• Skip to secondary menu
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
Isa Islam Dan Kaum Wanita
  • Awal
  • Maksud Situs Ini
    • Kebijakan Privasi
    • Tentang Kami
    • Kaum Wanita, Isa, Dan Al-Fatihah
    • Renungan Singkat Isa, Islam dan Kaum Wanita
    • Kebijakan dalam Membalas E-Mail
  • Jalan ke Surga
    • Jalan Ilahi Menuju Ke Surga
    • Doa Keselamatan
    • 4 Hal Yang Allah Ingin Anda Ketahui
  • Topik
  • Artikel
  • Hubungi Kami
Isa Islam Dan Kaum Wanita > Topik > Ibu & Anak > Ajaran Tentang Wanita > Nabi Islam Dan Ide Bahwa Maryam Adalah Ibu Allah

Nabi Islam Dan Ide Bahwa Maryam Adalah Ibu Allah

9 Mei 2016 oleh Web Administrator 96 Komentar

dua-tangan-kosong-yang-terlihat-seperti-memegang-sesuatu-atau-mencekik

Suleiman Kunani, Sultan Ottoman (1494-1566) meminta pengawal pribadi membunuh Mustafa, anaknya yang paling dicintai dan berbakat. Mereka mencekik anaknya sambil Suleiman Kanuni menonton. Sultan mendapat informasi bahwa Mustafa bersekongkol untuk melengserkannya. Namun apa mau dikata, setelah pembunuhan anak kesayanganya, Suleiman mendapat informasi bahwa tuduhan tersebut adalah palsu!

Informasi palsu menghasilkan pengertian palsu dan tindakan salah. Informasi palsu juga mempengaruhi nabi Islam.

Konsili gereja kota Efesus di Turki (431 Masehi) memberi nama “Theotokos” (yang mengandung Tuhan) kepada Siti Maryam karena ia melahirkan Isa Al-Masih. Akibatnya, sebagian orang Kristen mulai menyebut Maryam, “Mother of God” (Ibu Allah).

Kitab Allah, Injil, tidak menamakan Siti Maryam lebih dari ibu Isa Al-Masih.

Nabi Islam Bukan Orang Terpelajar

Nabi Islam tidak dapat membaca atau menulis.  “Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Qur’an) sesuatu Kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu . . . (Qs 29:48).

Jadi nabi Islam bersandar pada orang lain untuk informasi. Ia tidak dapat mengadakan riset sendiri. Ia tidak bisa membaca Injil untuk melihat apakah istilah Theotokos (Ibu Allah) terdapat di sana atau tidak.

tanda-X-besar-simbol-untuk-menyatakan-informasi-salahNabi Islam Menerima Informasi Salah Mengenai Isi Injil

Muhammad berpikir bahwa: (1) Injil mengajarkan Allah mempunyai isteri; (2) Siti Maryam juga Tuhan; (3) Siti Maryam melahirkan Tuhan. “Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?” (Qs 5:116, 5:72-75).

“. . . Bagaimana Dia [Allah] mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri . . .” (Qs 6:101).

Tidak ada orang Kristen percaya bahwa Maryam adalah ibu Allah atau Allah. Siapa yang percaya bahwa Isa Al-Masih ada hasil hubungan biologis antara Allah dan Maryam? Ide-ide ini tidak ada di Injil, Buku Allah!

Maryam Bukan Tuhan, Bukan Isteri Allah, Bukan Ibu Allah!

Sayangnya Nabi Islam tidak dapat membaca. Sama seperti Suleiman Kanuni, ia mendasarkan pengertiannya pada informasi palsu. Akibatnya, sampai saat ini orang Islam salah paham mengenai apa yang Injil katakan tentang Siti Maryam.

Sebetulnya Al-Quran setuju dengan Kitab Allah mengenai siapa Siti Maryam, Ibu Isa Al-Masih. Lagi bahwa Siti Maryam adalah ibu Kalimat Allah.

Kalimat Allah kekal, tidak berpermulaan. Waktu di dunia Ia mempunyai nama Isa Al-Masih. Menurut Injil dan ahli-ahli ilmu sejarah Kalimat Allah tersalib dan bangkit kembali. Kejadian ini memungkinkan keselamatan dari dosa untuk umat manusia. Bukankah itu kerinduan kita semua?

Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca

Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:

  1. Bagaimana fakta bahwa Muhammad tidak bisa membaca mewarnai pengertiaanya tentang ajaran Injil tentang siapa Siti Maryam?
  2. Bagaimana satu-satunya cara orang Islam dapat menghindari salah paham nabinya tentang pribadi Isa Al-Masih?
  3. Bagaimana kebenaran bahwa Isa Al-Masih adalah Kalimat Allah menolong kita mengerti lebih mendalam pribadi Isa Al-Masih?

Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.

Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”

 

Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.

Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.

Bagikan Artikel Ini:

Share on Facebook Share on Twitter Share on WhatsApp Share on Email Share on SMS

Ditempatkan di bawah: Ajaran Tentang Wanita, Ibu & Anak

Reader Interactions

Comments

  1. merry mariyah mengatakan

    10 Februari 2017 pada 10:52 am

    ~
    Yth mbak Yuli,

    Anda benar. Yesus keturunan Abraham, Ishak, Yehuda, Daud “tidak mungkin bisa disangkal kebenarannya” (Injil Matius 1:1-6 dan Injil Lukas 3: 31-34). Bahwa perbedaan itu terjadi karena silsilah versi Matius ditulis dari keturunan raja-raja, sedangkan Lukas diangkat dari catatan bukan keturunan raja. Secara literatur juga tidak salah.

    Tapi, bukankah kita sedang mencari kebenaran tentang kemungkinannya Yusuf dan Maria hidup dalam satu generasi yang sama, bisa berjumpa dan menikah?

    Jawaban logis terhadap pertanyaan tersebut, akan menguatkan ayat-ayat yang berkaitan dengan kehidupan Yesus di waktu kecil. Misal Injil Matius 1:18-20, dan 24-25, Injil Matius 2:14, dsb.

    Tapi jika tidak ditemukan, akan menjadi masalah berantai terhadap ayat-ayat yang lain. Bukankah begitu?

    Balas
    • staff mengatakan

      13 Februari 2017 pada 9:23 am

      ~
      Sdr. Merry Mariyah,

      Pertanyaan Anda tentang tingkatan generasi Yusuf dan Maria tidak mempengaruhi kebenaran faktual catatan peristiwa masa kecil Yesus dalam Injil Matius. Mengapa? Sebab selaku satu dari 12 murid Yesus, Matius juga hidup sejaman dengan Maria ibu Yesus dan masyarakat sekitar yang tahu masa kecil Yesus. Bahkan, ibu Yesus pun terlibat aktif dalam persekutuan bersama para murid Yesus (rasul-rasul) setelah Yesus kembali ke sorga. Dengan demikian, jelas Maria menjadi sumber utama catatan masa kecil Yesus dalam Injil Matius. Seandainya Matius mengarang cerita tsb, tentu Maria dan masyarakat sekitar protes, bukan? Faktanya, hingga kini isi Injil yang kita baca sama dengan naskah asli saat ditulis pada abad 1 Masehi. Artinya, isi naskah tsb terkonfirmasi kebenarannya oleh para pelaku sejarah sehingga terus dilestarikan sepanjang abad.

      Saudaraku, justru dengan penjelasan perbedaan sumber catatan silsilah antara Injil Matius dan Injil Lukas menjawab pertanyaan Anda tentang kesan perbedaan generasi yang jauh antara Yusuf dan Maria. Karena Matius hanya mencatat silsilah Yusuf dari catatan nama raja-raja Yehuda, maka ia tidak mendaftar secara lengkap semua nama moyang Yusuf. Ketidaklengkapan nama inilah yang mengesankan “sepertinya” generasi Yusuf jauh lebih tua daripada Maria.
      ~
      Yuli

  2. merry mariyah mengatakan

    21 Februari 2017 pada 6:46 am

    ~
    Mbak Yuli,

    Bagus sekali, saya sepakat. Matius hidup satu zaman dengan Yusuf dan Maria, dan dimungkinkan menyaksikan mereka hidup bersuami-istri.

    Meminjam kata-kata yang Anda rangkai pada artikel forum ini, tentulah bahasan kali ini menarik bagi “orang terpelajar”, untuk melakukan “riset”. Jika tidak punya minat, lantas apa bedanya dengan sultan Ottoman yang buta huruf?

    Barangkali pola pikir ini bisa dipakai sebagai satu pilihan alur penelitian. Kita berdiri pada ayat-ayat yang mengindikasikan bahwa Yusuf dan Maria hidup pada satu zaman.
    Pertama, dari situ pandangan kita arahkan ke Injil Lukas 3:23-38. Lalu dari Injil Lukas ditarik garis proyeksi ke Injil Matius 1:1-16. Hasilnya, akan tampak generasi kosong yang belum bernama sesuai zamannya, yang perlu dilengkapi.

    Balas
    • staff mengatakan

      22 Februari 2017 pada 5:39 am

      ~
      Sdr. Merry Mariyah,

      Apa yang Anda sampaikan mengenai alternatif penelitian untuk mencari absennya beberapa nama dari leluhur Yusuf cukup baik. Barangkali di kemudian hari dapat ditemukan bukti-bukti arkeologis mengenai hal tsb.

      Anda benar Saudaraku. Mencari mata rantai yang hilang sama sekali bukan tindakan “terlarang” meski diterapkan untuk sebuah “kitab suci”, kitab dimana sebagian besar orang menganggapnya sangat sakral, sehingga “haram” untuk mempertanyakannya. Ironinya, begitu “sakral”-nya sehingga kebanyakan orang justru tidak mempelajarinya secara pribadi, hanya mengandalkan penafsiran orang lain. Padahal, tujuan Allah “membukukan” firman-Nya agar seluruh umat tanpa terkecuali membaca dan “mengunyahnya” secara pribadi, agar pengenalan kita terhadap Allah semakin dalam dan perintah-Nya yang mulia itu dapat terlaksana dalam keseharian kehidupan kita.

      Juga, kebenaran sejati tidak akan pernah takut ditelanjangi karena semakin digali, semakin nyata pula kebenarannya. Bukankah demikian, Sdr. Merry?
      ~
      Yuli

  3. merry mariyah mengatakan

    10 Maret 2017 pada 10:58 am

    ~
    Yth mbak Yuli,

    “Juga, kebenaran sejati tidak akan pernah takut ditelanjangi, karena …”. Ooh, begitu. Mengapa dan siapa yang gedhe rasa mau ditelanjangi? Ada-ada saja. Hii malu, ah!

    Boleh diskusi sesi-sesi akhir kita simpulkan:
    1. Jika Mat 1:6-16 dan Luk 3:23-38 diyakini dua-duanya benar, maka Mat 1:16 yang menyatakan Yusuf suami Maria sekaligus ayah Yesus, dan Mat 2:14-15 bahwa Yusuf menyelamatkan Yesus ke Mesir; sulit diterima akal sehat oleh orang terpelajar, diantara mereka beda jauh selisih generasinya
    2. jika suami-istri Yusuf-Maria yang diacu, Mat 1:6-16 terhadap Luk 3:23-31 pun lucu, tidak sinkron satu sama lain

    Ternyata benar prediksi saya pada 2016-11-24, bahwa terjadi konflik dengan ayat lain, benar-benar terbukti kebenarannya

    Balas
    • staff mengatakan

      13 Maret 2017 pada 4:37 am

      ~
      Sdr. Merry Mariyah,

      Membaca apa yang Anda sampaikan membuat kami tersenyum. Barangkali “Sdr. Merry Mariyah” bukanlah satu orang pribadi, melainkan sebuah tim yang pemikiran para anggotanya tidak saling sepakat. Mudah-mudahan dugaan kami ini salah, ya Sdr. Merry?

      Silakan Anda bandingkan ulang pernyataan Anda di kolom # merry mariyah 2017-02-21 13:46 dengan pernyataan terakhir Anda di atas. Alur pikir keduanya sangat bertolak belakang, bukan? Bila demikian, kami tidak perlu membahas komentar terakhir Anda lebih jauh. Bukankah dalam diskusi-diskusi sebelumnya kita telah membahasnya hingga Anda dapat menangkap benang merahnya dengan baik di kolom # merry mariyah 2017-02-21 13:46? Maka, ada baiknya bila “person terakhir” dari “Sdr. Merry Mariyah” ini membahasnya ulang secara internal dengan “person lain” yang telah lebih dahulu paham agar ditemukan titik kesepakatan pemikiran sebelum melanjutkan diskusi secara eksternal di forum ini.

      Bagaimanapun, terimakasih untuk partisipasi Anda sejauh ini.
      ~
      Yuli

  4. merry mariyah mengatakan

    20 Maret 2017 pada 12:24 am

    ~
    Yth mbak Yuli,

    Pada tanggapan 2017-02-22 Anda mengatakan bahwa: “… kebanyakan orang tidak mempelajarinya secara pribadi, hanya mengandalkan penafsiran orang lain”. Konkretnya?

    Membaca beberapa tanggapan terakhir, tampaknya Anda sangat kaget dan masih shock, dengan ikut-ikutan menafsirkan Injil Lukas 3:23-36 sebagai silsilah jalur Maria. Ternyata timbul hal serius pada Injil Matius1:1-16 yang tak pernah terduga.
    Masalahnya jadi lain, jika kita pahami sebagai silsilah Yusuf versi yang berbeda.

    Jika kita telaah lebih cerdas, Injil Lukas 3:23-36 merupakan “lanjutan kontekstual sekaligus jabaran” dari “seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud” pada Injil Lukas 1:27. Maksudnya, runutan generasi dari Yusuf sampai Daud dan moyangnya. Coba kita cermati lebih jeli.

    Balas
    • staff mengatakan

      20 Maret 2017 pada 4:15 am

      ~
      Sdr. Merry Mariyah,

      Diskusi yang Anda bangun nampaknya tidak mengikuti alur yang logis. Nampak di sini bila “Anda” bukan satu orang pribadi, melainkan sebuah tim yang para anggotanya tidak saling sepakat dalam alur pikir dan pendapatnya. Apa yang Anda pertanyakan mengulang-ulang apa yang sudah kami jelaskan secara rinci, faktual, dan logis. Untuk itu, silakan Anda baca ulang dengan hati-hati setiap dialog mulai awal hingga akhir, juga tambahkan pengetahuan Anda dengan kajian sejarah tentang Injil Matius dan Injil Lukas tsb supaya pikiran Anda terbuka terhadap kebenaran. Jangan lupa, milikilah kerendahan hati di hadapan Allah untuk memohon hikmat-Nya agar Anda dapat bertemu dengan kebenaran sejati. Itulah yang terpenting.
      ~
      Yuli

  5. merry mariyah mengatakan

    28 Maret 2017 pada 2:41 am

    ~
    Yth mbak Yuli.

    Ada apa gerangan? Tiba-tiba berubah dari biasanya? Respon terasa asing, kaku dan maskulin.

    Sulit dipercaya jika pengetahuan Anda tentang Alkitab baru sebatas itu? Tapi, mungkinkah orang “terpelajar” (maaf, pinjam kata yang Anda rangkai pada artikel) sekelas Anda tidak membiasakan diri beranalisis? Wal hasil, terkejut tatkala membaca kebenaran lain dengan perspektif berbeda, meski ayat itu tertulis jelas dalam kitab Anda?

    Jangan-jangan Anda sangat capek atau sedang kurang sehat, sehingga tidak cermat membaca.
    Jika itu penyebabnya, obatnya hanya cooling down ditambah sedikit perenungan. Semoga segera fresh, lembut, dan kembali cantik feminin.

    Balas
    • staff mengatakan

      29 Maret 2017 pada 4:03 am

      ~
      Sdr. Merry Mariyah,

      Terimakasih untuk nasihat Anda. Sangat baik untuk diterapkan bukan hanya bagi orang lain, tapi juga bagi diri sendiri.

      Silakan pelajari ulang rangkaian diskusi kita sejauh ini supaya Anda tidak kehilangan fokus terhadap topik bahasan serta kebenaran faktual dan makna teologis yang telah kami sampaikan.
      ~
      Yuli

  6. Guan mengatakan

    9 Oktober 2017 pada 6:40 pm

    ~
    Situs-situs seperti ini sudah pasti dibuat oleh manusia dengan tingkat pemikiran dan moral yang rendah. Semua isinya fitnah. Biarlah Allah yang mengazab kalian kelak.

    Balas
    • staff mengatakan

      10 Oktober 2017 pada 9:01 am

      ~
      Sdr. Guan,

      Terimakasih untuk kunjungan Anda. Kami berharap isi artikel-artikel kami dapat Anda baca dan telaah dengan hati yang jernih dan pikiran yang terbuka terhadap fakta.

      Saudaraku, dapatkah Anda berikan bukti faktual yang membenarkan asumsi Anda bila konten situs kami berisi fitnah? Bukankah semua sumber yang tertera dalam artikel-artikel kami bisa Anda periksa kebenaran isinya? Sebab kami mendasarkannya dari Al-Quran, Hadits, Alkitab, maupun fakta sejarah dunia. Maka, sangatlah bijak bila kita tidak buta informasi terhadap semua sumber yang kami ambil tsb. Bukankah ketidaktahuan, apalagi keacuhan terhadap kebenaran malah mendatangkan celaka?
      ~
      Yuli

  7. Eutychianus mengatakan

    12 Maret 2019 pada 12:05 pm

    ~
    Admin hanya berdasarkan penafsiran dan kehendak anda sendiri tanpa melihat fakta sejarah dan ajaran-ajaran sesat yang ada pada masa-masa awal gereja.

    Bunda Maria adalah Bunda Allah. Karena Kristus adalah sepenuhnya Allah, maka Maria adalah Bunda Allah. Dua kodrat Yesus bersatu dalam satu pribadi Yesus Kristus. Itulah yang ditegaskan dalam Konsili Efesus (431 M) dan Khalsedon (451 M). Yang menolak Konsili Efesus itu dicap bidat alias sesat. Hal yang sama pada Konsili Nicea, yang menolak hasil konsili dicap sebagai sesat.

    Kristen sejati, Katholik, Ortodoks, Lutheran, Anglikan, percaya Bunda Allah.

    Balas
    • Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan

      13 Maret 2019 pada 4:35 pm

      ~
      Sdr. Eutychianus,

      Terimakasih untuk masukan yang Anda sampaikan. Kami sepakat dengan Anda bahwa gelar “Theotokos” (Bunda Allah) pada Maria justru menegaskan keilahian Isa Al-Masih/Yesus Kristus (Putra yang dikandung Maria) yang adalah “Allah yang berinkarnasi (nuzul) menjadi manusia” sebagaimana Injil sampaikan.

      Sayangnya, pengertian ini dimaknai berbeda oleh Muhammad, Nabi umat Muslim. Dalam Qs 5:72-75, Qs 5:116, dan Qs 6:101, ajaran Injil disalahmengerti dengan mengasumsikan Maria sebagai bagian dari Allah Tritunggal, yakni Isteri Allah yang melahirkan Anak Allah (Isa Al-Masih). Tentu saja pengertian semacam ini menyimpang dari Injil, bukan? Itu sebabnya artikel di atas bertujuan meluruskan kesalahpahaman umat Muslim ini. Meski Maria bergelar “Bunda Allah” karena melahirkan Isa (Allah yang nuzul menjadi manusia), bukan berarti Maria adalah Allah, ataupun istri Allah.
      ~
      Yuli

  8. Eutychianus mengatakan

    19 Februari 2021 pada 2:09 pm

    ~
    Terimakasih atas tanggapannya staff, sudah 1 tahun saya tidak melihat artikel ini ternyata sudah dibalas 1 hari setelahnya.

    Menurut ajaran Kristen yang benar, Bunda Maria adalah satu-satunya manusia yang berjasa melahirkan Allah yang menjelma. Maka dari itu Bunda Maria mengambil bagian penting dalam persekutuan Allah Trinitas, sebagai Putri Allah Bapa, Bunda Allah Putra, dan Mempelai Roh Kudus. Hal yang sama terjadi dengan manusia lainnya karena manusia diciptakan serupa dengan-Nya, Maka kita mengambil bagian juga dalam Allah, yaitu anak Allah Bapa. Saudara Allah Putra (Kristus) dan Bait Roh Kudus. Jadi seharusnya kita tidak anti dengan gelar-gelar tersebut, melainkan menjelaskan mnurut fakta.

    Balas
    • Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan

      26 Februari 2021 pada 5:07 pm

      ~
      Saudara Eutychianus,

      Senang bisa kembali berdiskusi dengan ssaudara. Benar sekali bahwa bunda Maria memiliki keistimewaan. Karena melalui Maria, YesusIsa Al-Masih datang ke dunia. Seringkali ada yang salah paham menganggap bahwa Maria adalah ibu biologis Yesus. Namun ini pandanganm keliru sebab Yesus tidak diciptakan seperti manusia lainnya. Yesus adalah Firman Allah yang menjadi manusia.

      “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita…” (Injil, Rasul Bear Yohanes 1:1,14).
      ~
      Noni

Baca komentar lainnya:

« 1 2 3

PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR

Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
3. Sebelum menuliskan jawaban, copy-lah pertanyaan yang ingin dijawab terlebih dahulu.
4. Tidak diperbolehkan menggunakan huruf besar untuk menekankan sesuatu.
5. Tidak diijinkan mencantumkan hyperlink dari situs lain.
6. Satu orang komentator hanya berhak menuliskan komentar pada satu kolom. Tidak lebih!

Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: .

Kiranya petunjuk-petunjuk di atas dapat kita perhatikan.

Wassalam,
Staf, Isa dan Islam

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

 huruf tersedia

Sidebar Utama

Artikel Terbaru

  • 5 Alasan Wanita Terhitung Penghuni Neraka! Apakah Solusinya?
  • 7 Alasan Utama Pria Muslim Berpoligami dan Dampaknya
  • Sejarah Hukum Memakai Hijab, Apakah Sebuah Keharusan?
  • Pergumulan Muslimah Perihal Gambaran Surga Sebenarnya
  • Ciri Wanita yang Allah “Memilih” dan “Memuliakan”

Artikel Terpopuler Bulan Ini

  • Khadijah Tidak Lagi Takut Kematian Setelah Mengikut Isa
  • Cinta Allah Bagi Seorang Perempuan Muslim
  • 7 Alasan Utama Pria Muslim Berpoligami dan Dampaknya
  • Siti Maryam dan Siti Aminah: Dua Wanita Mulia
  • 5 Alasan Wanita Terhitung Penghuni Neraka! Apakah Solusinya?

Artikel Yang Terhubung

  • Siapa Yang Melindungi Anak-Anak Perempuan – Nabi…
  • Hukum Aborsi Dalam Islam Dan Nasrani
  • Pandangan Ulama dan Hukum Sunat Bagi Wanita Islam
  • Larangan Mengadopsi Anak Dalam Islam

Renungan Berkala Isa dan Al-Fatihah

Apabila Anda ingin menerima renungan singkat setiap minggu, silakan menekan tombol di bawah ini

Renungan Berkala Isa Dan Al-Fatihah

Renungan Berkala Isa dan Kaum Wanita

Apabila Anda ingin menerima renungan singkat Isa Dan Kaum Wanita setiap minggu, silakan menekan tombol di bawah ini

Renungan Berkala Isa Dan Kaum Wanita

Footer

Hubungi Kami

Apabila Anda memiliki pertanyaan / komentar, silakan menghubungi kami dengan menekan tombol di bawah ini.

Hubungi Kami

Social Media


Facebook

Twitter

Instagram

YouTube
App Isadanislam
Hak Cipta © 2009 - 2021 Dialog Agama Isa Islam Dan Kaum Wanita. | Kebijakan Privasi |
Kebijakan Dalam Membalas Email
| Hubungi Kami