Mengapa Saya Merasa Kesepian dalam Pernikahan?
Siapa sih yang tidak ingin memiliki pernikahan harmonis? Semua orang menginginkannya, bukan? Termasuk saya dan Anda! Sayangnya, sebuah penelitian mengatakan, usia pernikahan kurang dari lima tahun adalah masa rawan perceraian. Penyebabnya, rasa kesepian yang dialami oleh salah satu pasangan.
Bagaimana mengatasinya? Adakah cara agar Anda tidak merasa kesepian dalam pernikahan? Ikuti perjalanan saya dalam menemukan jawabannya!
Apakah Saya Akan Memiliki Pernikahan yang Harmonis?
Keinginan yang besar untuk mempunyai pernikahan harmonis, memicu pertanyaan ini muncul dalam benak orang yang akan menikah. Khususnya wanita.
Saya masih ingat, beberapa bulan menjelang pernikahan saya. Saya sangat merasa khawatir. Bagaimana bila pernikahan saya tidak bahagia? Bagaimana bila suami saya terlalu sibuk dengan pekerjaanya? Atau, dia tidak punya waktu untuk saya dan anak-anak kami? Apa mungkin pernikahan yang sudah bertahun-tahun tidak akan menimbulkan kejenuhan? Berbagai pertanyaan ini silih berganti menghantui saya.
Saya pun memutuskan untuk mencari-tahu bagaimana mengatasinya. Apa yang harus saya lakukan agar saya tidak merasa sendiri dalam menjalani pernikahan saya.
5 Faktor Penyebab Wanita Kesepian dalam Pernikahannya
Dalam pencarian saya, saya menemukan faktor-faktor penyebab istri merasa kesepian dalam pernikahannya. Berikut saya mendaftarkan lima dari faktor tersebut:
1. Kurang Berkomunikasi
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga sebuah hubungan. Demikian juga halnya pasangan suami istri. Ketika masih berpacaran, seberapa sering Anda bicara dengan pasangan. Bagaimana setelah menikah. Apakah Anda juga memberi waktu yang cukup?
FirstThing.org menulis sebuah artikel yang cukup menarik. Rata-rata pasangan yang sudah menikah hanya menghabiskan waktu 20 menit saja dalam satu minggu untuk bicara berdua bersama pasangannya. Bandingkan dengan pernyataan Louann Brizendine dalam bukunya “The Female Brain.” Menurutnya, wanita perlu bicara sebanyak 20ribu kata sehari.
2. Hubungan yang Monoton
Setiap hari suami bangun pagi untuk pergi bekerja dan pulang sore atau malam hari. Istri, melakukan semua pekerjaan rumah tangga. Mulai dari bangun tidur dan ia baru akan istirahat setelah semua anggota keluarga tidur. Siklus ini terjadi setiap hari dan terus menerus sehingga sudah menjadi kebiasaan.
Kewajiban melakukan rutinitas setiap hari, telah memicu hubungan antara suami dan istri kian renggang. Mereka melupakan pentingnya menghabiskan waktu bersama-sama.
3. Pasangan Adalah Tim, Bukan Musuh
Sebuah tim dalam olah-raga akan menjadi kuat bila semua anggota tim memiliki komunikasi untuk kesatuan. Setiap orang bersedia mendengar dan menerima masukan dari anggota timnya.
Demikian juga dalam pernikahan. Ketika dua orang bersepakat untuk hidup dalam pernikahan, maka kesepakatan tersebut akan membawa mereka kepada kesatuan. Juga kepada kebahagiaan dan sukacita.
Suami tidak akan menyalah-gunakan posisinya sebagai kepala keluarga. Sehingga menjadi pribadi yang dominan. Suami perlu menyadari bahwa ia sudah membuat kesepakatan dengan istrinya. Menjadi satu kesatuan untuk mencapai tujuan mereka. “Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?” (Kitab Nabi Amos 3:3).
3. Cepat Minta Maaf dan Memaafkan
Kaum Hawa cenderung lebih gampang minta maaf daripada kaum Adam. Tapi, tidak semua pria atau suami sulit untuk minta maaf. Memang, pada umumnya suami sulit mengucapkan kata ‘maaf,’ terlebih kepada istrinya. Posisi sebagai kepada keluarga dan faktor karakter, penyebab suami sulit untuk berkata maaf.
Namun perlu Anda ketahui, cepat meminta maaf bila melakukan kesalahan adalah cara mengatasi konflik. Demikian juga bila pasangan Anda sudah minta maaf, segeralah memaafkannya. “Apabila kamu menjadi marah . . . janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu” (Injil, Surat Efesus 4:26).
5. Poligami
Ternyata poligami juga dapat menyebabkan istri merasa kesepian dalam pernikahannya. Berbagai alasan mengapa pria Muslim berpoligami. Salah satunya ijin dari Al-Quran, “. . . maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat” (Qs 4:3).
Selain itu, poligami menjadi pilihan sebagai jalan keluar ketidak-harmonisan dalam pernikahan. Benarkah demikian?
Mari kita lihat salah satu contoh pernikahan poligami dalam Kitab Allah. Nabi Yakub, sebelum menikahi Rahel, dia terlebih dahulu menikah dengan Lea. Cintanya yang besar kepada Rahel membuat Lea merasa kesepian. Bahkan dalam kesepiannya, Lea berdoa dan berharap agar suaminya dapat lebih memperhatikannya setiap kali ia melahirkan anak-anaknya.
Lea dan Rahel menjalani pernikahan poligami dengan berbagai polemik. Juga selalu terjadi persaingan untuk mendapatkan cinta dan kasih sayang dari Nabi Yakub.
Bagaimana Mengatasi Bila Terjadi Konflik?
Dalam kehidupan pernikahan kita pasti akan mengalami konflik demi konflik. Konflik yang tidak terselesaikan dengan baik akan menuntun kita kepada konflik lain yang jauh lebih besar.
Menjaga komunikasi dan saling percaya adalah cara terbaik menyelesaikan konflik dalam pernikahan.
Kelihatannya ajaran Islam juga setuju dengan hal ini. “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain” (Qs 49:12).
Demikian juga Kitab Allah menuliskan, “Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi” (Kitab Zabur 27:5).
Kunci Keharmonisan Pernikahan dalam Kitab Allah
Sekarang, saya sudah memahami lima faktor di atas. Tapi ternyata hal itu belum cukup. Ada satu prinsip penting yang tidak boleh saya lupakan, bila saya ingin memiliki pernikahan harmonis. Saya sudah menemukan jawabannya dalam Kitab Allah.
Kepada istri, Kitab Allah memerintahkan, “tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan” (Injil, Surat Efesus 5:22). Dan kepada suami Kitab Allah mengatakan, “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus [Isa Al-Masih] telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya” (Injil, Surat Efesus 5:25).
Jadi, untuk mencapai pernikahan harmonis membutuhkan kerjasama dari suami dan istri.
Suami dan istri sudah menjadi satu daging dalam pernikahannya (Injil, Rasul Markus 10:8). Bukan saja secara fisik. Tapi juga dalam pikiran dan hati. Bila hal ini sudah terjadi, maka tidak sulit buat istri untuk tunduk pada suaminya. Demikian juga suami akan mencintai serta melindungi istrinya.
Janji Isa Al-Masih Agar Anda Tidak Kesepian dalam Pernikahan
Saya pun tiba dalam satu kesimpulan dan keyakinan. Saya bisa mendapatkan pernikahan yang harmonis dan jauh dari rasa kesepian.
Sekarang saya mengerti, pernikahan pria dan wanita merupakan gambaran rohani dari relasi antara Allah dan umat-Nya. Allah menyatakan kasih-Nya bagi umat-Nya melalui Isa Al-Masih. Seorang suami yang sudah menerima kasih Isa Al-Masih, akan mampu mengasihi istrinya dengan segenap hati. Bahkan dengan nyawanya sekali pun.
“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Injil, Rasul Besar Yohanes 15:13). Ketika ada seseorang yang rela memberi nyawanya karena ia mengasihi Anda, tentu Anda akan sangat bahagia, bukan?
Bila Anda ingin belajar lebih banyak tentang kasih Allah bagi Anda, klik tombol di bawah.
Atau, Anda bisa membaca kisah ini mengenai seorang yang mengalami pernikahan harmonis.