Setiap pasangan sebelum masuk dalam pernikahan akan melewati beberapa tahapan. Tahap awal, pria menyukai seorang gadis atau sebaliknya. Kemudian saling mengenal, timbul rasa cinta, berpacaran, bertunangan, dan akhirnya menikah.
Bagaimana pedoman memilih jodoh yang benar di hadapan Allah? Pertanyaan ini patut untuk direnungkan. Berikut diuraikan bagaimana memilih jodoh berdasarkan Alkitab, Al-Quran dan hadist.
Prinsip Alkitab Dalam Memilih Jodoh
Alkitab memberi banyak petunjuk, prinsip dan contoh yang baik dalam memilih jodoh. Setidaknya ada tiga syarat yang harus dipenuhi pasangan yang akan menikah.
1. Dari kaumnya sendiri (Taurat, Kitab Kejadian 24:4) atau seiman. Isa Al-Masih menegaskan, “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” (Injil, Surat 2 Korintus 6:14).
2. Memiliki tujuan sama. Yaitu memuliakan Allah. “Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?” (Kitab Amos 3:3). Tentu tidak, bukan?
3. Yang dikehendaki Allah. Maksudnya, apakah keduanya sungguh dipimpin Tuhan untuk menikah? Dalam Kitab Kejadian 24:42-48, Allah memimpin hamba Abraham untuk mendapatkan calon istri bagi Ishak. Bukan hamba Abraham itu yang menentukan atau memilih istri bagi Ishak, melainkan Allah sendiri!
Pedoman Memilih Jodoh dalam Al-Quran dan Hadist
1. Beragama Islam. “Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu’min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu’min lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu” (Qs 2:221).
2. Sebanding dalam hal agama dan status sosial. “Wanita-wanita yang keji untuk laki-laki yang keji. Dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji pula. Wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik. Dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik pula” (Qs 24:26). Dalam hal ini lebih menekankan pada kesamaan derajat.
3. Subur, yaitu pria dan wanita yang dapat menghasilkan keturunan. Menurut Islam hikmah pernikahan adalah untuk meneruskan keturunan dan memperbanyak jumlah kaum Muslimin. “Nikahilah wanita yang penyayang dan subur! Karena aku berbangga dengan banyaknya ummatku” (HR. An Nasa’I, Abu Dawud dan Hakim).
Pertanyaan sulit ialah bagaimana seorang pria (atau sebaliknya) mengetahui bahwa pasangannya subur?
Allah Menyediakan Jodoh Setiap Orang
Dan ingatlah, bila Allah memang menghendaki Anda menikah, Ia sudah menyediakan pasangan Anda. Dan Dia akan memberikannya bagi Anda tepat pada waktuanya. Seperti firman Allah mengatakan, “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya” (Kitab Pengkotbah 3:11).
Memilih jodoh yang tepat tentu tidak mudah. Adakah cara mendapatkan jodoh yang terbaik? Isa Al-Masih berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Injil, Rasul Besar Matius 11:28).
Isa Al-Masih adalah Sumber Pengharapan. Dia dapat menyediakan apa yang Anda butuhkan termasuk memberikan pedoman memilih jodoh terbaik bagi Anda. Datanglah pada-Nya, dan penuhilah undangan!
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Setujukah anda dengan kriteria dalam memilih jodoh yang diuraikan di atas, mengapa?
- Bagaimanakah pernikahan yang memuliakan Allah?
- Apakah yang mungkin akan terjadi jikalau Mukmin atau Kristen salah memilih jodoh?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami merasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas.
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Islam Dan Kristen – Pedoman Memilih Jodoh”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
uciha mengatakan
~
Benar, Sdr. Uciha. Allah itu Maha Suci dan tidak menolerir dosa dalam bentuk apapun. Maka, setiap manusia yang menolak hukuman dosanya ditanggung oleh Yesus Sang Penebus, selamanya pula dosanya tetap diperhitungkan Allah meski dengan segala air mata dan amal ibadahnya ia berusaha sekeras-kerasnya.
Allah tidak pernah mengajarkan pada umat manusia untuk tidak bertanggung jawab pada perbuatanya. Jadi harapan kalian adalah harapan yang sia-sia.
staff mengatakan
~
Sdr. Uciha,
Anda benar, tapi belum memahami kedalaman kebenaran dari apa yang Anda sendiri katakan.
Allah Maha Adil. Karena itulah Allah menuntut setiap pertanggungjawaban dari ulah dosa manusia. “Upah dosa ialah maut” (Injil, Surat Roma 6:23). Maka, tidak satupun manusia termasuk yang menamakan dirinya bertakwa kepada Allah dapat luput dari neraka kekal. Ingat, tidak ada remedi di akhirat kelak (baca: http://tinyurl.com/nlf97hz), bahkan Qs 43:74 pun mengamininya.
Jika semua manusia masuk neraka kekal, di manakah letak Maha Penyayangnya Allah? Sedangkan kemahaadilan-Nya tidak mungkin membatalkan neraka sebagai upah dosa. Untuk itulah Allah memberikan jalan keluar melalui pengorbanan Isa Al-Masih. Tanggung jawab manusia adalah mengakui keberdosaannya, bertobat, dan menerima karya penyelamatan Isa Al-Masih. Melaluinya, dosa manusia diampuni, dan menjadi tanggungjawab serta rasa terimakasihnya untuk hidup seterusnya taat pada Isa Al-Masih, Allah semesta alam.
Sebaliknya, menolak karya keselamatan Isa Al-Masih berarti menolak tanggungjawab ketundukannya pada kebenaran dan keadilan Allah. Maka maut kekallah yang menjadi ganjarannya.
Nah sekarang, dari sisi manakah Anda melihat ketiadaan tanggungjawab yang Allah tuntut?
~
Yuli
uciha mengatakan
~
“Allah Maha Adil. Karena itulah Allah menuntut setiap pertanggungjawa ban dari ulah dosa manusia. “Upah dosa ialah maut” (Injil, Surat Roma 6:23). Maka, tidak satupun manusia termasuk yang menamakan dirinya bertakwa kepada Allah dapat luput dari neraka kekal. Ingat, tidak ada remedi di akhirat kelak”.
Jika upah dosa adalah maut, jangankan kalian. Yesuspun mengalami maut (kematian) bukan?Bahkan lebih mengenaskan, melalui siksaan, penghinaan oleh rabi Yahudi dan tidak satupun murid-Nya membela. Bahkan ada yang menghianati-Nya, dan ada yang menyangkal-Nya.
staff mengatakan
~
Tepat sekali, Sdr. Uciha!
Untuk menjadi Pengganti (Penebus) manusia, Yesus harus menanggung hukuman yang sama yaitu maut dengan segala penderitaan yang tidak mungkin bisa Anda tanggung. Ingat, Yesus bukan hanya menanggung dosa satu orang, melainkan semua orang dari seluruh generasi yang menaruh iman kepada-Nya. Itulah sebabnya penderitaan yang ditanggung-Nya sangat berat.
Nah, inilah yang membedakan Yesus dengan kita, manusia berdosa. Karena Ia Allah yang menjelma menjadi satu-satu-Nya manusia suci, maka hidup-Nya tidak berakhir pada kematian. Ia bangkit pada hari ketiga! Ini bukti mutlak keilahian-Nya yang berkuasa mengalahkan maut. Maka, setiap orang yang beriman kepada-Nya mendapat jaminan kepastian menang pula atas maut, yaitu kehidupan kekal di sorga.
Bagaimana Saudaraku, apakah Anda bersikukuh menolak belas kasih Allah yang tidak mungkin Anda raih dengan kecacatan amal ibadah Anda sebagai orang berdosa?
~
Yuli
uciha mengatakan
~
“Yesus harus menanggung hukuman yang sama yaitu maut dengan segala penderitaan yang tidak mungkin bisa Anda tanggung. Ingat, Yesus bukan hanya menanggung dosa satu orang, melainkan semua orang dari seluruh generasi yang menaruh iman kepada-Nya”.
Taurat mengatakan lain:
“Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya” (Kitab Nabi Yehezkiel 18:20).
Ini baru masuk akal. Bagaimana bisa kita yang berdosa, orang lain yang bertanggung jawab? Itu cuma ajaran Paulus saja.
staff mengatakan
~
Sdr. Uciha,
Yehezkiel 18:20 justru menegaskan pesan Injil tentang keadilan Allah bahwa: “Upah dosa ialah maut” (Injil, Surat Roma 6:23). Sudah dijelaskan bahwa maut bukan sekedar ajal, tapi keterpisahan kekal dari Allah (neraka).
Adakah manusia yang tidak berdosa? Apakah Anda tidak berdosa? Permohonan ampun dan amal ibadah tidak bisa mengubah status kita sebagai orang berdosa. Maka jelas bahwa semua orang pasti masuk neraka. Lalu, jika semua binasa, dimanakah Maha Pengasih-Nya Allah?
Maha Adil dan Maha Kasih-Nya Allah sempurna tergenapi ketika Allah di dalam Isa Al-Masih menggantikan hukuman kekal kita. Maka, setiap orang yang beriman kepada Isa diubah statusnya dari “orang berdosa” menjadi “orang benar” yang tidak akan menerima hukuman, melainkan hidup kekal di sorga. Sebaliknya, siapapun yang menolak Isa, statusnya tetap sama dan harus bertanggungjawab untuk memikul hukuman dosanya sendiri di neraka (baca kembali Yehezkiel 18:20).
Perlu Anda tahu, beriman kepada Isa harus membayar harga yaitu ketaatan sepenuhnya kepada Isa. Dahulu kami hamba dosa. Tapi sekarang hamba kebenaran karena Isa adalah Sumber Kebenaran (baca: Injil Yohanes 14:6).
~
Yuli