Baik suami maupun istri rindu masuk ke dalam surga. Namun Islam dan Kristen berbeda soal syarat masuk surga. Islam mengajarkan bahwa salah satu kunci masuk surga bagi wanita adalah menaati suaminya. Dengan memahami uraian ini, kita akan mengerti kebenarannya.
Hadis: Menaati Suami Masuk Surga
“Jika seorang isteri . . . taat kepada suaminya, maka dipersilakanlah masuk ke surga . . .”(Hadist Riwayat Ahmad dan Thabrani). Sabda Nabi Islam: “Seorang perempuan yang . . . mematuhi suaminya akan memasuki surga . . .” (HR. Bukhari dan Muslim). “Di antara keutamaan istri yang taat pada suami adalah akan dijamin masuk surga.”
Dari ucapan-ucapan di atas sudah jelas bahwa “salah satu” kunci supaya wanita masuk surga adalah ketaatan pada suami, bukan?
Dengan menggunakan syarat keselamatan ini, bisa saja seorang suami memanipulasi isteri supaya tunduk. Apakah ada Hadits yang mengatakan suami tidak masuk surga kecuali mengasihi isteri?
Suci 100%, bukannya 51% Untuk Masuk Surga
Syarat masuk surga ialah suci 100% atau suci tanpa satu dosa pun, bukannya amal baik yang lebih banyak dari dosanya (suci 51% ke atas). Dengan syarat suci 100%, maka tak seorangpun layak masuk surga. ”Karena semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah” (Injil, Surat Roma 3:23). Al-Quran juga menuliskan “…barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya (Qs 2:81).
Karena amal baik tidak mencapai 100%, maka manusia tidak layak masuk surga. Jika demikian kita membutuhkan anugerah Allah, bukan?
Siapakah yang dapat menjamin surga bagi kita?
Sang Penjamin Surga
Kabar baiknya ialah “… oleh kasih karunia [manusia] telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus [Isa Al-Masih] (Injil, Surat Roma 3:24).
Isa Al-Masih adalah Kalimat Allah, yang sehakikat dengan Allah. Ia telah turun ke dunia, menjadi manusia, guna menanggung hukuman dosa manusia melalui penyaliban. Sebenarnya, kitalah yang wajib dihukum karena segala dosa-dosa kita. Namun Dia rela menanggung hukuman itu, “…Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Injil, Rasul besar Yohanes 3:16).
Cara Menerima Jaminan Keselamatan
Inilah perbedaan mendasar antara agama Islam dan Injil Allah. Injil menekankan, “Jadi, oleh anugerahlah kamu telah diselamatkan melalui iman: Itu bukan berasal dari dirimu sendiri, melainkan pemberian Allah, itu bukan karena amalmu . . .” (Injil, Surat Efesus 2:8-9).
Keselamatan isteri tidak bergantung pada ketaatan kepada suami. Keselamatan terjadi tatkala kita menerima Isa Al-Masih sebagai Juruselamat kita!
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Mengapa menaati suami bukanlah salah satu kunci masuk surga? Jelaskan jawaban saudara!
- Dapatkah manusia masuk surga dengan amalnya jika syaratnya harus suci 100%? Berikan alasannya!
- Mengapa Isa Al-Masih berkuasa mengampuni dosa dan mejamin sorga bagi yang percaya kepada-Nya?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Silakan mengirimkan pertanyaan Anda lewat email ke: "> atau SMS ke: 0812-8100-0718.
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
~
Ada Nasrani yang mampu menjawab: Kalau Yesus sudah turun untuk menyucikan, menyelamatkan, dan menebus manusia dari dosa, maka kalian sudah tidak perlu hukum apa pun lagi karena kalian sudah terbebas dari dosa dan tinggal masuk ke dalam surga. Kalau itu yang terjadi, lantas untuk apa gunanya Alkitab? Kalau Yesus sudah turun sempurna dan genap sebagai firman yang hidup dan tertulis di alam semesta, untuk apa lagi diturunkannya Alkitab? Kalau Yesus adalah berita, terang dunia dan sudah sempurna turun sebagai Tuhan untuk memperkenalkan dan dikenal oleh seluruh umat manusia, mengapa ia harus diterangkan dan diperkenalkan lagi melalui Alkitab?
~
Sdr. Numpang Lewat,
Sesuai isi artikel di atas, semua orang berdosa. Bahkan Al-Quran sendiri juga mengakui bahwa orang berdosa kekal di neraka (Qs 2:81).
Yesus [Isa Al-Masih] yang adalah Allah datang ke dunia sebagai Manusia Suci yang menggantikan hukuman neraka yang seharusnya manusia berdosa tanggung. Pengorbanan-Nya bukan hanya berdampak pada pengampunan dosa dan jaminan keselamatan kekal, tapi juga pembaruan hati dan hidup setiap umat tebusan-Nya. Dari hamba dosa menjadi hamba kebenaran yang tunduk pada Hukum Kasih Isa Al-Masih. Firman Allah berikut berlaku bagi setiap umat tebusan Isa Al-Masih: “Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran” (Injil, Surat Roma 6:18).
Nah, mungkinkah orang yang sudah dimerdekakan dari dosa memperhambakan lagi dirinya di bawah kuasa dosa? Lalu, apa gunanya Yesus mati bagi dia jika bukan untuk menjadikan orang ini hidup dalam kebenaran?
~
Yuli
~
Nasrani tidak mampu menjawab. Logikanya gampang bung! Ketuhanan Yesus dengan segala kerumitannya hanya menjadi dogma did alam Alkitab. Roh Kudus pun mereka kenal karena ditulis di dalam Alkitab. Alkitab ditulis oleh murid-murid Yesus termasuk Paulus. Mereka (Nasrani) percaya (beriman) kepada tulisan Paulus. Mereka pengikut dogma Paulus.
~
Sdr. Usil,
Roh Kudus nyata dirasakan dan berkarya dalam diri para pengikut Isa Al-Masih sangat terbukti manakala mereka mampu mencerna dengan baik dan mempraktikkan ajaran kasih Isa Al-Masih. Salah satunya hidup saling tunduk dan mengasihi antar suami – istri seperti isi artikel di atas.
Hakikat Isa Al-Masih dan Roh Kudus adalah sama yaitu Allah yang esa. Maka ketika Anda menolak iman kepada Isa Al-Masih, kuasa kehadiran Roh Kudus tidak pernah Anda rasakan. Akibatnya, mata hati Anda tumpul terhadap kebenaran Allah. Hanya Roh Kudus Allah sajalah yang mampu menerangi hati manusia untuk melihat kebenaran.
~
Yuli
~
Tuhan Yesus bersabda, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
Tuhan Yesus berkata, “Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:11).
Tidak ada bagi saya keraguan untuk meninggalkan ajaran Islam sejak dulu dan memeluk agama Kristen untuk memilih jalan kasih, kebenaran, dan keselamatan Tuhan Yesus.
~
Saya sangat setuju dengan Anda, saudari Ida. Karena bagi Tuhan Yesus tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan sudah berkehendak. Anda sudah benar untuk pergi jauh dari kepalsuan,kesesatan dan kekejaman. Kini Anda telah menerima kasih, kebenaran, dan keselematan. Percayalah kepada semua ajaran Tuhan Yesus, maka puji Tuhan, keselamatan dunia dan akhirat akan anda peroleh.
~
Sdri. Ida dan Sdr. Jack,
Anda berdua benar. Pangkal keselamatan kekal kita terletak pada karya Isa Al-Masih (Tuhan Yesus Kristus) yang rela menggantikan hukuman kekal kita atas dosa. Itulah sebabnya Isa yang adalah bagian dari Allah Tritunggal bersabda bahwa hanya melalui dan di dalam Dia sajalah keselamatan kekal manusia berada.
Melalui karya pembebasan Isa Al-Masih atas dosa kita, kitapun dimampukan untuk hidup saling mengasihi dan taat antar suami – istri sehingga kesejahteraan keluarga dapat terus terbina. Karya Isa membawa kesejahteraan dunia dan akhirat.
~
Yuli
~
Sdr. Yuli,
Anda menjawab pertanyaan Sdr. Numpang Lewat dengan kembali mengutip ayat Alkitab. Padahal justru Alkitab itulah yang menjadi hal yang dipertanyakan dalam konteks hubungannya dengan Ketuhanan Yesus dan semua dogmanya.
~
Sdr. Usil,
Justru karena Alkitab adalah firman Allah yang tertulis dalam bentuk kitab dan bisa dibaca siapapun, kapanpun, dan dimanapun, kebenaran Alkitab sendirilah yang sanggup menjawab dengan tepat pertanyaan Sdr. Numpang Lewat/Sdr. Usil di atas.
Dengan memeriksa secara objektif setiap fakta dan catatan sejarah tentang Alkitab vs. Al-Quran, seharusnya logika sehat Anda patut mempertanyakan keabsahan Al-Quran, benarkah berisi firman Tuhan seperti halnya Alkitab?
Silakan baca artikel berikut agar lebih jelas: http://tinyurl.com/naxhno4.
~
Yuli
~
“Dan ingatlah ketika secara rahasia Nabi membicarakan suatu peristiwa kepada salah seorang istrinya (Hafshah). Lalu dia menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan peristiwa itu kepadanya (Nabi), lalu (Nabi) memberitahukan (kepada Hafshah) sebagian dan menyembunyikan sebagian yang lain. Maka ketika dia (Nabi) memberitahukan pembicaraan itu kepadanya (Hafshah), dia bertanya, “Siapa yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?” Nabi menjawab, “Yang memberitahukan kepadaku adalah Allah Yang Maha Mengetahui, Mahateliti” (Qs 66:3)
Muhammad mencoba mengharamkan Mariah, tetapi wahyu turun untuk memberikan perintah halal. Hafsah tidak tunduk kepada Muhammad dalam menjaga rahasia sehingga para istri yang menyerupai kesebelasan itu terancam.
~
Ya Sdr. Boas,
Dan ancaman itu ada dalam Qs 66:4-5 “… dan jika kamu berdua bantu membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya …Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberikan ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik…”.
Jika dalam Kitab Suci Allah yang ditulis 1100-an tahun sebelum Al-Quran, Allah membenci perceraian (Kitab Nabi Maleakhi 2:16), mengapa pula tiba-tiba Allah mengancam para istri Muhammad untuk diceraikan dan diganti dengan istri-istri baru? Tidakkah ini sekedar manipulasi kekuasaan suami terhadap istri-istrinya agar mereka selalu tunduk dalam segala hal meskipun bertentangan dengan nilai moral dan kebenaran?
~
Yuli
~
Untuk Sdr. Usil,
Kami sangat menghargai keinginan Anda berpartisipasi dalam forum diskusi ini. Kami pun yakin Anda sudah sangat paham dengan pedoman pemberian komentar yang berlaku dalam setiap artikel kami. Untuk itu kami mohon Anda dapat menghargainya. Setiap komentar yang tidak berhubungan dengan topik artikel tidak dapat kami terbitkan dan tanggapi. Bila Anda memiliki pertanyaan atau bahan diskusi di luar topik artikel, silakan Anda layangkan email ke: atau menuliskannya pada kolom komentar di topik artikel yang sesuai. Dengan senang hati akan kami tanggapi.
Sdr. Usil, tidakkah Anda lihat bahwa topik artikel tentang syarat masuk sorga bagi wanita di atas juga sangat menarik untuk didiskusikan? Bagaimana Anda menanggapinya sesuai dengan kaidah agama yang Anda imani?
Terimakasih, kami tunggu tanggapan Anda yang bersesuaian dengan topik artikel.
~
Yuli
~
Semua nabi terdahulu datang ke dunia ini dengan risalah yang sama yaitu menyuruh untuk menyembah Tuhan yang Maha Esa termasuk nabi Isa. Dia pun mengaku hanya utusan. Lalu setelah zaman Isa, Paulus dan kawan-kawan menuhankan Yesus sehingga dalam Injil tidak satupun ada sabda nabi Isa mengatakan “Aku ini adalah Tuhanmu, maka sembahlah aku dengan cara datang ke gereja hari minggu dan bernyanyi-nyanyi”.
~
Sdr. Manusia Biasa,
Jika dalam Injil ada tulisan seperti yang Anda ungkapkan di atas, maka nyatalah bahwa Injil tsb palsu dan Isa bukanlah Tuhan sejati.
Namun, mari cermati sabda Isa Al-Masih (Yesus Kristus) berikut yang nyata tertulis dalam Injil:
“Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia [Yesus] berkuasa mengampuni dosa”* –lalu berkatalah Ia [Yesus] kepada orang lumpuh itu–:/”Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itupun bangun lalu pulang” (Injil, Rasul Besar Matius 9:6-7). Menurut Anda, dapatkah seorang utusan/nabi biasa berkuasa mengampuni dosa? Bukankah pengampunan dosa hanya otoritas Allah? Saat Yesus berkuasa mengampuni dosa, tidakkah Ia Allah? Itulah sebabnya jaminan keselamatan ada di dalam Yesus, bukan pada amal baik manusia yang tidak mungkin 100% tanpa dosa.
~
Yuli
~
Semua rasul yang diutus Tuhan membawa mujizat masing-masing sebagai bukti untuk membawakan risalah-Nya, termsuk Yesus. Dalam Kristen bukan hanya Yesus yang dapat menghidupkan orang mati. tapo nabi Elia malah lebih hebat lagi. Yesus mengatakan dosamu telah diampuni bukan brarti dia Tuhan karena dia tidak mengatakan dosamu telah kuampuni. Ingat arti bahasa. Kalau memang Yesus mengampuni dosa, mengapa harus repot-repot lagi disalib, dibunuh yang katanya untuk menebus dosa manusia?
~
Sdr. Manusia Biasa,
Anda harus belajar lebih cermat membaca untuk bisa memaknai suatu naskah dengan benar. Silakan baca ulang Injil Matius 9:6-7 yang kami tulis di atas. Di sana jelas tertulis “Anak Manusia [Yesus] berkuasa mengampuni dosa”. Jika Anda masih salah tangkap juga dengan kalimat yang sangat lugas tsb, Anda perlu belajar bahasa Indonesia lebih giat lagi.
Silakan cari di seluruh Alkitab dan Al-Quran juga, adakah atu saja seorang nabi selain Isa Al-Masih (Yesus Kristus) yang berani berkata bahwa ia [u]berkuasa mengampuni dosa[/u]? Bahkan nabi besar Elia dan Musa pun tidak berani mengatakannya karena merekapun manusia berdosa.
Anda benar bahwa setiap nabi dan rasul Allah bisa bermujizat. Masalahnya, justru nabi Anda sendiri tidak bisa bermujizat. Jadi, benarkah ia nabi Allah?
~
Yuli
~
Untuk staff IDI,
Perkara mengampuni dosa, saya pun bisa mengampuni dosa, termasuk dosa kalian para staff IDI yang telah berusaha menyesatkan orang-orang Islam. Tapi secara pribadi saya ampuni karena sebagai orang yang sedikit paham dengan agama Islam, tidak akan gampang kalian bodohi.
~
Sdr. Manusia Biasa,
Itulah sebabnya jangan kita berbangga hati dengan “sedikit” pengetahuan agama yang kita miliki. Sebab dengan sedikitnya pengetahuan, maka salah pulalah seluruh konsep yang kita pegang.
Saudaraku, sebagai manusia, tentu Anda pun berbuat dosa, bukan? Dosa berkaitan dengan pelanggaran hukum Tuhan. Maka urusan dosa adalah urusan manusia dengan Tuhan. Yang berkuasa mengampuni dosa hanya Tuhan. Sebagai manusia yang sama-sama berdosa, kemampuan kita terhadap sesama hanyalah sebatas memaafkan kesalahan.
Jadi, manusia tidak punya otoritas untuk mengampuni dosa karena kuasa dan hak mengampuni dosa hanyalah ada pada Allah, Sang Tuan pemilik hukum itu sendiri.
~
Yuli
~
“… Anak Manusia [Yesus] berkuasa mengampuni dosa…” (Injil, Rasul Besar Matius 9:6)
Ayat ini semakin membingunngkan lagi. Mungkin staff IDI yang harus lebih belajar lagi bahasa Indonesia yang benar. Tertulis “Anak Manusia”, bukankah katanya “Anak Allah”? Mohon penjelasannya.
~
Sdr. Manusia Biasa,
Apa yang Anda pertanyakan bukan lagi sekedar ranah belajar bahasa Indonesia, melainkan belajar konteks bacaan sesuai bahasa asli naskah Alkitab. Nah, ini yang perlu Anda ketahui lebih jauh.
Dalam Injil, ada dua istilah yang digunakan untuk menyebut Yesus dalam keberadaan-Nya di dunia. “Anak Manusia” dan “Anak Allah”. Berikut uraian singkatnya:
“Anak Manusia” => menunjuk pada jati diri Yesus Sang Firman Allah yang menjelma sebagai manusia.
“Anak Allah” => menunjuk pada jati diri keilahian / ketuhanan Yesus yang adalah bagian dari Allah Tritunggal.
Maka jelas bahwa dalam kaitannya dengan Injil Matius 9:6 di atas, Yesus sebagai Allah Sang Firman yang menjelma sebagai satu-satunya Manusia Suci tanpa dosa, berkuasa mengampuni dosa manusia.
~
Yuli
~
Staf IDI,
Kalian memang pandai bersilat lidah. Padahal kalian tidak mampu menjelaskan apa yang ditnyakan Sdr. Manusia Biasa. Mana yang benar, Yesus Anak Manusia atau Anak Tuhan? Kalian lucu.
Saudara IDI, pahamilah Al-Quran itu dengan baik dan benar. Jangan setengah-setengah. Buang jauh-jauh rasa benci kalian terhdap Islam karena itu sia-sia saja bahkan membuat kalian stroke.
~
Sdr. Hambaallah,
Benar apa yang Anda sarankan bahwa kita harus membuang jauh-jauh rasa benci kepada ajaran atau pihak lain agar dapat mempelajari segala hal dengan objektif. Nah, saran ini justru sangat perlu Anda terapkan dalam membaca komentar kami. Kepada Sdr. Manusia Biasa kami telah memberikan jawaban lugas tentang predikat Yesus baik sebagai “Anak Manusia” maupun “Anak Allah”. Setiap orang yang bisa membuang prasangka buruknya, pasti bisa menangkap dengan baik penjelasan di atas. Nah, bagaimana dengan Anda sendiri?
~
Yuli
~
Saya melihat Kristen lebih mengutamakan Surat-surat Paulus sebagai dasar keimanannya. Padahal kita tahu perkataan Paulus bukanlah perkataan Yesus, apalagi perkataan Tuhan.
Islam sangat memgutamakan kerukunan dalam rumahtangga. Kunci dari semua itu adalah ketaatan istri kepada suami. Jika istri tidak taat, sudah dapat dipastikan rumahtangganya akan menjadi neraka di dunia, yang akan mempengaruhi kejiwaan anak-anak mereka. Maka Islam menjamin istri yang taat kepada suami (yang tentunya karena ia taat kepada Allah dan Rasulnya) akan masuk ke dalam surga.
Yesus maupun Paulus tidak membahas ini karena mereka tidak pernah menikah (?) sehingga tidak tahu rasanya berumahtangga. Maka ketika Yesus membentak ibunya pun, itu dianggap biasa saja, bukan suatu dosa.
~
Sdr. Gandhi Waluyan,
Mari perhatikan ayat Alkitab yang ditulis Rasul Paulus berikut: “… kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya” (Surat Efesus 5:33). Dengan ayat tsb, mari pertanyakan:
– Benarkah Paulus tidak pernah membahas masalah rumahtangga?
– Benarkah ayat tsb tidak bersumber dari firman Yesus: “… Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Injil Matius 22:39)?
– Apakah perintah “… Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”, mustahil firman dari Allah Maha Pengasih meskipun jelas menyatakan karakter kasih-Nya?
– Apakah Allah harus berumahtangga dahulu baru kemudian boleh berfirman masalah rumahtangga? Atau, apakah seorang kyai harus menjadi wanita dulu supaya bisa menasehati bagaimana menjadi istri sholehah?
Saudaraku, bila agama Anda mengutamakan kerukunan berumahtangga, apakah ayat serupa Surat Efesus 5:33 dan Injil Matius 22:39 juga ada di Al-Quran? Anehnya, mengapa ayat poligami dan perceraian yang jelas merusak kerukunan rumahtangga justru ada di sana? Bila seorang istri diwajibkan taat kepada suami agar dijamin masuk surga, apakah suami juga diwajibkan mengasihi isteri dengan tidak mengkhianatinya? Di mana Mahaadil dan Maha Penyayangnya Allah Anda ketika kebutuhan wanita diabaikan?
~
Yuli
~
Poligami dan perceraian memang harus dilegalkan dengan dimasukkan dalam kitab suci. Karena adanya keinginan memiliki pasangan banyak bagi seorang laki-laki, itu adalah Sunatullah atau sesuatu yang tidak bisa dihindari dari kehidupan laki-laki dari zaman ke zaman.
Sedangkan perceraian adalah suatu solusi untuk mengatasi masalah rumahtangga. Jika ini tidak diatur, anda bisa melihat sendiri tidak sedikit orang Kristen yang melakukan perceraian. Bayak orang Kristen yang punya simpanan. Apakah ini tidak dosa? Bayak orang yang berpoligami di dunia ini merasakan kebahagian luar biasa. Jangan Anda bayangkan dengan kacamata sekuler yang menghalalkan zina, mengharamkan poligami. Mengharamkan perceraian tapi tetap dilakukan. Percayalah, surganya Islam itu nyata.
~
Sdr. Gandhi Waluyan,
Sayang sekali Anda tidak menanggapi pertanyaan-pertanyaan penting kami di kolom tanggal 8 Oktober 2018 pada 11:41 am. Kami masih menunggu jawaban Anda karena hal ini mendorong Anda dan semua pengunjung membangun diskusi sehat dengan mempertanggungjawabkan apa yang dituduhkan tanpa mengabaikan fakta dan logika sehat.
Saudaraku, bukankah yang disebut “Kitab Suci” mengajarkan yang suci, mulia, dan mendatangkan ketenteraman sejati? Anehnya, mengapa justru nafsu liar pria yang bertentangan dengan itu semua malah dilegalkan Kitab Anda? Tidakkah aneh dengan sebutannya sebagai “Kitab Suci”? Juga di kolom tanggal 5 Oktober 2018 pada 1:04 pm Anda menyatakan “Islam sangat memgutamakan kerukunan dalam rumahtangga”. Tapi mengapa perceraian dan poligami yang jelas merusaknya malah dilegalkan? Bukankah kontradiktif? Di mana letak pembuktian slogan yang Anda bangun?
Juga, bila Anda meyakini keinginan poligami pria adalah Sunatullah yang tidak bisa dihindarkan sepanjang zaman sehingga harus dilegalkan, dapatkah Anda menjelaskan mengapa faktanya sebagian besar umat Islam dunia lebih memilih setia bermonogami? Bahkan secara global, hanya sedikit saja penduduk dunia (apapun agamanya) yang hidup berpoligami. Tentu standard moral berperan aktif dalam keputusan ini, bukan? Maka, benarkah poligami tidak melanggar nilai moralitas?
~
Yuli
~
Rekan Yuli,
Sayang sekali saya tidak menerima notifikasi jawaban-jawaban Anda. Saya hanya iseng saja membuka lagi artikel ini. Sehingga saya tidak tahu Anda bertanya. Mengenai pertanyaan Anda tanggal 8 Oktober, sudah saya tanggapi beberapa hari lalu bahwa kata istri ada dalam terjemahan bahasa Inggris.
~
Sdr. Gandhi Waluyan,
Ada baiknya Anda baca ulang komentar kami di artikel ini tanggal 8 Oktober 2018 pada 11:41 am agar tanggapan Anda tidak keluar dari pertanyaan kami di kolom tersebut.
~
Yuli
~
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Saya seorang Muslim, percaya adanya Nabi Isa ‘alaihissalam, juga mengetahui dan suka membaca Injil. Yang intinya itu sama kita diperintahkan menyembah kepada ALLAH SWT, bukan selain kepada ALLAH SWT. Nabi itu adalah pemimpin suatu umat untuk membimbing dan bertaqwa kepada ALLAH SWT. Semoga kita semua senantiasa diberikan pandangan dari kebenaran agama ALLAH SWT. Aamiin
~
Saudara Hamba Allah,
Terimakasih atas perkenalan dan kesaksiannya. Apakah saudara sudah membaca artikel di atas? Bagaimana menurut saudara dengan paparan tersebut? Silakan menanggapi salah satu pertanyaan fokus di atas!
~
Daniar