Pernikahan di bawah umur di kabupaten Indramayu cukup tinggi. Ini ungkapan Ketua Pengadilan Agama Kabupaten Indramayu, Anis Fuadz kepada Republika, Senin (18/8/2014). Pertanyaan kami, “Mengapa anak di bawah umur harus menikah?” Bukankah seorang anak harus dididik dan tidak untuk dinikahkan? Sebab kita tahu, anak merupakan anugerah Allah bagi orang tua. Seorang anak adalah titipan Allah kepada orang tua, bukan?
Pandangan Al-Quran Tentang Anak
Kita mengetahui bahwa setiap orang tua mempunyai kewajiban untuk mendidik anaknya menjadi lebih baik. Al-Quran menyatakan: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah mengerjakan yang baik dan cegahlah dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan” (Qs.31:17). Dalam hal Al-Quran mengajarkan untuk mendidik anak-anak, supaya menaati ajaran kitabnya. Al-Quran menyatakan bahwa membimbing anak melakukan perbuatan baik, merupakan kewajiban bagi orang tua.
Tindakan Muhammad Terhadap Anak-anak
Umat Muslim begitu mengagumi nabinya. Bahkan menganggap nabinya sebagai pemimpin dan teladan. Seorang pemimpin sudah selayaknya memberikan teladan sesuai dengan perintah Allah, bukan?
Namun, pada kenyataannya mengapa nabi umat Muslim memberikan teladan yang sangat berbeda? Hadist mencatat, “Aisha melaporkan: Rasul Allah mengawini saya ketika saya berumur 6 tahun, dan saya masuk ke rumahnya saat saya berumur 9 tahun” (Sahih Muslim, buku 008, no.3310).
Berdasarkan hadist di atas, benarkah Muhammad memberikan teladan yang baik dalam mendidik anak? Mengapa seorang yang menganggap dirinya nabi melakukan pernikahan dibawah umur?
Tindakan Isa Al-Masih Terhadap Anak
Hal ini sangat berbeda dengan Isa Al-Masih. Isa Al-Masih sangat mengasihi semua manusia, termasuk anak-anak. Umat manusia patut meneladani Isa Al-Masih. Sebab Isa Al-Masih tidak hanya mengajarkan. Ia juga memberikan teladan memperlakukan anak kecil. “Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut” (Injil, Rasul Besar Matius 18:6).
Isa Al-Masih dengan tegas menyatakan untuk tidak menyesatkan anak-anak. Isa sangat mengasihi anak-anak. Bukankah melakukan pernikahan dibawah umur adalah penyesatan? Jelas, ini sangat bertentangan dengan perintah Allah.
Ikutilah Jalan Allah, Hindarilah Tindakan Salah
Setiap manusia sering menentang perintah Allah. Sehingga mereka sesat dengan jalannya sendiri. Allah telah menunjukkan Jalan Lurus supaya kita tidak tersesat. Ikutilah jalan yang lurus yaitu Isa Al-Masih! Isa Al-Masih bersabda, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut pandangan saudara layakkah seorang nabi menikahi anak dibawah umur? Jelaskanlah
- Setujukah saudara, seseorang menikahi anak dibawah umur menyesatkan? Jelaskan!
- Mana yang pantas diteladani dalam memperlakukan anak-anak, nabi Islam atau Isa Al-Masih?Jelaskan alasan saudara!
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Penganut Agama Melarang Pernikahan Dibawah Umur”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
Boas mengatakan
~
Saudara Robby,
Kalau memang seperti itu, apakah di jaman sekarang perbuatan itu semakin membawa kebaikan jika dilakukan? Ajaran dan perbuatan yang betul-betul suatu kebenaran tidak akan pernah membuat nilai- nilai moral berkurang, tetapi menuntun kita ke arah yang lebih benar.
staff mengatakan
~
Sdr. Boas,
Terimakasih atas tanggapan Anda bagi Sdr. Robby.
Kiranya pertanyaan Anda di atas dapat membuka hati kita semua dalam menelaah manakah ajaran sejati Allah, dan manakah yang tidak.
~
Yuli
maknyos mengatakan
~
Yang pantas untuk diteladani dalam memperlakukan anak-anak adalah saya sendiri.
staff mengatakan
Sdr. Maknyos,
Kami salut dengan pernyataan Saudara. Seorang suri teladan pastilah seorang figur yang tindak tanduknya tak bercela sehingga menjadi teladan yang baik bagi orang lain.
Di dunia ini kita sulit menemukan figur yang sempurna, bukan? Bukankah semua orang berdosa sehingga sisi gelapnya pun selalu ada meski berbeda-beda?
Nah, ada satu figur sempurna, karena Ia memang satu-satunya manusia sempurna yang tidak berdosa (Qs 19:19). Dialah Isa Al-Masih. Jadi, mengapa kita tak menjadikan-Nya suri teladan?
~
Yuli
usil mengatakan
~
Muhammad menikahi anak di bawah umur. Lebih jahat mana dengan perilaku Tuhan Anda yang menyuruh manusia membunuh bayi dan anak-anak yang tidak berdosa (baca Alkitab tentang kisah kaum Amalek)?
Muhammad berpoligami. Yesus berpoligami dengan menikahi Martha, Maria, dan Maria Maghdalena.Lantas apa bedanya Yesus dengan Muhammad?
staff mengatakan
~
Sdr. Usil,
Sebuah argumentasi harus disusun dari fakta yang bernilai kebenaran. Dua hal yang Anda ungkapkan tidak berdasarkan fakta yang benar.
Anda menuduh bahwa Allah memerintahkan pembunuhan bayi dan anak-anak tak berdosa bangsa Amalek. Pelajarilah baik-baik Alkitab. Maka Anda akan tahu betapa jahatnya bangsa Amalek di mata Allah!
Ohya, silakan tunjukkan dari sumber manakah Anda menuduh Yesus berpoligami? Jika bahasa naskah asli yang Anda jadikan rujukan bukan bahasa Yunani yang ditulis pada abad 1 Masehi oleh orang yang hidup sejaman dan mengenal Yesus, informasi tersebut tidak memiliki nilai sama sekali.
~
Yuli
Netral mengatakan
~
Kalian menjadikan sejarah sebagai acuan untuk membuktikan kebenaran Alkitab. Tetapi mengapa disisi lain kalian menolak penelitian sejarah bahwa Yesus berpoligami (Nasrani, Barbara Thiering)?
staff mengatakan
~
Sdr. Netral,
Sejarah dalam bahasa Inggris adalah “history” yang berakar dari kata “His Story”. Jadi dapat diartikan bahwa sejarah adalah “Kisah Dia, yaitu Allah sendiri”. Nah, Alkitab sebagai firman Allah tentu saja erat kaitannya dengan sejarah. Kebenaran Alkitab teruji dari fakta-fakta sejarah!
Nah, karya Barbara Thiering yang memunculkan ide Yesus berpoligami tidak lulus uji sejarah. Sumber literatur yang ia gunakan tidak ditulis oleh orang yang hidup sejaman dengan Yesus, bahkan tidak mengenal Yesus sama sekali.
Jawaban ilmiah atas gugurnya teori Barbara Thiering ini sudah dipublikasikan di berbagai media. Anda dapat dengan mudah mencarinya.
~
Yuli
usil mengatakan
~
“.. silakan tunjukkan dari sumber manakah Anda menuduh Yesus berpoligami?”
Respons: Sederhana saja.Tuhan tidak mungkin mengingkari apa yang diciptakan-Nya.Tuhan kalian punya alat kelamin. Untuk apa ia memiliki alat kelamin kalau bukan untuk kawin? Logika ini sesuai dengan bukti sejarah bahwa Yesus memang menikah dan berpoligami (ditemukannya serat papirus yang menyatakan hal tersebut dan penelitian dari seorang Nasrani, Barbara Thiering). Ditambah juga pernyataan Al-Quran bahwa setiap nabi berpoligami. Kalian masih mau membantah?
staff mengatakan
~
Sdr. Usil,
Anda perlu memeriksa ulang logika Anda karena banyak mata rantai yang hilang dari potongan-potongan info yang Anda susun menjadi puzzle yang kacau.
Ketika Anda mengklaim Al-Quran menyatakan setiap nabi berpoligami, silakan tunjukkan alamat surahnya. Dan lagi, tunjukkan pula ayat dalam Al-Quran yang menulis, ataupun mengesankan Isa Al-Masih menikah, atau bahkan berpoligami.
Belajarlah biologi. Bukankah buang air kecil juga lewat organ kelamin? Jadi, apakah organ tsb hanya untuk bersetubuh?
Jelilah melihat latar belakang Barbara Thiering. Apakah ia seorang arkeolog yang kredibel? Dan lagi, bisakah Anda sebutkan usia dari papirus yang ditemukan tsb? Tahun atau abad berapa ditulis? Siapa penulisnya? Sdr. Usil, Yesus hidup abad 1 Masehi. Di luar abad tsb, tentu penulisnya sama sekali tidak mengenal Yesus, bukan?
Mari, gunakanlah logika dengan maksimal.
~
Yuli
balgia mengatakan
~
Ya, itu benar. Pada saat itu Aisyah telah siap untuk menikah dan bukan karena terpaksa. Juga dia akan menikah dengan orang lain tetapi Allah-lah yang langsung menyuruh nabi untuk menikah dengan Aisyah yang telah siap untuk menikah.
Jangan melihat sejarah dengan masa kekiniaan. Tentu beda, bukan? Sama seperti umat Kristen mengubah kitab Injil padahal tidak diperintah oleh Yesus. Bukankah ini sifat yang membangkang terhadap Tuhan?
staff mengatakan
~
Sdr. Balgia,
Apakah mental anak usia 6 hingga 9 tahun sudah siap menerima tanggungjawab sebagai isteri dalam rumahtangga sehingga Aishah Anda sebut siap menikah di usia tsb?
Seandainya benar pernikahan Aishah yang belia dengan nabi Anda adalah kehendak Allah, mengapa tidak ditemukan satu ayat pun dalam Kitab Allah, yaitu Taurat hingga Injil yang membenarkan pernikahan dengan kanak-kanak? Bahkan, tidak satu nabi Allah pun yang menikahi anak usia belia! Sebaliknya, Allah justru berfirman dalam Injil: “Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut” (Injil, Rasul Besar Matius 18:6). Maka, sangat mustahil bila tiba-tiba Allah yang sama menikahkan nabi Anda dengan seorang anak kecil, bukan? Apakah Allah tidak konsisten berfirman?
~
Yuli