“Saya setuju suami memukul istri. Asalkan pukulan itu pelan. Hanya sekedar menegur yang dilanggar istri dan yang sudah kelewatan.” Inilah salah satu komentar yang ditulis oleh pengunjung situs Isa dan Islam. Lagi, hal senada juga pernah dialami teman saya. Ia mengatakan, “Ketika suami memukul saya, mungkin tidak ada bekas luka dalam tubuh saya. Tetapi terasa dan membekas dalam hati dan pikiran saya. Suami menyakiti hati saya.” Banyak suami yang berlaku kasar sehingga melukai dan menyakiti hati istri.
Pertanyaannya, adakah wanita yang mau diperlakukan demikian? Mengapa seorang suami tega menyakiti hati istrinya?
Pandangan Al-Quran
Tentu semua orang memiliki dasar dari tindakan yang dilakukan. Salah satu dasar yang dapat kita ketahui berasal dari kitab-kitab yang dipercaya. Bagaimana pandangan Al-Quran tentang hal ini? “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka” (Qs 4:34).
Jika kita mempelajari ayat ini, ada tahapan yang dilakukan kepada istri ketika melakukan kesalahan. Pertama, menasehati. Kemudian, memisahkan dari tempat tidur dan memukul. Dalam hal ini, yang menjadi korban adalah istri. Istri adalah pihak yang lemah dan tak berdaya. Tidak diperkenankan bagi suami menyakiti hati istri dengan alasan apapun. Sebab, hal itu dilarang dan dibenci Allah.
Dampak dari Pukulan Suami Menyakiti Hati Istri
Tidak dapat kita pungkiri bahwa pukulan bukan saja menyentuh fisik, tetapi juga perasaan. Secara fisik, barangkali bekas pukulan bisa hilang, tetapi yang sangat sulit hilang adalah rasa sakit hati. Rasa sakit hati ini bisa bertahan lama. Dan cenderung mengganggu keharmonisan rumah tangga.
Emmaretha MW, M. Psi, Psik, Cht, seorang psikolog berpendapat, “Kekerasan baik fisik maupun verbal bersifat intimidasi dan mengakibatkan rasa rendah diri pada pihak yang mengalami kekerasan. Jika seorang suami menyakiti hati istrinya, melakukan KDRT terhadap pasangannya, mungkin ia akan menyesal dan meminta maaf. Tetapi kemudian melakukan atau mengulang kembali tindakannya tersebut.”
Tentu suami dan istri menghendaki pernikahan yang bahagia dan harmonis, bukan? Jika demikian, bagaimanakah para suami harus bersikap? Dan bagaimana pandangan Alkitab mengenai hal ini?
Pandangan Alkitab Tentang Suami Menyakiti Perasaan Istri
Allah tentu menghendaki yang terbaik bagi ciptaan-Nya. Tidak terkecuali bagi para istri. Bila suami mendapatkan perlindungan, demikian juga seharusnya bagi istri. Kitab Allah dalam Injil menyatakan, “Hai suami-suami, kasihilah istrimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia” (Injil, Surat Kolose 3:19).
Isa Al-Masih telah memberikan teladan yang baik dalam hal mengasihi. Tentu suami perlu belajar dari Isa Al-Masih untuk mengasihi istri. Apa saja bentuk kasih sayang suami kepada istri? Menghargai pendapat istri, menyayangi istri, memberikan pundak saat ia bersedih dan menangis. Dengan kata lain, tidak dibenarkan jika suami menyakiti hati istri, suami perlu memerhatikan kebutuhan istri sebagaimana Isa Al-Masih memerhatikan kebutuhan manusia.
Isa Al-Masih Menjawab Kebutuhan Manusia
Tidak ada yang lebih mendasar dari kebutuhan manusia, selain keselamatan. Sebab “manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Injil, Surat Roma 3:23). Karena itu, manusia berlomba-lomba beramal untuk memperoleh keselamatan di akhirat. Tetapi toh itu belum menjawab kebutuhan manusia.
Dosa bukan saja mengakibatkan kematian fisik, tetapi juga kematian jiwa atau rohani. Kematian fisik bisa saja berakhir, tetapi kematian rohani bersifat kekal. Oleh karena itu, Allah sendiri telah berkenan datang ke dunia dalam Pribadi Isa Al-Masih. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan manusia dari dosa dengan “memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Injil, Rasul Besar Matius 20:28).
Nah, bila Allah secara aktif datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia, maka mungkinkah Dia memberikan perintah untuk menyakiti wanita, yang juga merupakan ciptaan-Nya?
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut Saudara, salahkah jika suami memukul istri? Jelaskan alasan saudara!
- Benarkah Allah yang berfirman untuk memukul istri sesuai dengan Qs 4:34? Berikan buktinya?
- Apakah dampak yang terjadi dalam kehidupan berumah tangga jika suami menyakiti hati istri?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami merasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas “Jika Suami Menyakiti Hati Istri, Dampaknya Apa?”. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Isteri Boleh Dipukul, Ajaran Manusia Atau Kitab Allah?
- Bagaimana Kriteria Suami Ideal Menurut Islam dan Nasrani
- Bagaimana Cara Terbaik Suami dapat Menegur Istri?
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.Atau SMS ke: 0812-8100-0718.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
~
Sebelum saya menjawab, bolehkah saya bertanya terlebih dahulu?
Jika anda meragukan Al-Quran surat tersebut. Lalu apa yang anda lakukan ketika istri anda berbuat jahat, atau melakukan sesuatu yang tidak sesuai norma atau aturan agama? Apakah anda akan membiarkan begitu saja?
~
Saudara Kasih,
Isa Al-Masih memberi satu pengajaran bahwa seorang istri harus dikasihi. Walau dalam kondisi bagaimanapun seorang suami tidak diperkenankan memukul isterinya. “Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya” (Injil, Surat Efesus 5:33).
Apakah menurut saudara tindakan kekerasan menjadi jalan keluar dari setiap konflik yang dihadapi suami istri?
Sdr. Kasih, rumah tangga bahagia dimulai bila kita sendiri mulai bertindak dan berperilaku sesuai dengan ajaran firman Allah. Ketika terjadi konflik justru itu menguji kesetiaan kita. Apakah kita benar-benar mengasihi pasangan kita. “mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri” (Injil, Surat Efesus 5:28). Akhirnya Ia akan “menguduskan”-nya, yaitu menolong istri menjadi seorang yang berkenan kepada Allah (Injil, Surat Efesus 5:26). Sehingga suami dapat menasehati, mengingatkan, dan mendoakan.
Memang secara manusia mustahil kita dapat menerima keadaan/menghadapi itu. Tetapi di dalam Isa Al-Masih tidak ada yang mustahil. Isa Al-Masih ingin membentuk hati kita menjadi baru, agar suami-istri dapat mengasihi sebagaimana semestinya. Pembaharuan ini dapat dialami setiap rumah tangga.
Semoga penjelasan kami ini menjadi pemahaman baru bagi Sdr. Kasih. Dan kami tunggu jawaban saudara.
~
Daniar
~
Menegur dengan kasih dan mendoakannya jauh lebih baik dan bijaksana daripada harus memukulnya. Faktanya, kekerasan itu tidak pernah membawa kebaikan malah sebaliknya saling membenci dan dendam akan tumbuh.
Sdri. Nova,
Tepat sekali apa yang Anda sampaikan. Kiranya kita semua belajar dari apa yang benar sebagaimana Tuhan ajarkan melalui Firman-Nya:
“Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.” (Injil, Surat Kolose 3:18-19).
~
Yuli
~
Situs ini hanya menjelek-jelekan Islam. Hai umat Islam, jangan terpengaruh.
~
Sdr. Syaifullah Husein,
Terimaksih untuk komentar Anda.
Apa yang kami tuliskan bukanlah menyudutkan suatu ajaran tertentu, melainkan untuk mewartakan kebenaran dari Allah mengenai tindakan kasih dalam kehidupan perkawinan. Allah menciptakan lembaga perkawinan demi kesejahteraan. Ikatan perkawinan antara 1 orang suami dan 1 orang istri dilandasi oleh kasih Allah yang mulia di mana di dalamnya terdapat kesetiaan, pengorbanan, dan penghormatan satu dengan yang lain. Jika pilar-pilar kasih ini dilanggar, maka bukan lagi kesejahteraan yang dirasakan, melainkan penderitaan. Untuk itulah maka Firman Allah mengingatkan kita:
“Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.” (Injil, Surat Efesus 5:33)
~
Yuli
~
Mungkin Anda berasumsi semua laki-laki Muslim punya potensi menjadi petinju. Atau Anda sendiri mungkin seorang karateka yang memaknai kata “pukul” dengan sudut pandang bushido?
Padahal kata “pukul” makna dan intensitasnya bermacam-macam:
Ada pukul untuk arti menghancurkan
Ada pukul untuk arti membunyikan
Ada pukul untuk arti menyadarkan
Ada pukul untuk arti mendidik.
Demi memuaskan kebencian Anda pada Islam, Anda bersedia menyederhanakan kata tsb dalam satu arti saja yang artinya merusak.
Apakah memang orang Kristen dididik untuk berpikir seperti Anda?
~
Sdr. Ata,
Anda sedang mempertahankan arti kata “pukullah” pada Qs 4:34 dengan asosiasi mendidik, namun Anda kurang waspada dengan penggunaan kalimat. Tanpa sadar Anda sendiri sedang “memukul” orang lain lewat argumentasi yang didasari prasangka dalam tuduhan “Demi memuaskan kebencian Anda pada Islam…”. Atas dasar apakah Anda menyimpulkannya?
Mari kaji ulang artikel dengan kepala dingin. “,,,Emmaretha MW, M. Psi, Psik, Cht, seorang psikolog berpendapat, “Kekerasan baik fisik maupun verbal bersifat intimidasi dan mengakibatkan rasa rendah diri pada pihak yang mengalami kekerasan…”. Artinya, entah “pukulan” dalam bentuk fisik ataupun verbal, hati selalu dilibatkan, dan hatilah yang tersakiti. Inilah yang mengganggu keharmonisan rumah tangga.
Untuk itulah maka firman Allah di dalam Alkitab mengingatkan kita semua, termasuk kami dan Anda: “Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia” (Injil, Surat Kolose 3:19).
Mustahilkah mendidik orang lain tanpa pukulan, melainkan dengan kalimat bijak yang menasihatkan kebenaran?
~
Yuli
~
“Untuk itulah maka firman Allah di dalam Alkitab mengingatkan kita semua, termasuk kami dan Anda: “Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia” (Injil, Surat Kolose 3:19).”
Respon: Tolong dijelaskan, Allah mana yang berfirman kalau Allah adalah Bapa, Yesus, dan Roh Kudus?
~
Sdr. Usil,
Tentu saja yang berfirman dalam Injil, Surat Kolose 3:19 adalah Allah Tritunggal, yaitu Bapa, Yesus (Kalimat Allah), dan Roh Kudus. Bukankah Allah Tritunggal adalah Allah yang esa? Silakan simak lebih lanjut penjelasannya lewat artikel berikut: http://tinyurl.com/d472uyd.
~
Yuli
~
Hai Admin, saya sarankan agar Admin menulis tentang agama Admin sendiri. Sudahlah, jangan sibuk dengan ajaran agama Islam, Admin tidaklah paham. Mengapa orang Kristen ini sibuk ikut campur urusan orang Islam. Sangat sempurnkah agama Kristen itu?
~
Sdr. Sal,
Terimakasih untuk kunjungan serta komentar yang Anda berikan bagi artikel di atas.
Saudaraku, mengapa Anda keberatan dengan isi artikel yang membahas ajaran Islam tentang bagaimana memperlakukan isteri berdasarkan Qs 4:3? Apakah ajaran dalam ayat tsb membingungkan Anda sehingga Anda enggan membahasnya lebih jauh? Justru ketika kami dengan rinci membahasnya, kami cukup paham dengan isi ayat tsb. Namun, jika Anda memiliki pandangan yang berbeda, mari diskusikan lebih lanjut di sini. Dengan senang hati kami akan membahasnya bersama Anda. Bagaimana, Saudaraku?
~
Yuli
~
Hi Admin,
Semoga situs ini senantiasa berfungsi walaupun sebilangan orang tidak menyukainya. Berbagi ilmu bersama kita menuai berkat
Terimakasih
~
Saudara Panp,
Terimakasih atas respon positif saudara atas situs ini. Kami berukur jika apa yang ada dalam itus ini bermanfaat bagi saudara. Kikta berharap dengan ilmu yang kita dapat dalam itus ini akan menuntun kita pada Kebenaran Allah
Kiranya rahmat dan berkat Allah melimpahi saudara.
~
Noni