Apakah wanita mempunyai peranan penting dalam agama Islam? Sering terasa agama Islam untuk kaum pria saja. Dengan mempertimbangkan lima wanita terkemuka dalam Islam yang ada pada awal agama Islam dimulai, kita akan lebih menghargai kaum wanita.
Berikut daftar lima wanita terkemuka dalam Islam:
(5) Ibu Muhammad – Siti Aminah binti Wahab
Siti Aminah adalah ibu dari Muhammad. Siti Aminah lahir di Mekkah. Ayahnya pemimpin salah satu suku Arab. Siti Aminah disebut juga “Bunga Quraisy.” Dia menikah dengan Sayyid Abdullah bin Abdul Muthalib. Tiga bulan sebelum Muhammad lahir, suaminya, Abdullah, meninggal dunia.
Suatu hari, Siti Aminah menggendong Muhammad dan berziarah ke pusara suaminya. Sekembalinya dari ziarah, ia jatuh sakit dan meninggal dunia.
(4) Siti Khadijah – Isteri Pertama Muhammad
Siti Khadijah adalah janda yang memiliki status tinggi di kalangan suku Arab untuk Mekkah. Ia seorang pedagang yang mengirim barang dagangannya ke berbagai pelosok tanah Arab.
Muhammad bekerja untuk Siti Khadijah. Ketika ia berusia 25 tahun dan Siti Khadijah 40 tahun, mereka nikah. Siti Khadijah melahirkan enam anak untuk Muhammad, salah satunya Fatimah. Siti Khadijah adalah orang yang mendorong Muhammad untuk mulai menjalankan kenabian-nya. Siti Khadijah meninggal tahun 620M. Sebagian orang Islam memberi dia julukan, “Ibu Orang Percaya.”
(3) Siti Fatimah – Putri Kesayangan Muhammad
Putri bungsu Muhammad adalah Siti Fatimah Az-Zahra. Siti Fatimah merupakan putri nabi yang terkenal di dunia Islam. Ia menghabiskan masa kanak-kanaknya di Mekkah. Sedangkan masa remaja dan dewasanya, di Madinah.
Siti Fatimah menikah dengan Ali bin Abu Thalib. Mereka mempunyai lima anak. Tiga putra (Hasan, Husein dan Muhassin) dan dua putri (Ummi dan Zainab). Muhammad begitu mencintainya sehingga melarang suaminya mengambil isteri kedua. Siti Fatimah meninggal tahun 632M.
(2) Siti Aisha – Isteri Kesayangan Muhammad
Muhammad menikahi Siti Aisha di atas kertas kala ia berusia enam tahun. Mereka menikah layaknya suami-isteri saat Siti Aisha berusia sembilan tahun. Walau isteri ketiga, ia menjadi isteri kesayangan Muhammad.
Orang Islam sering juga menyebut Siti Aisha, “Ibu orang-orang Mukmin.” Ia mendapat panggilan ini walau belum melahirkan keturunan bagi Muhammad.
(1) Siti Maryam – Wanita Terpenting di Al-Quran
Siti Maryam satu-satunya wanita yang mempunyai Surah dalam Al-Quran (Surah 19) dengan namanya sebagai judul.
Tertulis, “. . . “Allah telah memilih kamu [Maryam] . . . melebihkan kamu atas segala wanita di dunia . . .” (Qs 3:42 – Muhammad Sawar translation). Malaikat Allah berkata, “Wasalam, hai engkau, yang telah beroleh anugerah dari Allah. Tuhan besertamu” (Injil, Rasul Lukas 1:28 – KIS).
Kita perlu mengingat, Siti Maryam hidup ratusan tahun sebelum Muhammad lahir. Muhammad tidak pernah mengenalnya. Namun ia mengutamakan Siti Maryam sebagai wanita terkemuka di dunia. Mengapa?
Otomatis kita akan berpikir, karena Siti Maryam melahirkan Isa Al-Masih. Ini menjadikan Siti Maryam wanita utama di Alkitab, bahkan di dunia. Anak-nya, Isa Al-Masih juga disebut yang “terkemuka di dunia dan di akhirat” (Qs 3:45). Jadi dalam agama Islampun Siti Maryam melebihi empat wanita yang disebut di atas malahan semua wanita di dunia!
Kesimpulan
Dengan tahu status Siti Maryam adalah salah satu dari lima wanita terkemuka dalam Islam, bukankah pantas para umat Islam dan Kristen mempelajari lebih mendalam siapakah anaknya, Isa Al-Masih? Penjelasan lengkap tentang pribadi-Nya terdapat dalam Injil. Di sana seseorang dapat belajar tentang hidup-Nya dan keselamatan yang Ia sediakan.
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Apakah Anda tahu wanita lain yang lebih penting pada masa awal Islam selain lima wanita yang disebut di atas? Jika ada, jelaskanlah mengapa Anda merasa mereka lebih penting!
- Dibandingkan dengan empat wanita lain di atas, mengapa Siti Maryam adalah satu-satunya yang melahirkan anak pada waktu perawan?
- Mengapa Siti Maryam satu-satunya wanita yang mempunyai surah dengan namanya sebagai judul di Al-Quran? Apakah Anda dapat menambah alasan selain alasan yang diberikan dalam artikel di atas?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Lima Wanita Terkemuka Dalam Islam”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS ke: 0812-8100-0718.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
~
Memang luar biasa Islam itu, lengkap semua ada di Al-Quran.
~
Sdr. Randya Permadi,
Terimakasih telah mengunjungi artikel kami dan memberikan komentar Anda. Hanya saja, kami bingung dengan maksud pernyataan Anda. Bila yang Anda maksudkan “lengkap semua ada di Al-Quran” adalah perihal lima wanita terkemuka dalam Islam, pernyataan tsb jelas keliru. Sebab dari lima wanita tsb, hanya Siti Maryam saja yang disebutkan dalam Al-Quran. Bahkan namanya diabadikan sebagai nama salah satu surahnya. Sedangkan empat wanita lainnya hanya bisa Anda temukan dalam Hadits atau riwayat Muhammad. Jadi, dapatkah Anda jelaskan, di mana letak luar biasanya Islam menurut Anda?
Saudaraku, Siti Maryam disebut Al-Quran sebagai “yang dilebihkan atas segala wanita di dunia” (Qs 3:42). Alasannya juga jelas tercantum dalam Qs 3:45, yakni karena Maryam telah melahirkan Isa Al-Masih yang terkemuka di dunia dan akhirat. Sayangnya, tidak banyak yang bisa dituturkan Al-Quran dari kedua tokoh ini. Dapat dimaklumi sebab Al-Quran baru ditulis 6 abad setelah peristiwa terjadi. Sehingga dipastikan sang penulis bukan saksi mata kejadian. Sebaliknya kisah detil dan akurat dari kedua tokoh ini telah tercatat dalam kitab Injil yang ditulis oleh para saksi mata kejadian yang sangat mengenal keduanya, serta hidup sejaman dengan mereka (abad 1 Masehi).
Nah, bukankah gelar bagi Maryam dan Isa Al-Masih sangat hebat? Tentu wajib bagi kita semua untuk mengenal mereka lebih dalam lewat kitab Injil, informasi yang terpercaya dan teruji kebenarannya. Bagaimana Saudaraku, sudahkah Anda mulai mempelajari Injil?
~
Yuli
*
!) Saudaraku, tidak terhitung jarinya mengira tokoh-tokoh Muslimah penting sejak sekian lama.Termudah mengingatkan Sdr. Yuli, Hawa isteri Adam. Begitu pula tokoh-tokoh lain, diikuti bunda, ahlul bait, shahabiyah, dan wanita akhir waktu.
2) Seperti ulasan Sdr. Yuli di laman lain, bunda yang terpilih, disucikan melebihi wanita lain atas kehendak Allah, dan semestinya keistimewaan dan kehendak Allah yang baik ke atas orang yang baik pula. Sepertinya Al-Quran menyebut perihal ini. Muslim mengimani kebenaran Injil dan bukan pada penyelewengannya. Andai nubuatan Yesaya mengatakan hal yang henar, maka hal itu benar janjinya, dan tidak berlalu sebelum semua terjadi.
*
Sdr. 141414,
Terimakasih untuk kesediaan Anda menanggapi dua dari tiga pertanyaan fokus artikel. Berikut tanggapan kami:
1) Tentang Hawa isteri Adam, benarkah Hawa adalah tokoh Islam sedangkan Islam sendiri baru ada pada abad 6 Masehi, ribuan tahun setelah Hawa wafat? Sebab, merujuk pada pertanyaan kami: “Apakah Anda tahu wanita lain yang lebih penting pada masa awal Islam …”, tentu yang kami maksudkan bukanlah tokoh wanita pada masa sebelum Islam ada.
2) Menanggapi pernyataan Anda: “… bunda yang terpilih, disucikan melebihi wanita lain atas kehendak Allah, dan semestinya keistimewaan dan kehendak Allah yang baik ke atas orang yang baik pula …”, bagaimana dengan ibunda Abraham, Musa, atau bahkan ibunda nabi Anda Muhammad, mengapa mereka tidak mendapatkan gelar semulia Maryam? Bukankah mereka juga “wanita baik” yang melahirkan “tokoh penting”, tidakkah Allah mengaruniakan gelar yang sama baiknya kepada mereka seperti kepada Maryam? Tentu ada alasan yang lebih penting dari itu semua, bukan?
Kiranya Anda dapat menanggapi dua pertanyaan kami di atas.
~
Yuli
~
Allah Maha Tahu segalanya. Allah Maha Tahu yang terbaik dari segala yang telah diciptakan. Segala sesuatu ada yang dilebihkan dari salah satunya, dan semua mempunyai hikmah maksud dan tujuan masing-masing. Tidak ada yang sia-sia atas penciptaan-Nya. Segala sesuatu sudah diatur oleh-Nya menurut kehendak-Nya dalam kitab-Nya.
Segala puji bagi Allah dan tiada sedikitpun lengah dari pengawasan-Nya. Kita hamba-Nya hanyalah diwajibkan untuk menaati segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dan menerima segala yang telah Allah kehendaki dan Allah tentukan. Karena segala ketentuan-Nya adalah pasti sangat baik untuk hamba-Nya pada akhirnya. Maha Suci Allah dan maha benar Allah, tiada yang bisa diragukan dengan segala aturan-Nya, takdir-Nya, dan penciptaan-Nya. Wasallam.
~
Sdr. Pix,
Kami sepakat dengan pernyataan Anda bahwa Allah Maha Tahu terhadap segala ciptaan-Nya, dan segala yang dijadikan-Nya mempunyai tujuan khusus. Nah menurut Anda, apakah Allah menciptakan kita sama seperti robot yang diprogram sekedar untuk menaati perintah-Nya tanpa tahu maksud dan tujuan Allah atas perintah tsb? Tentu tidak, bukan?
Allah menginginkan kita menaati-Nya karena kasih, bukan karena takut dilaknat. Itu sebabnya ketika Allah bermujizat, Ia selalu menyatakan maksud dari mujizat-Nya agar manusia mengerti bahwa itu semua untuk kebaikannya, sehingga dengan penuh kasih, manusia dapat menaati Allah yang telah lebih dulu mengasihinya.
Mengapa Al-Quran melebihkan Maryam atas segala wanita di dunia (Qs 3:42)? Jawabannya ada pada Qs 3:45, yakni karena Maryam melahirkan Isa Al-Masih yang terkemuka di dunia dan akhirat. Isa disebut terkemuka di dunia dan akhirat karena Dialah Pemilik dunia dan akhirat itu sendiri. Dengan kata lain, Dialah Allah. Tujuan kedatangan Isa ke dunia jelas dinyatakan dalam kitab Injil: “… Dia Yesus [Isa Al-Masih], karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Injil Matius 1:21).
Isa Al-Masih datang untuk menyelamatkan kita dari hukuman dosa. Tentu tanggapan yang tepat adalah menerima pertolongan-Nya, menyembah dan mengimani-Nya, bukan?
~
Yuli
***
Mengapa Maryam satu-satunya perempuan yang mengandung dan melahirkan tanpa bercampur dengan laki-laki? Alasannya karena Allah ingin menunjukkan kekuasaan-Nya bahwa Ia bisa menciptakan manusia tanpa disentuh laki-laki. Allah menciptakan manusia ada empat cara:
1. Nabi Adam (tanpa ayah dan tanpa Ibu).
2. Siti Hawa (melalui tulang rusuk nabi Adam). Dalam hal ini, adanya Siti Hawa melalui Nabi Adam tanpa bercampur dengan perempuan.
3. Nabi Isa (melalui Maryam) tanpa dia bercampur dengan lelaki.
4. Manusia umumnya (berayah dan beribu).
Jadi mengapa Anda musti heran dengan penciptaan Nabi Isa? Mengapa Anda tidak lebih takjub kepada Nabi Adam yang tidak berayah dan beribu? Jadi Allah hanya ingin menunjukkan bahwa Ia Maha Kuasa/Maha Mampu berbuat sekehendak-Nya.
***
Sdr. Raditya,
Terimakasih untuk kunjungan serta kesediaan Anda membahas salah satu pertanyaan fokus artikel.
Jawaban Anda tidak salah bila melalui kelahiran ajaib Isa Al-Masih, Allah sedang menunjukkan kemahakuasaan-Nya. Namun, jawaban tsb belum menunjukkan sejauh mana kita mengenal Sang Pencipta melalui segala keajaiban yang diperbuat-Nya.
Jika kita sekedar memaknai kemahakuasaan Allah lewat penciptaan manusia dengan “empat cara” seperti yang Anda tuliskan, maka andaikan di kemudian hari muncul peristiwa seorang manusia lahir dari benih (sperma dan ovum) hewan, konsep [u]”empat cara”[/u] harus diganti dengan [u]”lima cara”[/u] Allah menunjukkan kekuasaan-Nya, bukan? Alur pikir yang demikian otomatis memaksa kita mengabaikan logika sehat dalam menerima setiap konsep, sebab telah “terkunci” dengan kerangka “bukankah Allah Maha Kuasa maka apapun bisa terjadi?”. Bagaimana, saudaraku?
Sebagai Pribadi yang Maha Mulia, tentu Allah tidak akan sembarangan menunjukkan kemahakuasaan-Nya tanpa tujuan yang sangat khusus dan agung, bukan? Nah, sudahkah kita menemukan jawaban atas [u]tujuan[/u] kelahiran Isa Al-Masih ke dunia secara ajaib itu? Artikel ini: http://tinyurl.com/y7ehungk dapat menuntun kita menemukan jawabannya.
~
Yuli
***
Mengapa Maryam terdapat dalam Al-Quran atau menjadi salah satu surat di dalam Al-Quran? Kalau Allah ingin menentukan beberapa nama manusia menjadi besar di alam semesta, apa yang menjadi halangan Anda? Atau coba Anda bertanya pada diri sendiri, mengapa Allah menghidupkan Anda?
***
Sdr. Raditya,
Sama seperti jawaban Anda pada kolom sebelumnya, pernyataan Anda belum menjawab inti pertanyaan mengapa hanya Maryam saja (bukan wanita-wanita lainnya termasuk empat wanita penting dalam Islam sebagaimana tercatat dalam isi artikel) yang dimasukkan sebagai nama surah dalam Al-Quran? Tentu ada alasan yang penting, bukan?
Saudaraku, menanggapi pernyataan Anda: “… coba Anda bertanya kepada diri sendiri, mengapa Allah menghidupkan Anda?”, pertanyaan ini sangat baik untuk direnungkan sebab berkaitan erat dengan tujuan hidup manusia. Dan kami telah mendapatkan jawabannya dari Allah. Lalu, apakah Anda juga pernah menanyakan hal serupa? Jawaban apa yang Anda dapatkan? Kiranya Anda berkenan membagikannya di sini.
~
Yuli
~
Mengapa atau untuk apa kita diciptakan: “Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku” (Qs 51:56). Sepertinya cukup jelas bagi yang membacanya.
~
Sdr. Raditya,
Beberapa kolom komentar Anda telah kami hapus karena tidak berhubungan dengan topik artikel.
Berkait dengan Qs 51:56 yang Anda jadikan jawaban, kami ingin bertanya lebih jauh:
Apakah berarti keberadaan Anda di dunia ini tidak begitu penting bagi Allah? Sebab tanpa Anda pun, toh masih ada jin dan orang lain yang menyembah-Nya? Bagaimana Saudaraku?
Sebaliknya, firman Allah dalam Alkitab memberikan jawaban mengapa Allah menghidupkan kita: “Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, …” (Kitab Nabi Yesaya 43:4). Sungguh jawaban terindah yang tidak kita duga! Allah yang Maha Agung ternyata mengasihi kita dan menganggap kita berharga bagi-Nya. Itu sebabnya Ia bukan hanya menghidupkan kita, tapi rela berkorban menyelamatkan kita dari hukuman kekal dosa. Maka tepatlah Al-Quran memandang Maryam sebagai wanita yang dilebihkan atas segala wanita di dunia (Qs 3:42), sebab Allah memilihnya menjadi perantara bagi kehadiran Allah Sang Juruselamat, yaitu Isa Al-Masih. Isa datang untuk menebus manusia yang dikasihi-Nya dari kuasa dosa.
Saudaraku, pernahkah terbersit di hati bila diri Anda sangat dikasihi Allah dan berharga bagi-Nya? Saat menyadarinya, Anda tidak akan lagi memustahilkan kasih-Nya yang mau berkorban demi menyelamatkan Anda di kekekalan.
~
Yuli
~
Tentang topik Maryam pada situs ini, Anda belum menjawab tentang Adam dan Hawa, mengapa sampai tergoda oleh setan. Saya lebih khawatir Anda tidak bisa menerima alasan saya. Jawablah dulu. Bukankah Anda mengenal Adam dan Hawa?
~
Sdr. Raditya,
Pada komentar Anda sebelumnya, pertanyaan Anda tentang Adam dan Hawa kami hapus karena menurut pertimbangaan kami, topik tsb tidak berhubungan dengan isi artikel yang sedang kita bahas, yakni tentang lima wanita terkemuka dalam agama Islam.
Namun, bila Anda merasa pertanyaan tentang Adam-Hawa sangat berhubungan dengan topik artikel ini, silakan Anda jelaskan dulu apa keterkaitannya sehingga kita bisa meneruskan diskusi dengan tidak mengubah alur topik artikel.
~
Yuli
~
Tentang kitab Nabi Yesaya 43:4 dan Qs 51:56, arti dari kedua ayat tersebut sama meskipun ada perbedaannya. Bagi saya arti dari Kitab Nabi Yesaya 43:4 adalah jika Anda seorang pemimpin, Anda akan menggaji orang meskipun dia tidak bekerja di perusahaan Anda. Sedangkan Qs 51:56 artinya, Anda hanya menggaji orang yang bekerja pada perusahaan Anda.
Atau lebih gampangnya, siapa yang telah menciptakan/menghidupkan Anda? Siapa yang memberi Anda pikiran, pendengaran, penglihatan?Jika Anda menjawabnya Tuhan, mengapa bukan Anda yang butuh Dia? Mengapa bukan Anda yang butuh kasih-Nya?
Tentang pertanyaan Anda: “… toh masih ada jin dan orang lain yang menyembah-Nya?”, seperti yang telah saya katakan, saya mengharapkan gaji/pahala dari hasil saya menyembah-Nya. Allah tidak butuh saya, tetapi saya yang butuh Allah karena Allah telah memberi saya hidup dan kebaikan. Sungguh saya tidak bisa menghitungnya. “Hai manusia, kamu-lah yang berkehendak (meminta rahmat) kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu), lagi Maha Terpuji” (Qs 35:15). Sebaliknya, siapa yang tidak menyembah-Nya dibuang ke neraka.
~
Sdr. Raditya,
Jika Anda cermati ulang firman Allah dalam Kitab Nabi Yesaya 43:4, Anda dapati Allah menciptakan kita atas dasar kasih sebab sifat-Nya Maha Penyayang. Sebagaimana orang tua kita menyayangi anak-anaknya tanpa batas, Allah jauh lebih sayang lagi kepada kita yang adalah milik-Nya, karya ciptaan-Nya sendiri. Itu sebabnya firman Allah dalam Alkitab menyebut Allah sebagai “Bapa” tempat “anak-anak-Nya” bernaung. Jadi sangat berbeda dengan Allah seperti yang Anda pahami dalam Al-Quran.
Dengan ayat-ayat Al-Quran yang Anda ambil, Anda memahami Allah sebagai “majikan” (bukan Pencipta dan Pemilik) yang bertindak semaunya hanya demi kepentingan diri sendiri. Sebab, bukankah hanya Sang Pencipta dan Pemilik saja yang pasti menyayangi ciptaan-Nya? Jika ia bukan Pemilik apalagi Pencipta, pastilah dengan sesuka hati membuang “hamba/budak” yang sudah tidak lagi menyenangkannya. Tindakan seperti ini jauh dari sifat “Maha Penyayang”.
Saudaraku, ayah manakah yang tidak turun tangan menolong anaknya yang tersesat dan nyaris tewas? Lebih lagi Allah yang adalah Bapa Sorgawi. Dia tidak segan berkorban demi menyelamatkan kita orang berdosa yang akan binasa dalam kekekalan. Nah, tidakkah Anda ingin berkarib dengan Allah Bapa Sorgawi yang Maha Penyayang itu? Bapa Sorgawi sangat mengasihi Anda.
~
Yuli
~
Saya meminta maaf kalau komentar saya agak panjang. Tentang pernyataan saya yang tidak ada hubungan dengan situs ini, bukankah Anda mengatakan situs ini berguna untuk mencari kebenaran?
~
Sdr. Raditya,
Anda benar bahwa situs ini dibuat dengan tujuan agar sebanyak mungkin orang dapat terdorong untuk mencari dan menemukan kebenaran sejati dari Allah. Namun perlu kami luruskan bahwa dalam berdiskusi, kami telah menetapkan peraturan yang sederhana namun logis. Yakni agar setiap komentar yang diberikan oleh para pengunjung artikel senantiasa berhubungan dengan topik artikel yang sedang dibahas pada setiap laman. Hal ini untuk mempermudah alur diskusi agar dapat diikuti dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh pembaca. Kami mohon agar peraturan sederhana ini pun dapat Anda ikuti dengan baik. Terimakasih.
~
Yuli
~
Tentang pernyataan Anda pada kolom 2017-08-11 15:15, Tuhan Anda seperti pemimpin yang menggaji setiap orang meskipun orang tersebut tidak bekerja dengannya. Anda mengatakan saya menganggap Tuhan saya sebagai majikan. Justru saya mengatakan lebih dari majikan.
Jika Anda sebagai karyawan, bagaimana sikap Anda kepada pemimpin? Tentu Anda akan melakukan apa yang diperintahnya atau apa yang menjadi kewajiban Anda, bukan?Begitu juga saya. Saya melakukan apa yang diperintahnya atau apa yang menjadi kewajiban saya.
Bagaimana saya bisa tersesat sementara saya punya buku petunjuk atau pedoman?
~
Sdr. Raditya,
Mari resapi ulang komentar kami sebelumnya. “Majikan” seperti apakah yang Anda miliki? Bukankah nyata bila ia bukan pemilik Anda karena segala hal yang Anda gambarkan tentang dia tidak menunjukkan ia mengasihi Anda? Bukankah “gaji sorga” yang Anda harapkan tidak dijanjikan dengan pasti, melainkan masih bergantung pada besar kecilnya pahala vs. dosa yang Anda kerjakan? Dan ironisnya, bukankah “majikan” Anda sangat tahu bila semua manusia diliputi dosa sehingga kepastiannya adalah neraka kekal (Qs 19:71 dan Qs 43:74)? Jika demikian, tidakkah perintah menaatinya tanpa kepastian upah sorga malah manipulatif?
Saudaraku, yang membedakan “Bapa” dengan “majikan” adalah sifat dan tindakan nyata dari kasih yang Ia miliki. “Bapa” pasti mengasihi “anak-anak-Nya” karena “Bapa”-lah Pencipta dan Pemeliharanya. Sebaliknya “majikan” hanya memanipulasi hamba demi kepentingannya semata. Habis manis sepah dibuang.
Pertanyaan yang perlu kita renungkan: manakah dari keduanya yang menggambarkan sifat Maha Penyayang?
~
Yuli
~
Sayang kita terhadap anak dan sayang Tuhan kepada hamba-Nya tidak akan pernah bisa disamakan. Seorang ayah pasti sedih melihat anaknya mengalami suatu masalah. Si Ayah pasti akan berusaha menolong anaknya agar lepas dari masalah. Tetapi sayangnya Allah kepada ciptaan-Nya tidak akan ada yang bisa menandingi. Mengapa dan apa alasannya? Karena meskipun ciptaan-Nya tidak menyembah-Nya, tapi Allah tetap memberi dia hidup, rezeki, pemikiran, pendengaran, penglihatan, segalanya.
Bagaimana pendapat Anda jika sehari saja manusia tidak menyembah-Nya dan Allah langsung mencabut nyawanya. Apakah Anda masih mengatakan Allah bukan Maha Pengasih dan Maha Penyayang?
~
Sdr. Raditya,
Mari cermati ulang pemikiran Anda:
1) Bukankah Anda setuju Allah Maha Penyayang?
2) Bukankah Anda setuju bila kasih seorang ayah yang besar terhadap anaknya tidak sebanding dengan agungnya kasih dari Allah Maha Penyayang?
3) Lalu, jika hati seorang ayah sedih dengan masalah yang menimpa anaknya dan berusaha sebisa mungkin menolongnya, bukankah Allah jauh lebih berduka atas keadaan kita yang terbelenggu dosa? Maka sangat mustahil jika Allah Maha Penyayang sekedar membiarkan manusia hidup hingga maut kekal merenggutnya tanpa ada pertolongan Allah yang menyelamatkannya, bukan? Mari pikirkan hal ini lebih serius, Saudaraku.
~
Yuli
~
Jika Anda masih mengatakan, kalau Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, mengapa Allah memasukkan ciptaan-Nya ke dalam neraka? Kita kembali lagi ke ayat: “Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku” (Qs 51:56).
Apakah Anda masih menyalahkan Allah karena menyiksa ciptaannya? Bukankah Allah telah menyuruhnya beribadah kepadanya? Bukankah Allah telah memberinya otak untuk berpikir darimana dia berasal dan hendak ke mana?
~
Sdr. Raditya,
Bukankah manusia sendiri yang menolak pertolongan Allah yang menyelamatkannya dari kebinasaan kekal di neraka akibat belenggu dosa? Maka jelas bila pengorbanan Isa Al-Masih (Allah yang turun ke dunia menyelamatkan umat-Nya) tidak bisa lagi disangkal sebagai bukti nyata atas sifat Maha Penyayang-Nya, bukan? Sebaliknya, di mana bukti kasih sayang “majikan” Anda, bila ia tidak mau turun tangan menyelamatkan Anda dari neraka kekal?
~
Yuli
~
Atau Tuhan Anda akan tetap memasukkan penganut Kristen ke dalam surga meskipun dia tidak beribadah kepada-Nya karena Dia telah menjadi Penebus dosa? Jika ya, mengapa susah-susah ke gereja? Jika tidak, apa bedanya dengan Islam? Berarti ada yang masuk surga dan ada yang masuk neraka. Kalau begitu tentu yang di dalam neraka akan protes kepada Yesus, di mana posisi Yesus sebagai Penebus dosa? Apakah Dia berdusta?
~
Sdr. Raditya,
Pernyataan dan pertanyaan Anda di atas tidak memiliki dasar pemikiran yang logis bila Anda memperhatikan dengan cermat semua komentar kami di atas.
Inti dari apa yang kami sampaikan adalah bukti nyata dari sifat Allah yang Maha Penyayang. Allah turun tangan menyelamatkan kita yang berdosa ini dengan cara menggantikan hukuman kekal dosa yang seharusnya kita tanggung. Bukankah ini bukti nyata Maha Penyayang-Nya? Lalu, bandingkan dengan gambaran “majikan” yang Anda miliki. Bukankah ia tidak melakukan apapun untuk menolong Anda dari kepastian neraka kekal (Qs 19:71 dan Qs 43:74)? Apakah ini mencerminkan sifat kasih kepada hambanya?
Saudaraku, dengan pengorbanan Isa Al-Masih yang telah terlaksana 2000-an tahun yang lalu dan hingga kini masih ditawarkan kepada kita, menurut Anda apakah orang yang menolak pertolongan-Nya bisa selamat? Seandainya bisa selamat, lalu di mana fungsi Yesus sebagai Penebus/Penyelamat manusia? Mari berpikir dengan logis.
~
Yuli
~
Dari semua pernyataan Anda, dapat saya pahami Anda membenarkan Tuhan Anda lebih penyayang. Setiap manusia baik Islam, Kristen, atau apapun agamanya, pasti ada yang menjalani hidupnya dengan baik atau buruk (tidak sesuai dengan ajaran agamanya). Dari semua pernyataan Anda, saya tidak dapat melihat Anda memberi penegasan jika ada penganut Kristen yang jauh dari gereja atau jauh dari ajaran Tuhan. Di mana Tuhan Anda meletakkan manusia seperti ini? Di surgakah atau di neraka?Kalau Anda mengatakan Tuhan Anda tetap meletakkan manusia tersebut di surga, berarti tidak perlu ada batas-batas dalam hidup ini?
~
Sdr. Raditya,
Mari tetap berfokus pada inti diskusi kita semula. Tanpa memfokuskan diri pada hal mendasar ini, Anda tidak akan menangkap inti kebenaran sejati yang sedang kita diskusikan.
Ketika Anda menyetujui kasih ayah yang besar kepada anak-anaknya hingga rela menolong mereka keluar dari masalah, seharusnya Anda tidak memustahilkan kasih Allah yang Maha Penyayang, yang jauh lebih agung dari kasih seorang ayah, sehingga Allah rela mengorbankan diri menolong manusia ciptaan-Nya, bukan? Dalam hal ini, Isa Al-Masih menjadi bukti nyata bagi sifat Maha Penyayang-Nya. Lalu, bagaimana dengan Allah yang Anda konsepkan? Adakah bukti nyata yang dikerjakannya untuk menolong manusia lepas dari neraka?
Saudaraku, untuk menjawab pertanyaan Anda, mari pertimbangkan sejenak ilustrasi ini:
Si A yang terperosok dalam lumpur hisap meminta tolong si B untuk menyelamatkannya. Si B bersedia menolong dengan mengulurkan tangannya pada si A sambil berkata, “Raihlah tanganku!”. Tapi si A enggan menuruti ajakan si B dengan tidak meraih tangannya. Pertanyaannya: Dengan keengganan si A menuruti ajakan si B, apakah Si A bisa keluar dari lumpur hisap?
Nah, begitu jugalah orang-orang yang mengaku dirinya Kristen tapi tidak mengimani Isa Al-Masih sebagai Tuhan Penyelamatnya. Sebab, bukankah keberserahan diri kepada Sang Penyelamat menjadi bukti iman itu sendiri?
~
Yuli
~
Anda sepertinya tahu Tuhan Anda, tapi tidak tahu keputusan-Nya terhadap penganut yang jauh dari ajaran-Nya. Saya tidak mengerti dengan apa yang anda utarakan. Saya hanya mau tahu di surga atau di neraka? Tapi sepertinya Anda tidak bisa menjawabnya.
~
Sdr. Raditya,
Kami yakin ilustrasi tentang si A dan si B yang kami berikan di atas cukup sederhana sehingga memudahkan Anda memaham jawaban atas pertanyaan yang Anda lontaran sebelumnya. Maka silakan Anda cermati ulang ilustrasinya dan jawablah pertanyaan yang kami lontarkan di sana. Ini menolong Anda untuk memahami arti sesungguhnya dari “beriman kepada Isa, Tuhan Juruselamat”.
~
Yuli
~
Tentang ayat Al-Quran yang Anda kutip, saya berani katakan kepada Anda, bagaimana Anda tahu isi buku bila Anda tidak membaca dari awal hingga akhir?
Anda tidak tahu siapa yang kekal di neraka dan mengapa kekal di neraka.
Isi dari Al-Quran ada yang jelas maksud ayatnya, ada yang perlu dipikirkan maksudnya, dan ada yang hanya Allah saja yang tahu artinya. Bisakah Anda mengartikan ayat Al-Quran: “di balik kesulitan ada kemudahan”?
~
Sdr. Raditya,
Pertanyaan yang sama pun berlaku bagi Anda, sudahkah Anda mempelajari isi keseluruhan Al-Quran hingga tamat? Jika hal ini sudah Anda lakukan, seharusnya petanyaan-pertanyaan yang berkali-kali kami lontarkan juga menjadi petanyaan yang sama di benak Anda. Mengapa? Karena Anda akan semakin paham bila keseluruhan isinya tidak selaras, saling bertentangan.
Cara terbaik adalah dengan membuktikannya, yakni sungguh-sungguh mempelajari semua yang tertulis di sana. Nah, sudahkah semua ini Anda kerjakan? Artikel berikut dapat membantu Anda: http://tinyurl.com/nlf97hz.
~
Yuli
~
Jika Anda mengatakan isi Al-Quran tidak selaras dan bertentangan, sepertinya Anda lebih paham dengan Al-Quran.Cobalah Anda cari kekurangan Al-Quran, tapi jangan kemukakan dari yang Anda dapat di gereja. Cobalah baca sendiri dan buktikan. Mintalah petunjuk kepada Tuhan Anda, yang menghidupkan Anda.
~
Sdr. Raditya,
Pembahasan mengenai kitab Anda dapat Anda diskusikan lebih jauh pada artikel berikut: http://tinyurl.com/86r3bgq, silakan Anda kunjungi.
Dengan mengingat aturan diskusi pada forum ini dimana kita harus berfokus pada topik artikel, kami ingin mengajak Anda kembali pada bahasan kita semula. Dapatkah kini Anda lihat betapa fakta-fakta menunjukkan alasan yang sangat penting hingga Maryam menjadi satu-satunya tokoh wanita yang namanya diabadikan sebagai salah satu surah dalam kitab Anda?
~
Yuli
~
Tentang Maryam, saya sudah jelaskan Allah bermaksud menunjukkan kemampuan-Nya/kekuasaan-Nya dalam menciptakan manusia melalui perempuan tanpa disentuh laki-laki.Saya juga takjub terhadap hal itu.
Tapi seandainya kita bisa berpikir, alam semesta yang seluas ini bisa Allah ciptakan, bukankah yang lebih kecil dari itu lebih gampang bagi Allah?
~
Sdr. Raditya,
Apakah menurut Anda, Allah yang Maha Penyayang itu tidak ada bedanya dengan tukang sulap yang ingin ditakjubi oleh para penontonnya (manusia ciptaan-Nya) karena berhasil membuat berbagai mujizat? Seandainya demikian, Allah hanya akan disebut “si hebat” tapi bukan Maha Kuasa dan Maha Penyayang. Pasti yang demikian bukan Allah yang sejati. Mengapa? Sebab “ia” hanya menunjukkan kehebatannya untuk kepentingannya sendiri tanpa menghiraukan kebutuhan terbesar manusia, yaitu kasih sayang dari Sang Penciptanya.
Mujizat kelahiran Isa Al-Masih tanpa melalui benih pria dan wanita (hanya meminjam rahim seorang perawan) membuktikan Isa suci tanpa dosa, satu-satunya sifat yang hanya dimiliki Allah. Isa datang ke dunia untuk membuktikan kasih sayang Allah yang nyata menyelamatkan manusia berdosa lewat karya penebusan-Nya. Maka, jelas bahwa setiap mujizat yang Allah kerjakan selalu memancarkan sifat Maha Penyayang-Nya, bukan?
~
Yuli
~
Bukankah Anda cinta kepada Maryam? Maukah Anda membaca surat Maryam dari Al-Quran ayat 16-37? Dan ada apa di ayat 37?
~
Sdr. Raditya,
Al-Quran ditulis enam abad setelah peristiwa Maryam mengandung Isa Al-Masih. Silakan Anda pertimbangkan, masih adakah saksi mata kejadian yang masih hidup saat Al-Quran tsb ditulis? Mustahil pula jika si penulis Qs 19:16-37 adalah saksi mata kejadian, bukan? Jadi, apakah kita sebagai pembaca percaya begitu saja dengan informasi dalam ayat tsb?
Sudah seharusnyalah secara logis kita mencari informasi pembanding yang akurat untuk melihat apakah Qs 19:16-37 benar? Fakta dan bukti sejarah menunjukkan bahwa Injil yang ditulis abad 1 Masehi adalah laporan faktual dari para saksi mata kejadian. Sang penulis pun sangat mengenal Maryam dan hidup di zaman yang sama dengannya. Jadi mustahil jika para penulis Injil mencatat cerita bohong, bukan?
Nah ternyata, kisah yang dituturkan dalam Qs 19:16-37 sangat berbeda dengan fakta yang dicatat Injil tentang Maryam dan Isa Al-Masih. Dengan demikian, satu-satunya sumber akurat yang dapat kita rujuk hanyalah Injil, bukan? Nah, sudahkah Anda membacanya?
~
Yuli
~
Begini saja. Kita tidak akan bisa membahas Maryam dan Isa. Seandainya saya tunjukkan kepada Anda mengapa Al-Quran dan Injil ada perbedaan, pasti kita akan tetap mempertahankan agama kita masing-masing, dan itu baik bagi kita.
Dalam Injil, Yesus akan datang lagi ke dunia, begitu juga dengan Al-Quran Lebih baik kita sama-sama menunggu keputusan apa yang diambilnya. Apakah dia berpihak kepada Kristen (Injil), ataukah kepada Islam (Al-Quran).
~
Sdr. Raditya,
Tentu Anda pun menyadari bila Allah memiliki maksud yang sangat mulia ketika Ia mengaruniakan hati dan akal budi bagi manusia. Tujuan utamanya agar kita dapat mengenal Allah, bergaul karib dengan-Nya, dan menikmati kasih-Nya.
Itu sebabnya Allah berfirman kepada kita lewat para nabi-Nya, bahkan hingga Ia datang sendiri (dalam Isa Al-Masih) menjumpai kita supaya lewat hati dan akal budi, kita dapat mengenal-Nya dengan jelas dan nyata. Bukankah hati dan akal budi sudah Allah sediakan sekarang, bukan menunggu nanti di akhir zaman?
Maka, akan sangat rugilah kita jika sejak sekarang kita tidak menggunakan hati dan akal budi untuk mencari dan mengenal siapakah Allah yang sejati itu. Akhir zaman hanyalah waktu dimana pemberian konsekuensi atas pilihan hidup kita dijatuhkan. Maka akan sangat terlambat jika kita tidak mulai menggunakan hati dan akal budi untuk mengenal Allah yang sejati sejak sekarang, bukan?
~
Yuli