Hampir seluruh umat Muslim (khususnya kaum pria) percaya bahwa Nabi Islam telah mengangkat derajat wanita. Benarkah Nabi Islam tidak berpandangan wanita godaan bagi pria? Dengan melihat dua hadist berikut, akan menolong Anda untuk memahami bagaimana pandangan Nabi Islam terhadap kaum wanita.
Wanita Sumber Dosa!
Nabi Islam pernah berkata: “Tidaklah aku meninggalkan suatu fitnah setelahku yang lebih dahsyat bagi kaum laki-laki melebihi fitnah wanita.” (Hadits al-Bukhari, 5096). Menurut penafsir kata “fitnah” di sini berarti godaan yang berbahaya.
Lewat hadist di atas, seakan-akan nabi Islam berkata bahwa wanita merupakan godaan yang dahsyat bagi pria. Juga, wanita merupakan ciptaan Allah yang berbahaya pada kaum pria. Benarkah demikian?
Wanita Hadiah dari Allah
Kaum wanita adalah ciptaan Allah yang bagus dan mulia! Bukan godaan bagi pria! Salah satu hadist menuliskan, “Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah” (HR. Muslim no. 1467).
Semua orang mengakui wanita itu cantik. Senyumnya manis, berbudi pekerti tinggi, baik hati, takwa dan saleh. Mereka adalah hadiah dari Allah. Allah menjadikan kecantikannya, karakternya dan kesalehannya sebagai perhiasan dunia! Sehingga semua orang mengagumi keindahan wanita.
Pria Berdosa, Wanita yang Salah?
Jika kaum pria tergoda, bukan karena kaum wanita. Melainkan karena dosa yang ada dalam dirinya. Kitab Suci Allah mengajarkan, “Segala sesuatu adalah suci bagi orang-orang yang suci, tetapi bagi orang-orang yang tidak suci . . . tidak ada satu hal pun yang suci, karena pikiran serta isi hati mereka pun kotor (Injil, Surat Titus 1:15 – KIS).
Isa Al-Masih juga berkata, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Injil, Rasul Besar Matius 5:28).
Kaum pria diperintahkan Al-Quran untuk “menahan pandangannya” supaya tidak melihat wanita (Qs. 24:30). Bukankah lebih baik kalau dapat melihat seorang wanita dengan mata suci?
Bagaimana Terhindari dari Dosa Zinah?
Bila Anda seorang pria dan berpikir wanita adalah godaan bagi pria. Anda salah! Agar Anda terhindar dari dosa zinah, bukan menyingkirkan wanita. Melainkan membersihkan hati Anda dari akar dosa. Yaitu dengan cara menerima “hati baru” dari Isa Al-Masih. Sebab “Dia [Isa Al-Masih] telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya”(Injil, Surat Roma 3:15).
[Staf Isa dan Islam – Untuk informasi lebih lanjut, silakan mendaftar untuk menerima secara cuma-cuma Buletin Mingguan “Isa dan Al-Fatihah.”]
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca:
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut saudara, mengapa dalam hadistnya Nabi Islam sering memberi penilaian yang bertentangan mengenai kaum wanita?
- Setujukah saudara bahwa kaum wanita adalah sumber dosa dan godaan bagi pria? Sebutkan alasanya!
- Menurut saudara, adakah cara lain agar seseorang dapat terhindar dari dosa? Sebutkan dan jelaskan!
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
***
Jawaban dari pertanyaan no.1:
Kita jangan salah mengartikan hadits tersebut. Maksud hadits tersebut adalah: jika seorang wanita mempunyai keinginan sesuatu, pasti dia mempunyai banyak cara untuk mendapatkan keinginannya dari pasangannya, seperti merayu, merajuk, dan senjata yang paling ampuh adalah menangis. Jadi jika seorang pria tidak memilah-milah permintaan dari istrinya, pasti pria akan memenuhi semua permintaan istrinya meskipun dirinya sendiri menjadi taruhan. Atau dengan kata lain dia akan menjadi sengsara. Bukankah perempuan memang begitu? Tapi saya tahu tidak semua perempuan.
***
Sdr. Raditya,
Terimakasih untuk kunjungan Anda pada artikel di atas serta kesediaan Anda menjawab salah satu pertanyaan fokus artikel.
Apa yang Anda sampaikan cukup menarik. Hanya saja, kami ingin tahu lebih lanjut, hadits manakah yang sedang Anda tafsirkan? Apakah pernyataan dalam Hadits al-Bukhari 5096, ataukah HR. Muslim no. 1467? Atau kedua-duanya? Juga, dari sumber manakah Anda menafsirkannya? Ataukah ini menurut pendapat atau pengalaman pribadi Anda?
Mengapa kami tanyakan hal ini? Sebab inti dari pertanyaan fokus no.1 adalah apa yang menjadi penyebab nabi Anda memiliki pandangan yang bertentangan tentang wanita dalam berbagai hadits? Kiranya Anda bersedia menjelaskannya lebih rinci berkaitan dengan inti pertanyaan no.1.
~
Yuli
~
Saya tidak setuju dengan pernyataan bahwa wanita adalah sumber dosa. Tapi kalau wanita sumber godaan, saya berani katakan ya jika dia mengundang orang untuk menggodanya atau memang ingin digoda. Karena jika seorang wanita berjalan dan melewati satu atau beberapa pria, wanita itu pasti akan dilihat pria. Sudah melewati pun masih juga diperhatikan. Terlepas dari Al-Quran, bukankah wanita suka diperhatikan oleh pria?
Di kala wanita ingin melewati pria, maka setan menempel di dadanya. Jika wanita sudah melewatinya, maka setan menempel di pantatnya. Makanya Islam menyuruh berjilbab. Cobalah Anda lihat di Youtube reaksi orang terhadap wanita yang berjalan tanpa jilbab dan memakai jilbab.
~
Sdr. Raditya,
Kami masih menanti jawaban Anda berkaitan dengan pertanyaan fokus no.1. Kiranya Anda dapat menjelaskan apa yang menyebabkan nabi Anda memiliki pandangan yang bertentangan tentang wanita dalam berbagai hadits?
Tentang pernyataan Anda: “Saya tidak setuju … bahwa wanita adalah sumber dosa”, kami pun sepakat. Tapi sayangnya, pernyataan Anda: “Di kala wanita ingin melewati pria, maka setan menempel di dadanya. Jika wanita tersebut sudah melewatinya maka setan menempel di pinggulnya. Makanya Islam menyuruh berjilbab”, justru membenarkan bila wanita sumber dosa. Bukankah dengan kata lain Anda ingin menyampaikan bila wanita yang lewat menyebabkan pria berdosa?
Saudaraku, mari pikirkan secara logis. Fakta ataukah sekedar asumsi pria saja bila wanita ingin diperhatikan secara fisik? Hasil riset membuktikan bila setiap sekian menit, pria bisa berfantasi tentang tubuh wanita meskipun si wanita tidak ada. Dengan demikian, bukankah pernyataan “setan menempel pada tubuh wanita” hanyalah asumsi pria yang tidak ingin disalahkan karena gagal mengontrol nafsu birahinya?
Itu sebabnya Isa Al-Masih sebagai Allah yang Maha Tahu isi hati kita berfirman: “Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Injil, Rasul Besar Matius 5:28). Jadi, mari berintrospeksi diri, sudahkah hati kita bersih dari dosa? Jangan kemudian melempar kesalahan pada pihak lain.
~
Yuli
~
Bukan wanita sumber dosa, tapi setan menggoda pria untuk melihat wanita tersebut. Bukankah pekerjaan setan menggoda manusia untuk berbuat dosa?
Jadi kalau wanita tidak memakai jilbab, dia sudah mengundang setan untuk menggoda pria agar melihat dirinya.
~
Sdr. Raditya,
Mari cermati ulang apa yang telah kami sampaikan berdasarkan hasil riset ilmiah:
“… setiap sekian menit, pria bisa berfantasi tentang tubuh wanita meskipun si wanita tidak ada. Dengan demikian, bukankah pernyataan “setan menempel pada tubuh wanita” hanyalah asumsi pria yang tidak ingin disalahkan karena gagal mengontrol nafsu birahinya?”
Itu sebabnya kami pun menyampaikan:
“Jadi, mari berintrospeksi diri, sudahkah hati kita bersih dari dosa? Jangan kemudian m[quote]elempar kesalahan pada pihak lain”
Adalah kecenderungan kita semua sebagai manusia berdosa untuk menolak bertanggungjawab atas dosa yang kita kerjakan. Bukankah untuk menutupi kegagalan mengontrol nafsu birahi, pria lebih suka melempar kesalahan kepada wanita atau setan? Padahal, nafsu tsb jelas muncul dari hati yang terikat dosa. Akibatnya, bukannya bertobat dan mencari pertolongan Allah agar hati terbebas dari dosa, manusia malah menuding pihak lain yang harus bertanggung jawab (yakni mengharuskan wanita berhijab, atau melempar kesalahan pada setan). Tidak logis, bukan?
~
Yuli
~
Memang benar. Kita melakukan suatu keburukan memang karena nafsu. Tapi nafsu buruk itu telah dipoles setan menjadi indah untuk dilakukan. Itulah cara setan menggoda.
Sepertinya Anda menganggap diri suci, bisa mengontrol nafsu Anda. Itu baik bagi Anda, tapi bagaimana dengan orang di sekitar Anda? Adam dan Hawa saja bisa digoda setan. Kalau setan tidak menggoda mereka, mungkin kita sekarang di surga bukan di bumi.
~
Sdr. Raditya,
Mari kita singkirkan dulu prasangka negatif pada pihak lain. Justru karena kami juga orang berdosa sama seperti Anda dan semua penduduk bumi, kami sangat paham bila keberdosaan kita seringkali membuat kita enggan bertanggungjawab. Kita lebih suka melempar kesalahan pada pihak lain, entah manusia, benda, bahkan setan. Masalahnya, apakah Allah meridhai sikap tsb? Bukankah justru mengecewakan-Nya?
Sejak awal penciptaan manusia, Allah mengaruniakan kehendak bebas bagi Adam-Hawa. Tapi mereka menyalahgunakannya dengan mempercayai bujukan setan daripada taat kepada Allah. Lalu, logiskah bila Allah tidak menuntut pertanggungjawaban atas keputusan mereka?
Saudaraku, yang Allah kehendaki adalah kejujuran kita mengakui dan menyesali dosa-dosa yang kita kerjakan. Bukankah sikap tanggung jawab selalu diawali pengakuan atas perbuatannya? Bagi orang yang demikian, Allah menyediakan pengampunan dan jalan keluar agar terlepas dari ikatan dosa melalui Isa Al-Masih. Nah, maukah Anda ditolong Allah? Syarat awalnya adalah jujur mengakui dan menyesali dosa, bukan melemparkannya pada pihak ketiga.
~
Yuli
~
Saya mengerti maksud Anda. Salahkan diri sendiri, jangan salahkan setan. Memakai jilbab adalah perintah Allah (Qs 33:59, tolong dilihat artinya). Jadi jika wanita tidak memakai jilbab berarti dia tidak ikut perintah Allah. Setan pasti senang kepadanya. Makan setan menempel padanya.
~
Sdr. Raditya,
Kami senang bila Anda memahami maksud kami. Masalahnya, apakah Anda sepakat bila kita harus mau bertanggungjawab atas keputusan dosa yang kita perbuat dengan cara mengakuinya sebagai dosa kita? Pola pikir ini tidak akanmembuat kita sibuk menyalahkan “faktor luar” yang berada di luar kontrol kita. Sebaliknya kita justru dilatih “mengontrol diri” agar tidak terpikat dosa. Ini semua bisa terjadi bila Roh Allah menolong kita, sebab hanya kuasa Allah sajalah yang bisa mengalahkan dosa.
Tentang hijab, apakah Anda belum memeriksa catatan sejarah jauh sebelum Islam ada (Al-Quran terbit)? Budaya masyarakat setempat sudah menggunakan model hijab berkaitan dengan cuaca ekstrem dan kondisi masyarakatnya. Juga, bukankah Qs 33:59 hanya menyebut “… supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu”? Jadi apakah ayat ini berlaku universal tanpa konteks?
Saudaraku, seandainya perintah hijab sungguh berasal dari Allah, mengapa baru terbit di abad 6 Masehi? Mengapa tidak ada dalam Taurat yang ditulis tahun 1450 SM? bukankah Taurat jelas kitab Allah?
~
Yuli
~
Dari cara penjelasan Anda, seharusnya Anda marah besar kepada Adam dan Hawa. Sepertinya Anda tidak mau menyalahkan setan yang mempunyai andil dalam perbuatan dosa Adam dan Hawa.
Memang betul jika kita mempunyai iman yang kuat, setan tidak akan berpengaruh kepada kita (Qs 16:99).
~
Sdr. Raditya,
Seandainya kita marah besar pada Adam dan Hawa, bukankah artinya sama saja kita melempar kesalahan pada pihak lain tanpa mau bertanggungjawab atas dosa kita sendiri? Coba bayangkan hal ini: Misalnya kita mencuri, tertangkap, kemudian diadili dan dipenjara. Apakah kita menyalahkan Adam – Hawa karena membuat kita bertindak kejahatan? Bukankah yang mencuri adalah tangan kita?
Berita baiknya, Allah menyediakan pertolongan bagi setiap kita yang mau mengakui dan menyesali dosa-dosa kita. Jadi mengapa kita tidak mengambil kesempatan yang sangat baik ini? Mengapa kita mau terus bersembunyi dari dosa yang nyata-nyata kita perbuat? Mengapa kita mau terus hidup dalam perasaan tidak tenang dengan dikejar rasa bersalah yang selalu kita tepis? Apakah ada ketenteraman hati dengan cara hidup yang demikian?
~
Yuli
~
Jadi, Jika ada seorang wanita yang tidak memakai jilbab berpapasan atau melewati saya, apakah mungkin tidak akan terlihat oleh saya? Setelah saya lihat, baru saya palingkan muka pada yang lain. Begitu aturan dari Muhammad dan Qs 24:30.
~
Sdr. Raditya,
Bisa saja sebagai pria, kita memalingkan muka dari si wanita. Tapi bagaimana dengan “pikiran liar” kita? Apakah kita mau mengendalikannya? Bukankah pikiran digerakkan oleh gejolak hati?
Maka, yang terpenting dari itu semua adalah bagaimana hati kita yang berdosa ini kita pasrahkan kepada Allah Yang Maha Benar agar disucikan dan dimampukan menolak godaan dari luar. Ini semua hanya terjadi bila kita bersedia menyesali dan mengakui diri berdosa, serta menerima karya pengorbanan Isa Al-Masih yang membebaskan kita dari kuasa dosa. Semua kembali kepada kita, bersediakah kita menang dari godaan?
~
Yuli
~
Apapun agamanya, tingkat keimanan itu tidaklah sama setiap manusia. Jangan katakan orang lain tidak mempunyai Iman jika kita bertingkah seperti setan untuk menggodanya. Jangan pakai emas terlalu wah jika tidak mau dijambret. Perintah untuk menutup aurat bagi wanita ada juga di Qs 24:31.
~
Sdr. Raditya,
Baik pria maupun wanita yang benar-benar menyesali dan menyadari keberdosaannya serta menerima pertolongan Allah di dalam Isa Al-Masih, dengan sendirinya Allah menuntunnya untuk mengendalikan diri agar tidak tergoda maupun menjadi bahan godaan bagi pihak lain. Kuncinya satu, menyerahkan kendali hati kita kepada pertolongan Isa Al-Masih.
Nah, maukah hati kita ditangani oleh Isa Al-Masih? Ataukah kita masih bersikukuh sekuat tenaga mengendalikan diri agar tidak tergoda? Faktanya, bukankah baik pria maupun wanita selalu jatuh dan sangat sulit bangun dari masalah ini?
~
Yuli
~
Assalaamu’alaa manittaba’al huda.
~
Sdr. Firdaus,
Terimakasih untuk salam yang Anda bagikan. Kiranya Allah yang Maha Pemurah juga berkenan merahmatkan petunjuk-Nya kepada Anda.
Kami persilakan jika Anda berkenan ambil bagian dalam diskusi dengan topik yang sesuai dengan artikel di atas. Anda dapat memulainya dengan menanggapi tiga pertanyaan fokus artikel. Kami tunggu.
~
Yuli
~
Allah menciptakan manusia dengan adanya akal. Dengan akal yang sehat dapat membedakan mana yang baik mana yang buruk. Dan akal yang sehat adalah akal yang sesuai Al-Qur’an dan Sunnah. Perihal wanita sebagai fitnah atau sebagai perhiasan dunia. Wanita sebagai manusia yang telah dikaruniai akal dapat memilihnya, mau jadi fitnah atau perhiasan dunia. Bila ia memilih sebagai fitnah maka tidak heran ia membuka auratnya, bila ia memilih perhiasan dunia maka ia sebagai wanita shalihah ia menutup auratnya.
Dan kaum pria, janganlah melulu menyalahkan setan, setan emang udah salah, kita sebagai laki-laki yang punya akal sudah seharusnya menundukkan pandangan.
~
Saudara Nanda Gibral,
Terimakasih atas komentar saudara di atas. Kami sependapat dengan saudara bahwa setiap pilihan ada pada masing-masing pribadi. Jadi jika kaum pria tergoda, bukan karena kaum wanita. Melainkan karena dosa yang ada dalam dirinya.
Demikian Isa Al-Masih berfirman: “Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Injil, Rasul Besar Matius 5:28).
Jadi, mari berintrospeksi diri, sudahkah hati kita bersih dari dosa? Jangan kemudian melempar kesalahan pada pihak lain.
~
Daniar
~
Sdr. Nanda Gibral,
Otak tanpa iman menjadikan kita jahat, iman tanpa otak menjadikan kita bodoh. Maka kita perlu menggunakan otak dan iman kita. Hal ini penting agar kita tidak gegabah tergoda, timbul niat jahat, dan kebodohan pula.
Memperhatikan penjelasan saudara, saudara menyalahkan setan karena saudara cepat tergoda benarkah demikian? Jawabannya tidak, sebab saudara menggunakan kehendakmu dengan cara yang salah. Apakah setan memaksa dan menuntut saudara agar berbuat dosa? Sepertinya tidak karena itu keinginan saudara berbuat demikian. Oleh karena itu bila merasa tergoda dan berniat hal-hal yang tidak diinginkan, jelas itu bukan kesalahan wanita tapi merupakan kesalahan orang yang bersangkutan. Salam.
~
Saudara Staff Ibrani & Yunani,
Terimakasih telah menanggapi komentar Saudara Nanda. Adalah bijak jika berdosa tidak menyalahkan pihak lain. Dalam hal ini tidak menyalahkan wanita. Melainkan karena dosa yang ada dalam diri sendiri. Kitab Suci Allah mengajarkan, “Segala sesuatu adalah suci bagi orang-orang yang suci, tetapi bagi orang-orang yang tidak suci . . . tidak ada satu hal pun yang suci, karena pikiran serta isi hati mereka pun kotor (Injil, Surat Titus 1:15 – KIS).
Jadi, yang perlu diperhatikan & dilakukan adalah bukan menyalahkan/menyingkirkan wanita. Melainkan membersihkan hati dari akar dosa.
~
Daniar