Wanita mana yang tidak ingin memiliki suami yang sempurna? Jelas setiap wanita menginginkan suami yang mapan, tampan, berprilaku baik, dan sempurna, bukan? Apakah ciri-ciri tersebut merupakan suami ideal menurut Islam?
Sayangnya tidak ada manusia yang sempurna. Lalu, suami yang bagaimanakah yang dapat disebut sebagai suami ideal menurut Islam? Mari kita melihat pandangan dua agama terbesar di dunia, yaitu Islam dan Kristen tentang suami yang ideal.
Al-Quran dan Suami Ideal Menurut Islam
Dalam Al-Quran terdapat beberapa ayat yang menggambarkan sosok suami ideal. Salah satunya berbunyi, “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka” (Qs 4:34). Al-Quran mengajarkan, suami ideal adalah suami yang bisa memimpin isteri dan anak-anaknya. Juga suami yang dapat menafkahi anak isterinya.
Al-Quran menyebutkan kriteria kedua adalah suami yang shaleh dan taat beribadah. “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang dihadapinya), dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya” (Qs 65:2-3). Ayat ini menjelaskan kepada kita, bahwa ketika suami taat kepada Allah, maka Allah akan memudahkan rezekinya. Tentunya hal itu berpengaruh juga terhadap kehidupan isteri dan anak-anaknya.
Suami Ideal Menjadi Tidak Ideal
Setidaknya inilah sebagian kriteria Al-Quran untuk suami ideal menurut Islam. Sayangnya Al-Quran juga memberi “kesempatan” bagi suami ideal menjadi kurang ideal.
Contohnya, Al-Quran berkata, “. . . . . maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. . . . . “(Qs 4:3). Ayat lainnya, ““Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki” (Qs 2:223). Selain itu, Al-Quran mengajarkan bahwa suami dapat memukul isterinya. Lagi ia dapat memisahkan isteri di tempat tidur mereka.
Apakah suami yang berpoligami ideal? Bagaimana suami yang tega memukul isterinya. Ideal menjadi suami yang melihat isteri hanya sebagai objek seks saja?
Pandangan Injil Tentang Suami Ideal
Nah, mari kita melihat penjelasan Injil tentang suami ideal.
Inti suami ideal terdapat dalam Hukum Pertama dan Kedua dalam Injil, Rasul Besar Matius 22:37-39. Yaitu tentang mengasihi Allah dan sesama. Maka kriteria pertama dari suami ideal adalah suami yang dapat mengasihi dan menyerahkan diri bagi isteri. “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya” (Injil, Surat Efesus 5:25).
Suami juga harus, “hidup . . . bijaksana dengan isteri . . . sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia . . . ” (Injil, Surat I Petrus 3:7). Lagi ia tidak boleh “berlaku kasar terhadap” isterinya (Injil, Surat Kolose 3:19).
Suami akan memelihara dan menafkahi isteri, “meneyelamatkan tubuh”-nya (Injil, Surat Efesus 5:23). Dengan kata lain ia akan, “mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri” (Injil, Surat Efesus 5:28). Akhirnya Ia akan “menguduskan”-nya, yaitu menolong isteri menjadi seorang yang berkenan kepada Allah (Injil, Surat Efesus 5:26).
Isa Al-Masih Dapat Membentuk Suami yang Ideal
Sungguh indah bukan bila Anda mempunyai suami yang rela mengorbankan nyawanya bagi Anda! Dan bagaimana Anda, seorang pria. Bersediakah Anda mendedikasikan seluruh hidup Anda bagi satu-satunya isteri Anda?
Wanita memerlukan lebih dari suami yang ideal. Dan kaum pria, karena dalam keadaan terpisah dari Allah akibat dosa, dalam dirinya tidak dapat menjadi suami ideal. Sehingga, kedua-duanya memerlukan Juruselamat.
Seorang pria yang telah diselamatkan dari dosa, barulah ia dapat menuju kepada suami yang ideal. Mengapa? Karena Isa Al-Masih, Juruselamat dunia, dapat menjadikan semua orang, termasuk semua pria menjadi “orang baru.” Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (Injil, II Korintus 5:17).
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Selain hal-hal yang sudah dijelaskan di atas, kriteria lain apakah yang wajib dimiliki oleh seorang suami ideal?
- Setujukah saudara bila suami yang berpoligami tidak dapat disebut sebagai suami ideal menurut Islam? Mengapa?
- Al-Quran dan Injil setuju bahwa Isa Al-Masih memang tidak pernah menikah. Namun bila dilihat karakternya, manakah yang cocok disebut suami ideal. Isa Al-Masih atau Muhammad?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami merasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
uciha mengatakan
~
Ayat Injil Lukas 14 yang Anda sebutkan tidak berbicara tentang rumah tangga. Anda perlu membacanya lebih teliti mulai ayat 25-35 agar tidak salah tangkap makna.
Tapi apakah kalimat “membenci” seperti itu pantas dijadikan firman? Apakah tidak ada bahasa yang lebih baik, seperti mengorbankan sesuatu yang kita cintai demi Tuhan, bukan berarti membencinya, bukan? Apakah salah mereka sehingga mereka harus kita benci?
staff mengatakan
~
Sdr. Uciha,
Silakan Anda baca ulang secara utuh komentar kami (# Staff Isa Islam dan Kaum Wanita 2015-09-17 09:25) sebelum memenggal tulisan dan beropini sesuka hati tanpa nalar yang logis. Perhatikan kalimat selanjutnya:
“Untuk memahami sabda Yesus dalam Injil Lukas 14:25-35 dibutuhkan pengetahuan tentang konteks budaya, gaya bahasa, serta situasi masyarakat saat itu. Ingat, Injil ini ditulis abad 1 Masehi di lingkungan masyarakat yang jauh berbeda dengan kita saat ini. Maka, tidak bijak bila menelan bulat-bulat suatu ungkapan tanpa mengerti konteks situasionalnya”.
Saudaraku, bagaimanapun Anda tidak bisa melawan kebenaran firman Allah, seberapapun tekad Anda mencari-cari celahnya. Orang bijak berprinsip:
“baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan– untuk mengerti amsal dan ibarat, perkataan dan teka-teki orang bijak” (Kitab Amsal Sulaiman 1:5-6).
~
Yuli
agus mengatakan
*****
1. Suami ideal bukan hanya mampu menafkahi lahir dan batin, tapi juga dapat menyelamatkan keluarganya dari siksa neraka.
2. Tidak setuju. Sebab seseorang laki-laki diberikan kuasa selama ia dapat berlaku adil dalam kacamata agama. Tapi Allah tidak mengharuskannya. Berarti itu pilihan bagi yang sanggup.
3. Isa tidak menikah, karena ia belum sampai menuntaskan yang disariatkan Allah dalam Injil. Isa diangkat Allah karena pembangkangan dari umatnya. Berbeda dengan Muhammad, wahyu terakhir dituntaskan hingga kematiannya.
staff mengatakan
*****
Sdr. Agus,
Terimakasih sudah berkenan menjawab tiga pertanyaan fokus yang kami sajikan. Berikut tanggapan dari kami:
1. Benarkah seorang suami sanggup menyelamatkan keluarganya dari siksa neraka? Jika iya, dengan cara apakah suami menyelamatkan keluarganya dari siksa neraka? Karena setahu kami, hanya Allah saja yang berkuasa menyelamatkan umat-Nya.
2. Memang umat Muslim selalu berkata, syarat berpoligami, suami harus dapat berlaku adil. Pertanyaan kami: Apakah ada manusia yang dapat berlaku adil? Bukankah maha adil merupakan sifat Allah? Bahkan setahu kami, nabi sdr pun tidak dapat berlaku adil kepada isteri-isterinya. Buktinya, dia lebih mengasihi Aisyah dibandingkan isteri-isterinya yang lain, bukan?
3. Dapatkah sdr menyebutkan syariat mana dari Injil yang belum dituntaskan Isa Al-Masih? Dan manakah syariat terakhir dari Muhammad yang sudah dituntaskannya?
~
Saodah
jangkrik genggong mengatakan
~
Berarti nenek moyang nabi Isa tidak bijak, ya? Sulaiman istrinya 1000, Yakub empat.
Saya pernah membaca jumlah perempuan di satu negara bagian Amerika 1.4 juta jiwa. Sovyet mewacanakan poligami akan diberi hadiah karena populasi wanita jauh lebih banyak.
Setahu saya, ajaran Islam menganjurkan satu saja istri, tapi kalau memang lebih ma’ruf (baik) dipersilakan maksimum empat.
staff mengatakan
~
Sdr. Jangkrik Genggong,
Anda benar! Secara silsilah keluarga, nenek moyang Isa Al-Masih seperti Sulaiman ataupun Yakub adalah manusia berdosa sehingga jalan hidupnya diwarnai keputusan-keputusan yang tidak bijak, bahkan penuh dengan dosa yang mengakibatkan kehancuran generasi selanjutnya. Bukankah kita semua juga sama? Maka, untuk itulah Allah dalam diri Isa Al-Masih hadir untuk menyatakan kasih-Nya dengan jalan menjadi satu-satunya manusia suci tanpa dosa agar dapat menjadi penebus (pengganti) bagi hukuman kekal dosa yaitu neraka. Dengan jalan penebusan ini, Isa Al-Masih menyelamatkan kita dan memulihkan hati kita agar beroleh kebijaksanaan dalam kehidupan yang kita jalani selanjutnya.
Tentang fakta sebagian daerah yang berpopulasi wanita lebih banyak, pemikiran Anda pun juga harus imbang dengan melihat fakta lain yakni beberapa negara seperti Indonesia yang berpopulasi kaum pria lebih banyak, bukan? Apakah mustahil melakukan pernikahan pasangan antar negara/daerah? Maka, alasan jumlah populasi wanita-pria tidak dapat dijadikan dalil untuk membenarkan poligami, yang jelas-jelas tidak Allah kehendaki.