Sebuah media cetak memberi judul di artikel, “Perempuan Dipoligami Lebih Banyak Alami Kekerasan daripada Kebahagiaan.” Benarkah demikian?
Poligami Islam ibarat “makan buah simalakama” bagi wanita Muslim. Jika keberatan dipoligami, dia akan disebut wanita yang tidak tunduk pada suami. Sebaliknya, jika ia bersedia dipoligami, maka dia harus rela berbagi dengan wanita lain.
“Realitas kehidupan perempuan yang dipoligami cenderung lebih banyak mengalami kekerasan daripada kebahagiaan.” Demikian Prof Tri Lisiani mengatakan seperti yang dikutip detikcom dari pidato pengukuhan guru besar hukum perdata Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto, Jawa Tengah (20/11/2013).
Dampak Poligami Terhadap Anak
Poligami tidak hanya berdampak negatif bagi isteri, tetapi juga anak. Pada dasarnya semua anak berharap memiliki keluarga yang ideal. Satu ayah dan satu ibu. Hadirnya keluarga lain dalam kehidupannya, dapat memacu rasa cemburu, marah, sedih, dan kecewa.
Perhatian ayah yang terbagi untuk keluarganya yang lain, menyebabkan anak kurang kasih sayang. Sedangkan bagi anak perempuan, tidak menutup kemungkinan poligami yang terjadi terhadap orang-tuanya meninggalkan rasa trauma terhadap perkawinan dengan pria.
Poligami Islam Bukan Jalan Keluar Terbaik
Sebagian pria Muslim menganggap poligami baik, selama mereka dapat berlaku adil. Al-Quran mengajarkan, “. . . . maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat” (Qs 4:3).
Namun pernikahan tidak hanya menuntut keadilan materi. Tapi juga waktu, perhatian, cinta dan kasih sayang. Sehingga sulit dipercaya, seorang pria yang mempunyai dua, tiga, bahkan empat keluarga, dapat memimpin keluarganya secara adil.
Melihat dampak negatif yang timbul akibat poligami, baik terhadap isteri terutama bagi anak. Maka poligami bukan jalan keluar terbaik dari masalah keluarga. Dampak negatif tersebut akan muncul, walau seadil apapun suami terhadap keluarga-keluarganya.
Injil Menghindari Poligami Islam
Ketika pria dan wanita berdiri di hadapan Allah dan mengucapkan janji suci pernikahan. Maka Allah telah menyatukan mereka. “Sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu” (Injil, Rasul Markus 10:8).
Allah maha tahu. Tentu Ia mengetahui pernikahan yang didalamnya terdapat dua wanita atau lebih tidak mungkin disatukan. Inilah alasannya mengapa, ketika untuk pertama kalinya Allah menciptakan pernikahan, Ia hanya menjadikan satu Hawa bagi Adam. Agar keduanya dapat menjadi satu.
Keluarga dan Lingkaran Kasih Kristus
Keluarga yang ideal adalah keluarga yang saling mengasihi. Sebagaimana Kitab Allah mengatakan, “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan . . . Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.” (Injil, Surat Efesus 5:22, 25).
Lingkaran kasih ini hanya bisa didapat ketika suami mengerti akan cinta Tuhan. Cinta ini dinyatakan-Nya dalam diri Isa Al-Masih. Suami yang mempunyai kasih Isa Al-Masih dalam dirinya, dapat menyatakan kasih tersebut terdahap isteri dan anaknya. Juga isteri dapat mengasihi suami dan anaknya, dan anak terhadap orang-tuanya. Sehingga dalam keluarga tersebut terdapat lingkaran kasih.
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap komentar yang diberikan hanya menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
1. Bagaimana pandangan saudara melihat dampat negatif terhadap isteri dan anak akibat poligami?
2. Apakah yang harus dilakukan oleh suami dan isteri agar poligami Islam tidak terjadi dalam pernikahannya?
3. Setujukah saudara akan ajaran Islam yang memperbolehkan suami berpoligami? Berikan alasan saudara!
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami merasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas.
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.Atau SMS ke: 0812-8100-0718
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
~
Subhanallah, anda memotong-motong ayat Al-Quran?
Inilah surah Annisa sesungguhnya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya” (Qs 4:3).
~
Saudara An Nur,
Memang kami tidak menuliskan semua ayat tersebut, supaya konsep-konsep yang penting menjadi jelas. Maksudnya dari kutipan tersebut kita tahu bahwa Al-Quran mengajarkan poligami.
Kami berusaha sedapatnya untuk memberi keterangan yang jujur dan jelas. Jika Saudara An Nur menemukan yang kami tulis salah, silakan Saudara An Nur memberi masukan kepada kami.
Bagaimana pandangan saudara melihat dampat negatif terhadap istri dan anak akibat poligami?
~
Daniar
~
Saudara Capila,
Komentar saudara kami hapus karena sama di beberapa artikel dalam situs ini. Jadi kami hanya menanggapi satu komentar saudara di salah satu kolom komentar dalam situs ini.
Staf IDI mengharapkan komentar dari para pembaca. Kiranya komentar yang diberikan hanya menanggapi salah satu pertanyaan berikut ini:
1. Bagaimana pandangan saudara melihat dampat negatif terhadap isteri dan anak akibat poligami?
2. Apakah yang harus dilakukan oleh suami dan isteri agar poligami tidak terjadi dalam pernikahannya?
3. Setujukah saudara akan ajaran Islam yang memperbolehkan suami berpoligami? Berikan alasan saudara!
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus. Untuk komentar atau pertanyaan yang berbeda, silakan kirim lewat email ke staf kami di:.
Demikian, kami harap diskusi kita akan menjadi semakin terarah dan tidak keluar dari topik artikel.
~
Daniar
~
Itu memang sudah jadi takdir Hawa, karena Hawa ditakdirkan dari bagian tulang rusuk Adam. Anda juga silakan kalau mau berpoligami. Apa memerdekakan seseorang itu bukan merupakan suatu kebaikan? Dan memang buktinya kaum Hawa itu lebih banyak dibandingkan kaum Adam. Dan itu adil menurut saya. Kalau niat mau cari popularitas caranya salah dan bukan seperti ini.
~
Saudara Atutz benar, Hawa diambil dari tulang rusuk Adam. Tapi Allah tidak memberikan banyak Hawa kepada Adam, hanya satu.
“Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.“Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Taurat, Kitab Kejadian 2:23-24).
Demikian Injil menghindari poligami. Ketika pria dan wanita berdiri di hadapan Allah dan mengucapkan janji suci pernikahan. Maka Allah telah menyatukan mereka. “Sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu” (Injil, Rasul Markus 10:8).
Jelas poligami berdampak negatif bagi istri dan anak. Senangkah Saudara Atutz bila anak istri saudara menderita?
~
Daniar
~
Dear Daniar,
Saya tertarik pada artikel anda, “Realitas kehidupan perempuan yang dipoligami cenderung lebih banyak mengalami kekerasan daripada kebahagiaan.” Demikian Prof Tri Lisiani mengatakan seperti yang dikutip detikcom dari pidato pengukuhan guru besar hukum perdata Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto, Jawa Tengah (20/11/2013).
Namun,ketika saya search artikel tersebut saya tidak dapat menemukan artikel tersebut, izinkan saya melihat artikel tersebut dengan lengkap.
~
Saudara Mochammed,
Terima kasih saudara telah membaca artikel-artikel kami. Kiranya bermanfaat bagi saudara.
Dengan senang hati kami persilakan Saudara Mochammaed melihat artikelnya. Ini kami tunjukkan dengan tujuan saudara dapat melihat dan membacanya http://tinyurl.com/kjhurns.
Bagaimana menurut saudara dengan dampak negatif dari poligami bagi istri dan anak? Terimakasih.
~
Daniar
~
Kenapa poligami yang disoroti, kenapa bukan perceraian para artis Kristiani yang disoroti yang jelas-jelas di dalamnya ada KDRT (artis NA yang menikah dengan pastur, artis NM yang dipukuli dengan mantan suaminya ketika masih dalam pernikahan). Bahkan beberapa pernikahan non Muslim juga ada yang hingga tega membunuh anaknya karena perkelahian dalam rumah tangganya?
Kenapa umat Muslim yang diserang, padahal banyak kaum anda yang menyimpang dari ajaran agama. Misalnya: pernikahan kaum sejenis, freeseks, maraknya perjudian, penjualan khamar yang makin marak, yang jelas-jelas banyak kaum non Muslimnya yang berada dalam kegiatan tersebut.
~
Saudara Sita,
Kami ingatkan kembali topik di atas membahas tentang dampak negatif poligami Islam bagi istri dan anak.
Saudara Sita, mengenai perceraian dan KDRT Kristen jelas keduanya tidak berkenan dihadapan Allah. Inilah yang diajarkan Allah melalui firman-Nya:
Allah menyatukan satu pria dengan satu wanita dalam pernikahan untuk selamanya, “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Injil, Rasul Besar Matius 19:6).
Dan di dalam pernikahan tersebut suami harus mengasihi istri dan tidak boleh ada kekerasan, “Hai suami-suami kasihilah isterimu, dan janganlah berlaku kasar terhadap dia” (Injil, Surat Kolose 3:19).
Bila terjadi diluar itu, jelas mereka tidak melakukan ketetapan Allah.
~
Daniar
~
Saya sebenarnya juga tidak setuju mengenai berpoligami. Tetapi alangkah baiknya bila anda tidak memotong-motong ayat karena artinya akan berbeda. Apalagi hal tersebut untuk membenarkan pendapat anda. Saya pun sangat tidak setuju dengan poligami. Tetapi banyak sekali umat Kristen yang tidak menjalankan 10 perintah Tuhan yaitu janganlah mengingini hak orang lain dengan banyaknya perselingkuhan.
~
Saudara Lulu,
Berulang menekankan bahwa saudara Lulu tidak setuju mengenai berpoligami. Boleh dijelaskan mengapa saudara tidak setuju dengan poligami?
Poligami adalah fakta, dan pasti terjadi dalam keluarga Muslim. Karena Al-Quran mengajarkan, “. . . . maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat” (Qs 4:3). Artinya ketika pria Muslim berpoligami, ia sedang melakukan ajaran kitabnya, bukan?
Memang kami tidak mengutip seluruh ayat. Contoh, kami mengutip ayat di atas untuk menunjukkan bahwa ajaran poligami ada di kitab saudara.
Namun sebaliknya, ketika umat Kristen katakanlah seperti yang saudara Lulu katakan yaitu selingkuh. Jelas ia telah melanggar ketetapan Allah.
Setiap orang perlu dilepaskan dan diampuni dari dosa ketamakan. Tuhan ingin menyelamatkan kita dari keinginan dan perbuatan yang salah. Dia ingin memberikan kita hati yang baru melalui Isa Al-Masih.
“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus [percaya kepada-Nya], ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah beralu, dan yang baru sudah datang” (Injil, Surat 2 Korintus 5:17).
~
Daniar
~
To: Muslimin Muslimah,
Selama makna penyampaian ayat masih dapat dimengerti dan tidak melenceng dari apa yang dimaksud ayat tersebut, saya rasa bukanlah suatu masalah bila dipersingkat penulisannya. Sebagaimana yang dilakukan admin Isadanislam.
Bukankah saat masih bersekolah dan kuliah juga diajarkan untuk meringkas buku wajib agar mudah diingat, yang penting sarinya tidak hilang.
Akan menjadi mudah untuk memahami: “. . . maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat” (Qs 4:3). Yang mempunyai arti poligami dibolehkan.
~
Saudara Cokie,
Terimakasih atas penjelasan saudara. Kiranya dapat dimengerti saudara Lulu dan saudara-saudara yang lain juga.
~
Daniar
~
Poligami atau tidak bukan ukuran. Karena ukuran yang sejati adalah Kebahagiaan. Banyak Poligami yang hidup dalam kebahagiaan. Dan tidak sedikit perkawinan Monogami yang berujung kehancuran.
~
Saudara Widodo,
Pernikahan pertama di awal sejarah manusia yang diciptakan Allah, yaitu pernikahan monogami. “Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Taurat, Kitab Kejadian 2:22; 24).
Memang pernikahan monogamipun tidak luput dari permasalahan. Tetapi setiap masalah yang terjadi tidak boleh menjadikan suami/istri tidak setia pada pasangannya. Ingat janji dalam pernikahan yaitu saling mengasihi, saling mencintai, dan saling berbagi. Apakah janji ini dapat dipenuhi dalam pernikahan poligami? Jelas tidak. Karena suatu saat suami dapat membawa istri baru dalam rumah tangganya, bukan?
Firman Allah berkata, “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh” (Injil, Surat Kolose 3:15).
Sedangkan poligami dan perceraian bukan solusi dari pernikahan. Tidak ada wanita yang bahagia berbagi suami, tidak ada istri dan anak yang bahagia terpisah dengan suami/ayah, bukan?
~
Daniar
~
Wanita menurut Injil, Surat 1 Timotius 2:11-12 “Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri” .
Bukti bahwa ajaran Kristen melakukan diskriminasi dan membelenggu hak-hak wanita.
~
Saudara Wiwiek,
Memang sepintas membaca ayat di atas, terkesan membatasi hak wanita. Benarkah demikian? Tidak.
Melalui pasal pertama kita dapat melihat kontek dari ayat tersebut. Dimana ajaran palsu sedang menjadi masalah. Jadi nasehat yang terkandung dari ayat di atas ditujukan bagi situasi lokal bukan universal. Nah, secara khusus ditujukan pada para wanita yang terpengaruh dari pengajaran palsu atau terlibat dalam penyebarannya. Karena hal itu dapat mengacaukan situasi kehidupan jemaat dan rumah tangga yang sudah tertata.
Roh Allah memberi kuasa baik kepada pria maupun wanita untuk bernubuat tentang karya penebusan Allah di dalam Kristus (Kisah Para Rasul 2:14-18). Juga banyak wanita memiliki kedudukan kepemimpinan yang menonjol. Ditunjuk sebagai pendeta atau diaken, yaitu Febe (Injil, Surat Roma 16:1). Teman sekerja, yaitu Priskila (Injil, Surat Roma 16:3). Kawan sekerja dalam Injil, yaitu Euodia dan Sintikhe (Injil, Surat Filipi 4:2-9). Rasul, yaitu Yunias (atau pembawa pesan Injil, Surat Roma 16:7).
Jadi, sama sekali tidak ada deskriminasi atau membelenggu hak-hak wanita.
~
Daniar
~
Itulah cirinya teman kita ini, selalu memotong ayat. Baginya biasa saja.
~
Saudara Usop,
Sering kami menjelaskan mengapa kami tidak mengutip ayat seluruhnya. Untuk itu silakan baca kembali penjelasan kami di atas.
Bagaimana pendapat saudara Usop dengan dampak negatif dari poligami Islam tersebut?
~
Daniar
~
Pertanyaan saya buat saudara kita Muslim. Ini mudah saja apakah anda pria dan wanita pernah mengalami patah hati / sakit hati pada saat mengetahui pacar kita selingkuh? Kalau anda pernah itu artinya bisa mengerti rasa sakit hati. Yang akan lebih menyakitkan apabila selingkuh tersebut pada saat anda sudah bersuami atau istri. Dari hal ini saja membawa bencana dari ayat yang dikarang oleh nabi saudara.
~
Injil Menghindari Poligami
Ketika pria dan wanita berdiri di hadapan Allah dan mengucapkan janji suci pernikahan. Maka Allah telah menyatukan mereka. “Sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu” (Injil, Rasul Markus 10:8).
Perikop Injil, Rasul Markus 10:2-12 adalah tentang larangan perceraian, dan faktanya justru kekristenan mengabaikan ajaran Yesus.
~
Saudara Cixko Kid,
Tepat sekali, sekaligus menegaskan pernikahan monogami. Karena baik poligami maupun perceraian berdampak negatif bagi istri dan anak. Bukankah indah bila setiap pasangan tidak mengabaikan ajaran Isa Al-Masih tersebut.
Menurut saudara kekristenan itu apa?
~
Daniar
~
Pinternya staff Isa Islam bersilat lidah. Kalau ada ayat yang membongkar kepalsuan agama Nasrani, akan dicari seribu alasan untuk menutupinya. Kalau perlu dengan mengingkari pernyataannya sendiri.
~
Saudara Wiwik,
Tidak ada yang palsu dan ditutup-tutupi dalam Kekristenan. Kebenaran bukan untuk ditutupi, tapi untuk diberitakan.
Saudaraku, kekristenan adalah jalan hidup yang membawa seseorang kepada Tuhan untuk dapat menikmati kekekalan. Jalan itu adalah Isa Al-Masih.
“Isa bersabda: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
Kembali pada topik di atas, sebagai kaum wanita bagaimana menurut saudara dengan dampak negatif poligami Islam bagi Istri dan anak?
~
Daniar
~
Kehidupan nabi Muhammad Saw adalah teladan bagi umat manusia, untuk pernikahan Nabi menjadi teladan saat monogami, saat menduda, saat poligami. Dampak negatif menikah pak admin, yang poligami/monogami juga kadang-kadang terjadi. Tergantung suami yang menjalani apakah sudah menjalankan pernikahan itu dengan benar/tidak. Yang pasti pernikahan itu bukan zinah dan konsekuensinya jelas. Islam mengatur pernikahan dan hidup berumah tangga dengan lengkap & baik.
Bagaimana dengan ajaran selibat di kekristenan? Apa hikmah hidup tidak menikah padahal Yesus dan Petrus sendiri menikah, betul tidak pak admin? Makanya cerita hidup remaja dan masa pemuda Yesus tidak ada/ditidak adakan.
~
Mas Gege Abadi,
Terima kasih atas pemaparan dan pertanyaan saudara di atas. Namun bagi pengikut Isa Al-Masih, pernikahan Nabi mas Gege tidak dapat menjadi teladan. Karena, jelas bertentangan dengan ketetapan Allah tentang pernikahan monogami. Yaitu satu suami hanya berhak atas satu istri, demikian sebaliknya.
“Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Taurat, Kitab Kejadian 2:24).
Memang dalam setiap kehidupan rumah tangga muncul suatu permasalahan. Namun, poligami bukan solusi pernikahan dan bukan berasal dari Allah. Dan poligami berdampak negatif bagi istri dan anak.
Mengenai orang yang tidak menikah Isa Al-Masih mengatakan demikian: “Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti” (Injil, Rasul Besar Matius 19:11-12).
~
Daniar
~
Mengapa Anda mengharamkan poligami dan mencela Islam yang menghalalkan poligami karena memang halal? Padahal di Alkitab sendiri (dalam hal ini PL) banyak kasus poligami, sampai para nabi pun ada yang poligami. Contohnya Abraham/Ibrahim, David/Dawud, Salomo/Sulaiman.
~
Sdr. Javafutura01,
Benarkah poligami halal di hadapan Allah? Mari simak penjelasan berikut:
Sejak semula Allah berfirman: “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Taurat, Kitab Kejadian 2:24). Allah menghendaki perkawinan monogami, bukan poligami!
Dalam Injil, Isa Al-Masih mengutip Taurat di atas menjadi dasar penegasan perkawinan monogami sebagai ide Allah. Selanjutnya Ia menegur: “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan …, tetapi sejak semula tidaklah demikian” (Injil, Rasul Besar Matius 19:8). Jadi, Isa Al-Masih mengingatkan bahwa poligami dalam PL (Perjanjian Lama) bukan pembenaran Allah atas poligami, melainkan bentuk kesabaran Allah atas ketegaran hati manusia berdosa. Bukankah para nabi & tokoh-tokoh PL pun orang berdosa?
~
Yuli
~
Maaf, saya melihat ada ketidakjujuran pada diri Saudara dalam mengutip ayat Matius 19:8 (Anda sengaja menulis “…”). Matius 19:8 bukan berbicara perihal poligami, melainkan perceraian.
Dalam PL dan Al-Quran, perceraian itu halal.
Nabi Isa Al-Masih diutus bukan untuk meniadakan ataupun membatalkan Taurat, melainkan untuk membenarkannya dan menggenapinya. Jadi kalau ada ayat bahwa nabi Isa melarang perceraian, maka saya sebagai seorang Muslim tidak yakin akan kebenaran ayat tsb.
Salam.
~
Sdr. Javafutura01,
Injil Matius 19:8 adalah respon Isa Al-Masih saat menanggapi pertanyaan orang-orang Farisi tentang perceraian yang bertujuan “mencobai Dia” (ayat 3). Namun Isa Al-Masih yang adalah Sang Firman Allah (Injil Yohanes 1:1) tidak dapat dicobai manusia. Hikmat-Nya jauh melampaui kelicikan hati manusia berdosa yang selalu mencari celah pemutarbalikan prinsip kebenaran firman Allah. Untuk itulah pada ayat sebelumnya, Ia menegaskan ketetapan Allah dalam [u]Taurat Kitab Kejadian 24[/u]. Demikian sabda Isa Al-Masih:
(4)“Jawab Yesus [Isa Al-Masih]: “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? (5)Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. (6)Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” (Injil, Rasul Besar Matius 19:4-6).
Kata “sejak semula” pada ayat 4 menegaskan kapan aturan ini ada. Bahasa asli untuk “laki-laki” & “istrinya” pada ayat 5 adalah[u] bentuk tunggal[/u], bukan jamak. Frase “keduanya itu menjadi satu daging” pada ayat 5 serta “bukan lagi dua melainkan satu” pada ayat 6 menegaskan[u] hukum perkawinan monogami[/u] antara 1 orang pria & 1 orang wanita yang disatukan. Tidak ada unsur poligami sama sekali! Selanjutnya, Isa Al-Masih meluruskan bahwa penyatuan 2 pribadi dalam perkawinan monogami tidak boleh diceraikan sekehendak nafsu manusia.
Jadi, sabda Isa di Injil Matius 5:17 tentang kedatangan-Nya menggenapi hukum Taurat justru terbukti pada Matius 19:4-8, bahwa [u]baik poligami maupun perceraian bukanlah ketetapan Allah, tapi ketegaran hati manusia berdosa![/u]
~
Yuli
~
Pernikahan dikodratkan Tuhan agar manusia mencapai kesempurnaan hidup dengan berpasang-pasangan agar tercapai keseimbangan. Itulah hakekat penciptaan Adam dan Hawa.
Pria dan wanita mempunyai peran yang berbeda. Oleh karena itulah perkawinan tidak harus 1 dengan 1. Ia bisa 1 dengan 2,1 dengan 3 dst. Bukankah Matahari hanya 1 dan ia berpasangan dengan banyak planet karena matahari dan planet memiliki peran yang berbeda? Tuhan harus seimbang karena Dialah pusat pengatur keseimbangan alam semesta.
~
Sdr. Netral,
Anda perlu membedakan manakah hikmat Allah dan manakah pemikiran manusia berdosa.
Perhatikan kutipan tulisan Anda berikut: …Bukankah matahari hanya 1 dan ia berpasangan dengan banyak planet karena matahari dan planet memiliki peran yang berbeda? Tuhan harus seimbang karena Dialah pusat pengatur keseimbangan alam semesta…
Apakah sebelum semesta tercipta, Tuhan sebagai Allah Maha Kuasa tidak seimbang sehingga Ia harus menciptakan semesta? Jika Anda menjawab “Ya”, maka Anda sedang memungkiri Kemahakuasaan Allah yang independen, tidak bergantung pada apapun juga. Selama sesuatu bergantung kepada hal lain, maka ia tidak layak disebut Maha Kuasa!
Analogi matahari dan banyak planet sama sekali tidak dapat diterapkan untuk menggambarkan Allah maupun perkawinan manusia. Satu-satunya penggambaran yang tepat untuk keduanya adalah “kesetiaan”. Allah adalah Pribadi yang setia. Karenanya, Ia menuntut kesetiaan perkawinan monogami kepada umat manusia (Taurat, Kitab Kejadian 2:24).
~
Yuli
***
“1. Bagaimana pandangan saudara melihat dampat negatif terhadap isteri dan anak akibat poligami?”
Menurut saya, poligami jelas merugikan istri sebab suami bisa manja kalau ada istri yang lain. Ia akan lari ke istri kedua. Suami seperti super hero yang harus selalu dipatuhi.
Salam.
***
Sdr. Alwin Iswanto Lase,
Terimakasih untuk kesediaan Anda menanggapi salah satu pertanyaan fokus artikel.
Apa yang Anda sampaikan cukup logis. Dengan kemanjaan suami karena punya alternatif lebih dari satu isteri, semakin memperkuat posisinya sebagai pihak yang selalu menang, tidak bisa dibantah. Sebab ujung-ujungnya adalah “ancaman” yang merugikan bagi istri yang tidak mematuhinya. Ini sama sekali bukan praktik yang menumbuhkan kedewasaan hidup bagi seorang laki-laki. Padahal, bukankah suami adalah pemimpin bahtera rumahtangga yang mutlak dituntut kedewasaannya? Apalagi apa yang dicontohkannya akan berdampak bagi isteri maupun pertumbuhan jiwa anak-anaknya.
Maka, menginjak pertanyaan no. 2 dan 3, bagaimana pendapat Anda selanjutnya? Apa yang harus dilakukan suami dan isteri agar poligami dalam rumahtangganya tidak terjadi? Juga, apakah Anda setuju dengan ajaran yang memperbolehkan poligami? Kiranya Anda bersedia menanggapinya.
~
Yuli
~
Ketika Islam sebagai agama mengajarkan poligami adalah suatu yang benar adanya dan positif di mata manusia dan di mata Allah SWT. Saya setuju jika syarat dan ketentuan yang berlaku dipatuhi. Namun demikian sangatlah berat terkait dengan kejujuran motif poligami.
Bagaimanapun, poligami masih jauh lebih baik daripada seks ilegal dan bebas. Selain berdosa, juga berpotensi penularan penyakit .Namun jauh lebih baik jika seseorang tidak mengutamakan syahwat seks. Alihkan nafsu seks yang berlebihan dengan memperbanyak melakukan karma baik dan kegiatan fisik agar badan menjadi lelah. Apakah bisa? Harus yakin bisa.
~
Sdr. Allan Zen,
Kami sepakat dengan pernyataan Anda: “… jauh lebih baik jika seseorang tidak mengutamakan syahwat seks”. Sebab, apakah hidup manusia hanya terdiri dari kebutuhan jasmaniah semata? Bukankah jasmani kita fana, sedangkan rohani kita kekal? Masakan apa yang sebentar lagi binasa lebih kita utamakan daripada yang kekal?
Namun Saudaraku, bagaimana Anda bisa menilai poligami ajaran yang benar di mata manusia dan Allah? Bukankah faktanya praktik poligami berdampak negatif bagi isteri dan anak? Apakah keduanya bukan manusia? Jadi masihkah praktik ini baik di mata manusia? Juga, apakah Allah bukan Maha Adil dan Penyayang bagi isteri dan anak sehingga Anda menganggap poligami baik di mata Allah?
Saudaraku, jika Anda berpendapat poligami jauh lebih baik daripada seks bebas hanya karena status legalnya dalam pandangan Islam, lalu sejauh mana kesetiaan, keadilan, dan kasih yang tidak berat sebelah dihargai? Tentu hal ini erat kaitannya dengan sifat dan karakter sang pembuat ajaran, bukan? Mungkinkah Allah yang Maha Benar, Adil, dan Penyayang mengizinkan praktik yang menentang karakter-Nya sendiri?
~
Yuli
~
Perkawinan adalah ibadah. Ibadah itu sendiri didasari iman yang kuat. Jadi pernikahan poligami didasari ibadah dengan keimanan yang kuat, sama seperti pernikahan monogami. Dalam pernikahan pastilah ada yang namanya tersakiti jadi baik poligami dan monogami tidak mungkin terhindar dari hal tersebut.
Jadi berimanlah, tidak ada yang salah dalam iman. Menikahlah karena ibadah dan iman kita kepada-Nya, Insya Allah ridha-Nya selalu bersama. Apa yang tertulis dalam Al-Quran tidak seorangpun boleh mempertanyakan, juga membantahnya apapun alasannya. Imani, amini saja karena Allah berbicara. Jadi apa yang lebih benar dari perkataan Allah?
~
Saudara Alvenica Susan,
Terimakasih atas komentar saudara di atas. Kami mengutip pernyataan saudara: “Apa yang tertulis dalam Al-Quran tidak seorangpun boleh mempertanyakan, juga membantahnya apapun alasannya.” Ini menyedihkan. Orang beragama perlu skeptis, sebab Allah memberi kita kemampuan berpikir dan menyelidiki, bukan?
Ibadah dengan keimanan yang kuat yang bagaimana menurut saudara yang mendasari poligami? Silakan dijelaskan!
Memang dalam suatu pernikahan pasti ada persoalan. Nah, bukankah dengan poligami akan menambah lagi persoalan yang berdampak negatif bagi isteri dan anak?
kiranya saudara dapat merenungkan pertanyaan ini: Mengapa Allah mengizinkan pria Muslim berpoligami asal bisa berlaku adil. Padahal Dia tahu bahwa mereka pasti tidak bisa berlaku adil? “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian…” (Qs 4:129). Dengan jelas Al-Quran yang saudara yakini memberitahukan suami tidak dapat berlaku adil diantara isteri-isteri, bukankah ini tidak bisa dibantah menurut keyakinan saudara? Silakan berikan penjelasan saudara!
~
Daniar