Nama saya Nur Laila dari Malaysia. Saya dibesarkan dari keluarga Muslim yang taat dan patuh pada ajaran Islam. Sejak usia empat sampai tujuh tahun, kakek sudah mengajari saya mengaji. Saya tidak pernah lupa sholat. Setiap Senin hingga Kamis saya mendalami ajaran Islam. Namun saya belum menyadari kasih sayang Isa itu benar adanya.
Kasih Allah yang Bersyarat
Setelah tamat SMA saya melanjutkan pendidikan di Institut Pengajian Tinggi (IPT). Saya menguasai ajaran dan ilmu Islam.
Pikiran saya mulai terbuka saat mendalami dan menelaah ajaran Islam. Saya memikirkan tentang kasih sayang Allah SWT. Dalam Islam, kasih sayang Allah begitu terbatas dan bersyarat. Saya harus menaati dan melakukan aturan, agar layak mendapatkan kasih sayang Allah SWT.
Menyelidiki Pribadi Isa Al-Masih
Selesai menunaikan sholat, saya menangis hingga dada saya terasa sesak. Saya merasa sedih karena tidak dapat merasakan bagaimana kasih sayang Allah SWT. Dalam kesedihan, sayamenyalakan radio. Ternyata saya memutar radio Kristiani. Penyiar radio membacakan satu ayat suci yang terdapat dalam Injil, Rasul Besar Matius 11:28 “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”
Hati saya bertanya, benarkah ini jawaban yang saya cari? Sejak saat itu, hati saya gelisah. Pertanyaan mulai bermunculan. Siapakah Isa Al-Masih? Mengapa Dia dapat memberi kelegaan kepada manusia? Saya putuskan untuk berdoa. Dalam doa saya berkata, “Jika benar Isa Al-Masih adalah Allah, saya mohon tolonglah agar saya mengenal Engkau.”
Berkenalan dengan Orang Kristen
Tahun pertama di Universitas, saya berkenalan dengan orang Kristen. Mereka sering mengajak saya dalam sebuah perkumpulan. Satu kalimat yang menarik perhatian saya saat seseorang berkata “Isa Al-Masih mengasihi Anda.” Keingin-tahuan saya tentang kasih sayang Isa Al-Masih begitu kuat. Dalam hati saya berkata, jika memang Isa Al-Masih mengasihi saya, maka saya akan putuskan menjadi pengikut setia-Nya.
Meyakini Isa Al-Masih adalah Tuhan
Dua malam kemudian saya bermimpi. Saya melihat di depan pintu sebuah sinar yang begitu indah. Saya ingin memegang sinar itu, tetapi kaki saya tersangkut. Kemudian saya mendengar ibu berkata “Jangan mendekati sinar itu!” Lalu saya terbangun. Saya bingung dan tidak mengerti apa arti sinar indah itu.
Esoknya saya menceritakan mimpi tersebut kepada seorang teman Kristen. Ia menjelaskan arti mimpi itu dan menyarankan untuk mencari jawabannya dalam Injil. Saya menemukan jawabannya dalam Injil, Rasul Besar Yohanes 9:5 “Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.”
Ayat suci Alkitab tersebut menyadarkan saya. Isa Al-Masih adalah terang dunia. Hal ini membuat saya yakin dan percaya bahwa Isa Al-Masih adalah Tuhan. Dia adalah terang dunia dan saya putuskan untuk mengikuti jalan-Nya.
Saya mulai menyelidiki, meneliti bahkan mempelajari Injil setiap hari. Pemahaman dan pengenalan saya terhadap Isa Al-Masih semakin bertambah. Saya menyadari bahwa ajaran Al-Quran tentang kasih sayang Isa Al-Masih begitu kurang. Saat ini saya sudah menyerahkan hidup dan jiwa saya pada Isa Al-Masih.
Situasi Saya Sekarang
Awalnya saya merasa takut memberi tahu keluarga bahwa saya sudah percaya pada Isa Al-Masih. Jika mereka tahu, tentu mereka akan menganiaya saya. Saya terus berdoa agar Tuhan memberi saya hikmat. Saya harus kuat dalam iman kepada Isa Al-Masih, agar kelak keluarga saya dapat mengenal siapa Isa Al-Masih.
Dua tahun sudah saya percaya kepada Isa Al-Masih sebagai Tuhan dan penyelamat hidup saya. Saya pun sudah memberitahukan kepada orang tua saya. Walaupun pada awalnya mereka tidak setuju dengan keputusan saya, tetapi pada akhirnya mereka dapat menerima.
Saya berdoa agar suatu hari nanti keluarga yang saya kasihi dapat menyadari siapakah Tuhan Allah yang sebenarnya.
[Staf Isa dan Islam – Untuk informasi lebih lanjut, silakan mendaftar untuk menerima secara cuma-cuma Buletin Mingguan “Isa dan Al-Fatihah.”]
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut saudara bagaimana caranya agar saudara layak mendapatkan kasih sayang dari Allah? Jelaskan.
- Apa yang akan saudara lakukan jika saudara berjumpa dengan terang dunia dalam mimpi? Berikan tanggapan saudara.
- Mengapa wanita di atas begitu yakin dan berani mengambil keputusan untuk percaya kepada Isa Al-Masih sebagai Tuhan? Berikan tanggapan saudara.
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Kasih Sayang Isa Kepada Nur Laila, Muslimah Malaysia”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS ke: 0812-8100-0718.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
~
Mau bertanya pak, tolong jelaskan siapakah Tuhan menurut bapak sebelum Isa Al-Masih terlahir? Terimakasih.
~
Sdr. Amirsyah,
Silakan Anda baca artikel berikut: http://tinyurl.com/jn36j49 untuk memahami jawabannya.
Ohya, bagaimana Anda menanggapi isi artikel di atas? Bagaimana cara Anda selama ini agar mendapatkan kasih sayang Allah?
Kami tunggu tanggapan Anda.
~
Yuli
~
Tidak laku, ya? Kasihaan.
~
Sdr. Theressia Sompie,
Terimakasih atas kunjungan Anda pada artikel ini. Bagaimana Anda menanggapi sikap keteguhan Nur Laila untuk mempercayai Isa Al-Masih sebagai Tuhan dan Juruselamatnya?
~
Yuli
~
Allah SWT Maha Esa.
~
Sdr. Uchi,
Anda benar bahwa Allah adalah esa. Namun kita juga harus menyadari bahwa sebagai Pencipta dan Penguasa segala sesuatu, Allah selalu melampaui pemahaman kita yang terbatas. Untuk itu kita perlu mendengar sendiri apa yang difirmankan Allah tentang keesaan diri-Nya, bukan bersikukuh dengan pemahaman kita sendiri tentang Sang Khalik yang tidak mungkin kita pahami sepenuhnya.
Artikel berikut dapat membantu Anda memahami arti keesaan Allah sebagaimana yang Allah sendiri ungkapkan dalam firman-Nya: http://tinyurl.com/q6z977d.
~
Yuli
~
Saya berdoa dan mengharap ke hadhirat Allah agar saudari di atas di pertemukan Allah dengan seseorang yang alim rabbani lagi arifbillah yang akan menjelaskan kepadanya di manakah adanya kebahagiaan yang hakiki.
~
Sdr. Abd. Rahman,
Allah telah menjawab doa Nur Laila lebih dari yang dapat Anda doakan. Ketika Anda mendoakan agar Nur Laila dapat bertemu ulama untuk membimbingnya ke jalan Allah, Allah telah lebih dulu menjawab doa Nur Laila yakni mempertemukannya dengan pribadi Allah sendiri di dalam diri Isa Al-Masih.
Isa Al-Masih adalah terang dunia *Injil Yohanes 9:5) yang dibutuhkan oleh setiap manusia berdosa yang hidup dalam kegelapan. Maka siapapun yang mengikut Isa, hidup dalam terang sejati, yaitu dalam Allah yang menyelamatkan.
Nah, saat Nur Laila sudah bertemu dengan Allah sendiri, masihkah ia membutuhkan keselamatan dari pihak lain?
~
Yuli
*
Jawaban no.1:
Cinta Allah terhadap hamba-Nya dalam Al-Quran “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamaNya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela”.
*
Sdr. Galli,
Terimakasih untuk partisipasi Anda dalam forum diskusi ini.
Menanggapi jawaban Anda atas pertanyaan no.1, dapatkah Anda cantumkan alamat ayat surah Al-Quran yang Anda tuliskan di atas? Bagaimana pula keterkaitannya dengan inti pertanyaan yang menanyakan cara Anda agar layak mendapatkan kasih sayang Allah?
Selanjutnya, berkait dengan kutipan yang Anda tuliskan: “… yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir …”, jika ini Anda kaitkan dengan cinta Allah kepada hamba-Nya, tidakkah hal ini terdengar janggal? Bukankah Allah Sang Pencipta adalah Allah baik bagi si mukmin maupun si kafir? Jika Allah hanya bersikap kasih kepada si mukmin, layakkah Ia menyandang gelar Maha Penyayang? Sedangkan ibu dari seorang penjahat pun masih mengasihi anaknya? Bukankah Allah yang bergelar Maha tentu lebih mengasihi semua ciptaan-Nya?
~
Yuli
~
Tolog jawab langsung pertanyaan saudara Amirsyah tentang siapa Tuhan sebelum Isa lahir.
Bukankah Isa berkata jika dia datang untuk menggenapi ajaran terdahulu yaitu Taurat? Lantas mengapa Injil sekarang berseberangan dengan Taurat (Perjanjian Lama)? Menggenapi seharusnya menambah, bukan menghilangkan atau mengurangi.
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. Tolong jelaskan dengan kejujuran hati Anda, bukan dengan doktrin gereja.
~
Sdr. Arya,
Sehubungan dengan pertanyaan Sdr. Amirsyah, sudahkah Anda baca artikel yang telah kami sarankan? Silakan buka: http://tinyurl.com/jn36j49. Dengan membaca isinya, Anda bisa menemukan jawabannya. Apakah Anda percaya Tuhan kekal adanya? Apakah Anda mempercayai kemahakuasaan-Nya? Jika ya, tentu Anda mengakui Allah Maha Hadir (ada bersamaan di tempat berbeda dalam waktu yang sama), bukan? Jika demikian, apakah Allah di sorga lenyap ketika Isa Al-Masih (Firman Allah dalam rupa manusia) terlahir ke dunia?
Tentang penggenapan Isa atas Taurat, sudahkah Anda membaca kitab Taurat dan mengerti isinya? Jika sudah, bagaimana mungkin Anda simpulkan bila Injil berseberangan dengan Taurat? Taurat justru berisi nubuat tentang kedatangan Isa sebagai pembebas umat manusia dari dosanya (http://tinyurl.com/6uh4jag). Nah, Injil membuktikan penggenapan nubuat Taurat tsb dengan mencatat bahwa Isa sungguh-sungguh datang menyelesaikan misi penyelamatan yang telah dinubuatkan Taurat 2000 tahun sebelumnya.
~
Yuli
~
Kalau Tuhan disalib, berarti sorga kosong?
Tuhan ada tiga menurut agama Anda. Apa tidak saling iri dan kudeta?
~
Sdr. Ngaji Shekh Jihad,
Apakah Allah tidak Maha Kuasa sehingga Ia tidak Maha Hadir (ada bersamaan di tempat berbeda pada waktu yang sama)? Jika Anda meyakini sorga kosong saat Tuhan disalib, nyata bahwa konsep Tauhid yang Anda pegang mengingkari kemahakuasaan Allah yang Maha Hadir di segala tempat. Bagaimana, Saudaraku?
Tentang ketritunggalan Allah sebagaimana difirmankan dalam Alkitab, masuk akalkah bila [u]Allah yang esa[/u] saling berseberangan kehendaknya? Mustahil, bukan? Maka, supaya Anda tidak salah paham terhadap konsep Allah Tritunggal yang berbeda sekali dengan politeisme (allah lebih dari satu), silakan Anda baca artikel berikut: http://tinyurl.com/kz2vgq5.
~
Yuli
~
“Katakanlah: ‘Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?’. Katakanlah: ‘Kepunyaan Allah’. Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat, yang tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman” (QS.6:12).
Siapa bilang kasih sayang Allah bersyarat? Coba Saudara pikir. Napas dan rejeki yang Allah berikan, tidak akan ada satu rejeki pun yang akan diturunkan Allah selain atas izin-Nya. Apa Saudara melihat ketika seseorang kafir dari Allah atau meninggalkan perintah Allah, apakah Allah mencabut nyawanya saat itu juga? Atau Allah ambil semua pemberian-Nya selama di dunia? Allah masih memberi waktu agar manusia bisa kembali ke jalan yang lurus karena pintu taubat Allah selalu terbuka sebelum malaikat maut datang. Na’udzubillah, nerakalah tempat mereka kembali.
~
Sdr. Luna Haira,
Benar bahwa rejeki yang Allah berikan bagi si mukmin maupun si kafir adalah bentuk kasih sayang Allah. Namun, apakah rejeki itu jalan keselamatan akhirat kita? Tidak, bukan? Keselamatan akhirat inilah inti bahasan kita tentang bersyaratnya kasih Allah SWT menurut ajaran Islam.
Bukankah sesuai pernyataan Anda, Allah Anda sedang menunggu pertobatan si kafir ke jalan yang lurus supaya ia selamat? Pertanyaannya, apa yang Allah kerjakan dalam masa penantian tsb? Jika Allah Anda tidak berbuat sesuatu sedangkan dalam Qs 19:71 dan Qs 43:74 jelas ditetapkan bahwa semua orang masuk neraka karena dosa, tidakkah hal ini membuktikan kebersyaratan kasih sayang-Nya? Bagaimana mungkin seorang anak kecil yang tidak tahu manakah “jalan yang lurus”, hanya diperintahkan secara verbal oleh orang tuanya untuk mencari jalan tsb supaya tidak jatuh? Tentu orang tua dengan kasih sayangnya yang tidak bersyarat, pasti datang mendekati anak tsb dan menggendongnya melewati “jalan yang lurus” supaya sampai tujuan dengan selamat, bukan?
Itu pula yang dikerjakan Allah dalam diri Isa Al-Masih. Dengan kasih-Nya yang tidak bersyarat, Allah tahu bahwa semua manusia buta oleh kuasa dosa sehingga tidak lagi bisa membedakan manakah yang Allah kehendaki atau benci. Maka dalam diri Isa Al-Masih Allah datang kepada manusia untuk menjadi Penolong sekaligus “jalan yang lurus” itu sendiri. Dengan demikian manusia selamat bukan karena amal ibadahnya, melainkan oleh kemurahan Allah dalam Isa Al-Masih. Artikel berikut membantu menjelaskannya lebih rinci: http://tinyurl.com/m8wc5jc.
~
Yuli
~
Ayat mana yang menyatakan Isa Al-Masih adalah Tuhan?
~
Sdr. Alimudin,
Silakan baca artikel berikut yang berisi ayat-ayat pernyataan keilahiaan Isa Al-Masih: http://tinyurl.com/hgmhqha dan http://tinyurl.com/mbtlyy5.
~
Yuli
~
Wahai Saudara,
Pelajari dan pahamilah ayat pertama dalam Al-Quran. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Baca pelajari dan pahami surat Ar-Rahman. Kamu akan memahami arti kasih sayang Allah yang tak bersyarat.
Karena jika kami mengulas di sini, maka perdebatan yang kamu harapkan. Jika kamu ingin mengetahui kasih sayang Allah, carilah dalam Al-Quran karena Al-Quran mempunyai jawabannya.
Untuk saudara seiman, yang perlu kita perhatikan adalah janganlah setelah selesai shalat kalian memutar radio, tapi berdoalah terlebih dahulu agar kita tidak tersesat hidup di dunia yang penuh tipu daya ini.
Yang dia cari bukan makrifatullah tapi perdebatan semata. Wahai Saudara, kami meyakini Isa As. sebagai nabi bukan Tuhan.
~
Sdr. Rahmad Fauzan,
Apa yang Anda sarankan benar bahwa sehabis shalat, hendaknya setiap Muslim berdoa mohon petunjuk Allah agar disingkapkan kebenaran apa yang tertulis dalam Al-Quran.
Justru di dalam Al-Quran akan kita temu kepastian setiap umat manusia adalah neraka kekal karena setiap orang berdosa (Qs 19:71 dan Qs 43:74). Namun yang membingungkan, Qs 2:82 mensyaratkan bila iman dan amal saleh mejadi sarana masuk sorga. Apakah status dosa bisa sirna dengan amal saleh sehingga kita bisa terbebas dari neraka kekal? Kenyataannya, Muhammad sebagai nabi Islam dalam HR. al-Bukhari [5673, 6463] dan Muslim [2816] justru mengakui bila amal tidak dapat membawa seorangpun masuk sorga. Dengan demikian, kasih sayang Allah terbesar kepada manusia, yaitu keselamatan ke sorga justru tidak terbukti dalam Al-Quran.
Sebaliknya, di dalam Isa Al-Masih yang adalah Allah Sumber kebenaran dan kehidupan (Injil Yohanes 14:6), keselamatan ke sorga terjamin. Nah, manakah yang kita pilih, yang “pasti” atau yang “mudah-mudahan”?
~
Yuli
~
Nikmati saja agamamu. Tuhan itu hanya ada satu.
~
Sdr. Tyoprastyo,
Anda benar, Saudaraku. Sejak menyerahkan imannya kepada Isa Al-Masih, Nur Laila benar-benar menikmati kasih sejati Allah di dalam hidupnya. Kasih sejati ini hanya bersumber dari Allah yang esa, Pencipta dan Penguasa semesta, yang oleh kebesaran kasih-Nya bukan saja mencipta dan memelihara, tapi juga menyelamatkan umat-Nya dari hukuman kekal atas dosa kita melalui diri Allah sendiri yang turun ke dunia dalam Isa Al-Masih.
Kasih tanpa syarat adalah kebutuhan terbesar manusia, dan Nur Laila telah menemukan dan menikmatinya dalam Isa Al-Masih, Allah semesta alam. Bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda mengenal Tuhan Anda? Jika Allah Anda tidak bersedia mengorbankan diri-Nya bagi keselamatan Anda, sejatinya “ia” bukan pencipta Anda karena “ia” tidak dapat membuktikan kasihnya kepada makhluk ciptaannya sendiri.
~
Yuli
~
Bagaimana mungkin kalian menyembah Isa sedangkan nabi isa menyembah Allah? Coba pikirkan.
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: ‘Hai ‘Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: ‘Jadikanlah aku dan ibuku, (sebagai) dua orang Ilah selain Allah’. ‘Isa menjawab: ‘Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahui apa yang ada pada diriku, dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib” “Aku (Isa) tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu: ‘Sembahlah Allah, Rabb-ku dan Rabb-mu’, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu” (Qs 5:117).
~
Sdr. Luna Haira,
Dua ayat Al-Quran yang Anda kutipkan di atas menjadi bukti nyata betapa Muhammad, nabi Anda telah salah persepsi terhadap firman Tuhan dalam Injil yang telah ditulis enam abad sebelumnya.
Injil tidak satupun mencatat bila Maryam (ibunda Isa) adalah salah satu bagian dari Allah Tritunggal. Sebaliknya, Alkitab mencatat bahwa Allah esa yang Tritunggal itu adalah Bapa, Putra (Yesus/Isa), dan Roh Kudus (baca Injil Matius 28:19).
Maka, silakan Anda pikirkan ulang, manakah kitab yang lebih shahih untuk dipercaya kebenarannya: Injil yang ditulis oleh para murid Yesus sebagai saksi mata dan ditulis di abad yang sama saat Yesus hidup di dunia, atau Al-Quran yang baru ditulis enam abad kemudian, tentu bukan oleh saksi mata kejadian. Kiranya Allah menuntun hati dan pikiran Anda menemukan kebenaran-Nya.
~
Yuli
~
Untuk Sdr. Damianus,
Pokok doa Anda dapat Anda kirimkan melalui email ke: . Tim doa kami akan melayani Anda.
Terimakasih.
~
Yuli
~
Jika anda meyakini Isa Al-Masih adalah Tuhan,
mohonlah padanya agar hadir dalam mimpi
Anda dan tanyakan padanya apakah dia Tuhan yang esa, ataukah hanya utusan-Nya.
Jika hal itu terjadi, ceritakan kepada kami sambil bersumpah. Apabila Anda berdusta, Anda siap dilaknat Allah yang Maha Kuasa.
Terang dunia? Matahari juga menerangi dunia, tapi bukan berarti Tuhan.
~
Sdr. El Yones,
Jika Anda juga penasaran siapakah sebenarnya Isa Al-Masih, mengapa Anda tidak mencari sendiri jawabannya? Mengapa harus menyuruh orang lain? Untuk pencarian kebenaran sejati, waktu yang Anda investasikan tidak akan berlalu sia-sia karena berdampak kekal bagi kehidupan Anda kelak.
Bukankah Alkitab yang berisi firman Allah menjelaskan siapa Dia jika Anda bersedia membacanya? Iman bukan melulu perkara supranatural. Allah adalah Pencipta baik yang kasat maupun tidak kasat mata. Maka, kebenaran dari Allah pun bisa dibuktikan secara empiris. Catatan dan bukti sejarah di luar Alkitab turut mengkonfirmasi setiap detail yang tercantum dalam Alkitab. Silakan Anda buktikan.
Saudaraku, matahari di galaksi kita (Bimasakti) punya keterbatasan. Sinarnya hanya dapat dinikmati oleh planet-planet di sekitarnya, namun tidak cukup kuat menjangkau galaksi lain. Isa Al-Masih bukan saja Terang dunia, bahkan Ia adalah Sang Firman, Pencipta semesta (Injil Yohanes 1:1-3). Secara rohani, Isa sebagai “Terang dunia” sangat dibutuhkan bagi kita yang hidup oleh gelapnya dosa. Hanya Allah Sang Terang yang datang ke dunia dalam diri Isa Al-Masih yang sanggup mengusir kegelapan dosa kita. Apakah Anda tidak membutuhkan-Nya?
~
Yuli
~
“Katakanlah: ‘Hai orang-orang kafir!,”aku tidak akan menyembah, apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah, Ilah yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah, apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah, Ilah yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku” (Qs 109:1-6).
Silakan tanya pada hati masing-masing dan perbaiki mulai dari diri sendri terlebih dahulu.
~
Sdr. Ust,
Terimakasih untuk saran yang Anda berikan bagi kita semua.
Berkait dengan Qs 109:1-6 yang Anda kutipkan, bagi siapakah ayat tersebut Anda tujukan? Siapa yang Anda sebut kafir? Apakah Anda yakin bila kepada siapa Anda menyebutnya “kafir”, Allah semesta alam juga berpendapat sama dengan Anda?
Dapatkah Anda bagikan di sini, seberapa jauh Anda mengenal siapa Ilah yang Anda sembah? Apakah Ia sungguh mengasihi Anda? Apakah Illah Anda menghendaki Anda selamat di akhirat kelak? Apakah Ia menyediakan jaminan keselamatan bagi Anda yang menyembah-Nya? Jika ya, seperti apakah bentuk jaminan-Nya tsb?
~
Yuli
~
Ayah saya seorang Nasrani dan ibu seorang Islam. Semua ajaran agama yang turun dari Allah itu pada hakekatnya baik bagi kita. Kitab turun sesuai zamannya. Hanya kita sebagai manusia yang memiliki penafsiran bermacam-macam. Kembali kepada kepribadian kita, ini yang semua umat diuji tidak terkecuali, yaitu iman.
~
Sdri. Putrii,
Terimakasih telah bersedia bergabung di forum diskusi kami.
Berkait dengan keluarga Anda, apakah ayah Anda memiliki Alkitab? Jika ya, tidak ada salahnya bila Anda membacanya. Sebab apa yang dimaksudkan Al-Quran tentang kitab sebelumnya yaitu Taurat, Zabur, dan Injil, semua ada dalam Alkitab. Bahkan, Al-Quran sendiri menyarankan nabi Anda demikian: “Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan, tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah, kepada orang-orang yang membaca kitab, sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu, dari Rabb-mu, sebab itu, janganlah sekali-kali, kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu” (Qs10:94). Maka tidak ada alasan bagi setiap Muslim untuk enggan membaca Taurat, Zabur, dan Injil langsung dari sumbernya, bukan?
~
Yuli
~
Sejauh saya memeluk agama Islam sampai saat ini, yang ada di pikiran saya adalah kedamaian dan cahaya, bukan ancaman ketakutan dramatis yang diceritakan oleh Nur Laila. Yang paling netral diajarkan oleh orang tua saya adalah norma kehidupan dan etika. Memang benar, mengapa di Islam ada larangan? Bahwasannya hal itu menghindarkan kita dari celaka dunia atau yang berdampak negatif pada kita. Nah, itulah kebesaran kasih Allah yang menjaga umat-Nya.
Ayo jaga silaturahmi, tetap saling mendoakan yang baik.
~
Sdri. Putrii,
Baik sekali apa yang Anda sarankan untuk tetap menjaga silaturahmi di tengah keanekaragaman. Kami sangat menyetujuinya.
Ohya, Sdri. Putrii, apakah Anda pernah merasakan indahnya “dicintai tanpa syarat”? Bila kekasih mencintai Anda karena Anda cantik atau baik hati, tentu hal ini tidak bisa dikategorikan cinta tanpa syarat. Cinta tanpa syarat terbukti saat cinta itu tetap tercurah bagi kita sekalipun kita benar-benar tidak layak menerimanya karena kita telah sangat mengecewakan dan mengkhianati orang yang mengasihi kita.
Nah, bagaimana dengan Allah? Apakah Anda sudah membuktikan dan mengalami cinta-Nya yang tanpa syarat? Apakah Anda yakin Allah pasti memberikan sorga bagi Anda saat amal ibadah Anda lebih kecil daripada dosa yang Anda kerjakan? Bukankah kita sering lalai bila tindakan kecil itu dosa seperti mencontek di kelas, berkata tidak jujur, mengumpat, bahkan sekedar berprasangka buruk terhadap orang lain? Bukankah semua dosa itu membuat bobot amal kita semakin tidak berarti?
~
Yuli
~
Dalam agama saya Islam, nabi Isa itu satu-satunya nabi yang hidup sampai saat ini. Nanti pada akhir jaman akan turun untuk memberikan kebenaran.
Ada baiknya kita memperbaiki kebaikan kita sesuai yang kita imani saja. Apapun pilihan kita, itulah yang akan menjadi konsekuensi kita nanti setelah nabi Isa turun lagi ke bumi. Walaupun entah saya atau Anda atau yang lainnya salah melangkah, setidaknya kita memiliki amal baik yang akan menolong kita, sebab Allah itu sebaik-baiknya Pemberi maaf. Tapi selagi kita tidak menyembah berhala atau setan. Allah itu hanya satu. Nabi itu diberi mukjizat lebih dan nabi selalu taat dan berdoa kepada Allah.
Saya selalu mendoakan kebaikan dunia akhirat untuk semuanya.
~
Sdri. Putrii,
Benar sekali apa yang Anda sampaikan. Hanya nabi Isa yang hidup sampai saat ini. Semua nabi lain sudah meninggal.
Tidakkah Anda heran, mengapa nabi Isa masih hidup? Bila sejarah mencatat kelahiran Isa sekitar tahun 1 Masehi, tidakkah kini umurnya sudah lebih dari 2000 tahun? Berapa pula umur Isa hingga akhir zaman kelak? Sungguhkah Isa manusia biasa?
Bukankah kedatangan Isa di akhir zaman menjadi Hakim yang adil bagi semua manusia? Mengapa bukan Allah sendiri yang menjadi hakimnya? Bukankah hanya Allah saja satu-satunya yang Maha Adil? Jika penghakiman Isa tidak Maha Adil, tentu Allah tidak mungkin menunjuk Isa sebagai Hakimnya, bukan? Jadi, siapakah sebenarnya Isa? Artikel berikut menjelaskannya lebih rinci: http://tinyurl.com/jn36j49.
~
Yuli
~
Tunggulah datangnya hari kiamat. Maka saat itu semuanya akan jelas. Agama Islam yang mulia dan Kristen tidak perlu membenarkan satu sama lain. Agama kita Islam yang mulia bahkan tidak memaksakan kehendak masing-masing agama, dan yang terpenting, bagimu agamamu dan bagiku agamaku.
~
Sdr. Ainun,
Jika harus menunggu kiamat, apakah Anda benar-benar yakin pilihan hidup Anda tepat sehingga Anda pasti masuk sorga? Adakah ayat Al-Quran yang mendasari kepastian keselamatan Anda tsb?
Enam abad sebelum nabi Anda lahir, Allah di dalam Isa Al-Masih telah berfirman: “Akulah [Isa Al-Masih] jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil Yohanes 14:6). Keputusan untuk menerima atau menolak karya keselamatan Isa Al-Masih hanya terbuka saat tubuh kita masih bernyawa. Sebaliknya, saat ajal menjemput, tidak ada lagi kesempatan kedua. Yang ada hanya konsekuensi akhir atas keputusan yang telah kita ambil: sorga bersama Isa Al-Masih, atau neraka tanpa Isa Al-Masih.
~
Yuli
~
Kita tunggu saja nanti buktinya. Nabi Isa A.S. turun ke bumi kelak hanya untuk membunuh dajjal saja. Kalau masalah dosa ya ditanggung sendirii-sendiri. Mana ada dosa ditebus di tiang salib? Enak sekali sesederhana itu menjadi orang yang suci tanpa dosa! Kalau begitu saya mau berbuat dosa terus karena sudah ditebus Yesus di tiang salib.
~
Sdr. Muhammad Rasulku,
Keselamatan tidak akan Allah berikan kepada orang yang memandang ringan dosa dan meremehkan kasih Allah. Keselamatan justru diterima oleh orang-orang yang sungguh menyesali keberdosaannya dan ketidakberdayaannya melawan dosa. Mereka inilah yang dengan penuh iman menyerahkan hidupnya untuk diselamatkan Isa Al-Masih sehingga pengampunan dosa dan keselamatan yang diterimanya memampukan mereka untuk menang atas dosa.
Isa Al-Masih menebus hidup orang-orang berdosa yang beriman kepada-Nya dengan cara menggantikan hukuman kekal mereka lewat kematian-Nya disalib. Jadi, jika kita tidak bersedia digantikan oleh Isa Al-Masih, kita harus menanggung sendiri hukuman kekal di neraka: “Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah [Isa Al-Masih]” (Injil Yohanes 3:18).
Nah Saudaraku, sudah siapkah Anda dengan kehidupan akhirat Anda kelak?
~
Yuli