Ketika masih kecil, saya sering melihat orang tua saya bertengkar. Tiba-tiba saja memukul ibu. Saat itu, saya tidak suka dengan perangai ayah yang suka memukul ibu. Apakah ajaran agama setuju jika seorang isteri boleh dipukul oleh suami, walau dengan alasan tertentu?
Setelah dewasa dan menikah, tanpa saya sadari apa yang dilakukan ayah pada ibu, juga terjadi pada isteri saya. Bila saya dan isteri bertengkar, tiba-tiba saja saya memukulnya. Saya mengikuti teladan buruk dari ayah.
Hingga suatu hari saya berpikir, pantaskah seorang suami memukul istrinya? Kirimkan tanggapan Anda lewat email di sini.
Nabi Islam Mengajarkan: Isteri Boleh Dipukul
Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan topik yang sering diangkat oleh media. Baik media elektronik maupun cetak. Bahkan KDRT terkadang berujung pada pembunuhan. Mengapa sampai terjadi KDRT? Beragama alasan yang diungkapkan. Mulai dari hal kecil seperti perbedaan pendapat hingga hal besar.
Bagaimana agama mengajarkan kepada suami cara memperlakukan isteri? Tentang hal ini, Al-Quran memberi satu pengajaran. “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka” (Qs 4:34).
Dalam ajaran Islam, seorang suami boleh memukul isterinya, setelah terlebih dahulu si suami harus menasehati si isteri dan tidur pisah ranjang.
Tentu Anda setuju adalah hal biasa bila terjadi permasalahan dalam rumah tangga. Seyogyanya bila ada masalah, suami isteri duduk bersama untuk membicarakan masalah tersebut dan mencarikan jalan keluar. Sebab menjauhkan isteri sama saja dengan memberi celah bagi iblis untuk membuat keadaan semakin susah dan akhirnya suami pun memukul isterinya.
Kirimkan tanggapan Anda lewat email di sini bila Anda punya pandangan lain.
Isa Al-Masih Melarang Pengikut-Nya Memukul Isteri
Kitab Allah memberi satu pengajaran bahwa suami wajib mengasihi isterinya. Walau dalam kondisi bagaimanapun, seorang suami tidak diperkenankan memukul isterinya. “Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya” (Injil, Surat Efesus 5:33).
Sehingga walau dalam kondisi bagaimanapun, seorang suami Nasrani tidak dibenarkan memukul atau berlaku kasar pada isterinya. Sebab Kitab Allah mengajarkan agar suami-suami, “ . . . hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang” (Injil, Surat 1 Rasul Petrus 3:7).
Isa Al-Masih Memampukan Suami Mengasihi Isteri
Mungkin Anda akan bertanya, bukankah seorang suami Nasrani juga ada yang melakukan KDRT? Iya, tentu ada! Tetapi seorang pengikut Isa Al-Masih yang telah menerima kasih-Nya dan mengikuti setiap ajaran Isa Al-Masih, tahu harus bagaimana memperlakukan isterinya.
Kitab Allah menuliskan, “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus [Isa Al-Masih] telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Injil, Surat Roma 5:8). Setiap manusia berdosa dan layak dihukum. Tapi Isa Al-Masih telah membayar hukuman dosa itu lewat kematian-Nya di salib karena kasih-Nya yang begitu besar.
Anda ingin menerima keselamatan dan kasih Isa Al-Masih? Datanglah kepada-Nya, dan terimalah kasih dari-Nya. Maka Anda akan dapat mengasihi isteri Anda sebagaimana Isa Al-Masih sungguh mengasihi Anda!
[Staf Isa Islam Dan Kaum Wanita – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa Islam Dan Kaum Wanita.]
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Bagaimana pandangan saudara tentang tindakan suami memukul isteri?
- Menurut saudara, apa yang mendasari ajaran Nabi Islam yang memperbolehkan memukul isteri?
- Menurut saudara, bagaimanakah seharusnya sikap seorang suami dalam memperlakukan isterinya?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Berikut ini dua link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Dipukul Suami Menyakiti Hati, Bukan Fisik
- Faktor Sosial dan Agama Penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ““Isteri Boleh Dipukul” Ajaran Muhammad Atau Isa Al-Masih?”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS/WA ke: 0812-8100-0718
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
*
Mana ada Yesus memperlakukan istri. Nikah saja belum. Dibandingkan dengan Nabi Muhammad, dia tidak pernah memukul istri-istrinya. Segala gerak-gerik baik perkataan maupun perbuatan adalah merupakan teladan bagi umatnya.
~
Saudari Ririn,
Yesus memang tidak menikah ketika Dia ada di dunia. Walaupun Yesus tidak menikah, tetapi Dia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dari sebuah pernikahan. Dia mengatakan pernikahan adalah sesuatu yang sakral, sehingga tidak dapat dipermainkan.
“Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Injil, Rasul Besar Matius 19:6).
Memang tidak ada hadist atau ayat yang mengatakan bahwa Muhammad memukul istri-istrinya. Tetapi bagaimana dengan poligami yang dia lakukan, bukankah itu lebih menyakiti perasaan istri-istrinya?
Andaikan Saudari Ririn, memiliki seorang suami. Lalu suatu hari suami saudari membawa seorang wanita ke rumah dan berkata akan menikahi wanita tersebut. Kira-kira bagaimana perasaan Saudari Ririn? Apakah saudari akan berkata “iya, dengan senang hati saya akan mengijinkan engkau menikahinya”. Saya kira mustahil seorang istri mengatakan demikian.
Tidak akan ada seorang wanita pun yang tidak terluka dan tersakiti, ketika mengetahui suaminya membagi cinta dengan wanita lain. Jangankan seorang suami, mengetahui pacar kita saja selingkuh dengan wanita lain, sudah cukup menyakitkan.
~
SO
*
Untuk dipahami, istri bisa menolak untuk dipoligami dan suami tidak bisa memaksa untuk menikah lagi. Dan ada syarat yang harus dipenuhi seorang suami untuk bisa berpoligami.
Tapi memang beragama Islam, bukanlah hal yang mudah, jika ingin mudah, enak, sesuai keinginan, silakan beragama lain saja. Tidak ada paksaan dalam beragama.
~
Saudara Arie,
Memang Al-Quran mengatakan bahwa poligami adalah pilihan. Bukan keharusan.
Tetapi pada kenyataannya, poligami adalah “hak mutlak” bagi seorang suami. “. . . maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat” (Qs 4:3). Bahkan, bila istrinya tidak mau dipoligami, suami dapat menceraikannya. Lalu ia menikahi wanita yang diinginkannya. “Dan jika kamu ingin, mengganti istrimu dengan istri yang lain” (Qs 4:20). Maksudnya ialah: menceraikan istri yang tidak disenangi dan kawin dengan istri yang baru.
Bagaimana menurut saudara dengan ayat-ayat di atas, benarkah istri dapat menolak poligami?
Saudara benar, tidak ada paksaan dalam memilih keyakinan. Kita bebas menentukan pilihan kita. Demikian Isa Al-Masih tidak memaksa saudara untuk percaya kepada-Nya sebagai Juruselamat, yang dapat menyelamatkan dan memberi hidup kekal.
~
DA
*
Saya bukan ahli dalam ayat-ayat Al-Quran, namun untuk masalah poligami, penggalan ayat yang anda sampaikan tidak lengkap. Bila hanya mengutip ayat-ayat Al-Quran sepotong-potong dan menterjemahkan secara letterleg akan menghasilkan penafsiran yang sangat tidak tepat.
Tidak ada agama yang mengajarkan keburukan, adapun keburukan-keburukan yang terjadi adalah faktor manusianya saja sebagai pelaku kehidupan. Dan untuk memahami arti setiap ayat Al-Quran perlu pengetahuan yang banyak.
~
Saudara Dwi,
Terima kasih atas masukannya. Kalau tidak keberatan, dapatkah saudara menjelaskan bagian manakah dari penjelasan di atas yang tidak benar? Sebab menurut kami, apa yang sudah dijelaskan pada artikel di atas, adalah kebenaran yang ada dalam ajaran Islam yang memperbolehkan poligami.
Setiap umat tentu menganggap ajaran yang dianutnya adalah benar. Sebab, bila tidak demikian, pastilah orang tersebut akan meninggalkannya dan menjadi penganut ajaran lain.
Tetapi, tentu tidak ada salahnya kita mempelajari dan menyelidiki apakah benar ajaran yang sudah kita anut, benar-benar memberi pengajaran yang baik. Menurut kami hal ini penting dan perlu kita lakukan, sehingga kita benar-benar tahu dan mengerti sendiri tentang ajaran itu, dan bukan hanya mendengar dari orang lain.
Nah, bagaimana dengan saudara Dwi, apakah saudara pernah mempelajari ajaran yang saudara anut atau sepenuhnya bersandar hanya pada perkataan pemuka agama saja?
~
SO
*
Qs 4:34, di situ judulnya cara memperlakukan istri. Wah, saya cuma senyum-senyum saja. Saya tanya pada anda kawan, apa anda sudah membaca kitab di Al-Quran tentang wanita/Annisa secara keseluruhan? Tentunya tidak. Karena artikel di sini yang ditampilkan kesannya dari satu Surah Annisa. Inilah inti cara memperlakukan wanita oleh Muhammad SAW.
Qs 4:34 adalah tata tertib keluarga, tentang wanita yang luar biasa durhaka dan kurang ajar banget kepada suami dan keluarga.
Pertanyaannya langsung dipukul? Tidak. Pertama dinasihati, tidak kena. Lalu berpisah ranjang, tidak kena juga. Karena sudah luar biasa kurang ajar & durhaka sekali, barulah dipukul, keras? Tidak, dipukul ringan. Kalau sampai tahap nasihat sudah selesai, ya selesai.
~
Saudara Bob,
Bukankah benar bahwa dalam ayat tersebut bila ada pria Muslim yang memukul istrinya, secara hukum Islam suami tidak dapat disalahkan. Sebab, Al-Quran memberi jaminan yang memperbolehkan pria Muslim memukul istrinya yang dianggap sudah kurang ajar dan durhaka sekali.
Namun tidak demikian halnya dengan ajaran Isa Al-Masih. Isa Al-Masih memberi satu pengajaran bahwa seorang istri harus dikasihi. Walau dalam kondisi bagaimanapun seorang suami tidak diperkenankan memukul istrinya.
“Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri dan istri hendaklah menghormati suaminya” (Injil, Surat Efesus 5:33).
~
DA
*
QS 4:3, tentang poligami. Lagi-lagi di sini hanya diambil sepenggal ayat saja. Anda tidak menulis secara utuh. Ada terusannya yaitu: “Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”.
Nah kan anda cuma ambil sepotong. Ayat tentang poligami ini tidak berdiri sendiri tapi berhubungan dengan ayat 4:1 & 4:2. Dan bukan berbicara poligami secara umum, tapi ayat ini turun karena ada suatu kejadian, ada sebabnya. Jadi tidak langsung kamu poligami, jebret. Dan kalau kamu takut tidak bisa adil, maka cukup seorang saja.
~
Saudara Bob,
Terima kasih atas penjelasannya. Memang Al-Quran mengatakan bahwa poligami adalah pilihan. Bukan keharusan.
Tetapi pada kenyataannya, poligami adalah “hak mutlak” bagi seorang suami. Seorang suami yang ingin berpoligami, biasanya mereka lebih cendrung egois dan menganjurkan agar istrinya dapat memahami keinginannya untuk berpoligami.
Apapun alasannya, baik suatu keharusan atau pun tidak, poligami tetaplah bukan ajaran dari Allah. Sebab sejak semula Allah telah menetapkan seorang suami hanya berhak atas satu istri, demikian sebaliknya.
“Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.” Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Taurat, Kitab Kejadian 2:23-24).
~
DA
*
Tujuan pernikahan adalah supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. (Qs 30:21)
Kenapa dipukul? Karena istri melakukan kesalahan. Jadi berkeluarga baik suami maupun istri tidak bisa seenaknya. Ada aturan yang harus dipatuhi, dan kalau melanggar ada hukumannya, seperti kita hidup bermasyarakat.
Suami sebagai kepala keluarga harus mengatur istrinya. Kalau istrinya melakukan nusyuz, maka ada tahapan hukuman yang harus dilakukan, supaya keluarga ini kembali ke kondisi yang benar.
Sayangnya anda selalu menonjolkan memukul istri tanpa menjelaskan proses sebelumnya.
~
Saudara Soegeng,
Dalam Qs 4:34, seorang suami diperbolehkan untuk memukul istrinya. Dengan catatan, si suami harus terlebih dahulu menasihati istrinya dan tidur pisah ranjang.
Bila suami istri mempunyai masalah, bukankah seharusnya masalah tersebut diselesaikan dan dicarikan jalan keluar? Mengapa justru istri harus dipisahkan? Bukankah ini sama saja dengan memberi celah bagi iblis untuk membuat keadaan semakin susah, dan akhirnya suami pun memukul istrinya.
Tidak demikian dalam Injil. “Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri dan istri hendaklah menghormati suaminya” (Injil, Surat Efesus 5:33).
“Hai suami-suami, kasihilah istrimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia” (Injil, Surat Kolose 3:19).
~
DA
*
Satu hal lagi, kebanyakan wanita tidak akan bisa memahami indahnya berbagi kebahagiaan pernikahan, bahkan hingga mengorbankan kebahagiannya sendiri.
Kalau Yesus anda katakan mau berkorban menanggung dosa umat-Nya hingga disalib dan mati, mengapa anda tidak mau berkorban berbagi kebahagiaan pernikahan dengan wanita lain?
Padahal dalam poligami ada kebahagiaan untuk seorang wanita ketika wanita lainnya bersedih. Ini pengorbanan yang berat untuk seorang wanita, berkorban untuk kebahagiaan orang lain. Pengorbanan yang tidak diteladani pengikut Yesus yang juga mengajarkan pengorbanan untuk orang lain.
~
Saudara Soegeng,
Kami menyadari akan pandangan saudara, karena itulah yang diajarkan dan dicontohkan nabi saudara. Bahkan yang memihak bagi kaum pria. Sekarang bagaimana jika itu terjadi pada saudara, berbagi kebahagiaan dengan pria lain?
Namun seseorang yang mengerti ajaran Isa Al-Masih akan memahami bahwa poligami bukanlah ajaran yang diajarkan Allah. Justru Isa Al-Masih datang ke dunia untuk memperbaiki kondisi yang telah rusak itu. Ia ingin membentuk hati kita menjadi baru, agar suami-isteri dapat mengasihi sebagaimana semestinya. Pembaharuan ini dapat dialami setiap rumah tangga.
~
DA
*
Kami hidup layaknya seorang istri tapi di tunjukan sifat jelek terhadap saya. Sudah dinasehati berulang-ulang tapi sifatnya tetap saja seperti itu. Apakah saya sebagai suami harus pisah kamar?
~
Saudara Risman
Terima kasih atas komentar saudara. Dan tentunya kami akan memberikan masukan sesuai yang diajarkan Isa Al-Masih.
Menurut kami pisah kamar tidak akan menyelesaikan masalah, justru akan memberi celah bagi iblis untuk membuat keadaan semakin susah dan atau memperlakukan kasar istri. Di saat seperti itulah justru menguji kesetiaan kita. Apakah kita benar-benar mengasihi pasangan kita, mendoakan pasangan kita. Karena rumah tangga bahagia dimulai bila saudara sendiri mulai bertindak dan berperilaku sesuai dengan ajaran firman Allah.
Demikianlah firman Allah mengajarkan bagi para suami dalam memperlakukan istri. “Demikian juga suami harus mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi istrinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat” (Injil, Surat Efesus 5:28-29).
Datanglah pada Isa Al-Masih, Dia dapat melepaskan saudara dari beban yang menghimpit dan memberi kelegaan, sehingga dapat memulihkan hubungan suami istri.
~
DA
*
Topik yang sangat menarik.Tapi saya sangat penasaran menurut ajaran anda solusi untuk istri nusyuz (istri yang meninggalkan kewajibannya, menceritakan kejelekan suaminya, pergi tanpa ijin suaminya dan berlaku durhaka kepada suaminya)?
Mohon solusinya!
~
Saudara Annisa,
Kami sangat senang atas respon saudara Annisa terhadap artikel di atas.
Adalah impian setiap orang memiliki keluarga yang harmonis. Kami tahu sangat sukar mengatur sebuah keluarga agar siang malam keluarga itu selalu dalam keadaan harmonis. Tetapi Allah mengharapkan agar rumah tangga kita selalu harmonis. Dimana setiap anggota keluarga bertindak sesuai dengan peranannya masing-masing.
Saudara Annisa, walau dalam kondisi bagaimanapun seorang suami tidak diperkenankan memukul istrinya. “Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri …” (Injil, Surat Efesus 5:33). Berarti suami harus mengasihi dan menerima istrinya dalam kondisi apa pun.
Di saat seperti itulah justru menguji kesetiaan kita. Apakah kita benar-benar mengasihi pasangan kita, mendoakan pasangan kita. Karena rumah tangga bahagia dimulai bila saudara sendiri mulai bertindak dan berperilaku sesuai dengan ajaran firman Allah.
Memang secara manusia mustahil kita dapat menerima keadaan/menghadapi itu. Tetapi di dalam Isa Al-Masih tidak ada yang mustahil. Isa Al-Masih ingin membentuk hati kita menjadi baru, agar suami-istri dapat mengasihi sebagaimana semestinya. Pembaharuan ini dapat dialami setiap rumah tangga.
~
DA
*
Saya menambah sedikit pandangan Alkitab mengenai pertanyaan mbak Annisa. Sama halnya dengan kepercayaan Saudara, suami tetaplah pemimpin rumah tangga. Tetapi, ajaran Al-Masih tidak memperbolehkan memukul istri.
Perhatikan ayat ini: “…kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki” (Injil,Surat 1 Korintus 11:3).
Dalam hal membimbing istri, suami harus meneladani Al-Masih yang mengajar, membimbing & menggembalakan jemaat dengan penuh kasih tanpa berlaku kasar. Tentu pendekatan dialog dengan komunikasi yang sehat akan sangat membantu, bukan main tangan.
Tentu saja, istri pun tidak boleh berperilaku tidak taat. Istri yang mengikuti Al-Masih haruslah menjalankan Firman Allah dalam Injil, Surat Kolose 3:18 “Hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan”.
~
Saudara Cita,
Terima kasih atas komentar saudara, kiranya menjadi masukan dan pemahaman baru bagi Mbak Annisa dan teman-teman lainnya.
~
DA
*
Saya setuju suami memukul istri. Asalkan pukulan itu pelan, hanya sekedar menegur yang di langgar istri dan sudah kelewatan.
~
Saudara Fitri,
Kami menghargai pandangan saudari Fitri. Karena bila ada pria Muslim yang memukul istrinya, secara hukum Islam suami tidak dapat disalahkan. Sebab, Al-Quran memberi jaminan yang memperbolehkan pria Muslim memukul istrinya.
Namun tidak demikian halnya dengan ajaran Isa Al-Masih. Isa Al-Masih memberi satu pengajaran bahwa seorang istri harus dikasihi. Walau dalam kondisi bagaimanapun seorang suami tidak diperkenankan memukul istrinya. “Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri dan istri hendaklah menghormati suaminya” (Injil, Surat Efesus 5:33)
Saudara Fitri kami kira menegur dengan cara memukul bukan salah satu solusinya. Tetapi justru memperkeruh situasi, akan menyakiti hati istri. Tidak ada ceritanya jika seseorang dalam kondisi serius/marah/emosi memukul dengan pelan.
~
DA
~
Topik uraian untuk komentar: Bagaimana memperlakukan istri.
Kami masih ingin pendapat para Mukmin, apakah ajaran agama memperbolehkan suami memukul istrinya walau dengan alasan tertentu?
Dalam memberi komentar kiranya saudara dapat mengikuti aturan yang sudah kami cantumkan pada setiap artikel yang ada di situs ini.
Berikut kami copy kembali aturan tersebut:
(1) Tidak boleh memakai lebih dari satu kotak.
(2) Pertanyaan / masukan harus berhubungan erat dengan uraian.
(3) Sebaiknya satu atau paling dua pertanyaan / konsep dimasukan dalam satu comment.
(4) Masukan harus selalu sopan dan jangan agresif.
(5) Masukan tidak boleh memuat banyak bahasa lain, misalnya Bahasa Arab.
(6) Masukan harus dalam Bahasa Indonesia yang lazim dimengerti semua orang.
(7) Masukan tidak boleh memakai singkatan-singk atan, misalnya yg, dlm, sdh,dlsbgnya.
(8) Huruf besar tidak boleh dipakai untuk menekankan sesuatu.
(9) Tidak diijinkan mencantumkan hyperlink dari situs lain.
Kami mempersilakan Saudara mengemail untuk pertanyaan / comment yang majemuk. Kami senang menjawabnya.
~
DA
~
Saudara Kristan,
Terima kasih atas komentarnya tentang poligami. Maaf komentar saudara Kristan kami hapus. Karena topik di atas tentang bagaimana memperlakukan istri, dipukul atau dikasihi? Apakah ajaran agama memperbolehkan suami memukul istrinya walau dengan alasan tertentu? Bagaimana menurut saudara?
Saran kami silakan masukan komentar saudara pada topik poligami.
Terima kasih atas perhatiannya.
~
Daniar
~
Tuhan kamu tidak kawin, mau mengajar cara hidup berkeluarga yang baik lagi. Itu namanya Yesus manusia munafik. Bagaimana Dia mau mengajar cara memperlakukan istri yang baik, kalau Dia sendiri tidak kawin.
Kamu salah kalau membandingkan Yesus sama Muhammad. Yesus kan Tuhan sementara Muhammad hanya seorang nabi. Kalau mau bandingkan, Muhammad sama Paulus, itu baru relevan.
~
Saudara Usil,
Hanya manusia yang kawin. Menurut saudara Allah harus kawin ketika mengajarkan bagaimana memperlakukan istri? Kiranya dibaca kembali artikel di atas, bagaimana Isa Al-Masih mengajarkan memperlakukan istri.
Benar sekali saudara Usil, Yesus adalah Tuhan. Sedangkan mengenai Muhammad, saudara dapat membacanya di sini: http://tinyurl.com/cj969my. Saudaraku, kami tidak sedang membandingkan Pribadi Yesus dengan Muhammad, tetapi mengenai ajarannya memperlakukan istri.
~
Daniar
~
Poligami itu pilihan mas admin, bukan kewajiban. Poligami adalah sebuah solusi, bukan harga mati. Lalu bila ada suatu kondisi dimana jumlah perempuan lebih banyak dari laki-laki, bagaimana kekristenan memberi solusi?
~
Mas Gege Abadi,
Menurut mas Gege poligami bukan kewajiban, tapi sebuah solusi. Tetapi pada kenyataannya, poligami adalah “hak mutlak” bagi seorang suami. Seorang suami yang ingin berpoligami, biasanya mereka lebih cendrung egois dan menganjurkan agar istrinya dapat memahami keinginannya untuk berpoligami.
Mas Gege, kami kira saudara setuju bahwa Allah maha kuasa. Maka Allah sanggup mengatur kehidupan manusia, termasuk soal pasangan hidup seseorang. Jadi, apapun alasannya, baik suatu kewajiban atau pun tidak, poligami tetaplah bukan ajaran dari Allah. Sebab sejak semula Allah telah menetapkan seorang suami hanya berhak atas satu istri, demikian sebaliknya.
~
Daniar
~
Poligami bukanlah ajaran Muhammad tapi ajaran Allah yang sudah ada bahkan sebelum masa nabi Muhammad. Dan dilakukan oleh nabi lain seperti Ibrahim, Daud. Bukankah dalam Kitab Injil anda mengimani nabi itu juga. Trus kenapa anda menolak sift mereka.
Al-Quran sebagai kitab penyempurna cuma menegaskan saja bahwa poligami boleh dilakukan tapi tidak dianjurkan. Dan haram hukumnya bila tidak memenuhi syarat untuk berpoligami. Jika anda mencoba jatuhkan nabi Muhammad dengan poligami maka anda seharusnya lebih berfikir tentang istri nabi Daud yang lebih dari 90 orang.
~
Saudara Syahril,
Kami telah banyak menanggapi komentar yang sama dengan komentar yang saudara tulis di atas. Untuk itu silakan baca kembali penjelasan-penjelasan kami tersebut.
Dan satu lagi yang perlu kami tegaskan, bahwa kami tidak untuk menjatuhkan nabi Sdr. Syahril dengan poligami. Namun kami ingin menanggapi komentar tentang poligami. Dimana menurut firman Allah bahwa sejak semula Allah telah menetapkan pernikahan monogami. Yaitu seorang suami hanya berhak atas satu istri, demikian sebaliknya.
Dan secara khusus pada topik di atas membahas bagaimana memperlakukan istri. Kiranya saudara dapat memberi komentar sesuai dengan topik di atas, terima kasih.
~
Daniar
~
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita (2012-08-15 13:31):
“Saudara Annisa, walau dalam kondisi bagaimanapun seorang suami tidak diperkenankan memukul istrinya. “Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri …” (Injil, Surat Efesus 5:33). Berarti suami harus mengasihi dan menerima istrinya dalam kondisi apa pun”.
Walaupun istrinya berzinah dengan laki-laki lain, atau istrinya suka keluyuran, dugem, suka ngerumpi? Jika saudara laki-lakimu mempunyai istri demikian, katakanlah pada saudaramu jangan pukul istrimu, ya.
~
Sdr. Uciha,
Menanggapi komentar Anda, ada satu pertanyaan sederhana namun penting yang sangat perlu dijawab:
Bagaimana bisa seorang suami punya istri yang demikian tidak baik? Apakah saat meminangnya dulu, sang suami tidak minta hikmat Allah untuk memilih siapa calon istrinya? Bukankah Allah selalu memberikan yang terbaik bagi orang yang setia kepada-Nya? Jika ia sungguh suami yang bijak, tidakkah dengan kebijaksanaannya, sang suami dapat menuntun istrinya menjadi sholehah tanpa harus memukulinya? Atau, justru karena sering kasarnya suami (fisik dan non-fisik), istri menjadi pemberontak?
Di sini perlu kedewasaan berpikir, Saudaraku. Diperlukan koreksi diri bagi kedua belah pihak, bukan main hajar. Mari, bercermin diri pada firman Allah dalam Injil, Surat Efesus 5:25-33.
~
Yuli
~
Anda seharusnya tidak boleh sembarangan memotong dan menafsirkan ayat Al-Qur’an seenaknya sendiri. Karena ia bukan kitab suci agama yang anda yakini dan anda percayai. Nu-syuz, artinya tidak patuh dan tidak taat, baik kepada Allah maupun suami sebagai pimpinan mereka.
Tafsir Jalalayn surat 4:34:
(Kaum lelaki menjadi pemimpin) artinya mempunyai kekuasaan (terhadap kaum wanita) dan berkewajiban mendidik dan membimbing mereka (oleh karena Allah telah melebihkan sebagian kamu atas lainnya) yaitu kekuasaan dan sebagainya (dan juga karena mereka telah menafkahkan) atas mereka (harta mereka. Maka wanita-wanita yang saleh ialah yang taat) kepada suami mereka (lagi memelihara diri di balik belakang)) artinya menjaga kehormatan mereka dan lain-lain sepeninggal suami (karena Allah telah memelihara mereka) sebagaimana dipesankan-Nya kepada pihak suami itu. (Dan wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyus) artinya pembangkangan mereka terhadap kamu misalnya dengan adanya ciri-ciri atau gejala-gejalanya (maka nasihatilah mereka itu) dan ingatkan supaya mereka takut kepada Allah (dan berpisahlah dengan mereka di atas tempat tidur) maksudnya memisahkan kamu tidur ke ranjang lain jika mereka memperlihatkan pembangkangan (dan pukullah mereka) yakni pukullah yang tidak melukai jika mereka masih belum sadar (kemudian jika mereka telah menaatimu) mengenai apa yang kamu kehendaki (maka janganlah kamu mencari gara-gara atas mereka) maksudnya mencari-cari jalan untuk memukul mereka secara aniaya. (Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar) karena itu takutlah kamu akan hukuman-Nya jika kamu menganiaya mereka.
~
Ihsan,
Mencermati tulisan saudara di atas telah menjadi semakin jelas bahwa ajaran Islam memperbolehkan istri dipukul. Jelas, ini bertentangan dengan firman Isa Al-Masih. Isa Al-Masih mengajarkan untuk mengasihi Allah dan sesama (Injil, Rasul Markus 12:30-31). Bukankah memukul istri merupakan tindakan yang tidak menyayangi istri? Bukankah Jalalayn telah menegaskan bahwa istri boleh dipukul? Pertanyaannya, mengapa Allah SWT mengajarkan hal yang bertentangan dengan firman Isa Al-Masih?
~
Solihin
~
Izin bertanya. Dalam Alkitab jika istri tidak mematuhi perintah suaminya, apa yang harus dilakukan sang suami?
~
Darwin,
Pertanyaan yang baik sekali. Isa Al-Masih mengajarkan untuk menyayangi sesama. Isa Al-Masih berfirman, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini” (Injil, Rasul Markus 12:30-31).
Jika Anda menyayangi Allah, maka Anda akan menyayangi sesama, apalagi istri. Sayang kepada Allah diwujudkan sayang kepada istri. Demikian sebaliknya. “Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya” (Injil, Surat Efesus 5:33). Jelas, ajaran ini bertentangan dengan ajaran Allah SWT, bukan? Pertanyaannya, mengapa Allah SWT mengajarkan kepada suami untuk memukul istri? Mohon pencerahan.
~
Solihin
~
Memang admin ini ahli dalam potong-potong ayat Al Quran, tanpa melihat konteksnya secara utuh. Bagi orang yang tidak paham bisa jadi mengiyakan. Bagi yang paham maka kita tahu bahwa ini misionaris yang membanding-bandingkan Islam dan Kristen, seakan-akan Kristen yang lebih baik, sangat mengasihi sesama, dll.
~
Indra,
Saya menghargai pendapat Anda di atas. Ayat itu tidak dikutip sepotong-sepotong. Anda dapat memeriksanya. Lagi pula, ayat itu telah menegaskan dan mengajarkan untuk memukul istri. Artinya Allah SWT mengajarkan kekerasan. Padahal Allah SWT disebut dan dianggap maha pengasih dan maha penyayang. Sejatinya Allah SWT memiliki perintah yang selaras dengan sebutannya. Tetapi alih-alih memberikan perintah dan ajaran yang menyejukkan Allah SWT malah mengajarkan untuk memukul.
Memukul istri pasti tidak dikehendaki wanita manapun. Sebaliknya, Isa Al-Masih mengajarkan untuk menyayangi sesama, termasuk istri. Bukankah perintah dan ajaran Isa Al-Masih lebih agung dan mulia? Apakah Anda mau mengenal Isa Al-Masih lebih lanjut?
~
Solihin