Sebagai seorang muda, saya membaca Al-Quran dan sholat secara teratur. Juga saya mempercayai, apa yang diajarkan orang tua saya mengenai Muhammad. Namun kemudian saya mulai mempertanyakan, benarkah apa yang telah saya pelajari tentang Isa Al-Masih. Apakah percaya jalan Isa itu merupakan jalan yang benar?
Menyelidiki Isa Al-Masih
Saya bertemu dengan seorang teman di universitas. Dia mempelajari kehidupan Isa Al-Masih dan Injil. Darinya, saya mendapat pengertian baru bahwa Injil adalah dokumen yang sangat dapat dipercaya.
Injil menjelaskan banyak hal yang belum pernah saya pelajari. Pertama, Isa adalah jalan kepada Allah. Saya harus mendengarkan apa yang Isa katakan mengenai kehidupan-Nya. Ia berkata bahwa Dia akan menanggung hukuman atas dosa-dosa saya, agar saya dapat ke sorga.
Menanggung Sendiri Dosa di Hari Penghakiman
Awalnya saya tidak percaya jalan Isa akan hal ini. Saya percaya, bahwa saya akan menanggung sendiri dosa-dosa saya. Saya akan berdiri di hadapan Allah tanpa seorang pembela.
Dari yang kami pelajari, Injil mengatakan bahwa Isa dipaku di atas kayu salib. Ia benar-benar mati di atas kayu salib dan bangkit dari kematian. Injil mengatakan, “Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.’ Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya” (Injil, Rasul Lukas 23:46).
Tentu hal ini bertentangan dengan apa yang kami percayai dari Al-Quran.
Injil Dokumen Terpercaya
Orang tua saya selalu mengajarkan bahwa Injil tidak dapat dipercaya. Injil tidak murni lagi. Injil sudah banyak berubah ketika diterjemahkan. Tetapi, ketika saya mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, saya menemukan bahwa terdapat ribuan salinan kuno dari Kitab Injil. Injil yang saya baca isinya sama dengan apa yang tertulis ribuan tahun lalu, ketika pertama kali ditulis.
Injil menunjukkan kepada saya sebuah gambaran Isa Al-Masih yang tidak saya dapatkan dari Al-Quran atau hadist.
Siapa Isa Al-Masih?
Ketika saya menyadari hal ini, saya mulai bertanya, “Allah, maukah Engkau menyatakan siapa diri-Mu? Siapa Isa Al-Masih?” Saya ingin mengetahui siapa yang harus saya ikuti.
Saat saya berseru kepada Allah, Ia mulai memperlihatkan kebenaran kepada saya melalui mimpi-mimpi dan penglihatan-penglihatan. Perlahan-lahan Ia membawa saya untuk mempercayai, percaya jalan Isa Al-Masih adalah jalan yang benar. Saya harus mempercayai-Nya untuk pengampunan dosa-dosa saya.
Tahun 2005, saya memberikan hidup saya kepada Isa. Sejak saat itu saya telah dipenuhi oleh damai dan sukacita. Sekarang saya pergi untuk membagikan sukacita dan damai itu. Saya menjelaskan kepada setiap orang yang mau mendengar, apa artinya bebas dari dosa dan ketakutan atas neraka.
Isa memproklamirkan, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut saudara, apa yang membuat ia mempercayai Injil?
- Bagaimana ia meyakini bahwa mengikut Isa Al-Masih adalah benar?
- Setujukah saudara dengan pernyataannya bahwa Isa benar-benar wafat disalib? Mengapa?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami merasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Kisah Seorang Muslim Yang Percaya Jalan Isa”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
syahril mengatakan
~
Ibu Daniar itulah salah satu ayat Injil yang telah diubah oleh pendahulu anda. Coba anda berfikir logika karena anda selalu berbicara logika. Siapakah yang menurunkan ayat tersebut dan pada siapa Dia dibuktikan. Apakah nabi Isa as. Bukankah nabi Isa pada waktu itu telah disalib menurut anda dan mati. Apakah sebelum Dia mati Dia berteriak.
Sedangkan dalam Islam justru nabi Isa diselamatkan tidak dibiarkan oleh Allah. Jika memang diturunkan ke nabi Isa as sebelum terjadi penyaliban mengapa justru Dia membiarkan hal itu terjadi. Bukankah penyaliban itu malah akan membuat dakwahnya terhenti saat itu.
staff mengatakan
~
Saudara Syahril,
Sepertinya saudara juga tertarik membahas hal itu. Silakan diskusikan di sini tinyurl.com/cogqxrh atau di . Terima kasih atas perhatiannya. Sehingga kita dapat fokus pada topik di atas.
Sepertinya Sdr. Syahril masih belum jelas bagaimana datangnya Kitab Suci Injil. Untuk itu silakan membaca penjelasan kami dan mendiskusikannya di link ini: http://tinyurl.com/amukhjt.
Sdr. Syahril benar, Isa Al-Masih mati dikayu salib. Aneh bukan, bila kitab yang baru muncul beberapa abad kemudian isinya menyangkali peristiwa itu? Saudara dapat beralih ke link ini http://tinyurl.com/827b7k3 untuk penjelasan selengkapnya.
Kami memberikan beberapa link karena di sana terdapat penjelasan-penjelasan kami. Tidak cukup satu kolom bila kami tulis di sini. Kiranya penjelasan-penjelasan kami dapat menambah pemahaman Sdr. Syahril.
~
Daniar
syahril mengatakan
~
Begini staf. Yang manakah agama yang menjadi juru penyelamat dan maha pengasih.
Dalam Islam Allah swt jelas-jelas telah menyelamatkan nabi Isa as. Nabi yang anda kagumi dari perbuatan hina manusia dan mengangkat nabi Isa as ke tempat terindah dan suci. Dan Beliau masih hidup. Mengapa justru anda mengimani beliau yang disalib dan menderita.
Coba anda pilih. Mengimani Isa as dalam kondisi bahagia di atas langit. Karena keagungan dan kebesaran Allah. Atau mengimani Isa as dalam kondisi disalib dan menderita hingga akhir zaman. Seandainya saya umatnya nabi Isa yang taat maka saya akan marah kepada Allah sebab Beliau membiarkan hamba terbaiknya menderita disalib. Dan sampai sekarang terus diabadikan oleh umat-Nya dalam posisi patung disalib.
staff mengatakan
~
Saudara Syahril,
Agama tidak dapat mengampuni dosa dan tidak dapat menyelamatkan. Kiranya kita semua dapat mengenal Sang Juruselamat yaitu Isa Al-Masih, dan mengalami pertolongan penyelamatan Isa Al-Masih.
Iman yang menyelamatkan adalah yang mempercayakan keselamatannya kepada Sang Juruselamat yang telah menjalani hukuman dosa kita di atas kayu salib untuk membawa kita ke sorga. Dan hidup dalam kebenaran-Nya.
Sdr. Syahril, peristiwa kematian Isa Al-Masih di atas kayu salib adalah merupakan rencana Allah bagi umat manusia, yakni untuk memberikan jalan keselamatan bagi kita. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal [Isa Al-Masih], supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:16).
~
Daniar
Netral mengatakan
~
Untuk Nasrani,
Ajaran kalian selalu menggunakan kata “rohaniah” dan “hati”. Pertanyaan: Dimana sifat rohaniah di dalam iman kalian, ketika kalian hanya percaya kepada Tuhan yang bersifat jasmaniah (kedagingan) dan bisa dilihat secara fisik (Yesus Kristus)?
Mengapa kalian tidak percaya kepada Tuhan yang tidak terlihat, tidak bersifat jasmaniah (kedagingan) karena Ia bersifat rohaniah dan hanya dilihat melalui mata hati (Allah)?
staff mengatakan
~
Saudaraku Netral,
Mari kaji ulang argumentasi Anda tentang makna rohaniah.
Dalam Injil, Yesus bersabda: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
Bagaimana Anda memaknai kata “jalan” untuk datang kepada Bapa, “kebenaran”, dan “hidup”, hanya secara jasmaniah? Sudahkah mata jasmani Anda melihat Bapa? Bagaimana indra jasmani Anda memaknai kebenaran? Bagaimana pula Anda mengartikan kata “hidup” hanya dari sisi jasmaniah?
Sdr. Netral, “jalan kepada Bapa” bersifat abstrak, tak dapat dipahami indra Anda yang tak pernah melihat Bapa. Maka, hanya mata rohani saja yang menjangkaunya. Demikian pula dengan kebenaran. Indrawi Anda tak memahaminya tanpa campur tangan nurani & moralitas. Jika “hidup” hanya dimaknai secara jasmaniah, maka yang bernapas & bergerak disebut hidup. Ini dibahas dalam buku-buku biologi. Tapi Injil melampaui hal itu. “Hidup” dimaksudkan sebagai keabadian roh yang selamat dari murka kekal (neraka), yakni hidup sentosa bersama Allah Bapa di sorga. Inilah dasar iman rohaniah kami kepada Yesus Kristus.
Sebaliknya, bagaimana dengan keyakinan Anda? Jika Anda memaknai Allah sebagai dzat rohaniah yang tak kasat mata, mengapa ajaranya justru berbau jasmaniah saja (mencium hajr aswad, poligami di dunia & di sorga, sholat dengan kiblat ke ka’bah, mengikuti semua teladan jasmaniah Muhammad)?
~
Yuli
yohanes mengatakan
~
Untuk Muslim,
“Selama Aku [Isa Al-Masih] bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci” (Injil Yohanes 17:12)
Seharusnya ayat ini jelas sekali Yesus adalah Allah.
staff mengatakan
~
Sdr. Yohanes,
Apa yang Anda sampaikan benar. Ayat Injil Yohanes 17:12 adalah doa Isa Al-Masih kepada Bapa-Nya untuk murid-murid-Nya. Doa ini adalah komunikasi internal yang akrab dari Allah Tritunggal di mana Yesus sebagai Pribadi Kedua adalah Kalimat Allah yang berkenan hadir ke dunia untuk menjalankan misi keselamatan Allah atas manusia berdosa. Ia berdialog dengan Bapa-Nya mengenai keselamatan dan perlindungan Allah bagi murid-murid-Nya.
Dengan demikian, nyata bahwa Yesus adalah bagian dari Allah Tritunggal. Pokok bahasan mengenai Allah Tritunggal dapat rekan-rekan pahami melalui artikel berikut: http://tinyurl.com/q6z977d.
~
Yuli
yohanes mengatakan
~
Untuk Muslim,
Kalau memang Muslim wajib mengimani Injil dan Taurat, seharusnya Anda menyelidiki kitab Saudara sendiri. Kitab Injil adalah bagian dari Alkitab yang ada pada umat Nasrani, bukan berita yang mirip tapi tidak sama seperti halnya dalam Al-Quran. Jika tidak mau belajar Injil dari Alkitab, namanya iman yang setengah-setengah meski tpi banyak yang bersikukuh cukup belajar Injil dalam Al-Quran. Itu salah kaprah.
Injil tetaplah injil. Al-Quran beda lagi. Jika menemukan ayat yang bertolak belakang dengan Injil, seharusnya Anda selidiki lebih jauh, apa naksud, alasan, dan penyebabnya.
Yesus selalu berkhotbah menggunakan ayat-ayat Taurat. Bagaimana dengan Muhammad? Apakah pernah berkhotbah menggunakan ayat Taurat dan Injil? Kenyataannya, alur cerita Taurat malah banyak berubah. Sebagai contoh, Ishak yang dikorbankan malah dirubah menjadi Ismail.
staff mengatakan
~
Sdr. Yohanes,
Terimakasih untuk komentar Anda.
Anda benar. Al-Quran tidak berisi Taurat & Injil, apalagi menyempurnakannya. Makna “penyempurnaan” yang Muslim pahami ada dua, yaitu merevisi dan mengembalikan keaslian Taurat dan Injil yang mereka anggap palsu.
Pertanyaan penting:
Jika Allah yang berfirman dalam Taurat & Injil itu Maha Benar, apakah kedua kitab-Nya tidak benar sehingga perlu revisi? Jika Allah Maha Kuasa, tidakkah Ia sanggup menjaga keaslian firman-Nya?
Al-Quran menuliskan: “Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?” (Qs 2:106)
Apakah sifat kemahakuasaan Allah mengabaikan kemahabenaran-Nya dengan menasakhkan (membatalkan) firman-Nya sendiri? Maka benar yang disarankan Sdr. Yohanes. Mari, pelajari Injil langsung dari Alkitab. Di sanalah firman Allah sejati tertulis.
~
Yuli
yohanes mengatakan
~
Bukan org Hindu atau Budha, bukan juga Konghucu yang dengan keras menolak Yesus sebagai Juruselamat, tapi Muslim yang menolak dan itu sudah dinubuatkan Yesus sebelum Islam ada.
Maka sadarlah hai umat Muslim, Anda sedang diuji Allah lewat Al-Quran. Seharusnya Muslim belajar dari Yahudi yang menolak Yesus sebagai Anak Allah dan Mesias karena dianggap menghujat/menghina Allah. Umat Muslim sedang diperalat orang Arab yang syirik dengan Yahudi dan Nasrani lewat Al-Quran.
staff mengatakan
~
Sdr. Yohanes,
Terimakasih untuk komentar Anda. Ada satu konsep yang perlu diluruskan karena tidak sejalan dengan prinsip firman Allah di dalam Alkitab:
“…hai umat Muslim, Anda sedang diuji Allah lewat Al-Quran…”
Konsep ini tidak tepat. Mari simak ayat Alkitab berikut:
“Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: “Pencobaan ini datang dari Allah!” Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. “ (Injil, Surat Yakobus 1:13-14)
Allah yang Maha Benar tidak mungkin memberikan yang jahat kepada kita, apalagi yang menyesatkan dan membinasakan. Pencobaan berasal dari keinginan manusia. Ingat, sejak Adam dan Hawa, dosa telah menjadi tabiat semua generasi.
Ayat-ayat di luar Alkitab firman Allah selalu berporos pada “egosentrisme manusia”, bukan berpusat pada Allah. Tabiat dosa mendorong kita memberontak, bahkan ingin sama seperti Allah. Qs 3:179 adalah satu dari banyak contoh ayat yang menyejajarkan kedudukan “Allah dan rasul-Nya” yang wajib diimani setiap Muslim. Sebaliknya, tidak ada ayat Alkitab yang mencatat perkataan nabi-nabi Allah memerintahkan umat untuk beriman kepada Allah sekaligus kepadanya.
~
Yuli
dnk mengatakan
~
Kepada saudar-saudara Muslim. Apakah Anda pernah mengenal seseorang secara sempurna luar dalam? Apakah Saudara yakin akan hal itu? Orang yang sudah berkelurga pun bisa cerai karena suami dan istri tidak mampu memahami satu sama lain dengan sempurna karena keterbatasan.
Manusia terhadap manusia tidak mampu memahami secara sempurna padahal mereka sederajat. Bagaimana dengah Allah yang sudah jelas derajat-Nya jauh melebihi kita manusia? Jadi, sangat tidak mungkin kita mampu memahaminya.
Terkadang Allah “membocorkan” sedikit tentang rencana-Nya yang sempurna kepada hamba-Nya lewat mimpi dan penglihatan. Namun sayang, hanya sebagian dari kita saja yang peka terhadap hal itu. Marilah kita memohon hikmat kepada-Nya sehingga kita menjadi peka.
staff mengatakan
~
Terimakasih Sdr. DNK atas saran yang Anda berikan, khususnya bagi rekan-rekan yang rindu bertemu dan hidup dalam kebenaran sejati dari Allah. Karena hanya kebenaran sejati dari Allah-lah yang membebaskan dan menyelamatkan: “… kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:32).
Kiranya apa yang Anda sampaikan menjadi bahan perenungan yang bermanfaat bagi kita untuk melangkah.
~
Yuli
numpwng tanya mengatakan
~
Kepada semua Muslim,
Tolong dijelaskan isi Al-Quran dalam Qs 43:61 dan 63 serta Qs 4:171.
staff mengatakan
~
Sdr. Numpwng Tanya
Kiranya dengan membaca dan mempelajari 3 ayat yang Anda pertanyakan, rekan-rekan semua dapat dibukakan pengertiannya terhadap kebenaran Isa, yakni Firman Allah yang menjadi Manusia demi menyelamatkan kita dari hukuman kekal dosa.
~
Yuli
Jagung bakar mengatakan
~
Untuk Yohanes,
“Selama Aku [Isa Al-Masih] bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci” (Injil Yohanes 17:12).
Coba tafsirkan dan artikan dengan baik, dimaknakan hari itu selagi Isa As ada dan hari ini ketika dia sudah tidak ada lagi.
staff mengatakan
~
Sdr. Jagung Bakar,
Agar Anda tidak salah tafsir, apalagi dengan memasukkan versi Al-Quran ke dalam Injil sehingga makna yang Anda peroleh sama sekali berubah, ada baiknya Anda baca dulu komentar kami kepada Sdr. Yohanes di atas (# Staff Isa Islam dan Kaum Wanita 2015-06-16 09:55). Saran kami, janganlah menggunakan metode “membaca Al-Quran” untuk Anda terapkan pada Injil. Sebab dalam Injil, ayat demi ayat saling berkaitan sehingga konteks ceritanya jelas. Untuk itu, bacalah Injil Yohanes 17 mulai ayat 1 s/d 26.
Ohya Sdr. Jagung Bakar. Bukankah Al-Quran sendiri mengakui bila Isa Al-Masih saat ini masih hidup dan kembali kepada Allah, dan kelak di hari kiamat Ia akan datang lagi? Nah, tentu keberadaan Isa berbeda dengan nabi Anda yang sudah wafat di abad 6 Masehi, bukan? Apalagi Al-Quran pun tidak mencatat bila Muhammad akan bangkit lagi. Dengan demikian, nyata bahwa berbeda dengan Muhammad yang sudah wafat, Isa Al-Masih hidup abadi, bukan? Jadi, bagaimana mungkin Anda katakan Isa sudah tidak ada lagi? Untuk membuka wawasan Anda, mari perhatikan sabda Isa Al-Masih yang menunjukkan kekekalan-Nya sekaligus pemeliharaan aktif-Nya kepada para pengikut-Nya:
“… Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Injil Matius 28:20).
~
Yuli
Jagung bakar mengatakan
~
Nah, begitu juga kiranya buat saudara. Tolong jangan dipotong-potong ayat suci Al-Quran hanya untuk kepentingan misi Anda. Tolong baca referensi dari kitab Al-Quran sebaik-baiknya karena cara Anda mengartikan Al-Quran saya yakin bukan dari bacaan Anda, tapi Anda kutip dari internet.
Dan satu lagi, di situ saya mengambil kutipan ayat dari saudara Anda yang berkomentar di blog Anda ini. Jadi siapa yang salah? Dan juga saya rasa saya tidak mencoba menafsirkan Injil Anda dengan menggunakan tafsir Al-Quran sebab saya tahu sejauh mana pengetahuan Anda tentang Al-Quran.
Saya hanya menafsirkan memakai cara saya dengan bahasa Indonesia dan menurut bahasa yang tertulis di situ. Pikirkan.
staff mengatakan
~
Sdr. Jagung Bakar,
Amat disayangkan bila Anda yang mengesankan diri paham Al-Quran tidak bersedia memberikan klarifikasi tentang ayat-ayat Al-Quran yang Anda anggap telah kami salahtafsirkan. Padahal, justru di forum diskusi ini, Anda diberikan kebebasan untuk mengklarifikasikannya dengan dasar yang sahih, logis, dan dapat dibuktikan kebenarannya. Ini pun selalu kami kerjakan dalam setiap artikel maupun komentar kami.
Saudaraku, untuk menuduh orang lain salah itu mudah. Namun untuk mengklarifikasikan di mana letak kesalahannya adalah tanggungjawab melekat yang seharusnya dikerjakan si penuduh. Ohya, bukankah tujuan Anda berpartisipasi dalam diskusi ini antara lain ingin meluruskan apa yang selama ini Anda anggap keliru? Maka, tidak ada salahnya bukan, bila Anda membagikannya dengan semangat syiar? Bukankah syiar sangat dianjurkan dalam ajaran Anda?
~
Yuli
ary widodo mengatakan
~
Yang membuat dia (yang bercerita) mempercayai
Injil yang dibacanya adalah kesalahpahamannya terhadap Injil itu sendiri. Pun demikian ketika mempelajari Al-Quran dan Hadits, dia belum mengerti betul makna dan maksudnya. Sehingga dia terjebak dalam kekeliruannya.
Dia mudah sekali percaya dengan bisikan-bisikan dari mimpinya yang bisa jadi adalah bisikan jahat dari musuh manusia itu sendiri, yaitu iblis.
staff mengatakan
~
Sdr. Ary Widodo,
Terimakasih untuk kesediaan Anda menyimak kesaksian pribadi dari seorang Muslim yang menemukan anugerah keselamatan Allah dalam Isa Al-Masih.
Saudaraku, apa yang membuat Anda berkesimpulan bila orang yang bersaksi dalam artikel di atas telah salah paham terhadap Injil, Hadits, maupun Al-Quran? Fakta apa yang mengindikasikannya?
Sudah sepatutnya seorang Muslim seperti Anda mempelajari Al-Quran dan Hadits. Tapi bagaimana dengan Injil, apakah Anda juga sudah membaca dan mempelajarinya sehingga bisa memberikan penilaian perbandingan diantara ketiganya dengan akurat?
Al-Quran dan Hadits terbit enam abad setelah Injil. Maka saat keduanya membicarakan isi Injil, bukankah seharusnya kita pun membaca Injil agar bisa membandingkan dan menilai, benarkah apa yang disampaikan Al-Quran dan Hadits sesuai dengan fakta Injil? Nah, orang yang bersaksi di atas sudah benar-benar mempelajari ketiganya (Al-Quran, Hadits, Injil). Justru dari sanalah ia menemukan isi Injil sungguh berbeda dengan apa yang disampaikan Al-Quran dan Hadits selama ini.
Untuk itu Saudaraku, bila kebenaran sejati menjadi prioritas hidup Anda, kami undang Anda membuktikan sendiri apa yang ditemukan oleh rekan Muslim yang telah bersaksi tsb. Yakni membaca dan mempelajari kitab Injil serta catatan sejarah dan bukti-bukti arkeologis yang menyertainya. Sebagaimana kemahamurahan Allah menjawab doa sang penyaksi: ““Allah, maukah Engkau menyatakan siapa diri-Mu? Siapa Isa Al-Masih?”, kiranya sikap hati yang demikian juga menjadi landasan Anda mempelajari Injil, Firman Allah.
~
Yuli
Ruki mengatakan
~
Bagi Saudara Muslim, perkuat iman Islam kita. Setan itu tahu mana yang benar, mana yang salah. Tapi setan tidak takut kepada Alloh, malah mengajak ke jalan yang sesat.
Kalau umat Islam dianggap sesat, tentunya setan tidak akan menghalang-halangi kita untuk beribadat. Jadi untuk apa setan berlelah-lelah mengajak sesat pada manusia yang sudah sesat?
staff mengatakan
~
Sdr. Ruki,
Terimakasih untuk kesediaan Anda menuliskan komentar di sini.
Menanggapi apa yang Anda sampaikan, apakah Anda sudah benar-benar yakin berada di jalan yang benar sehingga menganggap sesat semua hal yang bertentangan dengan apa yang Anda pegang? Atas dasar apa “kebenaran” tersebut dibangun? Bukankah kebenaran sejati dari Allah tidak pernah mengandung kebohongan, lulus uji terhadap bukti dan fakta, serta dapat dicerna akal sehat? Nah, sudahkah ketiga prinsip dasar kebenaran ini Anda ujikan?
Sosok dalam artikel di atas telah benar-benar menguji keyakinannya semula berdasarkan tiga prinsip tsb. Ia bersungguh hati mencari kebenaran Allah. Itu sebabnya Allah bermurah hati menunjukkan jalan kebenaran yang hanya tersedia di dalam Isa Al-Masih, Allah yang berkorban bagi keselamatan kita.
Kembali pada alur pikir Anda di atas, bagaimana dengan sikap bebal seorang anak yang tidak menghiraukan nasihat dan peringatan orang tuanya hanya karena ia merasa diri benar dalam keluguannya? Tentu Anda menilai apa yang dilakukan orangtua tsb adalah bentuk kasih sayangnya pada sang anak, bukan? Atau sebaliknya, akankah Anda menilai nasihat dan peringatan orangtua adalah “setan” yang menyesatkan si anak?
~
Yuli