Dulu, impian saya adalah pernikahan yang bahagia sebagai sepasang suami isteri dan beberapa anak. Saya ingin menjadi satu-satunya wanita yang dicintai suami.
Namun, kebahagiaan yang saya rasakan hanya sesaat. Di usia pernikahan kami yang baru satu tahun, suami menyatakan keinginannya untuk menikah lagi. Hati saya hancur.
Bagaimana dengan hati Anda, jika hal itu terjadi dalam hidup Anda? Kirimkan tanggapan Anda di sini.
Namun sekarang hati saya sudah penuh cinta lagi. Bagaimana hati seorang Muslimah yang tadinya terluka tapi saat ini sudah penuh kasih?
Menikah dan Dipoligami
Saya lahir dari latar belakang Islam Kejawen. Sehingga, walaupun keluarga kami taat beribadah dan berpuasa, tapi kami juga percaya pada dukun, paranormal, dan adat-istiadat Jawa yang berhubungan dengan okultisme. Kami percaya hal itu tidak bertentangan dengan agama yang kami anut.
Setelah usia saya dewasa dan siap untuk menikah, saya menerima lamaran dari seorang pria yang saya cintai. Tetapi, setelah satu tahun, dia ingin berpoligami.
Menurutnya, walau dia masih mencintai saya, saya tidak dapat memenuhi semua kebutuhannya. Sedangkan wanita yang akan dinikahinya itu, dapat memenuhi setiap kebutuhannya.
Hati saya terluka. Impian saya telah hilang.
Dia meminta pengertian saya untuk mengijinkannya menikah lagi. Sebagai Muslimah, saya tidak dapat berbuat apa-apa selain mengijinkannya. Saya tidak boleh membantah keinginan suami saya.
Islam tidak memperbolehkan isteri melarang suaminya berpoligami. Sebaliknya, sebagai isteri, seharusnya saya mendukung suami berpoligami. Ada banyak hati Muslimah terluka karena diduakan. Jujur, saya merasakan hal itu.
Hati Muslimah Terluka Karena Dipoligami, Akhirnya Bercerai
Keinginan suami untuk berpoligami tidak dapat saya tolerir. Saya merasa sebagai Muslimah yang sangat putus asa, marah dan merasa dikhianati. Saya pun memutuskan untuk bercerai walau saya masih mencintainya.
Setelah bercerai dari suami, saya merasa depresi. Saya masih mencintainya dan tidak dapat melupakannya.
Minta Pertolongan Dukun
Dalam keputus-asaan, saya menemui seorang dukun. Saya berharap, dukun tersebut dapat membantu agar saya dapat melupakan mantan suami saya dan kembali melanjutkan hidup.
Dukun itu memberi saya sebuah jimat. Dia meminta saya untuk naik kereta api pada hari dan di tempat tertentu. Lalu melempar jimat tersebut lewat jendela kereta api yang saya naiki. Saya melakukan semua yang diperintahkan dukun itu, tetapi tetap saja saya tidak dapat melupakan mantan suami saya.
Saya tidak tahu apa lagi yang harus saya lakukan.
Hati Saya Penuh Cinta Allah
Dalam keadaan depresi, saya bertemu dengan seorang pengikut Isa. Dia menjelaskan tentang kasih Allah yang tidak terbatas. “. . . Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus [Isa Al-Masih] telah mati untuk kita” (Injil, Surat Roma 5:8).
Pertama kali saya mendengarkan penjelasan dari teman tersebut, saya sulit menerimanya karena iman saya. Tetapi, teman saya menjelaskan lagi, “TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati . . .” (Kitab Zabur 34:18). Akhirnya, saya memutuskan untuk beriman kepada Isa Al-Masih.
Sejak keputusan itu, seluruh hidup saya dipulihkan. Damai sejahtera memasuki hati saya. Sukacita yang belum pernah saya rasakan selama ini, menjadi bagian dari hidup saya.
Saya mulai menceritakan kepada teman-teman dan keluarga saya mengenai kasih Allah sejati yang saya temukan. Beberapa di antara mereka menjadi pengikut Isa Al-Masih. Tetapi beberapa juga sangat menentang.
Sekarang saya dapat merasakan kebahagiaan. Saya tidak lagi merasakan hati Muslimah terluka atau dikhianati, tetapi hati saya baru dan penuh cinta.
Sekarang saya telah menjadi “anak” Allah. Apakah Anda ingin mengalami kasih dari Allah dan kebahagiaan-Nya? Hubungi kami.
[Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.]
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Bagaimana perasaan Saudara jika suaminya ingin berpoligami? Mengapa?
- Menurut Saudara, apakah solusi atau cara yang terbaik untuk hati terluka?
- Jika Saudara mempunyai hati yang terluka saat ini, mengapa tidak percaya kepada Isa Al-Masih, satu-satuNya orang yang dapat memulihkan hati Saudara?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini tiga link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Seorang Muslimah Menemukan Cinta Sejati dari Isa Al-Masih
- Cinta Allah Bagi Seorang Perempuan Muslim
- Kasih Sayang Allah dalam Al-Quran dan Injil
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Dulu Hati Muslimah Terluka, Sekarang Penuh Cinta”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS ke: 0812-8100-0718
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
Sofyan Dwi nata mengatakan
~
Apa yang disebut kebenaran hakiki, yang sering dipaparkan oleh pemuka-pemuka agama, hanya sebatas klaim sepihak saja, satu satunya cara mengetahui kebenaran yang sesungguhnya, yaitu ketika kita bertemu Tuhan. Dan Tuhan lah yang akan memutuskan siapa yang benar dan siapa yang salah.
Kita hanya sebatas menyebarkan ajaran agama (yang kita yakini benar di dalam hati kita) secara damai, dengan menunjukkan sikap hidup yang baik, toleransi, saling menghargai antar ajaran agama lain (meskipun kita anggap ajaran lain itu sesat), tanpa berkoar-koar keluar bahwa ajaran agama lain itu salah/sesat, tidak membandingkan agama kita dengan agama lain dan merendahkan ajaran agama lain. Itulah esensi beragama yang hakiki.
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Saudara Sofyan Dwi Nata,
Memang benar yang saudara sampaikan itu. Kami sependapat dengan saudara, bahwa yang pertama harus kita upayakan adalah menjaga kerukunan dan saling menghargai serta tidak merendahkan agama lainnya.
Silakan berbagian ilmu dan keyakinan, dan jangan khawatir dengan artikel-artikel yang kami bagikan. Sebab Tuhan lah yang akan menuntun setiap orang kepada kebenaran-Nya. Kami berharap saudara pun bertekun mencari kebenaran sejati dan berkenan membaca artikel-artikel kami. Kiranya Allah menuntun saudara menemukan Kebanaran-Nya yang menyelamatkan saudara.
Seperti perkataan Firman Allah, “…kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:32)
~
Noni
joko. S mengatakan
~
Saudara Noni,
Para Nabi dan umat-umat melakukan korban bukan untuk penebusan dosa. Itu syariat/hukum dan perintah Allah sehingga para nabi dan umatnya tunduk patuh semua perintah Allah sebagai bentuk ketaqwaan dan ketaatan kepada sang pencipta.
Tidak ada dalil dari Kitab Allah yang menyatakan Allah minta korban manusia. Contoh nya kisah Abraham. Apalagi Allah menjadi manusia dan berkorban mati untuk manusia? Itu karangan manusia dalam mencari jati diri TuhanNya. Untuk manusia melineal itu sudah tidak logis hati dan pikiran, tinggalkan.
Wallahu A’lam.
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Saudara Joko.S,
Mungkin bagi kaum milenial seperti yang saudara jelaskan pengorbanan Isa Al-Masih untuk menyelamatkan umat manusia tidak bisa diterima oleh logika.
Namun yang kita bicarakan adalah mengenai firman Allah yang tidak perlu dinilai oleh logika manusia yang terbatas. Sebab tidak mungkin manusia bisa memahami kehendak Allah.
Silakan saudara membaca Kitab Taurat di Kitab Imamat tentang kurban yang dipersembahkan manusia bagi Allah. Pada zaman para nabi, umat Allah mempersembahkan kurban yang ddiberikan pada iman, salah satunya adalah kurban untuk menghapuskan dosa jika berbuat dosa.
~
Noni
joko. S mengatakan
~
Saudara Noni,
Kita diberikan telinga, mata dan hati, dari ketiganya menjadi akal dan pikiran (logika) dan itu diberikan untuk memahami sang pencipta dan ciptaan-Nya. Jadi kalau Kisah dan Ketuhanan Isa Al-Masih ( TZI ) tidak bisa diterima logika pasti ada yang tidak fitrah/cacat.
Demikian pula Allah mengorbankan diri-Nya menjadi manusia dan rela mati untuk menebus dosa manusia. Yang dosa manusia kok yang nebus Allah ? Bapak nebus anak saja tidak boleh (hukum).
Firman Allah bersifat Jamal dan Akmal dan itu tersurat di Al-Quran sehingga jelas sekali untuk kita memahami kehendak Sang Pencipta. Itulah rahmat yang diberikan Allah ke kita. Hanya di Al-Quran.
Wallahu A’lam.
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Saudara Joko. S,
Salah satu yang menjadikan manusia makhluk mulia adalah karena diberikan akal dan pikiran oleh Allah. Dengan akal kita memahami tentang Allah Sang Pencipta dan ciptaan-Nya. Namun akal yang kita miliki tetap memiliki keterbatasan, tidak mungkin bisa memahami Allah yang Tak Terbatas.
Kasih Allah yan amat besar bagi manusia nyatanya tidak bisa dipahami oleh umat Muslim dan dianggap tidak bisa diterima logika jika Allah berkorban untuk manusia ciptaan-Nya? Mengapa tidak bisa? Jika Allah berkenan menyelamatkan manusia yang dikasihi-Nya iapa yang bisa menentang Allah? Mengapa manusia membatasi pekerjaan Allah yang ajaib hanya karena logika manusia yang amat terbatas?
~
Noni
joko. S mengatakan
~
Saudara Noni,
Islam itu artinya berserah diri dan tunduk patuh atas ketentuan/fitrah Allah dan mengakui segala kemahakuasaan-Nya serta menyadari kerendahan keterbatasan diri nya..
Islam tidak menganggap Allah seakan-akan makhluk harfiah yang punya perasaan seperti kita. Sifat Allah memang menempel/tersirat pada diri manusia tapi bukan berarti menjadi seperti manusia.
Al-Quran Allah menjelaskan semua itu dengan mudah agar kita juga mudah mengerti dan tidak harus mereka-reka seakan menjadi sulit mengenal Allah yang akhirnya menggambarkan secara harfiah, itu primitive, logika terbatas.
Wallahu A’lam.
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Saudara Joko. S,
Jika saudara mengenal Allah Islam, dan mampu mengenal Allah saudara dengan keterbatasan manusia, lalu seperti apakah Allah saudara? Apakah saudara dapat berbicara dengan-Nya? Apakah saudara dapat tahu isi hati Allah? Apakah Allah saudara menjamin saudara untuk dapat masuk surga-Nya atau mentakdirkan saudara masuk neraka-Nya? Bagaimana naib saudara kelak saat ajal menjemput?
~
Noni
joko.S mengatakan
~
Saudara Noni,
Islam hanya memberikan kunci sorga dan tidak memberitahukan kunci neraka. Kuncinya La Ilah la Ilallah dan kunci neraka tidak pernah diajarkan.
Bagaimana dengan Pengikut Isa?Pengikut Isa yang mana?Pengikut Isa Al-Masih waktu beliau hidup sampai kedatangan Nabi terakhir mungkin. Tapi kalau Pengikut Isa yang sekarang tidak jelas apakah masih mengikuti ajaran beliau atau tidak, wallahu A’lam. Ya tapi dari pada tidak pasti dan jelas maka Islam masih lebih baik. Hidup hanya sekali, pedihnya abadi.
Wallahu A’lam
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Saudara Joko,
Benarkah dalam Islam memberikan jaminan ke surga bagi pengikutnya? Sayangnya dalam Kitab saudara tidak ditemukan ayat adanya jaminan bagi Muslim. Umat Islam meyakini sesuai yang tertulis dalam Al-Quran bahwa hanya yang bertakwa dapat masuk surga-Nya menurut ridho Allah. Standar takwa yang dimaksud hanya Allah yang tahu, semua menurut ridho-Nya. Tidak ada manusia yang tahu.
~
Noni
joko.S mengatakan
~
Saudara Noni,
6666 ayat dan puluhan ribu hadist , apakah masih kurang jelas? Ribuan ulama puluhan ribu ahli dan buku dan terus dikaji tanpa henti, apakah masih kurang untuk membuka hati kita? Sedangkan kiita belum pernah katam apalagi hapal isi nya, munafik sekali.
Wallahu A’lam
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Saudara Joko,
Ribuan ayat Al-Quran dan banyakhnya ahli dalam Islam belum cukup jika umat Muslim tidak mempelajari Al-Quran sendiri dan hanya mendengar apa yang dikatakan para ahli dalam Islam. Menamatkan pembacaat seluruh Al-Quran dan menghapalnya belum cukup untuk membawa umat Muslim pada Kebenaran Allah. Sebab Firman Allah ada untuk dipelajari, dipahami dan dilakukan. Apalagi jika mumat Muslim tidak mengimani Taurat dan Injil
~
Noni