Nama saya Nur Laila dari Malaysia. Saya dibesarkan dari keluarga Muslim yang taat dan patuh pada ajaran Islam. Sejak usia empat sampai tujuh tahun, kakek sudah mengajari saya mengaji. Saya tidak pernah lupa sholat. Setiap Senin hingga Kamis saya mendalami ajaran Islam.
Kasih Allah yang Bersyarat
Setelah tamat SMA saya melanjutkan pendidikan di Institut Pengajian Tinggi (IPT). Saya menguasai ajaran dan ilmu Islam.
Pikiran saya mulai terbuka saat mendalami dan menelaah ajaran Islam. Saya memikirkan tentang kasih sayang Allah SWT. Dalam Islam, kasih sayang Allah begitu terbatas dan bersyarat. Saya harus menaati dan melakukan aturan, agar layak mendapatkan kasih sayang Allah SWT.
Menyelidiki Pribadi Isa Al-Masih
Selesai menunaikan sholat, saya menangis hingga dada saya terasa sesak. Saya merasa sedih karena tidak dapat merasakan bagaimana kasih sayang Allah SWT. Dalam kesedihan, sayamenyalakan radio. Ternyata saya memutar radio Kristiani. Penyiar radio membacakan satu ayat suci yang terdapat dalam Injil, Rasul Besar Matius 11:28 “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”
Hati saya bertanya, benarkah ini jawaban yang saya cari? Sejak saat itu, hati saya gelisah. Pertanyaan mulai bermunculan. Siapakah Isa Al-Masih? Mengapa Dia dapat memberi kelegaan kepada manusia? Saya putuskan untuk berdoa. Dalam doa saya berkata, “Jika benar Isa Al-Masih adalah Allah, saya mohon tolonglah agar saya mengenal Engkau.”
Berkenalan dengan Orang Kristen
Tahun pertama di Universitas, saya berkenalan dengan orang Kristen. Mereka sering mengajak saya dalam sebuah perkumpulan. Satu kalimat yang menarik perhatian saya saat seseorang berkata “Isa Al-Masih mengasihi Anda.” Keingin-tahuan saya tentang Isa Al-Masih begitu kuat. Dalam hati saya berkata, jika memang Isa Al-Masih mengasihi saya, maka saya akan putuskan menjadi pengikut setia-Nya.
Meyakini Isa Al-Masih adalah Tuhan
Dua malam kemudian saya bermimpi. Saya melihat di depan pintu sebuah sinar yang begitu indah. Saya ingin memegang sinar itu, tetapi kaki saya tersangkut. Kemudian saya mendengar ibu berkata “Jangan mendekati sinar itu!” Lalu saya terbangun. Saya bingung dan tidak mengerti apa arti sinar indah itu.
Esoknya saya menceritakan mimpi tersebut kepada seorang teman Kristen. Ia menjelaskan arti mimpi itu dan menyarankan untuk mencari jawabannya dalam Injil. Saya menemukan jawabannya dalam Injil, Rasul Besar Yohanes 9:5 “Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.”
Ayat suci Alkitab tersebut menyadarkan saya. Isa Al-Masih adalah terang dunia. Hal ini membuat saya yakin dan percaya bahwa Isa Al-Masih adalah Tuhan. Dia adalah terang dunia dan saya putuskan untuk mengikuti jalan-Nya.
Saya mulai menyelidiki, meneliti bahkan mempelajari Injil setiap hari. Pemahaman dan pengenalan saya terhadap Isa Al-Masih semakin bertambah. Saya menyadari bahwa ajaran Al-Quran tentang Isa Al-Masih begitu kurang. Saat ini saya sudah menyerahkan hidup dan jiwa saya pada Isa Al-Masih.
Situasi Saya Sekarang
Awalnya saya merasa takut memberi tahu keluarga bahwa saya sudah percaya pada Isa Al-Masih. Jika mereka tahu, tentu mereka akan menganiaya saya. Saya terus berdoa agar Tuhan memberi saya hikmat. Saya harus kuat dalam iman kepada Isa Al-Masih, agar kelak keluarga saya dapat mengenal siapa Isa Al-Masih.
Dua tahun sudah saya percaya kepada Isa Al-Masih sebagai Tuhan dan penyelamat hidup saya. Saya pun sudah memberitahukan kepada orang tua saya. Walaupun pada awalnya mereka tidak setuju dengan keputusan saya, tetapi pada akhirnya mereka dapat menerima.
Saya berdoa agar suatu hari nanti keluarga yang saya kasihi dapat menyadari siapakah Tuhan Allah yang sebenarnya.
[Staf Isa dan Islam – Untuk informasi lebih lanjut, silakan mendaftar untuk menerima secara cuma-cuma Buletin Mingguan “Isa dan Al-Fatihah.”]
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut saudara bagaimana caranya agar saudara layak mendapatkan kasih sayang dari Allah? Jelaskan.
- Apa yang akan saudara lakukan jika saudara berjumpa dengan terang dunia dalam mimpi? Berikan tanggapan saudara.
- Mengapa wanita di atas begitu yakin dan berani mengambil keputusan untuk percaya kepada Isa Al-Masih sebagai Tuhan? Berikan tanggapan saudara.
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
Hamba Allah mengatakan
***
Bismillahirrohmanirrohim.
Saya akan menjawab pertanyaan nomor tiga. Sepertinya wanita yang bernama Laila ini imannya belum kuat, belum 100% percaya kepada Allah SWT. Setahu saya, Allah adalah Mahapengasih lagi Mahapenyayang. Semua umat di muka bumi ini Allah kasihi, Allah beri mereka rezeki tanpa pandang siapa atau apa pun agamanya. Itu semua Allah lakukan agar mereka bisa berpikir siapakah Tuhan yang sebenarnya, yang memberi mereka napas dan rezeki, yang mencipatkan alam semesta ini. Lalu jika mereka tetap tidak ingin tahu tentang Allah SWT dan agama yang paling sempurna (Islam), Allah pun telah menyeru bahwasanya “Untukmu agamamu dan untukku agamaku”.
staff mengatakan
***
Sdr. Hamba Allah,
Terimakasih untuk kesediaan Anda menanggapi salah satu pertanyaan fokus artikel.
Berbeda dengan Nur Laila yang menurut Anda belum beriman kuat (100% percaya) kepada Allah SWT, apa yang membuat Anda mengimani Allah SWT 100%? Seberapa jauh Anda mengenal sifat Maha Pengasih dan Penyayang? Apakah sekedar menciptakan semesta dan mengaruniakan rezeki duniawi kepada semua umat tanpa pandang bulu? Lalu, bagaimana dengan kebutuhan terpenting manusia, yakni masa depan akhirat kekalnya? Bukankah Qs 19:71 dan Qs 43:74 justru memastikan semua orang akan masuk neraka kekal akibat dosanya? Dengan demikian, apakah yang Anda imani menaruh belas kasih dan peduli dengan kebutuhan terpenting kita untuk selamat, sedangkan semua telah dipastikan kekal di neraka?
Hal inilah yang membuat Nur Laila, seorang muslimah yang sangat tekun belajar mengenal siapakah Allah sejati, justru tidak menemukan sifat Maha Pengasih dan Penyayang pada diri siapa yang Anda imani. Sebaliknya, justru dalam Isa Al-Masih ia menemukan kesempurnaan kasih Allah yang turun tangan menyelamatkan manusia dari hukuman neraka. Maka Saudaraku, mari pertanyakan pada diri sendiri, pertolongan seperti apakah yang telah Anda terima dari Allah SWT sehingga Anda memiliki kepastian selamat di akhirat kelak?
~
Yuli
MEDDY mengatakan
~
Kitab Injil banyak versi dan bertentangan isinya, baik surat maupun ayat karena buatan manusia. Beda dengan Al-Quran yang asli dan tidak ada pertentangan karena dari Allah.
staff mengatakan
~
Sdr. Meddy,
Apakah Anda sudah pernah membandingkannya sendiri, atau sekedar menyampaikan apa yang pernah Anda dengar dari orang lain? Apakah Anda sudah pernah membaca keseluruhan isi Injil? Sangat tidak bijak bila Anda sudah menyimpulkan tanpa pernah membacanya, bukan?
Atau sebaliknya, apakah Anda sendiri juga pernah mempelajari Al-Quran, kitab yang Anda imani? Yakin isinya tidak saling bertentangan? Bagaimana dengan contoh-contoh konkrit berikut:https://tinyurl.com/ycagb499?
~
Yuli
rudi mengatakan
~
Jadi apakah umat Kristiani berbuat baik dan melakukan kebaikan tidak menginginkan sorga juga? Jadi umat Kristiani bebas melakukan kejahatan dan natinya masuk sorga karena kebaikan dan pengorbanan Tuhan Yesus? Enak dong?
staff mengatakan
~
Sdr. Rudi,
Saat Anda memaafkan orang yang menyakiti Anda, tentu Anda berharap agar pemberian maaf dapat membuatnya menyadari, menyesali perbuatannya, dan belajar menjadi orang yang lebih baik, bukan? Begitu pula Allah. Ampunan dosa yang diberikan-Nya bertujuan agar kita kembali pada fitrah semula, yakni manusia mulia sebagaimana Sang Penciptanya adalah Maha Mulia.
Maka, menjadi logis saat seseorang menerima anugerah ampunan dosa dan keselamatan kekal (sorga), ia meninggalkan perbuatan-perbuatan dosanya sebagai bentuk pertobatan sekaligus rasa syukurnya atas anugerah yang seharusnya tidak layak ia terima. Sebaliknya, terus berkubang dalam dosa menandakan ia menyepelekan/memandang remeh pengampunan Allah yang begitu mahal (hingga Allah mengorbankan diri-Nya sendiri untuk melunasi hukuman dosa manusia). Jika anugerah pengampunan dosa dan keselamatan kekal diibaratkan sebagai sebuah berlian, akankah Anda berikan kepada orang yang menganggapnya sampah?
~
Yuli
rudi mengatakan
~
Ayat apa, ya?
staff mengatakan
~
Sdr. Rudi,
Berikut kami sertakan ulang dua link artikel yang memuat pernyataan keilahian Isa Al-Masih dalam ayat-ayat Alkitab dan Al-Quran:
– https://tinyurl.com/yb4oadtc
– https://tinyurl.com/y7t8tfrk
Silakan Anda buka link dan simak isi artikelnya.
~
Yuli
rudi mengatakan
~
Saya kutip ya, pernyataannya: “Akulah [Isa Al-Masih] jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”[/b].
Saya ulang: “… tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”. Jadi, siapakah Bapa dan siapakah Isa?
staff mengatakan
~
Sdr. Rudi,
Dalam Injil Yohanes 10:30 Isa Al-Masih berfirman: “Aku dan Bapa adalah satu”. Pernyataan ini menunjukkan kesehakikatan Bapa dan Isa sebagai Allah yang esa.
Maka, kembali pada firman Isa dalam Injil Yohanes 14:6, mari perhatikan lebih cermat: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”. Isa menyataan diri-Nya “jalan”, “kebenaran“, dan “hidup”. Selain Allah, masih adakah makhluk lain yang berani menyatakan ketiganya sebagai dirinya? Hanya Allah saja, bukan? Maka, masih bisakah hati dan akal sehat kita menyangkal bahwa Isa jelas menyatakan jati diri-Nya sebagai Allah, satu-satunya Juruselamat?
~
Yuli
rudi mengatakan
~
Jadi Isa menciptakan sorga dan sekarang Dia menempatinya sendiri? Kemudian umat yang baik dan taat akan masuk sorga juga? Jadi Isa Pembuat sorga dan yang menciptakan manusianantinya berbaur dengan ciptaan-Nya sendiri?
staff mengatakan
~
Sdr. Rudi,
Tepat sekali, Saudaraku. Untuk menjelaskan hal ini, mari kita kaji firman Allah tentang penciptaan awal manusia yang tertulis dalam kitab Taurat. Sebelum Adam – Hawa diusir Allah karena berdosa, Adam – Hawa hidup dalam hubungan yang karib dengan Allah (silakan baca Taurat, Kitab Kejadian 3:8-9). Namun kenajisan dosa telah memisahkan manusia dari Allah yang Suci. Itu sebabnya kita tidak bisa lagi bergaul karib dengan-Nya sebagaimana mulanya Adam-Hawa ketika mereka belum berdosa.
Karena Maha Penyayang-Nya terhadap kita, manusia berdosa, Allah sendiri hadir menjadi jalan keselamatan untuk membangun kembali hubungan Allah – manusia yang telah terputus akibat dosa. Isa datang mengorbankan diri-Nya wafat tersiksa disalib menjadi pengganti kita menanggung hukuman dosa. Itu sebabnya kepada para murid-Nya (termasuk semua orang yang menerima pengurbanan keselamatan-Nya), Isa berjanji dalam Injil Yohanes 14:2-3 bahwa Ia pasti akan membawa mereka kembali ke sorga, menikmati persekutuan yang karib bersama-Nya selamanya. Itulah inti dari keselamatan kekal.
Saudaraku, mustahil Allah disebut Maha Penyayang bila Ia tidak memiliki relasi yang nyata dan akrab dengan makhluk ciptaan-Nya, bukan?
~
Yuli
rudi mengatakan
~
Saya kutip pernyataan Anda, Saudara Yuli:
“Faktanya, bukankah kehidupan Isa Al-Masih sangat mulia tanpa dosa, bahkan rela menyerahkan nyawa-Nya bagi keselamatan orang berdosa yang percaya kepada-Nya?”
Jadi, Tuhanmu bisa mati? Dan nyawa-Nya diserahkan kepada siapa?
staff mengatakan
~
Sdr. Rudi,
Seandainya ada asumsi Tuhan mustahil menjelma menjadi manusia, berarti kemahakuasaan-Nya diragukan, bukan? Faktanya, oleh kemahakuasaan-Nya, secara logis Ia menjelmakan diri menjadi manusia agar bisa wafat secara jasmani. Bukankah begitu?
Selanjutnya, mari kaji istilah “menyerahkan nyawa-Nya”. Bukankah hanya “si pemilik” yang berkuasa “menyerahkan” apa yang dimilikinya? Maka saat Isa Al-Masih “menyerahkan nyawa-Nya”, artinya:
– Dialah Pemilik nyawa-Nya sendiri
– Pemilik, yakni pemegang otoritas tertinggi, tidak mungkin bisa dipaksa pihak lain untuk menyerahkan nyawa kecuali Ia sendiri rela melepasnya.
Isa “menyerahkan nyawa-Nya” untuk menebus (mengambil balik) nyawa kita dari hukuman maut akibat dosa. “Menebus” membuktikan Isa “Tuhan Pemilik otoritas tertinggi”. Sebab Ia berkuasa mengambil balik segala kepunyaan-Nya, yaitu:
– Mengambil balik nyawa kita supaya selamat
– Mengambil kembali nyawa-Nya sendiri lewat kebangkitan-Nya setelah kematian. Berikut sabda Isa: “… Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali …” (Injil Yohanes 10:17-18).
Nah sekarang Anda tahu kepada siapa dan untuk tujuan apa Isa menyerahkan nyawa-Nya, bukan? Lebih jelasnya, silakan baca artikel berikut: https://tinyurl.com/y9fl9z3s.
~
Yuli
arbi mengatakan
~
Kalau memang Isa Al-Masih itu Tuhan, mengapa Isa Al-Masih harus disalib dan diseret-seret seperti penjahat? Sedangkan Allah yang menciptakan segalanya, Maha Esa dan Maha Perkasa, mudah saja menghancurkan semua yang sudah diciptakan-Nya, bukan?
staff mengatakan
~
Sdr. Arbi,
Oleh didikan orang tua, sekolah, lingkungan, juga agama, kita semua diajarkan rendah hati dan kasih sayang kepada orang lain, bukan? Allah pun memerintahkannya. Nah, mengapa Allah menghendaki kerendahan hati dan kasih sayang? Mari pikirkan!
Bukankah semua perintah Allah mencerminkan siapa diri-Nya? Allah memerintahkan kerendahan hati dan kasih sayang karena Ia sendiri Maha Penyayang yang rendah hati. Andaikan Allah sombong, tentu kita semua sudah binasa karena murka-Nya. Bukankah kita orang-orang berdosa yang sering melanggar perintah-Nya?
Itulah jawaban mengapa Isa Al-Masih, yaitu Allah yang menjelmakan diri-Nya menjadi manusia, rela dihina, disiksa seperti penjahat, bahkan mengalami penderitaan hebat disalib. Semua Allah lakukan untuk menggantikan hukuman dosa kita supaya terhindar dari siksa neraka. Ini membuktikan keteladanan Allah sebagai Pribadi yang rendah hati karena Ia Maha Penyayang kepada manusia ciptaan-Nya.
Jadi, apakah Anda masih ingin terus menghambakan diri kepada sosok yang sombong, tidak menyayangi, bahkan tidak memberikan sedikit pun kepastian tentang nasib akhirat Anda kelak?
~
Yuli
Rohayati mengatakan
~
Isa Al-Masih adalah ciptaan Alloh. Mengapa tidak menyembah langsung Sang Khalik? Mengapa makhluk dianggap Tuhan?
staff mengatakan
~
Sdr. Rohayati,
Jika Anda ingin mengetahui kebenaran suatu peristiwa, sumber mana yang Anda percayai: saksi mata kejadian, atau orang yang sekedar mendengar berita dari orang lain lalu menceritakan ulang kepada Anda? Tentu saksi mata kejadian yang tahu persis bagaimana peristiwa terjadi, bukan?
Nah, dari sumber mana Anda menyimpulkan Isa Al-Masih adalah ciptaan Allah, bukan Allah itu sendiri? Siapa yang menyatakan? Tahun berapa sumber tsb ditulis/terbit? Apakah sang penulis adalah saksi mata kejadian? Memang, sangat mudah mengklaim suatu kitab berasal dari Allah. Namun jika isinya tidak sesuai fakta yang terjadi, mustahil Allah Sang Sumber Kebenaran memfirmankan apa yang mengingkari fakta, bukan?
Silakan baca artikel berikut: https://tinyurl.com/y8r9hqhr supaya Anda dapat menilai apakah sumber yang Anda jadikan rujukan benar-benar menyampaikan fakta?
~
Yuli
Anona mengatakan
~
Apakah sudah tidak laku lagi agama sendiri sehingga membuat iklan palsu yang menonjolkan pihak-pihak Islam? Mengapa musti mengganggu agama Islam, bukan agama lain?
Nabi itu bukan Tuhan, tapi utusan Tuhan untuk menyampaikan ajaran-Nya.
staff mengatakan
~
Sdr. Anona,
Sejauh mana Anda memahami Islam, agama yang Anda peluk dan yakini? Jika Anda benar-benar mendalaminya sebagaimana penuturan kisah hidup Nur Laila dalam artikel di atas, maka Anda pun akan memepertanyakan hal yang sama, sejauh mana kasih Allah yang Maha Penyayang terbukti dalam ajaran Islam?
Jika Allah dalam agama Anda adalah Sumber Kasih Sayang yang Maha Pemurah, mengapa kasih sayangnya bersyarat? Bukankah Allah Anda tahu, tidak satu orang pun bisa sepenuhnya memenuhi syarat untuk mendapatkan kasih sayang-Nya? Sebab faktanya semua orang pernah berdosa. Maka, tidak ada yang layak menerima kasih sayang-Nya, bukan? Jika kasih sayang-Nya hanya diukur dari berkah jasmani seperti kesehatan dan kekayaan yang fana, bagaimana dengan berkah rohani yang kekal, yaitu kebahagiaan kekal di sorga bersama Allah? Sudahkah dalam Islam Anda menerimanya? Sangat ganjil bila Allah sejati mengabaikan kebutuhan terpenting ini.
~
Yuli
Fikran mengatakan
~
Aku jadikan kamu karena Aku, dan Aku jadikan alam semesta karena engkau ya Muhammad.
staff mengatakan
~
Sdr. Fikran,
Apa keterkaitan antara pesan yang Anda tuliskan di atas dengan topik artikel di halaman ini? Kiranya Anda dapat menjelaskannya. Kami tunggu.
~
Yuli
Noktah merah mengatakan
~
Hehehe… saya sudah memahami apa yang penulis paparkan tentang Nur Laila. Sawang sinawang, ibarat mata kanan melihat mata kiri. Begitu juga sebaliknya dia, juga semuanya.
staff mengatakan
~
Sdr. Noktah Merah,
Sejauh mana Anda memahami kisah pergumulan hidup yang Nur Laila sampaikan di atas? Apakah Anda juga pernah mengalami pergumulan iman yang sama? Lalu, apakah Anda sudah menemukan jawabannya? Apakah Anda yakin bila yang Anda temukan memberikan kepastian kesejahteraan kekal bagi hidup Anda? Silakan Anda tuturkan bila tidak keberatan.
~
Yuli
staff mengatakan
~
Untuk Sdr. Adi,
Agar diskusi di forum ini tetap berfokus pada topik artikel, pertanyaan Anda yang tidak berhubungan dengan topik artikel terpaksa kami hapus. Mohon maaf untuk hal ini. Namun Anda dapat menghubungi kami via emai ke: untuk mendiskusikannya lebih jauh. Tim kami dengan senang hati melayani Anda.
~
Yuli
staff mengatakan
~
Untuk Sdr. Yoansyah,
Silakan hubungi kami via email ke alamat: bila Anda ingin mendiskusikan hal-hal pribadi yang berhubungan dengan pergumulan hidup Anda. Tim kami dengan senang hati akan melayani.
~
Yuli
Berlin mengatakan
~
Sebenarnya, kalau Isa dikatakan jelmaan Tuhan karena mujizatnya yang berbeda dari manusia lainnya, nabi-nabi lain selain nabi Isa juga ada yang mempunyai mujizat karena izin Allah.
Dan kalau Isa jelmaan Allah untuk menebus dosa manusia, berarti Islam dan Kristen agama yang sah-sah saja dipilih karena sama-sama menyembah Allah. Kristen dan Islam sama-sama mempercayai Isa.
Masalahnya adalah saya ingin membuka link tinyurl yang dibagikan oleh website ini, hanya saja linknya terblokir internet sehat. Saya ingin dikabari cara membuka tinyurl kalau boleh.
Saya kebetulan membaca injil dan Al-Quran. Dari kedua kitab itu memang ada saja bagi saya (karena saya manusia biasa), entah mengapa ada pertentangan. Misal saya bertanya mengapa Injil harus direvisi, dan beberapa lagi tentang Al-Quran.
staff mengatakan
~
Sdr. Berlin,
Terimakasih untuk kunjungan Anda di artikel ini. Link tinyurl dapat dibuka dengan meng-klik link yang tertulis. Kami akan memberikan ulang link baru supaya Anda dapat membukanya.
Saudaraku,kami senang dengan kesediaan Anda membaca Injil dan Al-Quran demi menyelidiki kebenaran. Injil menuliskan banyak tanda keilahian Isa lewat berbagai mujizat, pengajaran, serta teladan hidup-Nya. Kelahiran-Nya yang bukan dari benih ayah-ibu, melainkan dari kuasa Roh Kudus/Rohullah (Injil Lukas 1:35 dan Qs 4:171) lewat rahim perawan membuktikan kesucian-Nya dari dosa. Baik Injil maupun Al-Quran tidak satupun mencatat Isa pernah berbuat dosa, bukan? Bahkan, Injil mencatat mujizat Isa yang mengampuni dosa seorang yang lumpuh sehingga ia langsung berjalan. Demikian tertulis firman Isa: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni …Tetapi supaya kamu tahu, … Anak Manusia [Isa] berkuasa mengampuni dosa” — lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu —: “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itu pun bangun lalu pulang” (Injil Matius 9:2-7). Mungkinkah selain Allah ada orang/nabi yang berkuasa mengampuni dosa? Silakan baca artikel ini: https://tinyurl.com/y7t8tfrk.
Pengampunan Allah digenapi Isa lewat pengorbanan-Nya sengsara dan wafat disalib untuk menggantikan hukuman dosa kita. Tanpa pengorbanan-Nya, dosa kita terus Allah perhitungkan. Nah, ketika Isa telah menggenapinya, mungkinkah bagi seseorang yang sekedar mempercayai Isa sebagai nabi tapi menolak ketuhanan-Nya yang berkuasa mengampuni dosa lewat pengorbanan-Nya, juga mendapatkan ampunan dosa? Seandainya ya, sia-sialah pengorbanan-Nya, bukan? Jadi, dapatkah Anda lihat perbedaan dampak yang amat besar antara mempercayai Isa sebagai Tuhan atau sekedar nabi saja?
~
Yuli
staff mengatakan
~
Sdr. Berlin,
Kami telah menghubungi Anda via email untuk menanyakan kesediaan Anda mendiskusikan hal ini lebih jauh. Namun email tidak berhasil terkirim. Bila Anda berminat, silakan hubungi kami via email ke . Dengan senang hati kami akan menanggapi pertanyaan-pertnayaan Anda.
~
Yuli
mencari hidayah mengatakan
~
Pernyataan Anda tentang Isa Al-Masih:
“Itulah jawaban mengapa Isa Al-Masih, yaitu Allah yang menjelmakan diri-Nya menjadi manusia, rela dihina, disiksa seperti penjahat, bahkan mengalami penderitaan hebat disalib. Semua Allah lakukan untuk menggantikan hukuman dosa kita supaya terhindar dari siksa neraka. Ini membuktikan keteladanan Allah sebagai Pribadi yang rendah hati karena Ia Maha Penyayang kepada manusia ciptaan-Nya.”
Logikanya orang yang paling berjasa di seluruh penjuru dunia ini adalah orang yang menyiksa dan menyalib “Tuhannya” karena tanpa penyiksaan terhadap “Tuhan” berarti tidak ada penebusan dosa. Logikanya orang yang menyiksa itu lebih pantas menjadi Tuhan Anda karena dosa Anda sudah ditebus dengan disiksanya “Tuhan” Anda.
Mohon pencerahannya. Terimakasih.
staff mengatakan
~
Sdr. Mencari Hidayah,
Jika dianalogikan, pola pikir yang Anda pakai untuk menilai pengorbanan Isa, ibaratnya sbb:
“Karena yang secara kasat mata memelihara hidup Anda sehari-hari hingga dewasa adalah orang tua Anda, maka seharusnya orang tua Andalah yang menjadi Tuhan Anda!”
Bagaimana, Saudaraku? Tidakkah Anda geli dengan pemikiran seperti ini? Bukankah Allah bisa memakai siapa saja (bukan hanya orangtua) untuk menjadi sarana kehidupan Anda terpelihara hingga dewasa? Lalu, apakah “sarana” yang Allah pakai tsb sangat berjasa sehingga layak menggantikan posisi Allah? Atau, apakah Allah berhutang jasa kepada “sarana” yang dipakai-Nya sehingga siapapun (termasuk Allah) layak menyembahnya? Tidak logis, bukan?
Demikian juga dengan orang-orang yang menyalibkan Isa. Mereka hanyalah “sarana” Allah untuk meggenapi karya keselamatan bagi manusia. Allah sendirilah yang mengorbankan diri-Nya demi kasih-Nya kepada kita semua, termasuk Anda. Nah, bagaimana Anda meresponi kasih pengorbanan-Nya?
~
Yuli
Widodo mengatakan
~
Ah, kamu bukan pengikut Isa Al Masih, tapi pengikut Tertulianus.
staff mengatakan
~
Sdr. Widodo,
Sejauh mana Anda mengenal siapa Tertulianus? Apakah Anda memiliki bukti faktual bila Tertulianus bukan pengikut Isa Al-Masih? Sedangkan seluruh pengajaran dan pemikirannya bersumber dari firman Isa Al-Masih dalam Alkitab. Bagaimana, Saudaraku?
~
Yuli
Bintang mengatakan
~
Apa tujuan Tuhanmu menciptakan manusia?
staff mengatakan
~
Sdr. Bintang,
Pertanyaan yang sangat bagus. Mungkin Anda tidak menduga jawabannya. Mari perhatikan wahyu Allah berikut:
“Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” (Taurat, Kitab Kejadian 1:26).
Apa yang Anda tangkap? Tidakkah Anda lihat betapa Maha Bijaksananya Allah menciptakan kita? Pertama, kita diciptakan “segambar” atau secitra dengan-Nya. Yaitu roh yang berpribadi (berkehendak, berperasaan, berlogika) mulia . Kedua, Ia menjadikan kita “citra-Nya” dengan tujuan agar kita menjadi rekan sekerja-Nya mengelola alam ciptaan dengan kebijaksanaan.
Betapa manusia sangat dikasihi Allah! Allah bukan sosok yang bengis dan angkuh, yang membutuhkan hamba untuk diperlakukan sekehendak hati-Nya, ataupun butuh sanjungan dari yang diciptakan-Nya. Lebih-lebih lagi butuh objek pelampiasan bagi kesombongan-Nya. Itu semua jauh dari sifat Allah. Sebaliknya, sifat tsb justru ada pada iblis, musuh Allah (silakan baca Alkitab dalam kitab Nabi Yesaya 14:12-15).
~
Yuli
Bintang mengatakan
~
Kalau di dalam ajaran Islam jelas Allah menciptakan jin dan manusia hanya untuk menyembah-Nya. Dan di dalam menyembah jelas ada aturannya yang memuat anjuran dan larangan. Kalau logika kita menganggap aturan-aturan tersebut dinilai membatasi kasih sayang Allah pada umat-Nya, sudahlah, tidak usah punya agama saja. Dalam ajaran Kristen juga sama. Yang dijamin surga juga yang taat saja. Taat itu juga pasti ada aturan-aturan yang mengikat.
staff mengatakan
~
Sdr. Bintang,
Seandainya yang Anda sampaikan itu benar bahwa Allah memiliki kebutuhan untuk disembah, bukankah artinya Ia bergantung pada apa yang diciptakan-Nya? Sebab, tanpa ada jin dan manusia, tidak akan ada yang menyembah-Nya, bukan? Lalu, dapatkah Ia dikatakan sempurna bila Ia membutuhkan/bertopang pada apa yang ada dari luar diri-Nya? Benarkah ini Allah sejati?
Sebaliknya, wahyu Allah dalam Taurat, Kitab Kejadian 1:26 (telah kami kutip sebelumnya) menunjukkan kesempurnaan Allah yang tidak kekurangan apapun dalam diri-Nya. Bahkan malah bermurah hati dengan menciptakan manusia yang segambar dengan-Nya, agar manusia bisa menikmati hubungan kasih yang kekal dengan-Nya lewat karya pemeliharaan ciptaan yang Allah mandatkan bagi kita.
Mari pertimbangkan dengan serius. Sejauh mana kita mengenal siapa yang kita sembah?
~
Yuli
Bintang mengatakan
*****
Jawaban no 1:
Syaratnya adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya (sebagai bentuk penghambaan kita).
Jawaban no 2:
Mimpi lebih kepada hal psikologis kita. Jadi sangat tergantung suasana hati. tidak usah dibahas.
Jawaban no. 3:
Lagu Ada Band (Manusia Bodoh), bukankah itu hal sepele? Masakan hanya karena masalah “jaminan”, lalu galau, takut tidak masuk surga dengan amal perbuatannya. Makanya yang diharap itu ridho Allah, jngin taat karena mau surga. Jadi kesannya tidak jual beli. “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Qs Ali Imran [3]:133).
staff mengatakan
*****
Sdr. Bintang,
Karena kita ini diciptakan sebagai “citra Allah” yang berkehendak, berperasaan, dan berlogika, bukankah seharusnya kita maksimalkan penggunaannya? Maka, mari telaah ulang jawaban Anda dengan perasaan dan logika sehat:
1) Sejauh mana kita bisa menaati perintah dan larangan Allah? Bukankah kita sering gagal? Jelas tidak satu manusia pun layak mendapat kasih sayang Allah dengan cara ini, bukan?
2) Bagaimana dengan mimpi Yusuf, apakah sekedar masalah psikis? Atau jika Allah hanya mampu memberi petunjuk lewat mimpi kepada Yusuf, tapi tidak kepada Nur Laila yang juga tekun mencari-Nya, di mana kemahaadilan dan kemahakuasaan-Nya? Mengapa kita yang terbatas membatasi Allah yang tidak terbatas?
3) Apakah sekedar menuntut penghambaan umat tanpa memberi kepastian hidup kekal bersama-Nya dapat disebut “menyayangi”? Lebih lagi ketika semua yang berdosa diazab neraka kekal (Qs 43:74) tanpa ada pertolongan langsung dari Allah (tapi hanya menuntut “amal baik” sebanyak-banyaknya tanpa jaminan), apakah bisa disebut “Maha Penyayang”?
~
Yuli