Beberapa hari lalu saya menghadiri upacara pernikahan adik saya. Ada satu pernyataan pendeta yang memimpin ucapara pernikahan tersebut, yang menurut saya perlu diperhatikan. Khususnya oleh pasangan yang sudah menikah. Dia berkata, “Janganlah mencari kebahagiaan dalam rumah tangga. Tetapi ciptakanlah kebahagiaan dalam rumah tangga.”
Nah, bagaimana pandangan Anda tentang pernyataan tersebut? Tidak sedikit yang berpendapat bahwa tujuan pernikahan adalah untuk mendapatkan kebahagiaan. Dan ketika kebahagiaan itu tidak didapat, tidak jarang mereka berusaha mencari solusi masalah pernikahan di luar. Misalnya, dengan berpoligami.
Alasan Berpoligami
Beberapa alasan suami berpoligami adalah: 1) Ingin memiliki keturunan karena isteri pertama tidak dapat memenuhinya. 2) Isteri tidak dapat memberi kepuasan bagi suami, baik dalam hal rohani maupun jasmani. 3) Suami mencintai wanita lain, tetapi dia tidak ingin menceraikan isteri pertamanya. 4) Merasa sanggup untuk berbuat adil, karena mapan secara materi. 5) Suami dan isteri sudah mempunyai visi dan misi yang berbeda.
Telaahlah dengan seksama semua alasan di atas. Maka Anda akan melihat, bahwa sebenarnya yang dicari suami adalah kebahagiaan.
Dampak Berpoligami
Tentu tidak salah bila seseorang ingin bahagia. Sayangnya, para suami yang berpoligami seakan-akan melupakan dan mengabaikan dampak negatif berpoligami. Bahkan mereka berkata, “Poligami adalah satu-satunya solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah pernikahan.” Benarkah demikian? Untuk mengetahui kebenarannya, mari kita menyimak beberapa dampak poligami berikut ini.
Terhadap Anak – Seto Mulyadi, Psikolog anak berkata “Saat ayah melakukan poligami, maka rasa cemburu, marah, sedih kecewa tentu tidak dapat dihindari. Perasaan ini bisa menumpuk dan akan mengganggu emosi anak. Poligami tidak hanya berdampak pada psikologisnya, tetapi juga pada fisik dan presentasi akademik si anak.”
Terhadap Isteri – Beberapa peneliti berkata bahwa poligami dapat menurunkan kepuasan hidup dan perkawinan. Wanita yang dipoligami akan mengalami permasalahan gangguan jiwa yang berdampak juga buat kesehatan. Mereka lebih mudah jatuh kedalam depresi, gangguan psikosomatik, serta mengalami kecemasan dan paranoid. Selain itu, wanita yang dipoligami akan merasa rendah diri, lebih mudah mengalami gangguan kejiwaan dan stress.
Jelas poligami bukan solusi masalah pernikahan terbaik untuk menyelesaikan masalah pernikahan. Sebaliknya, poligami menciptakan masalah-masalah baru bagi anggota keluarga.
Ajaran Agama Islam Tentang Poligami
Agama Islam adalah satu-satunya agama yang secara jelas memberi ijin untuk berpoligami. Hal ini dapat kita baca dalam salah satu ayat Al-Quran, yaitu “. . . maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat” (Qs 4:3)
Bahkan nabi umat Muslim sendiri meneladani hal tersebut dengan mengambil beberapa orang wanita sebagai isterinya.
Pandangan Kitab Allah Tentang Pernikahan
Ternyata Kitab Suci Allah tidak sejalan dengan Al-Quran dalam hal poligami. Kitab Suci Allah menyatakan, pernikahan adalah menyatunya seorang pria dan seorang wanita, sehingga keduanya menjadi satu daging (Taurat, Kitab Kejadian 2:24). Jelas bukan, bahwa Allah yang menghendaki pernikahan yang terdiri dari satu pria dan satu wanita!
Allah, Khalik yang Maha Bijaksana, tentu sudah terlebih dahulu mengetahui efek negatif poligami. Allah, Ar-Rahman Ar-Rahim, jelas tidak ingin umat-Nya mengalami penderitaan sebagai akibat dari pernikahan.
Mengasihi Allah dan Keluarga
“Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya” (Injil, Surat Efesus 5:25). Isa Al-Masih telah mati di atas kayu salib, menyerahkan nyawa-Nya sebagai ganti hukuman atas dosa kita. Dia melakukannya bukan karena Dia kena tulah atau berbuat dosa. Semua karena Dia mengasihi Anda dan saya. Supaya Anda dan saya tidak binasa dalam kekekalan.
Allah ingin hal yang sama dapat dilakukan para suami terhadap isterinya. Yaitu mengasihi dan menyerahkan nyawanya demi kebahagiaan isterinya. Sebab suami bertanggung-jawab untuk membuat isterinya bahagia. Pernikahaan tentu bukan semata-mata untuk kebahagiaan suami, bukan? Demikianlah, kita dapat melihat dengan jelas, bahwa poligami bukan solusi masalah pernikahan terbaik untuk mengatasi setiap permasalahan dalam perkawinan. Juga, poligami tidak menambah kebahagiaan isteri!
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Setujukah saudara bahwa poligami bukan solusi terbaik untuk mengatasi masalah dalam pernikahan? Sebutkan alasan saudara!
- Menurut saudara, bagaimanakah pernikahan yang ideal itu?
- Bagaimana sebaiknya seorang suami memperlakukan isterinya?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami merasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
~
Poligami memang ada aturannya, tapi ada syaratnya bagi kita, yaitu adil dan mampu, benarkan pak?
~
Salam Sdr. Dani,
Terimakasih untuk kunjungan saudara di situs ini. Hukum Islam memperbolehkah umatnya berpoligami asalkan adil. Tetapi ayat AL-Quran mengatakan “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil…”. Bukankah dengan kata lain tidak ada satu manusiapun yang dapat berlaku adil? Bagaimana menurut saudara?
Dan lagi, menurut saudara bagaimana dengan pertanyaan ini:
1. Setujukah saudara bahwa poligami bukan solusi terbaik untuk mengatasi masalah dalam pernikahan? Sebutkan alasan saudara!
2. Menurut saudara, bagaimanakah pernikahan yang ideal itu?
3. Bagaimana sebaiknya seorang suami memperlakukan isterinya?
~
Salma
~
Di dunia kita sudah data fakta bahwa perempuan lebih banyak dari pria, kita bisa melihat di Timur Tengah dan Eropa. Sekarang sedang bergejolak akibatnya kaum pria banyak yang meninggal dunia. Di masa yang akan datang mungkin dampak tersebut pasti akan meluas . Mungkin kelak protes anda terhadap poligami akan berbalik 360 derajat
Wassalam.
~
Salam Sdr. Afan,
Secara manusiawi barangkali praktek poligami tidak dipermasalakan. Tetapi bagaimana dengan ajaran Allah? Jelas sekali bahwa Allah tidak menghendaki poligami terjadi pada diri umat-Nya. Mengapa?
Allah sangat tahu sekali bahwa poligami tidak memiliki dampak baik bagi setiap parangan suami isteri. Menurut saudara, maukah ibu atau adik perempuan saudara dipoligami? Sebab ada banyak umat Muslim yang tidak bersedia itu terjadi dalam pernikahannya, bukankah demikian?
~
Salma
~
Dear Afan Yang baik,
Ijinkam saya bertanya:
1. Tolong berikan bukti jumlah perempuam lebih banyak dari laki-laki? Sebab yang saya lihat di Internet, kenyataannya jumlah laki-laki lebih banyak dari perempuan.
2. Coba tanyakan sama perempuan yang anda temui atau kawan anda, apakah mereka mau di poligini?
3. Coba tanyakan pada Ibu anda, apakah Ibu anda rela di poligini?
4. Coba tanyakan sama diri anda sendiri, apakah anda setuju apabila Ibu anda dipoligini sama ayah anda?
5. Coba tanyakan sama diri anda sendiri, apabila anda rela jika memiliki anak perempuan tapi akan dipoligini oleh laki-laki?
Mohon jawab dengan jujur saudara Afan?
~
Salam Sdr. Philippi,
Kami harap melalui diskusi di situs ini, saudara dapat salig berbagi pengalaman dan pengetahuan untuk lebih mengenal Pribadi Isa Al-Masih yang benar. Dan tentu ajaran-ajaran-Nya yang sangat ,elarang poligami. Dan itu sama dengan ajaran nabi-nabi Allah terdahulu.
~
Salma
~
Poligami adalah hukum keseimbangan agar manusia hidup berpasang-pasangan.Tuhan menciptakan manusia hidup berpasang-pasangan dalam pernikahan agar manusia menuai kesempurnaan. Poligami hanyalah alat ibadah kepada Tuhan, bukan tujuan.
Yang berdosa apabila manusia menjadikannya alat daripada nafsu. Kalau memberi manfaat ia jadi amal, kalau mudharat ia menjadi dosa. Yesus jangankan berpoligami, menikah pun tidak. Jelas Dia bukan kesempurnaan. Anda akan mengatakan Dia tidak menikah karena Dia Tuhan? Kalau Dia Tuhan, mengapa harus berjenis kelamin pria? Anda akan mengatakan Dia berjenis kelamin pria karena itulah otoritas Tuhan. Tuhan yang mana lagi?Bukankah Yesus sendiri menurut anda adalah Tuhan?
~
Salam Sdr. Pengamat,
Kami tertarik dengan pemapran saudara. Benar sekali bahwa Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan. Jika poligami, berarti satu suami dengan beberapa isteri,bisa dua, tiga, empat bahkan sepuluh wanita, bukan?
Jika sudah berpoligami, apakah menurut saudara ini berpasang-pasangan? Bukankah berpasang-pasangan berarti satu wanita dan satu pria?
~
Salma
~
Dear Pengamat,
Menurut saya itu hanya dalil anda. Coba anda tanyakan sama kaum wanita, apakah itu bentuk keseimbangan seperti yang anda katakan? Apabila dilihat dari sisi sosial dan psikologi, poligami jelas salah, apapun alasannya. Mohon bantuannya, apakah saudara bisa menjawab pertanyaan saya yang saya ajukan kepada saudara Afan? Terimakasih.
~
Salam Sdr. Philippi,
Jika kita melihat pemaparan saudara Pengamat, maka jelas itu salah total. Ketika Allah menjadikan manusia berpasang-pasangan, jelas hanya ada satu wanita dan satu pria, bukan? Maka sangat tidak masuk akal bahwa berpoligami adalah mandat Allah untuk melihat bahwa manusia berpasang-pasangan. Bukankah demikian saudara Philippi? Atau barangkali saudara memiliki pendapat yang lain?
~
Salma
~
Pandangan Admin terlalu picik
Maaf, bukankah Anda kutip sendiri dari ayat Al-Quran bahwa berpoligami di perbolehkan jika bisa adil? Kika tidak, Anda bisa putuskan sendiri.
Seorang anak bisa depresi karena tanggapannya salah terhadap poligami. Nah jika anak dididik dengan ajaran yang benar sebagaimana yang dijelaskan oleh ayat Al-Quran diatas tentang poligami, subhanallah, pastilah mengerti.
~
Sdr. Andri Fajarudin,
Terimakasih untuk pendapat Anda tentang poligami.
Ayat Al-Quran yang tercantum adalah dasar pembahasan topik poligami. Sedangkan alasan yang menyertainya juga kami himpun berdasarkan fakta dari para pelaku atau penyetuju poligami. Namun apakah yang tersaji tersebut sesuai dengan standard kebenaran Firman Allah? Tentu saja tidak.
Sesuai dengan Taurat, Kitab Kejadian 2:24 sebagaimana tertulis pada artikel, sejak semula Allah menghendaki perkawinan 1 orang pria dan 1 orang wanita saja. Jadi, poligami bukanlah ide Allah karena sangat bertentangan dengan sifat Allah sendiri, yaitu setia. Pernahkah Anda mengalami ketidaksetiaan Allah dalam hidup Anda? Yang ada hanyalah kita, manusia berdosa, seringkali tidak setia, baik kepada Allah maupun sesama.
Sdr. Andri, ketika Anda yang sudah dewasa pun benci untuk dikhianati, mengapa pula Anda memaksakan anak kecil korban poligami untuk menerima ulah ayahnya dengan lapang hati?
~
Yuli
~
Dear saudara Fajarudin,
Mohon jawaban Anda seperti yang saya tanyakan kepada Saudara Afan
~
Dear All Muslim yang baik,
Apakah tak ada yang bisa menjawab pertanyaan saya?
Yesus memberkatimu.
~
Sdr. Philippi,
Terimakasih untuk pertanyaan-pertanyaan yang telah Anda ajukan.
Semoga hal-hal yang Anda tanyakan tersebut menjadi bahan perenungan sekaligus penyadaran bagi kita semua betapa poligami bukanlah ide dari Allah, sebaliknya justru bertentangan dengan sifat kesetiaan-Nya. Itulah mengapa poligami lebih mendatangkan duka kepada setiap korbannya.
Sebagai Allah yang bertanggungjawab terhadap ciptaan-Nya, apa yang dirancangkan-Nya selalu berdampak pada kesejahteraan, dan bukan kecelakaan kita:
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Kitab Nabi Yeremia 29:11)
~
Yuli
~
Jangankan berbagi suami atau berbagi ayah, berbagi pacarpun saya tidak mau karena poligami memang tidak sehat. Wanita yang mau berbagi suami itu munafik.
Jika poligami diperbolehkan, mengapa poliandri tidak boleh? Bukankah banyak duda-duda di dunia ini yang butuh perhatian dan diurus wanita? Coba kalau Muhammad itu wanita, pasti dia mengajarkan poliandri dan tidak boleh poligami. Renungkanlah, Saudara.
~
Sdr. Nova,
Terimakasih untuk tanggapan Anda mengenai topik poligami.
Argumentasi Anda layak untuk kita semua renungkan. Poligami mengandung unsur ketidaksetiaan dan pengkhianatan. Jika semua orang tidak ingin dikhianati, maka janganlah melakukan hal yang sama kepada orang lain.
Demikian sabda Isa Al-Masih:
“Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Injil, Rasul Besar Matius 22:39)
“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.” (Injil, Rasul Lukas 6:31)
~
Yuli
~
Assalamualaikum, Admin.
Mengapa ayat tentang poligami hanya sepotong? Saya tidak percaya.
Poligami yang dilakukan dengan sepantasnya sesuai ajaran Islam sebagai solusi terakhir untuk masalah yang urgent bisa dipahami dan dilakukan. Bukankah Allah sudah bersabda: “kawinilah maksimal 4 tapi kalau tidak bisa adil 1 saja”.
Sesungguhnya manusia sulit untuk adil. Dari sini bisa diambil kesimpulan bahwa poligami hanya bisa dilakukan saat benar-benar terjepit, dan dengan syarat adil dan mampu. Contohnya nabi Ibrahim telah lama menikah tapi tidak bisa punya anak, lalu mengambil Hajar sebagai istri untuk melanjutkan keturunan. Terbukti jika dilakukan dengan penuh tangungjawab maka poligami bisa jadi solusi.
~
Sdri. Rahayu,
Berikut kami sajikan ayat Al-Quran yang Anda maksudkan:
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (Qs 4:3)
Nah, ketika alasan poligami (diantaranya adalah berbuat adil) juga tercantum dalam artikel, adakah kami menyimpangkan fakta hingga Anda tidak percaya?
Saudari, jika Anda berpendapat maksimal jumlah istri adalah 4, sudahkah Anda periksa dari literatur-literatur Islam, berapakah istri nabi Anda sebenarnya?
Selanjutnya, ketika menurut Anda poligami adalah solusi bagi masalah “urgent dan benar-benar terjepit”, masalah apa sajakah yang tergolong keduanya? Sebelum menjawab, mohon dapat dipertimbangkan, apakah/siapakah yang menjadi sumber masalah tersebut. Allah, ataukah kebebalan hati manusia?
Mengenai poligam Ibrahim, contoh tersebut justru tidak patut diteladani karena mendatangkan kedukaan bagi Sara maupun Hajar (baca Taurat, Kitab Kejadian 16:1-16) dan juga sebagai bentuk ketidaksabaran Ibrahim menanti penggenapan janji Allah, yaitu Ishak sebagai keturunan Ibrahim yang lahir dari rahim Sara, istrinya (Taurat, Kitab Kejadian 7:19).
~
Yuli
~
@ Rahayu:
Apapun alasannya, poligami itu sesat, tidak ada alasan lain, Itu sama aja dengan berzinah.
~
Sdri. Nova,
Apa yang Anda sampaikan benar, bahwa perkawinan yang sejak semula Allah tetapkan adalah ikatan perkawinan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dalam kesatuan dan kesetiaan yang kudus. Demikian sabda Allah:
“Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” (Taurat, Kitab Kejadian 2:24)
Karenanya, adalah zinah bila di dalam ikatan perkawinan 2 insan yang telah menyatu ini terdapat insan lain sebagai wanita/pria idaman lain.
~
Yuli
~
Poligami dapat menyebabkan penyebaran HIV semakin luas apabila ada yang sudah tertular. Apa tidak takut?
~
Sdr. Noldi,
Apa yang Anda sampaikan memang tidak menutup kemungkinan sebagai efek samping dari poligami. Hal ini hendaklah menjadi bahan pertimbangan bagi kita semua.
Namun, lebih daripada itu, poligami adalah ide dan tindakan yang menentang hukum Allah. Dan setiap pelanggaran terhadap hukum Allah adalah dosa. Demikian sabda Firman Allah:
“Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah.” (Injil, Surat Rasul 1 Yohanes 3:4)
“Sebab upah dosa ialah maut;” (Injil, Surat Roma 6:23a)
Jika Allah sedemikian serius memandang dosa, patutkah kita menganggapnya sepele?
~
Yuli
~
Yesus tidak mengajar poligami, tapi memperboleh zinah karena Alkitab tidak mengajarkan tentang solusi pernikahan.
~
Sdr. Falno,
Jika Anda mempertanyakan solusi pernikahan, dapatkah Anda rincikan terlebih dahulu apa saja yang menjadi masalah pernikahan?
Berikut solusi Alkitab mengenai pernikahan:
1. Pemilihan jodoh:
“Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” (Injil, Surat 2 Korintus 6:14) ==> satu iman di dalam Isa Al-Masih
2. Prinsip perkawinan:
(a) “Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.” (Injil, Rasul Besar Matius 19:5) ==> perkawinan = 1 orang suami (pria) + 1 orang istri (istri).
(b): “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” (Injil, Rasul Besar Matius 19:6) ==> tidak dapat diceraikan
3. Dasar kehidupan perkawinan:
“Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.” (Injil, Surat Efesus 5:33) ==> kasih Allah mendasari setiap sikap dan tindakan
Jika 4 hal di atas dilaksanakan, masalah apapun dalam rumahtangga pasti terselesaikan dengan baik sesuai kehendak Allah. Jadi, benarkah Alkitab tidak memberikan solusi bagi pernikahan Anda?
Jika kita menganggap Allah adalah Tuhan kita, maka jangan paksa Allah menuruti kehendak kita. Sebaliknya, tunduklah pada peraturan Allah.
~
Yuli
~
Dear Falno,
Jangan fitnah dan ngarang. Coba tunjukkan, di ayat Alkitab manakah Yesus memperbolehkan zinah? Coba tunjukkan untuk saya. Terima kasih.
Yesus memberkatimu.
~
Sdr. Philippi,
Terimakasih untuk pertanyaan Anda kepada Sdr. Falno.
Dengan pertanyaan Anda di atas, tentu saja Sdr. Falno maupun semua orang tak mampu menjawabnya karena Yesus sama sekali tidak pernah memperbolehkan zinah. Sebaliknya, demikian sabda Yesus:
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.” (Injil, Rasul Besar Matius 5:28)
Orang yang berasumsi bahwa ajaran tentang pelarangan poligami berarti pelegalan zinah adalah orang yang mengabaikan prinsip kebenaran Allah. Asumsi seperti ini tanpa sadar sedang menempatkan Allah di bawah nafsunya. Padahal, sebagai Pencipta, Allah-lah yang seharusnya bertahta di atas segala sesuatu, termasuk kehendak bebas manusia.
~
Yuli
~
Kiranya admin mau menjelaskan pada saya, apa artinya “Cinta” dalam pandangan Islam?
Sebab, andai saya yang berada dalam posisi pria, saya tidak tahu apakah atas dasar cinta sehingga saya melakukan poligami, atau karena ingin mencari pengalaman tidur yang baru?
Tolong admin kiranya membagi ayat Al-Quran tentang arti kata “Cinta” dalam Islam.
Bukankah cinta adalah sesuatu tanpa syarat? Jika poligami dilakukan karena adanya syarat, berartikah itu artinya bukan “cinta”? Atau mungkin Islam punya pandangan lain tentang “Cinta”?
~
Sdr. Ruslan Zuh,
Terimakasih untuk pertanyaan Anda mengenai makna “cinta” menurut pandangan Islam.
Kiranya pertanyaan tersebut menjadi bahan perenungan bagi kita semua, bahwa jika poligami masih berada dalam koridor cinta, cinta seperti apakah yang dimaksudkan?
Bukankah Firman Allah sendiri menyatakan bahwa sifat-Nya adalah kasih?
“Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.” (Injil, Surat Rasul 1 Yohanes 4:8)
Kasih didefinisikan oleh Firman Allah sbb:
“Kasih itu … tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri … tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran … sabar menanggung segala sesuatu.” (Injil, Surat 1 Korintus 13:4-7)
Berdasarkan ayat di atas, hal yang mencakup kesetiaan dengan segala penjabarannya adalah bagian dari definisi kasih/cinta itu sendiri. Jika demikian, adakah poligami mencerminkan cinta?
~
Yuli
~
Astaghfirullah…..!!!!!
Tidak ada ayat yang mengharamkan poligami baik dalam Alkitab maupun dalam Al-Quran. Kenapa harus mencela poligami? Bukankah Yesus yang Anda tuhankan itu lahir dari keturunan poligami?
Mana ada ayat yang mengharamkan poligami?
Kamu ingin laki-laki sama seperti perempuan, apakah mau mengatakan bahwa Tuhan tidak adil?
Atau kamu ingin adil semua? Mengapa istri pendeta lebih jelek daripada istri jemaat, adilkah Tuhanmu?
Pikirkan…
~
Sdr. Penonton,
Sebagian pernyataan Anda benar. Al-Quran tidak melarang poligami, malah memperbolehkannya (Qs 4:3).
Namun tidak demikian dengan Alkitab sebagai Firman Allah. Ayat Taurat dalam Kejadian 2:24 justru menekankan bahwa pernikahan adalah menyatunya seorang pria dan seorang wanita, sehingga keduanya menjadi satu daging. Berdasarkan ayat tersebut, Isa Al-Masih menegaskan kembali ketetapan Allah mengenai kesetiaan dalam perkawinan monogami:
“Jawab Yesus: “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” (Injil, Rasul Besar Matius 19:4-6)
Saudara, sejatinya Anda telah gagal memaknai ketika berasumsi bahwa kami mempertanyakan keadilan Tuhan melalui pembahasan poligami. Berdasarkan apa yang Tuhan firmankan di dalam Taurat berikut, Tuhan menciptakan kesepadanan kedudukan antara pria dan wanita. Dengan demikian, bagi kami keadilan Tuhan tidak perlu diragukan:
“TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” (Taurat, Kitab Kejadian 2:18).
~
Yuli
~
“Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Kejadian 2:24)
[ayat ini menguatkan ikatan pernikahan sama sekali tidak melarang poligami].
Injil Matius 19:4-6 dan Kejadian 2:18 juga sama sekali tidak melarang poligami.
Jadi Semua ayat di atas tidak ada yang melarang poligami dan dibuktikan pula oleh nabi-nabi Alkitab: Ibrahim, Ishak, Yakub, Musa, Daud yang berpoligami.
Seperti telah saya katakan sebelumnya, tidak ada bukti dalam Alkitab melarang poligami. Saya harap Saudara bisa membuka lagi Alkitab.
~
Sdr. Penonton,
Kualitas kemampuan belajar melalui kegiatan membaca melibatkan banyak unsur seiring dengan pertumbuhan kedewasaan manusia. Menyerap makna baik yang tersurat maupun tersirat berdasarkan konteks bacaan secara utuh mutlak diperlukan.
Sebagai contoh, perhatikan kalimat berikut: “Ibu guru mewajibkan para siswanya datang ke sekolah tepat waktu. Jam belajar dimulai pukul 06:30 WIB.”
Tentu kita semua sependapat bahwa jika seorang murid datang ke sekolah pukul 07:00 WIB, murid tersebut terlambat dan melanggar peraturan sang guru, bukan? Kemampuan menyerap makna tersirat dibutuhkan dalam hal ini.
Demikian pula dengan memahami ayat-ayat Alkitab. Silahkan Anda baca kembali 3 ayat yang telah Anda sebutkan:
Kejadian 2:18 dan 2:24 ==> bacalah secara lengkap mulai ayat 18 hingga 25. “… dibangun-Nyalah seorang perempuan…” (ayat 22). Jika Allah menghendaki poligami, mengapa pada waktu itu Ia hanya menciptakan seorang wanita saja bagi Adam?
Injil Matius 19:4-6 ==> bacalah mulai dari ayat 1 hingga 11. Makna sabda Yesus sangat jelas. Perhatikan penggalan kalimat berikut: “…Ia yang menciptakan manusia sejak semula…” (ayat 4), “…sehingga keduanya menjadi satu daging” (ayat 5), “…demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu…” (ayat 6).
Mengenai nabi-nabi yang Anda sebutkan, dapatkah Anda tunjukkan ayat-ayat Alkitab mana yang menyebutkan bahwa mereka berpoligami atas perintah Allah sendiri? Untuk menjawab pertanyaan Anda sendiri, kembalilah pada sabda Yesus dalam Injil Matius 19 ayat 4 dan 8.
“Karena ketegaran hatimu … tetapi sejak semula tidaklah demikian” (Injil, Rasul Besar Matius 19:8)
~
Yuli
~
Terimakasih atas jerih payah Saudari dalam menjawab pertanyaan saya dengan cara panjang lebar, namun ayat- ayat yang saudari ajukan dan ilustrasi-ilus rasi yang Saudari berikan belum menjawab esensi pertanyaan saya.
Jika saya tanyakan pada Saudari dimanakah ayat yang melarang makan babi dalam Al-Kitab tentu Saudari akan mudah menemukannya, bukan?
Di sini saya tidak sedang bertanya tentang kebutuhan khotbah dari Saudari. Bukankah pertanyaan saya sederhana? Dimanakah tertulis dalam Alkitab yang melarang poligami?
~
Sdr. Penonton,
Apa yang Anda dan kami tuliskan dibaca oleh banyak orang. Untuk itu, kami menuliskan tanggapan yang juga bertujuan untuk membuka wawasan kita semua agar tidak terpenjara dengan pemikiran yang kurang dewasa dalam memaknai sebuah bacaan, termasuk Alkitab yang sedang kita bahas.
Apa yang kami tuliskan di atas, termasuk ayat-ayat yang kami sampaikan sudah menjawab pertanyaan Anda, jika Anda mau lebih jeli dan bersedia meluangkan waktu untuk mempelajari Alkitab.
Ohya, Anda belum menjawab pertanyaan kami sebelumnya mengenai ayat-ayat Alkitab mana yang menyebutkan bahwa nabi-nabi sebelum Isa Al-Masih berpoligami atas perintah Allah sendiri? Jika Anda bersedia menjawab pertanyaan tersebut, setidaknya membuktikan bahwa Anda bersedia membaca dan mempelajari Alkitab sebagai sumbernya. Bukankah opini yang bertanggung jawab harus didasarkan pada fakta dari sumber yang dipermasalahkan?
~
Yuli
~
Terimakasih usahanya.
Namun Saudari sebagaimana Kristen lainnya juga telah gagal membuktikan bahwa larangan berpoligami ternyata memang tidak ada dalam Alkitab.
Saya hanya membantu agar saudari bisa menilai secara seksama isi Alkitab mengenai ayat-ayat yang melarang: membunuh, mencuri, makan babi, berzina, patung, dll, sangat jelas dan terang benderang larangannya, bukan? Mengapa Saudari tidak bisa berfikir jika memang Poligami dianggap perbuatan dosa oleh Tuhan Saudari, mengapa tidak ada perintah larangan dalam Alkitab? Atau, Tuhan Saudari telah lupa berfirman larangan poligami?
Dan uniknya, ketika saudara Kristen cs gagal membuktikan larangan berpoligami, lantas mencoba menghindari dengan membuat pertanyaan yang mengada-ada dengan pertanyaan, adakah ayat perintah berpoligami dalam Alkitab. Bagaimana?
~
Sdr. Penonton,
Telah kami sarankan berulangkali untuk terlebih dahulu mempelajari keseluruhan Alkitab sebagai sumber topik. Dari sini baru dapat disusun pertanyaan yang berbobot.
Sudahkah Anda mempelajarinya Alkitab, mulai dari kitab pertama dalam Perjanjian Lama (PL), hingga kitab terakhir dalam Perjanjian Baru (PB)? Akan sangat sulit menangkap makna jawaban pertanyaan bila keseluruhan Alkitab belum Anda pelajari.
Sebagai contoh, sudahkah Anda paham, dalam kitab PL atau PB-kah aturan larangan secara detail sebagaimana Anda sebutkan terdapat? Mengapa sedemikian detail? Untuk siapa dan dengan tujuan apa? Apakah hubungan dan juga perbedaan antara PL dan PB? Bagaimana pula dengan sabda Yesus, apa kaitannya dengan perintah-perintah Allah sebelumnya? Mengapa Yesus menyampaikannya secara demikian? Bagaimana Allah mempertimbangkan tingkat kedewasaan rohani umat-Nya?
Jawaban atas pertanyaan-petanyaan di atas perlu lebih awal dipahami melalui Alkitab agar dapat mengerti maksud hukum Allah selanjutnya.
Saudara, pertanyaan tentang ayat Alkitab manakah yang mengkonfirmasikan kehendak Allah sendiri atas berpoligaminya para nabi sebelum era Yesus justru menjadi bahan yang membantu memperjelas masalah poligami. Ketika jawaban diperoleh, maka fungsinya dapat semakin memperkuat, atau sebaliknya menggugurkan asumsi Anda. Jadi, tidak perlu alergi dengan pertanyaan tersebut.
~
Yuli
~
Saudari Yuli,
Saya tidak sedang dalam mendengar khotbah. Saya hanya ingin Saudari membuktikannya. Tidak sulit bukan? Sangat mudah mempelajari Alkitab itu. Membaca Alkitab (maaf) mungkin saya lebih sering daripada Saudari.
Kenyataan sesungguhnya menurut Alkitab Tuhan Saudari, memang tidak melarang poligami maupun menyuruh poligami. Makanya nabi-nabi dalam PL berani mengambil keputusan berpoligami dengan dasar keimanannya.
Bila Saudari bersikukuh poligami berdosa alias haram, padahal sama sekali tidak tertulis larangannya di Alkitab, berarti Saudari menganggap Tuhan Saudari seorang pelupa dan nabi-nabi PL adalah pezinah.
~
Sdr. Penonton,
Seperti telah kami tuliskan kepada Anda melalui wall artikel lain, kami persilahkan Anda untuk kembali mengingat hal berikut:
Melontarkan pertanyaan dengan menangkap maksud jawaban dari pertanyaan adalah 2 kemampuan berbeda. Jika keduanya tidak dimiliki secara seimbang, maka dialog 2 arah manapun tak dapat membantu, apalagi bermanfaat.
Jika Anda beranggapan sangat mudah untuk mempelajari Alkitab, tentu Anda dengan mudah pula menemukan ayat-ayat yang mengkonfirmasikan bahwa Allah sendiri yang menghendaki para nabi dalam PL berpoligami, bukan?
Saudara, perlu Anda cermati bahwa kalimat terakhir yang Anda tulis hanyalah opini Anda sendiri, sama sekali bukan pernyataan kami. Jadi, berhati-hatilah dalam menarik kesimpulan.
“Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan” (Amsal Sulaiman 1:7)
~
Yuli