Wanita mana yang tidak ingin memiliki suami yang sempurna? Jelas setiap wanita menginginkan suami yang mapan, tampan, berprilaku baik, dan sempurna, bukan? Apakah ciri-ciri tersebut merupakan suami ideal menurut Islam?
Sayangnya tidak ada manusia yang sempurna. Lalu, suami yang bagaimanakah yang dapat disebut sebagai suami ideal menurut Islam? Mari kita melihat pandangan dua agama terbesar di dunia, yaitu Islam dan Kristen tentang suami yang ideal.
Al-Quran dan Suami Ideal Menurut Islam
Dalam Al-Quran terdapat beberapa ayat yang menggambarkan sosok suami ideal. Salah satunya berbunyi, “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka” (Qs 4:34). Al-Quran mengajarkan, suami ideal adalah suami yang bisa memimpin isteri dan anak-anaknya. Juga suami yang dapat menafkahi anak isterinya.
Al-Quran menyebutkan kriteria kedua adalah suami yang shaleh dan taat beribadah. “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang dihadapinya), dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya” (Qs 65:2-3). Ayat ini menjelaskan kepada kita, bahwa ketika suami taat kepada Allah, maka Allah akan memudahkan rezekinya. Tentunya hal itu berpengaruh juga terhadap kehidupan isteri dan anak-anaknya.
Suami Ideal Menjadi Tidak Ideal
Setidaknya inilah sebagian kriteria Al-Quran untuk suami ideal menurut Islam. Sayangnya Al-Quran juga memberi “kesempatan” bagi suami ideal menjadi kurang ideal.
Contohnya, Al-Quran berkata, “. . . . . maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. . . . . “(Qs 4:3). Ayat lainnya, ““Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki” (Qs 2:223). Selain itu, Al-Quran mengajarkan bahwa suami dapat memukul isterinya. Lagi ia dapat memisahkan isteri di tempat tidur mereka.
Apakah suami yang berpoligami ideal? Bagaimana suami yang tega memukul isterinya. Ideal menjadi suami yang melihat isteri hanya sebagai objek seks saja?
Pandangan Injil Tentang Suami Ideal
Nah, mari kita melihat penjelasan Injil tentang suami ideal.
Inti suami ideal terdapat dalam Hukum Pertama dan Kedua dalam Injil, Rasul Besar Matius 22:37-39. Yaitu tentang mengasihi Allah dan sesama. Maka kriteria pertama dari suami ideal adalah suami yang dapat mengasihi dan menyerahkan diri bagi isteri. “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya” (Injil, Surat Efesus 5:25).
Suami juga harus, “hidup . . . bijaksana dengan isteri . . . sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia . . . ” (Injil, Surat I Petrus 3:7). Lagi ia tidak boleh “berlaku kasar terhadap” isterinya (Injil, Surat Kolose 3:19).
Suami akan memelihara dan menafkahi isteri, “meneyelamatkan tubuh”-nya (Injil, Surat Efesus 5:23). Dengan kata lain ia akan, “mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri” (Injil, Surat Efesus 5:28). Akhirnya Ia akan “menguduskan”-nya, yaitu menolong isteri menjadi seorang yang berkenan kepada Allah (Injil, Surat Efesus 5:26).
Isa Al-Masih Dapat Membentuk Suami yang Ideal
Sungguh indah bukan bila Anda mempunyai suami yang rela mengorbankan nyawanya bagi Anda! Dan bagaimana Anda, seorang pria. Bersediakah Anda mendedikasikan seluruh hidup Anda bagi satu-satunya isteri Anda?
Wanita memerlukan lebih dari suami yang ideal. Dan kaum pria, karena dalam keadaan terpisah dari Allah akibat dosa, dalam dirinya tidak dapat menjadi suami ideal. Sehingga, kedua-duanya memerlukan Juruselamat.
Seorang pria yang telah diselamatkan dari dosa, barulah ia dapat menuju kepada suami yang ideal. Mengapa? Karena Isa Al-Masih, Juruselamat dunia, dapat menjadikan semua orang, termasuk semua pria menjadi “orang baru.” Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (Injil, II Korintus 5:17).
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Selain hal-hal yang sudah dijelaskan di atas, kriteria lain apakah yang wajib dimiliki oleh seorang suami ideal?
- Setujukah saudara bila suami yang berpoligami tidak dapat disebut sebagai suami ideal menurut Islam? Mengapa?
- Al-Quran dan Injil setuju bahwa Isa Al-Masih memang tidak pernah menikah. Namun bila dilihat karakternya, manakah yang cocok disebut suami ideal. Isa Al-Masih atau Muhammad?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami merasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
~
Anda salah lagi mengartikan firman Allah.
Saya jelaskan syarat syah poligami:
1 memiliki alasan yang tepat untuk berpoligami menurut ajaran Islam
2 direstui oleh istrinya yang sah
3 dapat berlaku adil untuk istri-istrinya
4 dapat memenuhi kebutuhan lahir dan batin istrinya
Coba anda renungkan, Islam hanya memperjelas makna poligami yang memang telah dilakukan oleh nabi lain sebelum nabi Muhammad. Islam memang membolehkan akan tetapi harus memenuhi syarat tertentu. Setahu saya agama anda mengimani nabi sebelum nabi Isa. Sedangkan poligami itu sendiri telah dilakukan oleh nabi lain sebelum nabi Muhammad.
~
Saudara Syahril,
Terima kasih atas penjelasan saudara tentang syarat-syarat poligami.
Pertanyaan kami, apakah suami yang berpoligami ideal?
~
Daniar
~
Kalau menurut saya iya, asalkan sang pelaku poligami dapat berbuat adil terhadap istrinya. Dan mencintai mereka semata-mata menginginkan ridho allah swt. Tidak mungkin poligami menjadi alasan seorang pria menjadi tidak ideal. Sedangkan allah swt menempatkan pria yang dipilih seperti para nabi dan rosul termasuk nabi Ibrahim dan Muhammad, ke dalam golongan yang beruntung. Merekapun melakukan poligami tapi adil dan semata-mata menginginkan ridho allah.
Hal yang tidak benar apabila berpoligami dengan dasar nafsu semata karena sesungguhnya poligami berguna untuk mempererat tali persaudaraan antara sesama sekaligus memperkuat tiang agama dengan ikatan pernikahan. Juga mengangkat derajat wanita yang telah memiliki imam yang sah.
~
Saudara Syahril,
Bagaimana satu suami yang membagi cintanya kepada beberapa wanita dalam pernikahannya dapat disebut ideal? Sdr. Syahril ideal menurut Allah adalah satu suami dengan satu istri, bukan dengan banyak istri!
Bicara tentang adil, apakah menurut saudara ada manusia yang adil? Sulit untuk dipercaya. Menurut kami, adil hanyalah sifat Allah. Hanya Dia yang dapat berlaku adil. Bahkan, nabi saudara sendiri tidak dapat berlaku adil dengan para isterinya. Dia lebih sayang kepada Aisyah dibanding isteri-isterinya yang lain.
Nah, bila Muhammad saja tidak dapat berlaku adil, apakah menurut saudara ada pria lainnya yang bisa adil? Bila tidak ada pria yang adil, masihkah masuk akal ayat dalam Al-Quran yang memerintahkan pria adil mempunyai isteri hingga empat?
~
Daniar
~
Sebelumnya saya mau bertanya pada anda:
1 Apakah seseorang yang memiliki seorang istri saja bisa menjamin bahwa pria tersebut digolongkan sebagai pria ideal walaupun sifatnya jauh dari kata ideal?
2. Dari dasar mana anda mengatakan bahwa nabi Muhammad tidak berlaku adil pada semua istrinya. Karena kenyataannya kasih sayang Muhammad sama dan rata kepada semua istrinya. Apakah ada hadis yang mengatakan demikian?
3. Coba anda tunjukkan ayat dari kitab anda yang mengatakan bahwa Isa as melarang untuk berpoligami
4. Mengapa anda mengatakan bahwa poligami dilarang dan selalu menjatuhkan nabi Muhammad. Sedangkan pada dasarnya poligami juga dilakukan oleh nabi lain sebelum nabi Muhammad. Contoh nabi Ibrahim dan nabi Daud. Sedangkan kalian mengimani mereka juga. Apakah tidak janggal
5. Apa anda tahu jumlah istri nabi Daud as?
~
Saudara Syahril,
Terima kasih atas pertanyaan-pertanyaan saudara, berikut jawaban kami:
1.Seorang pria yang telah diselamatkan dari dosa, barulah ia dapat menuju kepada suami yang ideal.
2.Diriwayatkan oleh Aisha: Sauda bint Zam’a melepaskan gilirannya pada saya (Aisha) dan jadi Nabi memberi saya (Aisha) kedua hari saya dan hari dari Sauda. (Sahih Bukhari. Vol 7, Book 62. Haditsh 139). Hadist ini menjelaskan bahwa Muhammad lebih mencintai Aisha daripada Sauda. Hari yang sebenarnya dipakai Sauda bersama Muhammad harus hilang karena Muhammad bersama Aisha. Jelas Sauda sudah diperlakukan tidak adil, bukan?
3.“Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Injil, Rasul Besar Matius 19:6). Dari ayat ini jelas bahwa Isa Al-Masih menegaskan lagi pernikahan monogami bukan poligami. Tujuan pernikahan yang Allah ciptakan adalah membuat pria dan wanita menjadi “satu.” Hal ini hanya dapat dilakukan oleh satu pria dan satu wanita. Bukan satu pria dengan beberapa wanita.
4.Karena sejak semula Allah menetapkan pernikahan monogami. Sehingga, pernikahan dengan beberapa wanita bukanlah pernikahan yang Allah ciptakan. Tetapi pernikahan yang lahir dari keinginan/hawa nafsu seseorang! Bukankah janggal bila Allah mengubah ketetapan-Nya?
5.Istri Daud lebih dari 8 orang.
~
Daniar
~
1. Itu berarti poligami maupun monogami tidak menunjang akan keidealan seorang pria. Melainkan keimanan dan ketaatannya.
2. Hadist itu bukanlah mengatakan Muhammad tidak adil. Karena setiap tindakan rasulullah pastilah memiliki sebab. Cobalah anda mencari penyebab akan hadis ini dan cerita asli tentang hadis ini maka anda akan menemukan kebenarannya.
3. Ayat anda memang benar. Pada dasarnya orang yang menikah itu telah menjadi satu. Al-Quran pun mengatakan demikian. Yang jadi pertanyaan ayat yang mana yang mengatakan poligami itu dilarang.
4. Anda boleh mengatakan janggal. Apabila anda telah menjawab pertanyaan nomor tiga. Apakah ada ayat anda yang mengatakan melarang poligami
5. Jumlah istri nabi Daud as adalah 100 orang bukan 8 dan beliau adalah nabi yang adil keadilannya.
~
Saudara Syahril,
1.Kriteria suami ideal seperti yang telah dipaparkan dalam artikel di atas. Jelas dengan berpoligami menjadikan suami tidak ideal.
2.Bila menurut Sdr. Syahril hadist itu bukan mengatakan Muhammad tidak adil, lalu mengatakan apa?Kami kira Sdr. Syahril mengetahui hadist itu dapatkah saudara menjelaskannya? “cari cerita asli hadist ini”? Apakah menurut Sdr. Syahril ini bukan asli?
3.Silakan simak dan renungkan baik-baik ayat tersebut. “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. . .” (Injil, Rasul Besar Matius 19:6). Artinya terdiri dari seorang pria dan seorang wanita (monogami). Bukan satu pria dengan banyak wanita. Jadi poligami bukan berasal dari Allah dan tidak sesuai dengan ketetapan Allah tentang pernikahan.
4.Adalah jelas ketetapan Allah mengenai pernikahan adalah monogami. “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Injil, Rasul Besar Matius 19:6). Yaitu satu pria dan satu wanita menjadi satu.
~
Daniar
~
1. Jawaban ibu berputar-putar. Kalau jawaban ibu begitu saya bisa bertanya dari awal lagi. Begini, ibu yang mana anda pilih.
a). suami poligami, taat beragama, imam yang kuat dan menunjang kesejahteraan atau,
b). suami monogami, suka menyiksa, berlaku kasar dan malas bekerja.
2. Ibu makna hadis itu perkataan Muhammad saw. Apakah anda tahu siapa Aisyah. Dan apakah anda tahu cerita mengapa hadis itu dikeluarkan oleh Aisyah. Dan apakah anda tahu makna adil yang sebenarnya.
3. Ibu yang saya tanyakan itu larangan poligami. Contohnya Yesus dengan tegas melarang poligami. Itu yang saya maksud. Yang anda tulis itu makna dari pernikahan. Al-Quran pun berkata demikian.
4. Apakah ada pernikahan Islam yang melakukan pernikahan langsung 1 suami dengan 2 istri sekaligus dalam waktu yang sama. Tidak ada ibu. Yang anda sebutkan itu makna pernikahan bukan larangan poligami.
~
Saudara Syahril,
1.Tentu saja kami tidak memilih kedua-duanya. Begini Sdr. Syahril mengenai pernikahan Allah menetapkan monogami. Sedangkan suami ideal kriterianya seperti yang diuraikan pada artikel di atas. Untuk menjadi seperti itu sangat sulit, karena manusia diikat oleh dosa. Maka, seorang pria yang telah diselamatkan dari dosa, barulah ia dapat menuju kepada suami yang ideal. Tapi ingat, suami ideal tidak akan berpoligami, karena ia tahu ketetapan Allah dalam hal pernikahan yaitu monogami.
2.Ada baiknya dan bila tidak keberatan silakan Sdr. Syahril menjelaskan dari pertanyaan-pertanyaan saudara tersebut.
3.Sdr. Syahril, silakan baca dan perhatikan firman Allah dalam Injil, Rasul Besar Matius 19:4-6. Isa Al-Masih memperingatkan agar manusia kembali kepada fitrahnya, bahwa sejak semula Allah menciptakan perkawinan dengan mempersatukan satu orang pria kepada satu orang wanita. Itulah monogami ajaran Isa Al-Masih yang tidak berkompromi dengan bentuk pernikahan lain.
4.Sdr. Syahril, apa bedanya menikah satu persatu atau sekaligus empat? Bukankah namanya tetap poligami? Nah, sedangkan pernikahan yang dirancang Allah adalah rumah tangga yang hanya terdiri dari satu suami dan satu istri menjadi satu, bukan dengan banyak istri. Apakah menurut Sdr. Syahril poligami sesuai dengan makna pernikahan? Bagaimana saudara?
~
Daniar
~
1. Dari jawaban itu saya bisa mengambil kesimpulan bawa kita sama-sama setuju. Iman dan takwa terhadap agama masing-masing itulah yang menjadikan pria yang ideal bukan poligami ataupun monogami. Karena banyak pria yang berpoligami tapi menurut istrinya dia adalah pria ideal. Begitupun sebaliknya.
2. Aisyah adalah kekasih Muhammad yang paling kuat imannya dibandingkan istri Muhammad lainnya. Hadis yang anda masukkan bukan memberikan gilirannya kepada Muhammad melainkan menukarnya. Akan tetapi ketika Aisyah mendekati Muhammad. Muhammad berkata “menjauhlah dariku Aisyah sesungguhnya ini bukan giliranmu” setelah Aisyah menjelaskan akhirnya Muhammad mengizinkannya
3. Kita sudah membacanya. Tapi alangkah indahnya jika anda menuliskan isi ayat yang anda maksud. Dari a sampai z tanpa perubahan
4. Jelas berbeda karena Islam juga memiliki syarat dan ketentuan poligami. Dan tidak bisa seenaknya saja.
~
Saudara Syahril,
1.Apakah menurut saudara agama dapat melepaskan manusia dari ikatan dosa? Tidak saudaraku! Hanya Isa Al-Masih, Juruselamat dunia, yang dapat menjadikan semua orang, termasuk semua pria menjadi “orang baru”. ”Jadi siapa yang ada di dalam Kristus [Al-Masih], ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (Injil, Surat II Korintus 5:17).
2.Tentu saja disertai kutipan hadistnya, untuk memperkuat penjelasan saudara tersebut. Yang menjelaskan bahwa menukar bukan memberikan.
3.Kami sangat senang sekali dengan permintaan saudara tersebut. Tapi maaf karena ayatnya terlalu panjang kami tidak dapat menuliskan di kolom ini. Untuk itu silakan di baca di sini: http://tinyurl.com/nbzrxvs
4.Apapun alasannya jelas poligami bukan rancangan Allah. Pernikahan yang dirancang Allah adalah rumah tangga yang hanya terdiri dari satu suami dan satu istri menjadi satu dan seumur hidup, bukan dengan banyak istri.
~
1.Agama tidak bisa membebaskan seseorang dari dosa melainkan menuntun orang untuk terbebas dari dosa. Dan kata Kristus kalau diamati secara cemerlang itu adalah artian dari ajaran. Jadi siapa yang mengikuti ajaran Isa maka dia akan menjadi manusia yang baru. Bagaimana dengan mereka yang cuma mengakui Isa tapi tidak menjalankan ajaran-Nya. Pantaskah dia disebut manusia yang baru. Begitupun dengan ajaran Islam dan nabi-nabi lainnya.
2.Sebelumnya saya jelaskan, hadist adalah perkataan dari Muhammad saw. Sedangkan yang anda masukkan itu bukanlah hadis Muhammad melainkan perkataan dari Aisya. Dan hadis dari Muhammad itulah yang saya tulis di atas beserta riwayat kejadiannya.
3.Yang saya baca itu tetap menjelaskan makna pernikahan bukan larangan poligami. Mohon ibu menjelaskan 19:9.
4.Itu opini ibu. Coba ibu baca semua cerita para nabi yang berpoligami. Dan renungkan. Apakah itu bukan rancangan Allah.
~
Saudara Syahril,
Terima kasih atas tanggapan-tanggapan saudara di atas.
1.Sdr. Syahril, masalah terbesar manusia adalah dosa. Karena setiap manusia berdosa bukan? Apakah dengan agama dosa-dosa itu akan terhapus dari hati manusia dan terbebas dari dosa? Tidak. Karena dosa manusia terpisah dengan Allah. Dan dosa mempunyai konsekuensi yaitu dihukum, karena Allah Maha adil, tidak akan membiarkan dosa begitu saja, benar tidak?
Nah, syukurlah Allah yang maha suci di dalam Isa Al-Masih bersedia menanggung dosa saya – bahkan dosa seisi dunia. Karena karya Isa Al-Masih itulah setiap orang yang mempercayakan keselamatannya kepada-Nya dijadikan baru. Jadi pembaruan itu bukan karena ketaatan atau perbuatan baik kita, tetapi karena karya Isa Al-Masih. Memang setelah menjadi baru kita akan dimampukan untuk melakukan sesuai dengan kehendak-Nya.
2.Supaya jelas kiranya Sdr. Syahril dapat memberi keterangan sumber hadistnya, terima kasih. Sedangkan hadist yang kami kutib, bukankah itu adalah penjelasan Aisah?
3.Mengenai Injil, Rasul Besar Matius 19:9, kontek ayat tersebut adalah orang Farisi sedang mencobai Isa Al-Masih dengan pertanyaan tentang perceraian. Dan jawaban Isa Al-Masih begitu tegas dan jelas, “Karena ketegaran hatimu Musa mengijinkan kamu menceraikan istrimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian” (Injil, Rasul Besar Matius 19:8). Dengan kata lain sejak semula di Taman Firdaus tidak ada perceraian maupun poligami.
4.Saudaraku, Allah hanya menciptakan pernikahan monogami. Adalah jelas pernikahan poligami para nabi adalah karena keinginannya sendiri bukan atas perintah dan ketetapan Allah.
Sekian dari kami, kiranya menjadi pemahaman baru bagi Sdr. Syahril.
~
Daniar
~
Untuk no.3, saya setuju dengan komentar pak Syahril. Tetapi, harus diperhatikan. Bahwa Islam dan Kristen punya standar sendiri, bagi kami yang Muslim, poligami dibolehkan, dan suami yang berpoligami akan menjadi suami yang ideal. Jika istrinya senang dan ikhlas atas sikap suaminya semata-mata semuanya harus mengharap ridho Allah SWT. Kalau umat Kristen mengatakan harus monogami, dan menjadi ciri suami ideal itu standar agama anda. Jadi standar Islam dan Kristen tidak akan ketemu. Terima kasih.
~
Saudara Wati,
Itulah perbedaan yang mencolok ajaran Isa Al-Masih dengan yang dibawa nabi Sdri.Wati. Dimana sejak semula Allah menciptakan pernikahan monogami. Kemudian Isa Al-Masih kembali menegaskan konsep pernikahan monogami. Ia berkata, “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Injil, Rasul Besar Matius 19:6). Aneh bukan bila Allah telah merubah ketetapan-Nya? Bagaimana menurut Sdri. Wati?
~
Daniar
~
Menurut saya anda hanya memperlihatkan ayat-ayat ini tidak lengkap nikahilah satu atau dua tapi harus berlaku adil bila tidak maka mereka adalah orang-orang yang dzalim dan saya akui sangat teramat jarang manusia dapat berlaku adil. Dan mengapa hanya Muhammad saja yang anda bilang berpoligami sangat terlihat bahwa anda sangat membenci umat Muslim.
~
Saudara Wena,
Kami berharap saudaraku dapat membaca artikel maupun komentar di situs ini. Karena banyak artikel maupun komentar kami yang memaparkan jawaban dari komentar saudara.
Saudaraku, mengapa Allah mengizinkan pria Muslim berpoligami asal bisa berlaku adil. Padahal Dia tahu bahwa mereka pasti tidak bisa berlaku adil? “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian…”(Qs 4:129). Bagaimana menurut Sdr. Wena?
Memang dalam Kitab Suci Allah ada yang berpoligami, tapi mereka yang berpoligami bukan karena perintah atau izin atau ketetapan Allah, tapi karena keinginan mereka sendiri. Beda bukan dengan Muhammad yang berpoligami karena sedang menjalankan kitabnya.
Demikian dari kami kiranya menjadi pencerahan bagi Sdr. Wena.
~
Daniar
~
Yth. IDI. Anda kurang tepat jika menjadikan bentuk pernikahan monogami atau poligami sebagai kriteria ideal atau tidak ideal seorang suami. Saya bertanya kepada anda, kriteria ideal menurut siapa? Karena kriteria ini sangat relatif untuk tiap-tiap orang. Tergantung dari pendekatan mana yang ditempuh. Dari sudut pandang siapa? Kalau kriteria kami, suami ideal adalah suami yang berakhlak Al-Quran. Bukan tergantung pada rupa seseorang. Kalau seorang istri katakan dia ideal, maka ya suami itu ideal buat dia, belum tentu buat yang lain. Silakan direnungkan.
~
Saudara Butiran Debu,
Silakan dibaca baik-baik artikel di atas. Jawaban dari pertanyaan saudaraku ada di sana.
Saudaraku, bagaimana menurut saudara apakah suami yang berpoligami ideal? Bagaimana suami yang tega memukul isterinya. Ideal menjadi suami yang melihat isteri hanya sebagai objek seks saja?
Kiranya pertanyaan-pertanyaan ini juga dapat direnungkan.
~
Daniar
~
Yth. IDI,
Jika ada sekumpulan orang buta berdiri melingkar, kemudian dikatakan kepada mereka ditengah kalian ada seekor gajah. Kemudian mereka disuruh memegangnya. Berkatalah yang mendapatkan ekornya: gajah itu ternyata kecil seperti ular. Kata yang mendapatkan kakinya berkata: gajah itu seperti tiang. Kata yang mendapatkan telinganya berkata: gajah itu tipis dan lebar. Kata yang memegang gadingnya berkata gajah itu keras dan runcing.
Itulah perumpamaan seseorang yang melihat sesuatu tidak komprihensif. Kata-katanya dapat membuat orang tersesat jalan. Itulah makanya setiap sholat Al Fatihah wajib dibaca. Islam adalah jalan kami yang lurus. Tapi ada yang hendak memalingkan dari jalan itu. Semoga anda mendapat petunjuk. Jadilah orang yang bijak jika ingin mendapat kebenaran.
~
Salam Sdr. Butiran Debu,
Sebuah pernikahan tentu tidak dapat dipandang sebelah mata. Semua harus dipelajari dengan baik dan yang paling penting bagaimana Allah pada mulanya menghendaki sebuah pernikahan itu.
Jika saudara mengatakan bahwa Islam adalah jalan yang lurus, maka seberapa banyak orang yang tersesat dengan ajaran-ajaran yang menantang Allah? Contohnya saja soap poligami, bukankah Allah melarang berpoligami? Itu sudah dikatakan sejak jaman nabi-nabi terdahulu. Dan Isa Al-Masih pun tidak menghendaki pernikahan poligami.
Lantas mengapa ajaran dari nabi umat Muslim memperbolehkan berpoligami? Apakah itu dapat dikatakan suami yang adil?
~
Salma
~
To Staff Isa dan Islam,
Pengajaran terbaik itu adalah teladan dalam perbuatan. Suruhlah Tuhanmu itu (Yesus) menikah dulu, agar Dia dapat menjadi teladan bagi manusia bagaimana caranya menjadi suami yang baik!
~
Salam Sdr. Pengamat,
Bagaimana mungkin saudara hendak memerintahkan Isa Al-Masih untuk menikah? Nabi umat Muslim berstatus menikah, tetapi tidak memberikan solusi yang baik soal pernikahan, bukankah demikian?
Bagaimana mungkin seorang suami dapat berlaku adil, ia sendiripun mengatakan itu tidak mungkin. Silakan baca sendiri ayat dalam Al-Quran soal poligami.
Berbeda dengan Isa Al-Masih, Dia mengetahui bahwa tidak mungkin manusia dapat mendua hati, oleh sebab itu Dia berkata bahwa sebuah pernikahan hanya dapat dipisahkan oleh maut. Dengan kata lain, tidak ada satu alasanpun untuk memisahkan hubungan suami isteri, apalagi wanita lain. Indah bukan, ajaran yang diberikan oleh Isa Al-Masih?
~
Salma
~
Yth. IDI,
Saya jadi ingin tahu apa definisi kata adil menurut anda?
~
Salam Sdr. Butiran Debu,
Terimakasih untuk kunjungan saudara di situs ini. Untuk soal keadilan, kami mempersilakan saudara mengbunjung link kami di http://preview.tinyurl.com/kcumwcc.
Saudara Butiran Debu, bagaimana menurut saudara tentang pertanyaan ini:
1. Selain hal-hal yang sudah dijelaskan di atas, kriteria lain apakah yang wajib dimiliki oleh seorang suami ideal?
2. Setujukah saudara bila suami yang berpoligami tidak dapat disebut sebagai suami ideal? Mengapa?
3. Al-Quran dan Injil setuju bahwa Isa Al-Masih memang tidak pernah menikah. Namun bila dilihat karakternya, manakah yang cocok disebut suami ideal. Isa Al-Masih atau Muhammad?
~
Salma
~
Ayatnya bener-bener nyeleweng.
~
Salam Sdr. Abdul,
Saudaraku, ayat manakah menurut saudara yang benar-benar menyeleweng. Kami senang jika saudara mau memberitahukannya kepada kami. Terimakasih.
~
Salma
~
“Apabila seseorang mengambil isteri dan setelah menghampiri perempuan itu, menjadi benci kepadanya, menuduhkan kepadanya perbuatan yang kurang senonoh dan membusukkan namanya dengan berkata: Perempuan ini kuambil menjadi isteriku, tetapi ketika ia kuhampiri, tidak ada kudapati padanya tanda-tanda keperawanan–mak a haruslah ayah dan ibu gadis itu memperlihatkan tanda-tanda keperawanan gadis itu kepada para tua-tua kota di pintu gerbang.” (Taurat, Kitab Ulangan 22:13-15)
Bayangkan, justru si istri yang harus menanggung malu dengan membiarkan para tetua kota memeriksa kemaluannya untuk mengetahui apakah ia perawan atau tidak.
~
Sdr. Peter,
Mengapa Anda tidak melanjutkan pembacaan kitab tersebut hingga ayat yang ke-17? Ayat 17 ini menjawab rasa penasaran Anda terhadap cara apakah yang digunakan hukum Taurat untuk membuktikan keperawanan seorang perempuan:
“… Tetapi inilah tanda-tanda keperawanan anakku itu. Lalu haruslah mereka membentangkan kain itu di depan para tua-tua kota.” (Taurat, Kitab Ulangan 22:17)
Karena pada waktu itu ilmu kedokteran belum canggih, maka cara termudah dan beretika adalah menghadap tua-tua kota untuk menunjukkan sebentang kain dengan noda darah keperawanan yang terjadi pada malam pertama. Mengapa kepada tua-tua kota? Karena merekalah para sesepuh yang netral sekaligus memiliki otoritas dan wibawa dalam memutuskan perkara para warganya.
~
Yuli
~
“Tetapi jika tuduhan itu benar dan tidak didapati tanda-tanda keperawanan pada si gadis, maka haruslah si gadis dibawa ke luar ke depan pintu rumah ayahnya, dan orang-orang sekotanya haruslah melempari dia dengan batu, sehingga mati–sebab dia telah menodai orang Israel dengan bersundal di rumah ayahnya. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat dari di antara kamu”. (Taurat, Kitab Ulangan 22:20-21)
Padahal seorang perempuan bisa kehilangan keperawanan karena banyak hal, misalnya kecelakaan, dan bukan hanya karena berzinah.
~
Sdr. Peter,
Inti ayat dalam Taurat, Kitab Ulangan 22:20-21 di atas perlu dipahami sebagai bentuk kesucian Allah dimana Israel sebagai umat-Nya harus menjaga dirinya dari perbuatan dosa, termasuk dosa perzinahan.
Namun demikian, argumentasi Anda tidaklah salah. Berbahagialah kita yang hidup di zaman modern. Pembuktian terhadap kebenaran dengan lebih mudah dilakukan melalui bantuan teknik kedokteran yang lebih canggih. Namun, perlu diingat bahwa pada masa hukum Taurat diberlakukan, kecanggihan teknologi belum dicapai. Pembuktian termudah saat itu mengacu pada ayat 17.
Nah, itulah mengapa perkara tersebut perlu diajukan kepada tua-tua kota karena merekalah yang berotoritas memutuskan perkara dengan kebijaksanaan dan pertimbangan yang matang. Sayangnya, karena natur dosa dan kelemahan manusia, keputusan tersebut dapat saja meleset dan berakibat fatal bagi si korban.
Paradigma inilah yang kemudian dirombak oleh Allah melalui kedatangan Isa Al-Masih ke dunia. Hukum kasih yang diajarkan Isa Al-Masih bukan untuk merubah hukum Taurat, melainkan menggenapkannya dengan menempatkan hukum Taurat di dalam kerangka hukum Kasih:
“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku [Isa Al-Masih] datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Injil, Rasul Besar Matius 5:17)
Bersediakah Anda hidup di bawah hukum kasih Isa Al-Masih?
~
Yuli
~
Admin yang baik,
Janganlah menjadi penyesat. Apa yang Admin kutip dari Surat Efesus 5:23, 25, 26, 28, dan 1 Petrus 3:7 dan Kolose 3:19 itu semua bukanlah ajaran Isa All-Masih. Itu semua adalah ajaran Paulus.
Ajaran Yesus tentang suami yang ideal terdapat dalam Lukas 14:26 yang berbunyi:
“Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku”.
Mengapa ayat ini disebut ajaran Yesus yang asli tentang suami ideal? Karena diucapkan langsung oleh Yesus sendiri dan tertulis dalam Injil kanonik.
Ayat ini bicara tentang tidak mudah menjadi seorang suami yang ideal apalagi menjadi murid-Nya. Bukankah begitu, Admin?
~
Sdr. Moh. Zain Sutrisno,
Terimakasih untuk argumentasi Anda. Sayangnya, kesimpulan Anda keliru.
Mari baca dan pelajari Alkitab dengan benar. Surat 1 Petrus ditulis oleh Petrus, bukan Paulus. Semua surat tsb dan juga Injil masuk dalam Kanonik Alkitab.
Lukas 14:26 bukan membahas suami ideal, tapi syarat mengikut Yesus dimana Ia harus diutamakan (baca ayat 25-33) Lalu, bagaimana sabda Yesus tentang suami ideal?
“Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Injil, Rasul Besar Matius 19:6)
“…Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Injil, Rasul Besar Matius 22:39).
Allah menghendaki [u]kesetiaan perkawinan monogami atas dasar kasih[/u]. Dua sabda Yesus ini melandasi nasihat rasul Petrus dan rasul Paulus. Tentu Anda tidak bisa menyangkal kesesuaian nasihat dua rasul ini dengan sabda Yesus, bukan?
Saudaraku, buah yang baik pasti berasal dari pohon yang baik. Dengan prinsip ini, mari kaji ulang ajaran nabi Anda tentang suami ideal, sejalankah dengan kehendak Allah?
~
Yuli
~
Yuli yang baik,
Mungkin benar, kelihtannya saya keliru menuliskan surat Petrus ditulis oleh Paulus. Tapi kolom yang terbatas membuat saya menuliskan nama Paulus untuk keseluruhan ayat yang saya kutip dengan harapan Admin mengerti hal itu. 5 ayat ditulis oleh Paulus dan Petrus menulis 1 ayat.
Poin utama saya adalah bahwa Surat Efesus 5:23, 25, 26, 28, dan 1 Petrus 3:7 dan Kolose 3:19 tidak diucapkan langsung oleh Yesus. Karenanya tidak dapat disebut ajaran Yesus. Dengan begitu, idealnya hanya 1 ayat yang berbicara tentang suami ideal yaitu Matius 19:6, Meskipun Yesus juga hanya menyebutkan kembali apa yang tertulis dalam Taurat.
~
Sdr. Moh. Zain Sutrisno,
Mari perhatikan ayat Alkitab yang ditulis rasul Petrus ini:
“…nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah” (Injil, Surat 2 Rasul Petrus 1:20-21).
Empat kitab Injil dan surat para rasul masuk dalam kanonik Alkitab dengan ayat di atas sebagai alasannya. Dengan tuntunan Roh Kudus Allah, rasul-rasul Yesus menulis nasihat kepada jemaat berdasarkan ajaran Yesus sendiri.
Anda benar. Ajaran Yesus tidak lepas dari Taurat karena Taurat berisi firman Allah yang dicatat oleh Musa. Nah, Yesus sendiri adalah Firman Allah yang menjelma menjadi manusia. perhatikan ayat ini: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” “Firman itu telah menjadi manusia [Yesus], dan diam di antara kita, …” (Injil, Rasul Besar Yohanes 1:1,14).
Jadi, Allah yang berfirman di dalam Taurat juga berfirman di dalam Injil. Dialah Yesus, Firman Allah yang hidup. Kesimpulannya, apa yang dituliskan para rasul di dalam Alkitab, seluruhnya bersumber dari ajaran Yesus Sang Firman.
~
Yuli
~
Yuli yang baik,
Saya tetap berpendapat bahwa Lukas 14:26 berbicara tentang seorang suami yang ideal menurut Isa Al-Masih. Kalau ditanya apakah Lukas 14:26 ini berbicara tentang suami yang ideal menurut seorang istri, maka jawabanku tidak.
Ayat ini jelas dan terang benderang menyatakan jika seorang suami tidak membenci istrinya maka ia tidak layak menjadi murid Yesus. Jadi, ideal menurut Yesus kalau suami membenci istrinya. Kalau ia masih mencintai istrinya, maka ia tidak layak menjadi murid Yesus. Tolong dicermati kembali.
~
Sdr. Moh. Zain Sutrisno,
Inilah salah satu perbedaan mencolok antara Al-Quran dan Alkitab. Ketika ayat-ayat Al-Quran berdiri sendiri terhadap ayat-ayat lainnya (tidak punya konteks), maka Alkitab lebih mudah disimak karena alurnya jelas, naratif, sehingga ada konteks khusus untuk setiap kisahnya. Maka, satu ayat selalu berhubungan dengan ayat sebelum dan sesudahnya.
Sayangnya, Anda menerapkan metode baca Al-Quran pada Alkitab, Tentu saja Anda gagal memahami Alkitab. Mari, baca ulang dan pelajari lagi komentar kami sebelumnya (# Staff Isa Islam dan Kaum Wanita 2015-06-17 14:56).
~
Yuli
~
“Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Injil, Rasul Lukas 14:26).
Bagaimana mungkin Anda mengatakan suami harus setia dan kasih kepada istri? Kitab kalian saja sudah mengajarkan kebencian bahkan bukan hanya kepada istritapi kepada seluruh keluarga.
~
Sdr. Uciha,
Ayat Injil Lukas 14 yang Anda sebutkan tidak berbicara tentang rumah tangga. Anda perlu membacanya lebih teliti mulai ayat 25-35 agar tidak salah tangkap makna.
Ayat tersebut berbicara tentang kemantapan menjadi pengikut Yesus. Seseorang yang mengambil keputusan mengikut Yesus harus sungguh-sungguh memantapkan dirinya untuk tidak lagi mementingkan kesenangan duniawinya yang lama, yang melawan kehendak Allah.
Untuk memahami sabda Yesus dalam Injil Lukas 14:25-35 dibutuhkan pengetahuan tentang konteks budaya, gaya bahasa, serta situasi masyarakat saat itu. Ingat, Injil ini ditulis abad 1 Masehi di lingkungan masyarakat yang jauh berbeda dengan kita saat ini. Maka, tidak bijak bila menelan bulat-bulat suatu ungkapan tanpa mengerti konteks situasionalnya.
~
Yuli