menghalangi pemahaman terhadap firman Allah di dalam Alkitab.
      ~
      Yuli

  7. merry mariyah mengatakan

    5 Oktober 2016 pada 10:42 pm

    ~
    Yth mbak Yuli,

    Setelah nubuat, tidak lengkap rasanya jika tidak mengenal ibu, ayah, dan orang-orang yang dekat dengan Yesus di waktu kecil. Kita bisa menduga, bahwa pada masa sebelum lahirnya Yesus, banyak gadis yang sebaya dengan Maria maupun pemuda sebaya Yusuf.

    Menurut Anda, apa yang menyebabkan Allah memilih Maria untuk mengandung, melahirkan dan mengasuh Yesus, atau apa yang menonjol pada diri Maria diantara gadis-gadis lain?

    Kedua, apa yang menonjol pada diri Yusuf, sehingga Allah berkenan memilih Yusuf untuk mengasuh dan menjaga Yesus?

    Hal serupa juga ditujukan pada Yohanes Pembabtis. Kira-kira apa yang mendorong Allah memilih dia untuk membabtis Yesus? Bukan orang lain. Ataukah hanya Yohanes satu-satunya petugas baptis di sana waktu itu?

    Terima kasih.

    Balas
    • staff mengatakan

      7 Oktober 2016 pada 4:25 am

      ~
      Sdr. Merry Mariyah,

      Berbicara tentang pilihan Allah berarti berbicara tentang hak prerogatif Allah sebagai Raja di atas segala raja yang memiliki kuasa penuh atas segala ciptaan-Nya. Kita hanya bisa mengerti alasan pemilihan-Nya sebatas kerelaan-Nya mengungkap lewat firman-Nya kepada kita. Selebihnya tetap menjadi hak Allah untuk disimpan-Nya.

      Sebagaimana tercatat dalam Alkitab mulai kitab Taurat hingga kitab-kitab para nabi, Al-Masih (Mesias) yang Allah janjikan sejak Adam-Hawa jatuh ke dalam dosa (Taurat, Kitab Kejadian 3:15) lahir dari keturunan Abraham, Ishak, dan Yakub [nama lain Yakub: Israel] (Taurat, Kitab Kejadian 12:1-3, 17:15-22), serta Daud (Yesaya 11:1-10, Yeremia 23:5, Mikha 5:2). Fakta pula yang berbicara bahwa baik Yusuf maupun Maria (orangtua Yesus) berasal dari keturunan raja Daud (Injil Matius 1:1-17, Injil Lukas 3:23-38). Tentang karakter Maria dan Yusuf dapat Anda baca dalam kitab Injil (Injil Lukas 1:38, 46-55, 2:19,51; Injil Matius 1:19,24-25, 2:13-15,19-23).

      Mengenai Yohanes Pembaptis yang ditentukan Allah untuk mempersiapkan hati umat menjelang kedatangan Al-Masih, 700 tahun sebelum kelahirannya Allah telah menubuatkan tentang dia lewat nabi Yesaya (Yesaya 40:3-5). Selanjutnya Allah juga meneruskan nubuat tsb 300 tahun kemudian lewat nabi Maleakhi (Maleakhi 4:5-6). Hal yang sama pun dijanjikan kepada Zakharia, ayah Yohanes Pembaptis, sebelum Elisabet (istrinya) mengandung (Injil Lukas 1:17).

      Di sini setidaknya bisa kita lihat bahwa pilihan Allah kepada orang-orang tertentu adalah anugerah-Nya semata, dan Allah senantiasa memperlengkapi orang-orang yang dipilih-Nya untuk menyelesaikan misi yang dibebankan Allah kepada-Nya.
      ~
      Yuli

  8. merry mariyah mengatakan

    9 Oktober 2016 pada 11:41 pm

    ~
    Yth mbak Yuli,

    Hak prerogatif Allah yang mempunyai kuasa penuh atas ciptaan-Nya. Prerogatif siapakah yang Anda maksudkan, Allah yang berkuasa dan mencipta itu? Bapa, Putra atau Roh Kudus?

    Meski prerogatif, tentulah Dia memilih orang yang suci tidak bercela sejak awalnya, tidak berbuat dosa, tekun beribadah, tidak cacat rohani dan jasmani, serta memiliki perilaku dan akhlak yang mulia.

    Menurut Anda, bagaimana dengan Musa yang doa dan usahanya berhasil. Karenanya beliau terpilih sebagai orang yang membebaskan bangsa Israel dari cengkeraman Firaun?

    Juga Ibrahim yang memperoleh predikat “bapa/penghulu (bukan penghilir/pengikut)” orang beriman? Dan lebih jauh, doa beliau terkabul sehingga menurunkan nabi-nabi.

    Terimakasih.

    Balas
    • staff mengatakan

      10 Oktober 2016 pada 7:52 am

      ~
      Sdr. Merry Mariyah,

      Masih ingat diskusi kita tentang kuasa dosa yang telah menyelimuti seluruh umat manusia sejak Adam-Hawa berbuat dosa (Taurat, Kejadian 3)? Di bawah kuasa dosa, masih adakah orang yang suci tanpa dosa? Mustahil! Maka, perhatikan ulang kalimat terakhir kami di komentar sebelumnya: “… pilihan Allah kepada orang-orang tertentu adalah anugerah-Nya semata…”, bukan karena kebaikan atau kesucian seseorang sebab semua orang telah tercemar dosa.

      Untuk itulah maka kami tuliskan: “Allah senantiasa memperlengkapi orang-orang yang dipilih-Nya untuk menyelesaikan misi yang dibebankan Allah kepada-Nya”. Artinya, karena Allah berkenan memilih seseorang atas hak prerogatif-Nya, maka Allah pulalah yang membentuk hati dan hidupnya supaya ia sejalan dengan kehendak-Nya untuk menyelesaikan rencana yang telah Allah tetapkan.

      Silakan baca dengan seksama kisah hidup Abraham maupun Musa dalan Taurat, kitab Kejadian dan Keluaran. Apakah kehidupan yang mereka jalani bersih dari dosa?

      Tentang Abraham, keputusannya mengambil istri Hagar adalah kegagalan kesetiaannya menanti janji Allah atas anak perjanjian yang akan dilahirkan istrinya (Sara), yaitu Ishak. Juga, kebohongan Abraham dengan mengakui Sara sebagai adiknya (bukan istrinya) di hadapan penguasa Mesir sehingga hampir saja Sara dizinahi.

      Bagaimana pula dengan Musa? Ia pernah membunuh seorang Mesir di masa mudanya. Juga saat memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir, Musa marah di hadapan umat dengan memukul batu sehingga Allah tidak mengizinkannya masuk ke tanah Kanaan, tanah perjanjian.
      ~
      Yuli

  9. merry mariyah mengatakan

    19 Oktober 2016 pada 8:55 am

    ~
    Yth mbak Yuli,

    Dalam ajaran Kristiani, Maria ibu Yesus tentulah seorang wanita suci terhormat. Meski demikian, tidak pernah terdengar siapakah ayah dan ibunya yang telah mendidiknya menjadi wanita berbudi mulia, dengan ketaatan agama yang lurus.
    Apakah ayah-ibu Maria juga dari suku Yehuda?Siapakah nama mereka?

    Terimakasih.

    Balas
    • staff mengatakan

      20 Oktober 2016 pada 6:08 am

      ~
      Sdr. Merry Mariyah,

      Jika Anda teliti membaca Alkitab, tidak satupun kata “suci” disematkan pada Maria. Sebab “suci” berarti “bersih tanpa dosa”, sedangkan Maria jelas manusia berdosa, sama dengan semua generasi Adam-Hawa lainnya. Penyebutan “perawan suci” bagi Maria ibu Yesus yang sering diucapkan orang selama ini, tidak lain hanya dimaksudkan bahwa saat mengandung Yesus, Maria masih gadis/perawan yang belum pernah bersetubuh dengan pria manapun.

      Tentang silsilah Yesus, beberapa kali kami sampaikan bahwa baik Yusuf maupun Maria berasal dari keturunan raja Daud. Sedangkan raja Daud sendiri berasal dari suku Yehuda. Ini semua bisa Anda buktikan lewat penelusuran catatan silsilah Yesus baik dari garis Yusuf ayah-Nya (Injil Matius 1:1-17), maupun Maria ibu-Nya (Injil Lukas 3:23-38). Dalam Injil Lukas 3:23, Eli adalah ayah dari Maria. Yang perlu Anda ingat saat membaca silsilah Yesus baik dari Injil Matius maupun Injil Lukas, tradisi Yahudi yang patriarkhal hanya mencatat nama sang ayah dalam garis keturunan. Maka nama ibu Maria tidak tercatat di sana.
      ~
      Yuli

  10. merry mariyah mengatakan

    22 Oktober 2016 pada 1:25 am

    ~
    Yth mbak Yuli,

    Menyimak tanggapan Anda, bahwa Eli adalah ayah dari Maria (alinea ke-2 tanggal 20-10-2016). Tolong saya dibantu cara memahami ayat berikut, sehingga Anda bisa memberitahukan kepada saya bahwa Eli adalah ayah dari Maria. Injil Lukas 3:23 “Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli,”.

    Terimakasih.

    Balas
    • staff mengatakan

      24 Oktober 2016 pada 4:28 am

      ~
      Sdr. Merry Mariyah,

      Telah kami infokan sebelumnya bahwa budaya Yahudi yang Patriarkhal mencatat garis keturunan berdasarkan nama kepala keluarga yang dalam hal ini adalah ayah (laki-laki). Ini tercatat baik dalam Injil Matius 1:1-17 maupun Injil Lukas 3:23-38.

      Perhatikan Injil Matius 1:16 “Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus [ = Mesias / Al-Masih]“. Yakub adalah ayah Yusuf. Mereka berdua adalah kepala keluarga. Maka ayat ini memberitahukan bahwa silsilah Yesus yang dicatat rasul Matius didasarkan pada garis keturunan dari pihak Yusuf, ayah Yesus. Gaya penulisannya dimulai dari moyang terdahulu hingga Yesus Kristus.

      Bagaimana dengan silsilah Yesus dari catatan Lukas? Injil Lukas 3:23 menyatakan “… Ia [Yesus] adalah anak Yusuf, anak Eli”. Gaya penulisan Lukas berlawanan arah dengan Matius. Lukas merunut silsilah Yesus mulai dari nama orang tua-Nya hingga moyang-moyang sebelumnya. Nah karena catatan Lukas didasarkan dari silsilah keluarga ibu Yesus (Maria), maka dengan tetap menganut budaya Patriarkhal, Yusuf sang ayah (bukan Maria sang ibu) tercatat sebagai orang tua Yesus. Ayat 23 ini mencatat nama Eli setelah nama Yusuf disebutkan. Maka jelas bahwa Eli adalah ayah Maria atau kakek Yesus dari pihak ibu.
      ~
      Yuli

  11. merry mariyah mengatakan

    29 Oktober 2016 pada 1:11 am

    ~
    Yth mbak Yuli,

    Terima kasih. Sekarang saya paham bagaimana cara membaca Injil Lukas 3:23-38. Jika Matius, dari moyang-moyang-kakek-ayah, sedangkan Lukas berpola ayah-kakek mertua-moyang mertua-moyang mertua dan seterusnya. Yakni: Yusuf punya mertua Eli, Eli punya mertua Matat, Matat punya mertua Lewi, dst, Iskak punya mertua Abraham, dst, Set punya mertua Adam, dan Adam punya mertua Anak Allah.

    Merujuk Injil Lukas 3:23-38 dengan mengacu cara Anda membaca secara konsisten sampai akhir, maka diperoleh kesimpulan:

    1. Maria bukan keturunan Yehuda, bukan pula anak-cucu Adam, tapi cucu menantu Yehuda dan cicit menantu dari Adam.
    2. Adam bukan manusia pertama.

    Begitukah?

    Balas
    • staff mengatakan

      31 Oktober 2016 pada 6:40 am

      ~
      Yth. Sdr. Merry Mariyah,

      Tidak demikian, Saudaraku. Anda keliru menyimpulkan cara pemaknaan silsilah Yesus berdasarkan catatan Injil Lukas. Kesimpulan Anda yang aneh/lucu tentu tidak memperhatikan dua prinsip penting yaitu:
      – kaidah penulisan silsilah keluarga
      – sistem patriarkhal dalam sebuah budaya.

      Mari perhatikan ulang pernyataan kami di kolom sebelumnya: “Nah karena catatan Lukas didasarkan dari silsilah keluarga ibu Yesus (Maria), maka dengan tetap menganut budaya Patriarkhal, Yusuf sang ayah (bukan Maria sang ibu) tercatat sebagai orang tua Yesus. Ayat 23 ini mencatat nama Eli setelah nama Yusuf disebutkan. Maka jelas bahwa Eli adalah ayah Maria atau kakek Yesus dari pihak ibu”.

      Penjelasan:
      1) Injil Lukas mencatat silsilah Yesus dari garis keturunan Maria, ibunya.
      2) Orang tua Yesus adalah Yusuf sebagai kepala keluarga, dan Maria
      3) Orang tua Maria adalah Eli sebagai ayah sekaligus kepala keluarga
      4) Eli dilahirkan dari keluarga dengan sang ayah bernama Matat. Demikian juga Matat dilahirkan dari keluarga dengan ayah bernama Lewi (ayat 24). Demikian seterusnya hingga nama Yehuda disebut (ayat 30).

      Dari penjelasan yang amat lugas di atas, menjadi janggal bukan, bila Anda menyimpulkan Matat adalah mertua (bukan ayah kandung) Eli?
      ~
      Yuli

  12. merry mariyah mengatakan

    1 November 2016 pada 9:25 am

    ~
    Yth mbak Yuli,

    Betul, memang menjadi janggal jika cara membaca Injil Lukas 3:24-38 mengacu konsistensi cara Anda membaca ayat 23 yang mempersepsikan bahwa Eli adalah ayah Maria/mertua Yusuf. Maksud Anda, “agar hasilnya tidak menjadi janggal”, maka Injil Lukas 3:24-38 harus dibaca secara garis keturunan sedarah vertikal anak-ayah, anak-ayah, dst. Khusus ayat 23 saja yang cara bacanya berbeda dengan silsilah pada umumnya agar diperoleh persepsi bahwa Eli adalah ayah Maria.

    Ok. Jika demikian adanya, pertanyaan pertama yang mengganjal adalah: kata apa yang menjadi kunci sentral, bahwasanya Injil Lukas 3:23-38 adalah silsilah dari jalur Maria ibu Yesus. Terimakasih.

    Balas
    • staff mengatakan

      2 November 2016 pada 6:44 am

      ~
      Sdr. Merry Mariyah,

      Jika Anda bersedia menghitung, kami telah menyebutkan istilah “patriarkhal” sebanyak empat kali dalam tiga kolom komentar berturut-turut. Itulah kunci sentralnya.

      Jika Anda masih belum paham juga, ada baiknya Anda belajar ilmu budaya serta sejarah tentang bagaimana cara membaca silsilah seseorang. Bagaimananapun, dengan mengamati komentar-komentar Anda sejauh ini. kami yakin Anda bukan tidak paham, melainkan “menumpulkan hati dan pikiran” untuk bersikukuh menolak ketuhanan Yesus Kristus. Tentu cara argumentasi Anda di atas tidak cukup elegan sebagai penolakan fakta yang jelas terpampang. Mari, jujur terhadap diri sendiri.
      ~
      Yuli

  13. JUPINIS SUGILAN mengatakan

    1 November 2016 pada 1:20 pm

    ~
    Salam kasih untuk Admin yang penuh kesabaran,kasih, dan kesantunan dalam menjawab setiap persoalan pengunjung situs yang sangat memberkati semua orang yang merindukan kebenaran. Saya secara peribadi salut dan bangga dengan saudara seperti Yuli karena setiap jawaban didasarkan pada firman Allah. Saya percaya bahwa kepintaran dan kebijaksanaan dalam menjawab setiap persoalan yang rumit itu adalah hikmat dari Allah bagi setiap orang yang bersandar penuh kepada-Nya.

    Saya berdoa supaya Tuhan Yesus terus memakai IDI ini untuk melaksanakan kehendak-Nya bagi semua orang agar diselamatkan dari dosa. Secara jujur saya amat diberkati melalui situs ini. Tuhan memberkati.

    Balas
    • staff mengatakan

      2 November 2016 pada 7:03 am

      ~
      Sdr. Jupinis Sugilan,

      Terimakasih banyak untuk apresiasi, dukungan, dan doa Anda bagi kami tim IDI dalam menjalankan pelayanan kasih ini. Memang tidak mudah mengingat kami pun manusia terbatas. Namun doa dan sumbangsih dari rekan-rekan seperti Anda yang juga rindu orang lain Allah selamatkan, sangat memberkati dan menguatkan kami. Kiranya Allah senantiasa meneguhkan hati dan pelayanan ini.

      Untuk itu kami pun dengan sukacita mengundang Anda dan semua rekan berpartisipasi aktif dalam pewartaan Injil keselamatan dari Allah lewat komentar dalam forum-forum diskusi di berbagai artikel kami. Kiranya kabar keselamatan ini dapat didengar oleh sebanyak mungkin orang.
      Tuhan memberkati Anda dan keluarga.
      ~
      Yuli

  14. merry mariyah mengatakan

    6 November 2016 pada 6:54 am

    ~
    Yth mbak Yuli,

    Agaknya kita salah komunikasi. Maksud saya, jika Injil Matius 1:16. “Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus”, maka Anda menafsirkan, Yakub adalah ayah Yusuf, bukan ayah Maria. Misalnya dipersepsikan, Yakub adalah ayah Maria, bukankah tafsir ini juga patriarkhal?

    Sebaliknya, Injil Lukas 3:23 “Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli”, Anda meyakini bahwa Eli adalah ayah Maria, bukan ayah Yusuf. Alasannya, patriarkhal. Bukankah pada Injil Lukas 3:23 tidak ada sepatahpun kata “Maria”? Jika ayat itu dipahami bahwa Eli adalah ayah Yusuf, dimana letak salahnya?

    Rasa-rasanya, masalahnya bukan pada patrilineal/matrilineal, tapi hal lain. Apakah itu?

    Balas
    • staff mengatakan

      7 November 2016 pada 2:32 am

      ~
      Sdr. Merry Mariyah,

      Silakan Anda baca ulang: “Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria …” (Injil Matius 1:16). Nah, jika Anda berpendapat: “Misalnya dipersepsikan, Yakub adalah ayah Maria, bukankah tafsir ini juga patriarkhal?”, maka sang penafsir tentu perlu kembali ke bangku SD untuk belajar bahasa dengan benar.

      Sdr. Merry, berargumentasilah dengan logis. Berpikirlah dengan jernih. Jika Injil hanyalah rekayasa manusia, tentu para penyusun Injil tidak akan berlaku bodoh dengan menyandingkan dua silsilah berbeda dari dua kitab Injil berbeda untuk membuktikan keabsahan silsilah Yesus Kristus sebagai keturunan Abraham, keturunan Yehuda, dan keturunan raja Daud. Tentu jika Anda perekayasanya, Anda hanya akan menerbitkan silsilah dalam salah satu Injil saja dan membuang silsilah lainnya, bukan?

      Bukalah wawasan Anda. Pelajarilah budaya Yahudi, bagaimana silsilah keluarga sangat dipelihara. Memperdebatkan apa yang tidak Anda pahami adalah kesia-siaan.
      ~
      Yuli

  15. merry mariyah mengatakan

    15 November 2016 pada 9:38 am

    ~
    Yth mbak Yuli,

    Tentunya kita masih ingat pernyataan Anda pada Juli 2016, bahwa: “Alkitab ditulis oleh sekitar 40 penulis dalam rentang 15 abad, dan isinya saling terkait! Nyata bila Inspirator Tunggalnya Allah”. Setiap partner diskusi, bisa dipastikan tergelitik untuk membuktikannya dengan melihat lebih dalam secara cermat.

    Oleh karena itu, bincang-bincang panjang pada tiga judul ini (“Wanita Muslim: Mengapa agama ….” dan “Benarkah Memukul Isteri …..”, serta judul “Nabi Islam dan Ide …..”), saya maksudkan sebagai gayung bersambut terhadap pernyataan Anda itu.

    Dengan cara ini kita tidak perlu membaca secara suntuk dari halaman pertama hingga terakhir. Untuk itu saya ucapkan terima kasih atas atensi Anda selama ini dan selanjutnya.

    Balas
    • staff mengatakan

      16 November 2016 pada 4:02 am

      ~
      Nah Sdr. Merry,

      Dari diskusi kita lewat tiga judul artikel yang telah kita lewati bersama dengan fokus nubuatan para nabi tentang kedatangan Yesus Sang Mesias (Isa Al-Masih) yang bertujuan untuk menyatakan kasih Allah terbesar, yaitu pengorbanan Allah bagi keselamatan manusia lewat inkarnasi diri-Nya ke dalam dunia, kiranya hal ini semakin menggugah kita semua untuk lebih tekun mempelajari Alkitab, firman Allah yang adalah isi hati-Nya yang diungkapkan bagi manusia, makhluk yang sangat Ia kasihi. Allah rindu agar tidak seorang pun binasa oleh dosa, melainkan selamat dan menikmati kasih kekal-Nya.

      “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Injil Yohanes 3:16).

      Terimakasih untuk kesediaan dan kesantunan Anda dalam berdiskusi, kami sangat mengapresiasinya.
      ~
      Yuli

  16. merry mariyah mengatakan

    19 November 2016 pada 5:20 am

    ~
    Yth mbak Yuli,

    Kembali ke silsilah. Sambil menunggu kata kunci dari Anda tentang Injil Lukas 3:23, saya ingin bertukar pengetahuan mengenai “kuatnya garis keturunan jalur ayah” pada masyarakat Timur Tengah, sbb:

    1. Anak laki-laki atau perempuan selalu ikut nasab ayahnya sejak lahir sampai mati. Misal, Mario bin Margana bin Mardjuki, artinya Mario adalah putra pak Margana cucunya pak Mardjuki. Mariah binti Margana bin Mardjuki, artinya Mariah itu putrinya pak Margana cucunya pak Mardjuki.

    2. Tidak ada cerita menantu pria mengambil alih nasab istrinya, dan gadis kehilangan nasabnya setelah menikah. Meski dalam pencatatan sekalipun. Contoh: Mariah binti Margana menikah dengan Yusuf bin Yahya. Anak hasil pernikahan mereka: Susana binti Yusuf bin Yahya (P), Santosa bin Yusuf bin Yahya (L).

    3. Sebagai orang Israel, sangat mustahil jika Lukas tidak tahu tentang hal ini. Oleh karena itu, sangat janggal jika maksudnya ingin mengatakan Eli ayah Maria, tetapi menuliskannya seperti bunyi Lukas 3:23, sedangkan ayat-ayat berikutnya ditulis sebagaimana tradisi Yahudi. Bukankah begitu?

    Demikian, terimakasih.

    Balas
    • staff mengatakan

      21 November 2016 pada 4:55 am

      ~
      Sdr. Merry Mariyah,

      Agar Anda tidak lupa dengan fokus awal pembicaraan kita, mari perhatikan ulang apa yang kami tulis pada kolom # Staff Isa Islam dan Kaum Wanita 2016-10-20 13:08 sbb:

      “Tentang silsilah Yesus, … Yusuf maupun Maria berasal dari keturunan raja Daud … raja Daud sendiri berasal dari suku Yehuda. … dari garis Yusuf ayah-Nya (Injil Matius 1:1-17), maupun Maria ibu-Nya (Injil Lukas 3:23-38). Dalam Injil Lukas 3:23, … tradisi Yahudi yang patriarkhal hanya mencatat nama sang ayah dalam garis keturunan. Maka nama ibu Maria tidak tercatat di sana”.

      Fokus pembicaraan kita adalah silsilah Yesus. Yesus (bukan Maria, Yusuf, atau pun tokoh lain), menjadi tokoh sentral dalam empat kitab Injil karena Ia adalah Mesias yang dinubuatkan Allah sejak Adam – Hawa jatuh ke dalam dosa (Taurat, Kitab Kejadian 3:15). Ciri kemesiasan Yesus yang berasal dari suku Yehuda dan Raja Daud, dibuktikan Matius lewat catatan silsilah Yesus dari pihak ayah, yaitu Yusuf (ingat budaya patriarkhi). Meskipun faktanya Yesus tidak berasal dari sperma Yusuf, melainkan berinkarnasi oleh kuasa Roh Kudus (Injil Matius 1:18,20). Maka, Lukas sebagai sejarawan ulung, menjawab pertanyaan publik tentang keotentikan silsilah Yesus sebagai keturunan Raja Daud yang juga berasal dari darah ibu yang mengandung-Nya, Maria. Dengan demikian, baik de jure (Injil Matius) maupun de facto (Injil Lukas), Yesus sungguh berasal dari keturunan Raja Daud, suku Yehuda.

      Nah, dengan aturan budaya patriarkhi, dalam merunut silsilah Yesus dari pihak keturunan ibu-Nya, tentu Lukas tidak mungkin menulis orangtua Yesus (moyang tingkat pertama) dengan menyebut Maria yang jelas bukan kepala keluarga, bukan? Pastilah yang disebut adalah nama ayah, yaitu Yusuf (pakem ini pun dipatuhi dalam Injil Matius, bukan?). Untuk memudahkan Anda membayangkan diagram silsilah, bila kedua silsilah dari Injil Matius dan Injil Lukas ini digabungkan, maka akan terbentuk dua cabang silsilah keluarga yang bermuara pada orangtua Yesus (Yusuf dan Maria), kemudian mengerucut dan berakhir pada Yesus sebagai tokoh sentral yang dibicarakan.

      Nyata bila Lukas maupun Matius menulis silsilah Yesus dengan alasan dan tujuan yang sangat jelas untuk membuktikan kemesiasan-Nya, bukan?
      ~
      Yuli

  17. merry mariyah mengatakan

    24 November 2016 pada 9:31 am

    ~
    Yth mbak Yuli,

    Terkait patriarkhi, khususnya kuatnya garis keturunan jalur ayah pada budaya Timur Tengah, terasa janggal dengan cara Anda membaca Injil Lukas 3:23. Tapi itu tidak penting. Saya hanya ingin pastikan tentang kedua silsilah itu.

    Agaknya Anda bersikukuh bahwa Eli adalah ayah Maria, bukan ayah Yusuf sebagaimana tersurat.
    Tentunya, pendapat itu hasil dari telaah mendalam, bukan sekedar menghindari silsilah kembar yang berbeda, tidak serupa. Pertanyaan yang mungkin timbul:

    1. Apakah bisa dipastikan, tafsir Anda tentang kedua silsilah yang tampaknya berpasangan itu tidak menimbulkan konflik/ketidaksinkronan dengan ayat lain?

    2. Apa pendapat Anda, jika ada umat Kristiani yang memahami Injil Lukas 3:23-38 adalah silsilah Yesus versi lain? Jadi ada versi Matius dan versi Lukas.

    Balas
    • staff mengatakan

      25 November 2016 pada 2:01 am

      ~
      Sdr. Merry Mariyah,

      Kami paham dengan kejanggalan alur pikir Anda, sebab pikiran Anda hanya berfokus pada Yusuf dan Maria, bukan Yesus sebagai tokoh sentral yang dibicarakan Lukas. Jika pikiran Anda terbuka (tidak mengesampingkan Yesus), maka penjelasan kami tentang dua cabang silsilah dalam budaya patriarkhi atas seorang tokoh sentral (Yesus) dengan hanya menyebut nama masing-masing kepala keluarga menjadi sangat logis.

      Penjelasan kami atas Injil Lukas 3:23 didasarkan pada tradisi dan sejarah Yahudi serta bahasa Yunani yang digunakan dalam naskah Injil Lukas:

      1) Dalam Talmud (ditulis para rabi Yahudi) yaitu Kitab Hagigah 77:4, Maria adalah anak perempuan Eli. Ini jelas mengkonfirmasi kebenaran catatan Injil Lukas.

      2) Lukas menulis “… menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf…”.Artinya, secara hukum (de jure), Yusuf adalah ayah Yesus meski Yesus bukan dari benih Yusuf.

      3) Dalam teks asli bahasa Yunani dari Injil Lukas ini, setiap nama dalam silsilah (kecuali Yusuf) didahului kata tou yang menyatakan sumber atau milik. Setiap orang Yunani atau yang paham teks Yunani menyadari bahwa silsilah ini ditulis berdasarkan garis isteri Yusuf yaitu Maria.

      Semoga penjelasan di atas memperkaya wawasan Anda.

      Sdr. Merry, Injil Lukas ditulis beberapa tahun setelah Injil Matius. Tentu sangat bodoh bila Lukas yang bermaksud memperkuat bukti kemesiasan Yesus dari jalur silsilah raja Daud, malah menampilkan silsilah yang berbeda dengan Matius bila silsilah tsb hanya rekaan semata, bukan? Mari berpikir lebih kritis.
      ~
      Yuli

  18. merry mariyah mengatakan

    31 Januari 2017 pada 2:53 am

    ~
    Yth mbak Yuli,

    Lama tidak berkunjung. Maaf, sedang dikerumuni kesibukan.

    Betul, setuju. Kita harus cerdas, berpikir kritis dan lebih kritis lagi.

    Jika kita simak, Injil Matius 1:6-16, Yusuf adalah keturunan ke-27 dari Daud, sedangkan pada Injil Lukas 3:23-31 disajikan bahwa Eli generasi ke-40. Jika Anda meyakini bahwa Eli adalah ayah Maria, maka Maria adalah cucu ke-41 dari Daud. Bukankah begitu?

    Membaca kedua kitab itu, siapapun yang berpikiran kritis (tidak perlu pandai-pandai amat), tentu akan bertanya: Mungkinkah pemuda Yusuf (generasi ke-27) bisa berjumpa dan menikah dengan gadis Maria (generasi ke-41)?

    Mbak Yuli bisa menjelaskan? Terimakasih.

    Balas
    • staff mengatakan

      31 Januari 2017 pada 6:55 am

      ~
      Sdr. Merry Mariyah,

      Kami senang Anda bisa bergabung kembali dalam diskusi kita di artikel ini. Kiranya kesehatan Anda selalu terjaga meski banyak kesibukan, ya?

      Menyambung diskusi tentang silsilah Yesus versi Injil Matius dan Injil Lukas, Anda benar bahwa kecil kemungkinan bila dua insan yang terpaut puluhan generasi bisa menikah. Jawabannya karena Injil Matius tidak mencantumkan beberapa nama moyang Yusuf secara lengkap. Di sisi lain, Injil Lukas yang merunut silsilah dari garis Maria mencantumkan nama moyang dengan lebih lengkap.

      Bagaimanapun, benang merah yang dapat ditarik dari kedua Injil tsb adalah: baik Yusuf maupun Maria adalah keturunan dari raja Daud yang berasal dari suku Yehuda, suku yang oleh para nabi telah dinubuatkan akan datangnya Mesias. Dengan demikian, baik de jure maupun de facto, Yesus terbukti sah sebagai Mesias yang datang dari suku Yehuda.
      ~
      Yuli

  19. merry mariyah mengatakan

    3 Februari 2017 pada 3:22 am

    ~
    Yth mbak Yuli

    Ya, kita jumpa lagi. Jika tidak salah memahami, intinya Anda ingin sampaikan bahwa silsilah Injil Matius tidak lengkap, sedangkan pada Lukas ditulis lebih lengkap. Maaf, sepintas tampak sebagai sebuah penjelasan cerdas.

    Sebagai intermezo:
    1. Menurut Anda, siapakah ayah Aminadab?
    2. Jika kita lihat Injil Matius dan Injil Lukas, sejak Abraham – Hezron dan Aminadab – Daud (generasi awal), mereka bisa menyajikan sama terincinya. Jadi, sangat sulit dipercaya jika Matius tidak mampu menyajikan silsilah generasi pasca Daud secara lengkap sebagaimana Lukas

    3. Pada 2016-11-25, Anda menulis: “… Lukas yang bermaksud memperkuat …” , apakah Anda ingin tegaskan bahwa Injil ditulis oleh penulisnya dengan saling berkoordinasi, atau minimal membaca karya rekannya?

    Balas
    • staff mengatakan

      6 Februari 2017 pada 3:26 am

      ~
      Sdr. Merry Mariyah,

      Lukas adalah sejarawan kredibel yang sebelum menuliskan laporannya, ia telah melakukan riset empiris terhadap para saksi mata kejadian, tempat perkara, serta dukungan literatur sejarah dan catatan dalam kitab Perjanjian Lama. Itu sebabnya catatan yang ia buat seringkali lebih detail. Belakangan, lewat temuan-temuan arkeologis di abad 20-an oleh para profesor arkeologi dan sejarah dunia yang kredibel, terbukti sangat akurat menginformasikan tempat, masa kejadian, serta tokoh-tokoh riil yang terlibat di sana. Apa yang Lukas catat juga terkonfirmasi kebenarannya oleh catatan para sejarawan non-Kristen di abad 1 Masehi.

      Sedangkan Matius, meskipun ia juga terpelajar karena mantan pemungut cukai, gaya penulisan yang ia catat berbeda dengan Lukas sang sejarawan. Selain sebagai satu dari 12 murid Yesus yang mengandalkan catatan Injilnya dari pengalaman pribadinya bersama Yesus, ibu-Nya (Maria), saudara kandung Yesus, rekan murid Yesus yang lain, serta masyarakat sekitar, ia juga merunut silsilah Yesus dari garis ayah-Nya (Yusuf) yang tercatat sebagai keturunan raja-raja Yehuda yang diturunkan oleh Daud (bisa Anda temukan dalam kitab Perjanjian Lama).

      Mengapa terjadi perbedaan jumlah tingkatan silsilah versi Matius (dari Daud ke Yusuf) dengan versi Lukas (dari Daud ke Maria)? Sebab Matius merunut silsilah Yusuf lewat catatan raja-raja Yehuda dari garis Salomo, raja penerus Daud, sedangkan Lukas merunut garis moyang Maria dari Natan, anak Daud lainnya yang bukan keturunan raja.
      ~
      Yuli

  20. merry mariyah mengatakan

    4 Februari 2017 pada 1:33 pm

    ~
    Atau Anda bisa menambahkan nama-nama nenek moyang Yusuf yang beum tercantum pada Injil Matius 1:1-16, sehingga Yusuf dan Maria menjadi satu generasi yang sama.

    Terimakasih.

    Balas
    • staff mengatakan

      6 Februari 2017 pada 3:38 am

      ~
      Sdr. Merry Mariyah,

      Lewat apa yang Injil Matius maupun Injil Lukas catat dari silsilah Yesus Kristus serta konfirmasi dari catatan di luar Alkitab (kitab Talmud Yerusalem), disertai dengan riset mendalam, para pakar sepakat bila silsilah Yesus Kristus dari keturunan Abraham, Ishak, Yakub, Yehuda, dan raja Daud tidak mungkin bisa disangkal kebenarannya.
      ~
      Yuli

Baca komentar lainnya:

« 1 2 3 »

PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR

Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
3. Sebelum menuliskan jawaban, copy-lah pertanyaan yang ingin dijawab terlebih dahulu.
4. Tidak diperbolehkan menggunakan huruf besar untuk menekankan sesuatu.
5. Tidak diijinkan mencantumkan hyperlink dari situs lain.
6. Satu orang komentator hanya berhak menuliskan komentar pada satu kolom. Tidak lebih!

Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: .

Kiranya petunjuk-petunjuk di atas dapat kita perhatikan.

Wassalam,
Staf, Isa dan Islam

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

 huruf tersedia

Sidebar Utama

Artikel Terbaru

  • 5 Alasan Wanita Terhitung Penghuni Neraka! Apakah Solusinya?
  • 7 Alasan Utama Pria Muslim Berpoligami dan Dampaknya
  • Sejarah Hukum Memakai Hijab, Apakah Sebuah Keharusan?
  • Pergumulan Muslimah Perihal Gambaran Surga Sebenarnya
  • Ciri Wanita yang Allah “Memilih” dan “Memuliakan”

Artikel Terpopuler Bulan Ini

  • Khadijah Tidak Lagi Takut Kematian Setelah Mengikut Isa
  • Cinta Allah Bagi Seorang Perempuan Muslim
  • 7 Alasan Utama Pria Muslim Berpoligami dan Dampaknya
  • Siti Maryam dan Siti Aminah: Dua Wanita Mulia
  • 5 Alasan Wanita Terhitung Penghuni Neraka! Apakah Solusinya?

Artikel Yang Terhubung

  • Siapa Yang Melindungi Anak-Anak Perempuan – Nabi…
  • Hukum Aborsi Dalam Islam Dan Nasrani
  • Pandangan Ulama dan Hukum Sunat Bagi Wanita Islam
  • Larangan Mengadopsi Anak Dalam Islam

Renungan Berkala Isa dan Al-Fatihah

Apabila Anda ingin menerima renungan singkat setiap minggu, silakan menekan tombol di bawah ini

Renungan Berkala Isa Dan Al-Fatihah

Renungan Berkala Isa dan Kaum Wanita

Apabila Anda ingin menerima renungan singkat Isa Dan Kaum Wanita setiap minggu, silakan menekan tombol di bawah ini

Renungan Berkala Isa Dan Kaum Wanita

Footer

Hubungi Kami

Apabila Anda memiliki pertanyaan / komentar, silakan menghubungi kami dengan menekan tombol di bawah ini.

Hubungi Kami

Social Media


Facebook

Twitter

Instagram

YouTube
App Isadanislam
Hak Cipta © 2009 - 2021 Dialog Agama Isa Islam Dan Kaum Wanita. | Kebijakan Privasi |
Kebijakan Dalam Membalas Email
| Hubungi Kami