“Dia [pria pelaku nikah mut’ah] berkata bahwa melakukannya adalah cara untuk mengenal saya lebih dalam dengan halal. Saya merasa bersalah. Saya merasa bahwa kami sedang membodohi Allah. Hanya karena ia ingin berhubungan sex dengan saya. Menurutnya, ini halal dalam Islam” [Syiah Arab Mut’ah Di Puncak Bogor,” Laporan France 24 News].
Nikah Mut’ah atau pernikahan kontrak adalah pernikahan dalam masa tertentu. Misalnya, hanya beberapa jam, minggu, bulan, bahkan beberapa tahun. Jika lewat dari masa kontrak, maka kontrak pernikahan pun berakhir.
Walau tidak semua, tapi mayoritas Muslim di Indonesia menyatakan ini adalah haram. Demikian juga dengan kekristenan. Sebab menurut ajaran Kitab Suci Injil, nikah mut’ah sama dengan dosa perzinahan.
Muhammad Pernah Memperbolehkan Nikah Mut’ah
Menurut Muhammad, awalnya nikah mut’ah diijinkan untuk mencegah perzinahan, percabulan, dan pemerkosaan. Demikian Al-Quran berkata, “Dan dihalalkan bagi kamu (selain perempuan yang diharamkan untukmu) untuk mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini demi melindungi dirimu (dari dosa), bukan untuk berzina . . . ” (Qs 4:24).
Setelah Muhammad meninggal, pendapat tentang ini terpecah. Muslim Sunni berkata Muhammad telah membatalkan praktik ini. Tetapi, Muslim Syiah berkata Muhammad tidak pernah membatalkannya.
Kedua golongan tersebut bahkan menunjuk hadits-hadits untuk mendukung pernyataan-pernyataan mereka. Lalu, golongan manakah yang benar?
Mengapa Injil Menyebut Nikah Mut’ah Sebagai Perzinahan?
Firman Allah dalam Kitab Suci Injil berkata, “Tetapi Aku [Isa Al-Masih] berkata kepadamu, barangsiapa memandang perempuan serta menginginkannya, maka ia telah berbuat zina dengan perempuan itu di dalam hatinya. ” (Injil, Rasul Besar Matius 5:28).
Kitab Suci Injil sangat tegas dan jelas memberi batasan tentang zinah. Seseorang disebut berzinah, bukan hanya ketika dia berhubungan seks di luar pasangannya yang resmi. Yaitu isteri atau suami. Bahkan ketika seorang pria memandang wanita dan menginginkannya, ia sudah berizinah. Demikian juga halnya dengan Nikah Mut’ah. Injil memandang praktik tersebut sebagai perzinahan.
Perzinahan Berasal Dari Hati Manusia Yang Berdosa
Jadi penolakan Kekristenan terhadap nikah mut’ah bukan semata-mata karena permasalahan yang timbul akibat nikah mut’ah. Seperti: mempengaruhi psikologi anak, merendahkan kaum wanita, dll. Nikah Mut’ah bukan sekedar haram, tetapi dosa perzinahan dan percabulan.
Firman Allah berkata, bahwa dosa perzinahan dan percabulan timbul dari hati manusia yang berdosa. “Karena dari dalamlah, yaitu dari hati orang, timbul pikiran jahat, percabulan, … perzinaan, … hawa nafsu, …” (Injil, Mark 7:21-22). Untuk dapat terhindar dari dosa tersebut, seseorang perlu memperbaharui hatinya dan menjadikanya kudus.
Bagaimana Berhenti Dari Nikah Mut’ah, Yaitu Perzinahan dan Percabulan?
Allah ingin memberikan Anda hati yang baru, yang kudus. Jika Anda jatuh ke dalam dosa perzinahan, mungkin saat ini Anda merasa putus-asa dan ingin berhenti berzinah. Benar, Anda tidak akan pernah bisa berhenti dengan kekuatan sendiri!
Satu-satunya cara untuk memiliki hati yang kudus adalah dengan menerima pengorbanan Isa Al-Masih. Isa telah mengorbankan diri-Nya supaya Anda menjadi kudus. Datanglah kepada-Nya dan Ia akan memberikanmu sebuah hati yang baru dan kudus. Apakah Anda mau menerima-Nya hari ini?
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Apakah Saudara setuju dengan nikah mut’ah? Berikan alasan saudara!
- Menurut Saudara apakah nikah mut’ah adalah dosa? Berikan alasan saudara!
- Menurut Kitab Suci Injil, bagaimana seseorang dapat dibebaskan dari dosa perzinahan?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda*****pada komentar-komentar yang kami merasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
~
Sejarah membuktikan (Nasrani, Barbara Thiering) bahwa Yesus menikah dan berpoligami dengan Lidya, Martha, dan Maria Magdalena.
“… Allah ingin memberikan Anda hati yang baru, yang kudus…”
Respon: Allah mana yang dapat memberikan hati yang kudus kalau mereka berjumlah tiga (Bapa, Yesus, dan Roh Kudus)?
~
Sdr. Usil,
Adalah sia-sia untuk menembakkan peluru kosong bertubi-tubi. Lebih baik, periksalah dulu apakah senapan Anda sudah berisi peluru? Maka, periksalah lebih lanjut siapakah Barbara Thiering dan validitas dari hasil risetnya. Apakah artifak yang digunakannya sebagai sumber berita bohong ditulis pada abad yang sama saat Yesus hidup di dunia? Siapa penulisnya? Dengan bahasa apa?
Mengenai Allah Pencipta semesta yang juga sanggup memperbarui hati manusia, apakah menurut Anda, Anda sudah sangat mengenal-Nya sehingga Anda melarang Allah menyatakan diri-Nya sendiri Tritunggal (Injil Matius 28:19)? Jika Anda merasa sangat mengenal Allah lebih daripada Allah mengenal diri-Nya sendiri, maka sesungguhnya Allah yang Anda imani bukanlah Allah sejati, melainkan “allah” ciptaan manusia.
~
Yuli
~
Untuk Usil,
“… Yesus menikah dan berpoligami dengan Lidya,Martha dan Maria Magdalena…”.
Dari sumber mana Anda mendapatkannya? Atau hanya asumsi Anda sendiri yang dibarengi dengan kebencian?
Salam.
~
Sdr. Aritonang,
Kiranya apa yang Anda sampaikan dapat menjadi bahan pemikiran lebih lanjut bagi Sdr. Usil.
Barbara Thiering antar lain memang menginformasikan apa yang Sdr. Usil sampaikan. Namun, langkah penting yang tidak Sdr. Usil maupun rekan-rekan Muslim lain kerjakan adalah meneliti lebih jauh sumber artifak dari info tsb, sudahkah memberikan data faktual dan kredibel? Maka, logika berpikir ilmiah (bukannya prasangka negatif) sangat dibutuhkan untuk membedakan manakah berita bohong dan asli.
~
Yuli
~
Muslim mengeluarkan pendapat tidak pernah berdasarkan kebencian dan fitnah seperti yang kalian lakukan. Semua pendapat tersebut berdasarkan penelitian sejarah oleh Nasrani dan Yahudi:
1.Barbara Thiering (Nasrani/naskah laut mati)
2.James Cameron (Nasrani)
3.Simcha Jacobovici (Yahudi)
Ilmuwan Nasrani juga yang menyatakan bahwa Al-Quran adalah firman Tuhan dan Alkitab telah dipalsukan sebagai firman Tuhan (Dr.Maurice Bucaille, Injil, Al-Quran dan Sains Modern).
~
Sekali lagi Sdr. Usil, agar Anda tidak terjebak dengan asumsi dan hasil riset yang tidak kredibel oleh orang-orang yang hanya mencari popularitas publik tanpa didasari keahlian disiplin ilmu yang memadai, silakan Anda cari hasil riset ilmiah dari berbagai pakar kredibel lainnya yang mematahkan semua teori dan asumsi tokoh-tokoh yang Anda sebutkan di atas.
Saudaraku, lebih berguna bila Anda memfokuskan diri pada bahasan artikel tentang nikah Mut’ah. Menurut Anda, bagaimana dengan polemik Sunni – Syiah dalam hal ini? Ketika cikal bakal konsep nikah Mut’ah tertulis dalam Al-Quran (Qs 4:24), mengapa Sunni berkeyakinan Muhammad telah membatalkan praktik ini? Apakah dengan begitu, Qs 4:24 tidak lagi berlaku? Lalu, di manakah letak keabadian firman Allah jika Al-Quran Anda yakini firman-Nya? Ataukah ayat ini bukan buatan Allah? Jika nabi Anda yang membatalkannya, bukankah “sang pembatal” berarti “sang pembuat” ayat itu sendiri? Bagaimana tanggapan Anda?
~
Yuli
~
Untuk Usil,
Apakah penjelasan tersebut tertulis dalam kitab suci yang anda yakini?
Salam.
~
Sdr. Aritonang,
Tentu saja Sdr. Usil tidak menemukan info ini dari Al-Quran. Info di luar Alkitab maupun Al-Quran ini dipergunakannya sebagai mekanisme pertahanan atas kerapuhan ajaran yang bersumber dari kitab suci yang diyakininya.
Bukankah sebuah ironi bila yang diyakini sebagai kitab suci justru tidak dapat menyediakan sumber internal yang mengokohkan keotentikannya sebagai firman Allah?
~
Yuli
~
Untuk Aritonang,
Lucu sekali pertanyaan Anda. Justru kitab suci itulah yang harus dibuktikan kebenarannya dengan barometer di luar kitab suci tersebut. Kitab suci bukan logika dan pengetahuan, tetapi logika dan pengetahuan membuktikan kebenaran kitab suci. Kalau tidak, maka kalian hanya percaya atas nama iman.
~
Sdr. Usil,
Mengapa saran yang Anda berikan tidak Anda kerjakan lebih dulu terhadap Al-Quran? Silakan tanggapi pertanyaan kami sebelumnya (# Staff Isa Islam dan Kaum Wanita 2015-08-03 09:12). Bagaimana Anda menjelaskan pemahaman kaum Sunni yang meyakini Muhammad telah membatalkan praktik nikah Mut’ah yang bersumber dari Qs 4:24? Jika Al-Quran firman Allah, mengapa Muhammad membatalkannya? Apakah ayat tsb buatan nabi Anda sehingga ia juga berhak membatalkannya?
Nah, jika Anda bersedia membahasnya, maka Anda sedang berusaha membuktikan kekuatan internal dari keotentikan kitab Anda sebagai firman Allah. Jika hal inipun tidak lulus uji, maka membandingkannya dengan sumber lain di luar Al-Quran justru semakin sia-sia.
~
Yuli
~
Untuk Usil,
Jadi, Anda yakin dengan penjelasan dari tokoh-tokoh tsb? Sementara Al-Quran yang paling Anda yakini tidak pernah menjelaskan hal tsb kecuali Anda mengambil suatu kesimpulan yang tidak Anda ketahui faktanya.
Salam.
Sekarang menurut Anda, apakah barometer kebenaran kitab suci?
~
Sdr. Usil,
Kitab Suci Allah selalu mempunyai kekuatan internal untuk membuktikan kebenarannya sebagai firman Allah. Juga fakta-fakta di luar catatan kitab tsb semakin memperkuat kesahihannya. Hal ini sudah dibuktikan Alkitab! Seluruh ayatnya konsisten memberitakan kebenaran tanpa ada yang saling melemahkan. Seluruh nubuatan Ilahi tergenapi dan tercatat di dalamnya. Bukti-bukti sejarah dan arkeologis di luar Alkitab pun semakin mengokohkan kebenarannya.
Sayangnya, hingga kini Anda belum mampu melakukan hal yang sama untuk Al-Quran. Topik nikah Mut’ah menjadi salah satu contoh kasusnya. Kami persilakan Anda membahas dan membuktikannya.
~
Yuli
~
Untuk saudaraku Usil,
Anda belum menjawab pertanyaan saya. Agar diskusi kita lebih menarik dan fokus, apakah informasi tersebut anda yakini meskipun tidak tertulis dalam kitab suci Anda?
Sejak awalkomentar Anda, jelas sekali Anda berupaya menyerang dengan cara mencari informasi yang tidak Anda pahami dan kuasai dengan benar. Sementara dalam kitab suci yang Anda yakini, hal tersebut tidak pernah ada dituliskan.
Salam.
~
Sdr. Aritonang,
Terimakasih untuk pertanyaan dan komentar Anda kepada Sdr. Usil. Kiranya hal ini dapat membantu Sdr. Usil untuk mengedepankan pikiran rasional dalam setiap diskusi.
Lebih daripada itu, kami berharap agar kita semua dapat lebih kritis dalam menelaah sebuah ajaran, benarkah berasal dari Allah, ataukah dari nafsu manusia berdosa. Setiap manusia pada akhirnya harus mempertanggungjawabkan pilihan hidupnya masing-masing. Maka, kenalilah dan pilihlah kebenaran sejati dari Allah.
~
Yuli
~
Kawin kontrak? Bagaimana dengan si Usil, apakah dia setuju perkawinan jenis ini dihalalkan atau diharamkan?
Ayo bung Usil, berikan jawaban yang pasti.
~
Terimakasih Sdr. Boas.
Pertanyaan Anda membantu kita semua terkhusus Sdr. Usil untuk mempertimbangkan ulang ajaran nikah Mut’ah besarta Al-Quran sebagai sumbernya.
Kiranya kemurahan Allah dapat membuka hati kita terhadap manakah kebenaran Allah sejati. Hanya kebenaran dari Allah sajalah yang membawa kesejahteraan kekal.
~
Yuli
~
Kawin kontrak halal menurut Islam. Di Puncak (Jabar), ada lembaga yang mengatur sekaligus mempersiapkan calon-calon istri bahkan yang import. Silakan googling kawin mut’ah, lengkap dengan segala prosedurnya.
Karena Islam menganggap perempuan itu rendah, bahkan dikatakan penghuni neraka kebanyakan wanita, tidaklah heran banyak Muslimah yang terjerumus dalam kesesatan. Apalagi janji 72 istri bagi pria di sorga (entah sorga mana). Sekalian saja menikmati duniawi ini dulu, toh nanti juga ke neraka.
Hanya berserah pada Isa Al-Masih, siapapun Anda, dalam kondisi apapun, Anda sangat berharga bagi-Nya. Dalam Injil, seorang perempuan yang akan dirajam mati, tapi Yesus menyelamatkan dia.
Pengorbanan-Nya membuktikan Dia Sang Maha Pengasih untuk kita semua.
~
Ada benar Sdri. Mimie. Isa Al-Masih yang adalah Allah Maha Pengasih dan Penyayang, adalah satu-satunya pribadi yang sanggup menolong kita keluar dari segala ikatan dosa, termasuk dosa perzinahan dalam ajaran poligami maupun nikah mut’ah.
Demikian sabda Isa Al-Masih:
“Sebab Anak Manusia [Isa Al-Masih] datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Injil, Rasul Lukas 19:10).
~
Yuli
~
Saudara Boas,
“Bagaimana dengan si Usil, apakah dia setuju perkawinan jenis ini dihalalkan atau diharamkan?”
Kalau si Usil pasti tak bisa mejawab alias serba salah, halal atau haram sudah diwahyukan di Al-Quran. Semoga Sdr. Usil masih memiliki hati nurani pada ibundanya yang susah payah melahirkan dia.
Isa Al-Masih pada saat Ia disalib memerintahkan saudara dan muri-Nya untuk menjaga ibunda-Nya. Ibu kita adalah wanita mulia di dunia. Begitu jahatnya wali nikah mutah, tapi lagi-lagi karena diridhoi Islam, masalah selesai.
Bro Boas, GBU.
~
Sdri. Mimie,
Sebagaimana fenomena faktual yang Anda bagikan mengenai menyedihkannya nikah mut’ah, kita semua tentu prihatin karenanya. Sebagai orang-orang yang mengaku bertakwa kepada Allah, marilah kita semua makin jeli menelaah, benarkah ajaran nikah mut’ah berasal dari kehendak Allah sejati? Bukankah kehendak Allah selalu memberikan rasa aman, keadilan, dan kesejahteraan bagi seluruh umat, pria maupun wanita?
~
Yuli
~
“…Mengenai Allah Pencipta semesta yang juga sanggup memperbarui hati manusia, apakah menurut Anda, Anda sudah sangat mengenal-Nya sehingga Anda melarang Allah menyatakan diri-Nya sendiri Tritunggal (Injil Matius 28:19)?…”
Respon: Allah yang mana yang memperkenalkan diri-Nya sebagai Tritunggal (Bapa,Yesus, dan kudus)? Silahkan jawab!
~
Sdr. Usil,
Tentu saja Allah Sang Pencipta, yang menciptakan Anda. Ia telah menyatakan ketritunggalan pribadi-Nya melalui firman-Nya sejak dalam kitab Taurat (Kitab Kejadian 1:1; Kitab Ulangan 6:4). Maka, bacalah Taurat. Bukankah Qs 5:46 juga mengakui Taurat sebagai petunjuk bagi orang bertakwa? Jadi, jika Anda merasa bertakwa, tentu tidak ada alasan untuk enggan membacanya, bukan?
~
Begini Bung Usil,
Si Dan Brown kurang kerjaan. Dia memainkan jurus utak-atik campur-aduk informasi menjadi sejarah gado-gado dan kemudian tanpa basa- basi langsung Anda santap karena perut Anda keroncongan. Tuduhan Saudara itu bukanlah dari logika yang sehat tetapi berasal dari bunyi perut yang keroncongan itu. Kalau Saudara tidak setuju dikatakan keroncongan, silakan berikan sumber si Dan Brown yang anda sanjung itu.
~
Tepat yang Anda sampaikan, Sdr. Boas!
Kiranya hal ini menjadi pertimbangan yang logis bagi rekan-rekan semua untuk memeriksa dan memilah informasi sebelum menelannya sebagai suatu kebenaran. Bagaimanapun, kepalsuan selalui memiripkan dirinya dengan kebenaran. Hanya nurani yang jernih dan pikiran logislah yang mampu membedakannya.
~
Yuli
~
Kalian ingin bukti bahwa Yesus berpoligami melalui Al Quran? Inilah buktinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (mu’jizat) melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu)” (Qs13: 38).
~
Sdr. Usil,
Nabi dan rasul adalah jabatan yang berbeda di era yang berbeda pula. Sayangnya, Anda dan umat Muslim lainnya mencampuradukkan tanpa mengerti makna dan fakta sejarahnya.
Isa Al-Masih bukanlah rasul. Justru karena Ia adalah Allah yang datang ke dunia bagi keselamatan manusia, Ia mengutus rasul-rasul, yaitu murid-murid-Nya yang secara langsung menerima pengajaran dan teladan hidup-Nya. Maka, ayat Al-Quran tersebut tentu saja tidak dapat Anda jadikan dasar untuk melegitimasi asumsi Yesus berpoligami.
~
Yuli
Sdr. Usil,
Isa Al-Masih menikah? Dari sumber mana? Mengapa Al-Quran tidak menyebut istri-istri Isa Al-Masih?
Bukankah Al-Quran adalah sumber sahih dan pedoman Muslim? Walaupun Al-Quran telah membelokkan fakta penyaliban Yesus, tapi tetap tidak menyembunyikan kesucian Isa Al-Masih. Dia diangkat ke sorga dan tentu hanya yang sungguh-sungguh suci yang dapat datang ke tempat yang Maha Kudus.
Al-Quran juga menyebut Dia berasal dari Roh Allah, tanpa hubungan biologis, terkemuka di dunia dan di akhirat. Kelak Dia akan kembali menjadi hakim yang adil, Inilah yang ditulis Al-Quran.
Sebagai pengikut Isa Al-Masih, itulah harapan utama, yaitu menunggu kedatangan-Nya yang kedua kali. Kiranya kasih karunia Isa Al-Masih tercurah untuk Saudara.
~
Pertanyaan Anda sangat baik, Sdri. Mimie. Tentu tidak tanpa alasan Al-Quran menyebutkan Isa Al-Masih suci (Qs 19:19), berasal dari Roh Allah (Qs 4:171), tanpa hubungan biologis (Qs 3:47), terkemuka di dunia dan di akhirat (Qs 3:45). Maka pastilah Al-Quran tidak mungkin menyebut Isa menikah, apalagi berpoligami.
Maka, Sdr. Usil perlu lebih berhati-hati mengelola pikirannya agar tetap logis.
~
Yuli
~
Untuk Mimie,
Muslim tetap tidak mengakui Yesus mati di kayu salib.
Allah mana lagi yang meninggakan Yesus saat disalib ketika (menurut kalian) Yesus adalah Allah?
~
Sdr. Usil,
Memang benar. Jika umat Muslim hanya mendasarkan pendapatnya pada Qs 4:157, mereka menolak kenyataan bahwa Isa wafat. Tapi, bagaimana dengan bunyi ayat Al-Quran berikut? Bukankah Isa sungguh wafat sebelum bangkit? Tentu Anda sulit menyangkalnya: “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari [u]aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali[/u]” (Qs 19:33).
Mengenai Yesus yang ditinggalkan Bapa-Nya saat disalib, jawaban atas pertanyaan Anda kembali pada konsep Allah Tritunggal, bukan konsep Tauhid yang banyak kelemahan dan mempersulit Anda memahami kesejatian Allah sebagaimana yang Ia nyatakan sendiri. Bacalah artikel berikut: http://tinyurl.com/kz2vgq5.
~
Yuli
~
Untuk saudara Usil… horas bah,
Di kitab Al-Quran yang anda teladani ada tertulis Isa Al-Masih (Yesus) itu suci. Apakah yang dimaksud dengan kata suci, seorang terkemuka di dunia dan akhirat? Kalau Anda mengatakan Isa Al-Masih menikah, sama saja Anda mengatakan Roh Allah dan Kalimat Allah menikah. Siapa Isa Al-Masih menurut Al-Quran, saudaraku Usil? Jawablah dengan hati dan pikiran Anda. bukan berdasarkan penelitian si A sanpai si Z. Mereka itu manusia juga, saudaraku.
Buat staf IDI dan yang bergabung di situs ini, teruslah berkarya dalam Isa Al-Masih (Yesus Kristus).
Mauliate, maturnuwun dan Jesus Christ loves you.
~
Terimakasih Sdr. I LOVE JESUS atas dukungan semangat yang Anda berikan kepada kami untuk terus berkarya di dalam Isa Al-Masih.
Kiranya pertanyaan Anda kepada Sdr. Usil dapat mendorongnya mempelajari lebih lanjut keilahian Isa Al-Masih.
~
Yuli
~
“… Nabi dan rasul adalah jabatan yang berbeda di era yang berbeda pula. Sayangnya, Anda dan umat Muslim lainnya mencampuradukkan tanpa mengerti makna dan fakta sejarahnya. Isa Al-Masih bukanlah rasul. Justru karena Ia adalah Allah yang datang ke dunia…”
Respon: Kalau Yesus itu Allah, Paulus, Petrus, dll itu apa? Rasul-rasul Yesus? Mengapa kalian hanya mengambil ajaran Paulus sementara demikian banyak rasul dalam ajaran Kristen?
Kalau kalian pengikut Yesus, maka kalian harus mengikuti bukan hanya kata-kata Paulus, tetapi juga Petrus dan semua rasul-rasul Yesus. Bukankah menurut kalian Semua rasul Yesus (kecuali Barnabas) menulis Alkitab dengan bantuan Roh Kudus? Kalau kalian hanya mengikuti kata-kata Paulus, maka sesungguhnya bukanlah pengikut Yesus, melainkan hanya menjadi pengikut ajaran Paulus.
~
Sdr. Usil,
Menuduh hanya dari informasi yang Anda dengar dari orang lain tanpa memeriksa langsung dari sumbernya sangatlah fatal dan menyesatkan Anda sendiri.
Bacalah Alkitab, khususnya Perjanjian Baru, siapa saja nama-nama kitab yang tercantum di sana. Apakah melulu Paulus? Tidak, bukan? Di sana ada tulisan Matius, Petrus, Yohanes, Yakobus, Lukas, Markus. Lalu, lakukan riset sederhana berikut: bandingkan isi masing-masing kitab. Tentu Anda pasti melihat kesamaan esensinya. Maka makin jelas bahwa semua penulis tsb mendapat wahyu dan ilham dari Allah sendiri karena apa yang mereka tulis adalah Firman Allah. Selamat mencoba.
~
Yuli
~
“… Tentu saja Allah Sang Pencipta, yang menciptakan Anda. Ia telah menyatakan ketritunggalan pribadi-Nya melalui firman-Nya sejak dalam kitab Taurat (Kitab Kejadian 1:1; Kitab Ulangan 6:4)…”
Respon: Justru itulah yang Muslim tanyakan. Allah yang mana yang menyatakan bahwa Allah itu Ttritunggal? Bapa,Yesus, atau Roh Kudus? Bukankah Tritunggal itu sah kalau ada pernyataan dari tiga oknum tersebut bahwa mereka adalah satu?
~
Sdr. Usil,
Bukan tanpa alasan kami menuliskan alamat ayat Taurat di atas. Maka, silakan Anda buka dan baca isi ayatnya. Lalu, jangan hanya berpuas di situ. Terus bacalah Alkitab mulai dari kitab Kejadian hingga Wahyu. Maka, Anda akan berhenti menanyakan pertanyaan yang sama.
Ohya, ayat Injil Matius 28:19 juga sangat perlu Anda baca. Jangan lupa, berdoalah sungguh-sungguh kepada Allah agar belas kasihan-Nya membuka mata hati Saudara terhadap kebenaran Allah sejati.
~
Yuli
~
Kepada Bung Usil,
Yang paling pertama perlu kita aminkan adalah “bagi Allah tiada yang mustahil”. Tetapi dalam kemahaan-Nya tiada pula yang sia-sia karena Firman-Nya menjadi manusia Isa Al-Masih yang bila Anda hendak memanggilnya nabi, ya silakan. Bila Anda hendak mengatakan dia rasul,ya silakan. Bila Anda hendak memanggilnya sahabat yang setia, ya silakan.Bila anda hendak memanggilnya gembala yang baik ataupun guru, ya silakan. Dan bila Anda nantinya paham dengan sebutan itu semua, maka akan tiba saatnya Anda juga akan memanggilnya dengan Tuhan, yang artinya adalah Tuan dari segala tuan dan Raja di atas segala raja bagi kemuliaan Allah,Bapa.
Catatan: Bila Anda mengatakan Muhammad seorang nabi dan rasul, bagaimana dengan Abraham atau Musa?
~
Terimakasih Sdr. Boas.
Kiranya apa yang Anda sampaikan dapat emberikan pemahaman baru kepada Sdr. Usil khususnya.
~
Yuli