Bagaimana kebenarannya jika orang beragama takut mati dan tidak yakin selamat? Nama saya Sri Widari. Kedua orang tua saya beragama Kristen, demikian juga halnya keluarga besar kami. Tapi bagi kami kekristenan hanya sebatas agama saja. Yaitu beribadah di gereja setiap hari minggu dan merayakan perayaan-perayaan lainnya. Seperti Natal, Paskah, upacara baptisan, perjamuan Tuhan, pemberkatan nikah dan pemakaman orang mati.
Walau demikian, orang tua selalu mendorong saya untuk selalu rajin mengikuti ibadah di gereja. Saya dibaptis ketika masih bayi. Setelah menginjak remaja saya mengikuti “angkat sidi” (pengakuan percaya secara pribadi). Semua ini sesuai aturan gereja kami.
Keluarga dan Masyarakat Sinkretisme
Selain memeluk agama Kristen, ayah saya juga penganut kepercayaan asli Jawa (kejawen). Dia lebih percaya kepada dukun dan hal-hal mistik. Dia sering menyuruh saya meminta pertolongan dari dukun, agar saya sehat dan pandai di sekolah.
Warga di lingkungan sekitar kami juga sering berjudi, mabuk, dan pergi ke dukun. Mereka juga suka kawin cerai dan berpindah agama. Kondisi ini membuat saya takut. Saya mulai menyadari bahwa dosa sangat mengerikan. Saya orang beragama takut mati, saya bertanya-tanya bagaimana nasib saya nanti bila meninggal?
Kursus “Jalan Keselamatan”
Setelah lulus SMA, saya meninggalkan lingkungan saya. Di tahun 1998 saya masuk perguruan tinggi di sebuah kota yang jauh dari keluarga. Di kota ini saya mulai banyak berdoa kepada Isa Al-Masih dan membaca Alkitab.
Saya juga mempunyai teman, seorang pengikut Isa Al-Masih. Dia banyak membimbing saya. Ia mengenalkan saya kepada saudaranya dan memberi sebuah kursus tertulis bernama “Jalan Keselamatan”. Kursus ini terdiri dari lima pasal yang harus saya pelajari. Isinya menjelaskan rencana keselamatan Allah bagi manusia.
Menemukan Hidup Kekal Dalam Isa Al-Masih
Ketika mengerjakan kursus itu, mata hati saya terbuka. Tuhan menolong saya mengerti bagaimana diselamatkan dari dosa. Saya sujud pada Isa Al-Masih dan mengakui bahwa saya orang berdosa. Saya meminta pengampunan dari Isa Al-Masih. Saya mengundang Dia masuk dalam hati saya, dan menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Kini saya telah menemukan apa yang saya cari. Ternyata pengampunan dan keselamatan ada dalam satu Pribadi bernama Isa Al-Masih. Ketika dengan iman saya datang kepada-Nya, Dia memberikan saya hidup kekal untuk selamanya.
Bagi Anda yang saat ini bingung dengan keselamatan dan hidup kekal Anda, bukalah hati Anda dan undanglah Isa Al-Masih masuk. Isa selalu menunggu Anda dengan setia. Sabda-Nya, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku” (Injil, Kitab Wahyu 3:20)
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Apakah memeluk sebuah agama cukup menjamin seseorang masuk sorga? Sebutkan alasan saudara!
- Menurut saudara, bagaimana cara seseorang mendapat jaminan keselamatan?
- Apakah komentar saudara setelah membaca kesaksian di atas?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Orang Beragama Takut Mati dan Tidak Yakin Selamat”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
~
Sungguh, aku kaget ketika melihat topik di atas. Dan ternyata setelah menyimak seluruhnya, aku sadar dan terhibur.
Agama memang tidak menyelamatkan. Hanya dengan menerima sepenuh hati dan mengikuti Isa Al-Masih sajalah, ada damai dan pengharapan yang pasti.
~
Sdri. Mimie,
Terimakasih untuk apa yang Anda sampaikan.
Ya, kami mengamini kesimpulan Anda. Hanya Isa Al-Masih sajalah yang menjamin pengharapan keselamatan kita di sorga.
“Kata Yesus [Isa Al-Masih] kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
~
Yuli
~
Betul sekali seperti kata Yesus, hendaklah kamu menyembah Allah bukan menyembah Yesus.
Jaminan keselamatan melalui penebusan dengan cara pembunuhan Putra Tuhan adalah sia-sia belaka kalau masih saja Kristen disuruh-suruh ini itu dalam menjalankan perintah Tuhan, justru semakin kontradiksi penebusan ini. Apa bedanya dengan kepercayaan lain yang tanpa pembunuhan Putra Tuhan?
~
Sdr. Penonton,
Dalam setiap kegiatan membaca dibutuhkan pemahaman menyeluruh terhadap konteks keseluruhan bacaan. Dengan hanya mencomot satu ayat Alkitab tanpa membaca keterkaitannya dengan ayat-ayat lain menimbulkan kesesatan pemahaman. Nah, sudahkah Anda membaca keseluruhan Alkitab sehingga berani menyimpulkan yang demikian?
Nah, silahkan Anda renungkan. Ketika seseorang yang seharusnya dihukum mati kemudian oleh belas kasihan sang penguasa diampuni dan dibebaskan tanpa syarat dari hukumannya, apa yang ada di benak Anda? Tidakkah orang tersebut sangat bersyukur dan menghargai anugerah yang sebenarnya tidak pantas diterimanya? Jika ia kembali kepada kejahatannya, tidakkah Anda berpikir bahwa ia sedang melecehkan sang penguasa yang berbelas kasih padanya?
Jadi, perbuatan baik yang dilakukan oleh orang-orang yang ditebus Yesus (Isa Al-Masih) adalah [u]tanda syukur[/u] atas anugerah pengampunan dan keselamatan, dan bukannya jalan untuk memperoleh keselamatan.
“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Injil, Surat Efesus 2:8-9).
~
Yuli
~
Salam sejahtera untuk Anda.
Semoga Anda diberi hidayah oleh Allah sehingga kembali ke jalan yang benar.
Kebudayaan Indonesia tidak lepas dari kebudayaan umat Hindu dan Budha yang lekat dengan hal-hal mistis. Di sini saya hanya ingin meluruskan bahwa tidak semua orang Islam itu berperilaku Islami dan tidak semua juga orang kristen berperilaku Kristeni.
~
Sdr. Harry,
Salam sejahtera bagi Anda & keluarga.
Kami setuju dengan apa yang Anda sampaikan. Masyarakat Indonesia multikultural yang memungkinkan terjadinya asimilasi budaya & kepercayaan. Hal ini menyebabkan praktik-praktik kepercayaan lama dalam masyarakat menyatu dengan kepercayaan baru.
Nah, berkait dengan harapan Anda bagi kami agar kembali ke jalan yang benar, dapatkah Anda jelaskan, apakah jalan yang benar itu? Apakah jalan itu benar-benar memastikan Anda berjumpa dan hidup bersama Allah, Sang Sumber dan Jalan kebenaran yang membawa kesejahteraan dunia akhirat?
Dari cerita artikel di atas, Sdri. Sri Widari telah menemukan jalan kebenaran itu. Bagaimana dengan Anda?
~
Yuli
~
Jalan kebenaran hanya ada pada Islam. Selain dari itu semuanya tertolak. Sesungguhnya agama yang diredhai Allah adalah Islam.
~
Setiap umat beragama pasti akan mengklaim agamanya yang terbaik. Jadi, kami tidak heran jika sdr berkata Islam adalah jalan kebenaran.
Sayangnya, nabi Islam tidak pernah berkata bahwa dia adalah jalan kebenaran. Demikian juga Al-Quran tidak pernah berkata “jalan kebenaran hanya ada pada Islam.”
Sebaliknya, dengan tegas Isa Al-Masih berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
~
Saodah
~
Hanya dengan memeluk agama tentu tidak otomatis masuk surga. Seperti beli mobil belum tentu bisa langsung sampai ke tujuan. Jadi harus baca manual book serta taat peraturan berkendara agar selamat.
Nah cara mendapat jaminan keselamatan, ikuti semua petunjuk cara penggunaan kendaraan. Contohnya servis rutin di bengkel resmi agar garansi berlaku. Coba baca di manual book dan ikuti seluruh peraturan lalu lintas.
~
Sdr. Andre,
Terimakasih untuk ilustrasi yang Anda berikan.
Berkait dengan keselamatan kekal di sorga, tentu pemiliknya adalah Allah sendiri, bukan? Nah, meminjam ilustrasi mobil yang Anda pakai di atas, maka yang sah menerbitkan buku petunjuk serta kartu garansi keselamatan hanyalah Allah pemilik sorga itu sendiri, bukan?
Pertanyaannya, sudahkah kita mengikuti buku petunjuk keselamatan dari Allah tsb? Di sana dijelaskan bahwa keselamatan hanya bisa diterima lewat Yesus Kristus (Isa Al-Masih) karena hanya Dialah Jalan, Sumber Kebenaran, dan Sumber Kehidupan (Injil Yohanes 14:6). Dengan menerima-Nya sebagai Juruselamat pribadi kita, garansi keselamatn kita terima. Nah, bagaimana dengan Anda Sdr. Andre, sudahkah petunjuk Allah ini Anda ikuti?
~
Yuli
~
Nahhh, saya sudah mengukuti petunjuk di manual book mobil saya yang kebetulan merk to****. Jadi saya yakin sekali garansi saya akan berlaku. Ya mungkin ada perbedaan dengan yang merk ho*** atau ni**** atau ma*** dan yang lain-lain. Kan, merk mobil banyak ya? Dan yang tidak kalah penting, kita rajin merawat mobilnya.
Ayo dong, merk mobil yang lain tidak ada yang ikut bergabung, nihhh. Masa hanya dua merk saja, sih?
~
Terimakasih atas tanggapan Anda, Sdr. Andre.
Anda benar sepanjang jaminan keselamatan berkendara tsb mengikuti buku petunjuk khusus dari merk mobil yang di pasaran banyak jenisnya. Namun, bagaimana dengan jaminan keselamatan kekal umat manusia? Bukankah Pemilik sorga hanya satu saja yakni Allah? Apakah Allah tidak serius dengan masalah yang sangat serius ini sehingga ia mengeluarakan berbagai jenis “buku petunjuk” yang isinya tidak sama dan bahkan bertentangan?
Bagaimana Anda menanggapi hal ini?
~
Yuli
*
1. Jika saudara hanya memeluk suatu agama tidak akan menjamin saudara masuk surga tanpa menjalankan dan menaati apa yang telah digariskan dan disyariatkan di agama tersebut.
2. Dengan cara beramal dan bertaqwa menurut ajaran agama dan menjalankan apa yang diperintahkan Tuhan kepada kita. Itu salah satu jalan menuju surga.
3. Sangat baik bagi seseorang yang jika memang telah menemukan jalan untuknya, dengan kembalinya mempercayai ajaran semula maka dia bisa menjalani segala macam amalan yang diajarkan agamanya tanpa merasa ragu dan tanpa perlu membandingkan dan menjelekkan agama dan kepercayaan orang lain.
*
Sdr. Jagung Bakar,
Terimakasih atas kesediaan Anda menjawab tiga pertanyaan fokus. Berikut tanggapan kami:
1) Anda benar bahwa sekedar memeluk agama tanpa menghidupinya tidak akan memberikan dampak apapun bagi kehidupan seseorang. Lebih lanjut perlu direnungkan, dampak nyata apakah yang Anda rasakan dari ketaatan ibadah Anda terhadap apa yang agama Anda syariatkan? Apakah Anda tidak lagi merisaukan masa depan akhirat Anda kelak karena keselamatan kekal Anda di sorga sudah Allah jamin?
2) Adakah jaminan sorga lewat amal ibadah dituliskan dalam kitab suci Anda? Di manakah alamat ayatnya? Bagaimana pula pendapat Anda dengan apa yang nabi Anda sendiri nyatakan tentang amal ibadah sbb: “Bukan amal seseorang yang memasukannya ke Surga atau melepaskannya dari neraka, termasuk juga aku, tetapi ialah semata-mata rahmat Allah belaka” (HSM 2412-2414)?
3) Dapatkah Anda tunjukkan isi artikel di atas, pada alinea mana Sri Widari membandingkan, apalagi menjelekkan agama dan kepercayaan orang lain? Mari berbicara fakta, bukan prasangka.
~
Yuli