Salah satu tradisi Arab yang mulia adalah kebiasaan mengangkat anak. Jika semua bangsa memiliki dan mengikuti tradisi ini, maka jumlah anak yatim piatu pasti sangat menurun. Tradisi Arab menekankan bahwa anak angkat berarti statusnya sama dengan anak kandung dalam semua ketentuan dan hukumnya.
Muhammad dan isterinya Khadijah mengikuti tradisi ini. Itu sebabnya ia mengangkat anak yang bernama Zaid (Zaid bin Muhammad). Tradisi Timur Tengah ini sudah diterapkan selama ribuan tahun sebelum zaman Nabi Islam.
Isteri pertama Zaid bin Muhammad adalah Ummu Kutsum. Atas permintaan Muhammad, dia menikah lagi dengan Zainab, anak dari bibi Muhammad sendiri. Bagaimana pandangan Kitab Allah akan kisah Muhammad menikahi isteri anak angkatnya?
Nabi Islam Menghalalkan yang Haram
Setelah berjumpa dengan Zainab, hati Nabi umat Muslim gelisah. Keinginan Nabi Islam untuk menikahi Zainab muncul. Namun keinginannya terhambat oleh tradisi Arab, dimana menikahi isteri anak angkat sama dengan menikahi isteri anak sendiri. Itu sangat tabu.
Keinginan Nabi Islam itu akhirnya terkabul. Zaid mengambil keputusan menceraikan Zainab. Muhammad pun mengambil Zainab sebagai isterinya. Lalu, turunlah wahyu berikutnya kepada Nabi Islam.
“Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap isterinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia (Zainab) supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya . . .” (Qs 33:37).
Dalam hal ini, Nabi Islam telah mengubah tradisi Arab yang baik. Dan menjadi petunjuk baru bagi umat Muslim, bahwa anak angkat bukanlah anak sendiri dan termasuk isteri-isteri anak angkat halal dinikahi (Qs 33:5).
Bagaimana pandangan Anda akan pernikahan Muhammad dengan Zainab? Silakan menjawab di sini.
Pernikahan Pertama Pantas Diteladani
Menarik untuk mengingat bahwa Adam hanya mempunyai satu isteri yaitu Hawa. Adapun umur Adam “mencapai umur sembilan ratus tiga puluh tahun, lalu ia mati” (Kitab Taurat, Kejadian 5:5). Bagaimana mungkin Adam bisa hidup hanya dengan satu isteri saja selama 930 tahun?
Padahal Hawa-lah yang menjerumuskan Adam untuk makan buah Kuldi sehingga mereka terbuang dari Firdaus. Tetapi, Adam tetap setia. Adam mengingat syariat Allah bahwa ia sudah bersatu dengan Hawa seumur hidupnya.
Bagaimana Penilaian Isa Al-Masih akan Pernikahan Ini?
Isa Al-Masih menegaskan hal ini kepada pengikut-Nya, “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging . . . Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Injil, Rasul Besar Matius 19:5-6).
Pertanyaannya adalah: Mengapa Nabi Islam dan pria Muslim gemar bercerai? Jawabannya, karena masalah dosa hati!
Isa Al-Masih mengatakan, “Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Injil, Rasul Besar Matius 5:27-28).
Karena Isa Al-Masih adalah Kalimat Allah, maka Ia tahu benar hati manusia yang penuh dengan keinginan dosa. Ia juga tahu benar bagaimana mendapatkan jalan keluar dari masalah dosa keinginan ini. Sebab untuk itulah Dia datang ke dunia. Untuk mengubah hati manusia yang kotor dengan dosa dan menjadikannya baru.
Silakan hubungi kami jika Anda ingin mempunyai hati yang suci!
[Staf Isa dan Islam – Rindukah hati saudara diubah menjadi baru oleh Isa Al-Masih? Artikel tentang Hidup yang Baru dapat membantu saudara mewujudkannya.]
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Apakah Saudara setuju dengan Muhammad menikahi isteri anak angkatnya? Jelaskan jawabannya!
- Menurut Saudara, apakah pernikahan Nabi Islam dengan Zainab punya dampak lebih positif atau negatif untuk orang-orang di dunia? Mengapa?
- Mengapa lebih baik jika kita semua mengikuti ajaran Isa Al-Masih tentang pernikahan dan sikap terhadap wanita?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Berikut ini dua link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
heru mengatakan
~
Ada kebingungan tentang lembaga pernikahan Allah sejak semula yakni monogami. Kontradiksi dalam implementasi monogami ini pun membuat galau kalau tidak sebagai cemooh dari pemahaman arti kesucian kodrati nafsu manusiawi bagi segelintir orang. Yesus yang mati muda dan bangkit sebagai Juruselamat akhir zaman nanti yang belum sempat menikah pun diikuti oleh pemimpin umat Kristiani untuk tidak menikah. Paradoks pemikiran tidak menikah ini bertentangan dengan kodrat untuk menikah monogami. Justru pelecehan seks terselubung oleh oknum tersebut pernah terjadi dalam sejarah kelam yang memalukan. Kita semua tahu peristiwa itu. Menikah adalah berkah. Tahukan tuntunan nikah yang baik sesuai syariat?
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Sdr. Heru,
Tepat seperti yang Anda sampaikan, hanya “…. segelintir orang” atau “… oknum …” yang melakukan tindak asusila dalam ranah tsb. Maka, apakah bijak dan logis bila kemudian digeneralisasikan sebagai ajaran yang salah? Apakah alternatif syariat nikah yang Anda tawarkan memberikan pagar kekudusan sebagaimana lembaga pernikahan dalam kesetiaan monogami yang Allah tetapkan?
Kami sepakat dengan Anda bahwa menikah termasuk berkah Allah. Namun bila kita memutuskan pilihan jodoh tanpa melibatkan Allah, bukankah bisa berbalik jadi bencana? Lalu, bisakah disebut tindakan dewasa yang bertanggungjawab bila untuk mengelak dari bencana atas kesalahan kita, perceraian ataupun poligami dilegalkan?
Saudaraku, apakah menurut Anda tujuan hidup dari setiap manusia adalah pernikahan? Tidak adakah yang lebih penting? Apakah kehidupan kekal setelah kematian bukan hal terpenting? Untuk tujuan itulah Yesus Kristus (Isa Al-Masih) datang ke dunia, menggantikan hukuman kekal kita atas dosa. Siapapun yang menyerahkan diri kepada-Nya beroleh keselamatan kekal di akhirat. Bagaimana Saudaraku, sudahkah keselamatan kekal menjadi prioritas hidup Anda?
~
Yuli
Gane mengatakan
~
1. Jika lintas agama, mohon memandang dari sisi filsafat. Sungguh janggal vonis Muhammad berzinah dengan dasar ayat dari Kitab yang tidak diyakininya atau khalayak umum
2. Muhammad gelisah setelah bertemu Zainab dan ingin menikahinya? Sementara itu adalah sepupunya yg sudah dia kenal lama dan sudah bertemu sejak lama. Logiskah?
3. Sudah menjadi bukti sejarah bahwa beberapa silsilah kenabian dilanjutkan oleh anaknya. Sebagai pengakhir kenabian, jelas tidak ada anak lelaki Muhammad yang berumur panjang begitupun tujuan pemutusan kesan “anak kandung” kepada Zaid
4. Anak angkat tidak punya hubungan dari baik dari pihak suami ataupun istri. Bedakan dgn anak tiri.
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Saudara Gane,
Terimakasih telah memberikan komentar di ruang ini. Sebelumnya saudara perlu mengetahui maksud situs ini, silakan baca di sini https://bit.ly/2ko8wNx. Jadi pembahasan kami berdasarkan Kitab Allah dan Al-Quran.
Dimana logisnya bisa dijelaskan? Mengapa gelisah dan ingin menikahi? Bukankah Zainab itu sepupunya bahkan istri dari anaknya?
Bila anak angkat tidak ada hubungan dengan pihak suami atau istri? Mengapa ada pemutusan kesan “anak kandung”? Bukankah mengangkat anak itu untuk dijadikan seperti anaknya sendiri?
Silakan dijelaskan!
~
Daniar
Gane mengatakan
~
Saudara Daniar,
1. Saya menemukan ini. “Diantara perbedaan tersebut adalah: Tentang pernikahan, hak-hak wanita, kesetaraan antara wanita dan pria, syariah yang cendrung mendiskriminasikan wanita, dll”. Situs ini ingin membuat kesan buruk terhadap ajaran Islam. Maka itu saya mengajak diskusi dari sisi filsafat untuk perbandingan yang realita dan logis.
2. Saudara tidak paham yang saya maksudkan. Saya mau bilang “tidak logis Muhammad tiba-tiba merasa gelisah dan ingin menikahi Zainab sementara mereka sudah lama saling mengenal”.
3. Yang saya maksudkan adalah hubungan darah. “Dijadikan seperti anak sendiri” tidak berarti menjadikannya anak kandung yang memiliki hubungan darah.
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Saudara Gane,
Terimakasih saudara dengan setia bersedia berdiskusi di ruang ini. Memang benar ada perbedaan, bukan? Namun maksudnya bukan untuk membuat kesan buruk. Tapi bermaksud untuk membahas tentang, bagaimana seharusnya wanita diperlakukan sesuai dengan kebenaran firman Allah. Dan juga untuk menyatakan bahwa kaum wanita adalah ciptaan Allah seperti halnya kaum pria.
Lalu mengapa Muhammad menikahi Zainab yang notabene adalah sepupunya dan mantan isteri anak angkatnya? Lagi mengapa begitu mudahnya menikah, bercerai, menikah lagi?
Kami mengerti anak angkat tidak memiliki hubungan darah seperti anak yang dilahirkan sendiri. Tapi bukankah anak angkat dijadikan seperti anak sendiri maksudnya diperlakukan seperti anak sendiri.
~
Daniar
Iman Cristiani Gea mengatakan
~
To : Gane
1. Taurat, Zabur dan Injil sudah ada sebelum adanya Muhammad, pada waktu itu Muhammad masih belum lahir. Tentu Muhammad meyakini akan hal ini, “Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa” (Qs 5:46) Baca juga Qs 3:3.
Memperhatikan pernyataan sdr, maka sdr berbeda pendapat dengan Muhammad yang meyakini Taurat dan Injil.
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Saudara Iman Cristiani Gea,
Terimakasih telah menanggapai komentar Sdr. Gane. Topik yang dibahas di ruang ini adalah Muhammad menikahi istri anak angkatnya. Silakan saudara menanggapinya! Bila ingin mendiskusikan tentang Muhammad meyakini Taurat dan Injil silakan bergabung di sini https://bit.ly/2mfAxaI
Bagaimana menurut saudara dengan Muhammad menikahi isteri anak angkatnya?
~
Daniar
Iman Cristiani Gea mengatakan
~
1. Kita sama-sama tahu, bahwa anak angkat Muhammad yang bernama Zaid, telah menikah dengan wanita bernama Zainab.
Bagaimana perasaan anda, jika ayah angkat anda mengawini istri anda. Berangkat dari pemahaman saya, maka saya lemparkan pertanyaan ini kepada teman Muslim.
Bagaimana menurut teman Muslim, apakah kelakuan muhammad yang diberi gelar ‘Nabi’ itu pantas atau tidak?
2. Menikahi istri anak angkat tentu saja hal yang tidak wajar, mengapa? Sebab anak angkat maupun istri anak angkat tersebut, telah di angkat serta di anggap sebagai anak kandung sendiri, Apa lagi posisi Muhammad adalah nabi Islam.
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Saudara Iman Cristiani Gea,
Menurut kami tentu saja perasaan sedih, kecewa akan bergejolak pada yang mengalaminya. Karena tidak wajar dan tidak pantaslah menantu dinikahi. Istri anak kita sama saja dengan anak kita, bukan?
Kiranya teman-teman yang lain dapat memberikan tanggapan dan merenungkan akan pertanyaan Sdr Iman di atas.
~
Daniar
Gane mengatakan
~
To: Daniar dan Iman,
Al-Quran diajarkan perlahan sepanjang kehidupan Muhammad. Sebelum ada hukumnya dalam Al-Quran, maka Taurat dan Injil panutannya. Seperti Kiblat pernah menghadap Masjidil Aqsha, bukan Ka’bah. Sebagai kesatuan, Al-Quran telah tuntas untuk dijadikan rujukan tunggal, inilah Firman Allah. QS 5:46 (Taurat dan Injil adalah petunjuk bagi umat terdahulu). Perubahan juga ada dalam Injil dibandingkan Taurat.
Kenapa pernikahannya dipermasalahkan? Dosakah menikahi sepupu? Apakah ini tentang “Benar-Salah” (Rujukan: Kitab Suci)” atau “Suka-Tidak Suka” (Rujukan: Pandangan manusia)? Seperti “Anak Sendiri” tidak menjadikannya terikat hukum yang terkait garis keturunan (hubungan darah).
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Saudara Gane,
Benarkah dalam Qs 5:46 mengatakan bahwa Taurat dan Injil adalah petunjuk bagi umat terdahulu saja? Bagian mana yang menjelaskan itu, silakan dijelaskan!
Jika melihat tradisi Arab, dimana menikahi isteri anak angkat sama dengan menikahi isteri anak sendiri. Itu sangat tabu. jadi dalam hal ini telah mengubah tradisi Arab yang baik, bukan?
Sedangkan menurut Al-Quran dalam Qs 4:23 “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Bagaimana menurut ayat itu dengan pernikahan sepupu, haram atau halal?
~
Daniar
Gandhi Waluyan mengatakan
~
Anak angkat tidak ada hubungan darah, baik dari istri maupun diri sendiri. Anak angkat bukan nashab. Bagaimanapun sayangnya kita dengan anak angkat, nashabnya harus dijelaskan. Hal ini untuk menghindari inches, pernikahan sedarah. Menikahi istri anak angkat hanya sebuah filosofi, bahwa anak angkat apapun keadaan tidak bisa dijadikan anak kandung.
Jangan seperti silsilah almarhum Yesus yang tertulis dalam Kitab Matius maupun Lukas, yang dikatakan anak keturunan Daud yang sampai ke Yusuf suami Maria, ayah tiri almarhum Yesus. Padahal secara nashab tidak ada hubungan darah, yusuf keturunan Daud. Yesus anak tiri yusuf. Tapi oleh karena katanya untuk menggenapi nubuat Mesias harus keturunan Daud, maka dibuatlah silsilah ngaco itu.
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Saudara Gandhi,
Kami mengerti anak akan pastinya diambil dari pasangan lain, bukan anak biologis yang mengangkat anak. Kami sependapat bila anak angkat perlu tahu orang tua aslinya. Salah satu tujuannya agar tidak terjadi pernikahan sedarah.
Menurut saudara bagaimana dengan pernikahan dengan sepupu, apakah termasuk pernikahan sedarah apa bukan?
“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs 4:23).
~
Daniar
Gane mengatakan
Saudara Daniar,
Terima kasih atas tanggapannya walaupun butuh waktu cukup lama untuk menjawab itu. Mari lanjutkan ke QS 5:47 maka saudara akan menemukan ungkapan “Pengikut Injil”. Lalu ke ayat 48 yang menceritakan Al-Quran telah ada berlaku tunggal dan dilarang untuk mengikuti mereka (pengikut kitab terdahulu), itu penjelasannya.
Al-Quran yang mengubah tradisi, bukan Muhammad. Hukum Allah lebih penting dibanding tradisi. Dan sudah disebutkan hikmahnya bahwa untuk memutuskan kesan “anak kandung” terhadap Zaid Halal. Tidak ada “anak dari saudara atau anak dari saudari bapak/ibu” dalam QS 4:23 tersebut. Saya khawatir saudara tidak paham “sepupu” seperti Yuli yang tidak paham beda anak tiri dan angkat.
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Saudara Gane,
Maaf jika kami lama dalam menanggapi, karena banyak pekerjaan yang harus kami kerjakan. Benar kami menemukan kata “Pengikut Injil” dalam Qs 5:47. Dan yang tidak boleh diikuti adalah hawa nafsunya “…janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka…” (Qs 5:48). Tapi tidak menemukan kata/kalimat/penjelasan bahwa Taurat dan Injil adalah petunjuk bagi umat terdahulu saja. Sedangkan dalam Qs 5:46 jelas dikatakan bahwa Taurat dan Injil “…menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.”
Oh jadi kalau saudara sepupu boleh dinikahi, apa itu tidak termasuk sedarah? Sedangkan menurut tafsir Jalalayn: Ibu mencakup nenek, anak mencakup cucu-cucu, saudara-saudaramu yang perempuan ini baik dari pihak bapak maupun dari pihak ibu, saudara-saudara bapakmu yang perempuan termasuk pula saudara-saudara kakekmu. Masakkah sepupu tidak termasuk di dalamnya?
~
Daniar
Iman Cristiani Gea mengatakan
~
Sdr Gane,
Sdr memberikan pernyataan yang amburadul, ijinkan kami menanggapi.
1. Orang Islam di belahan dunia ini tidak satupun yang dapat membuktikan Injil telah diubah, karenanya tidak ada bukti yang konkret bahwa Injil telah di ubah.
2. Suka atau tidak suka tentu kembali lagi ke pada orang yang bersangkutan. Mengapa ia suka menikahi istri anak angkatnya sendiri, bukankah menikahi anak angkat merupakan menikahi anak sendiri pula. Bukankah Muhammad telah menganggap dan telah menjadikan anak angkat tersebut sebagai anaknya sendiri. Jika demikian ayat ini menjelaskan nabi sdr melanggar wahyu yang ia terima, Qs Al-Ahzab: 5). Bagaimana saudara?
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Saudara Iman Cristiani Gea,
Terimakasih atas komentar saudara di atas. Tradisi yang baik diubah karena ada petunjuk bahwa anak angkat bukanlah anak sendiri dan termasuk isteri-isteri anak angkat halal dinikahi (Qs 33:5). Jadi, seperti yang saudara sampaikan suka tidak suka tentu kembali lagi ke pada orang yang bersangkutan!
~
Daniar
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Saudara PornoYehezkiel,
Terimakasih atas partisipasi saudara untuk memberikan komentar. Tapi maaf komentar saudara kami hapus karena tidak berhubungan dengan topik di atas. Jika ingin mendiskusikan di luar topik silakan email kami di
Di sini, silakan menanggapi salah satu pertanyaan fokus di atas! Terimakasih atas perhatiannya.
~
Daniar
Gane mengatakan
~
Saudara Daniar,
“Orang-orang bertakwa” dalam QS 5:46 itu adalah pengikut Isa di masa ajaran Isa. Itulah “pengikut Injil” di ayat 47. Beda halnya dengan ayat 48 yang lugas menyatakan “… telah turunkan kepadamu..” di sinilah pesan untuk pengikut Muhammad. “…Al-Quran membawa kebenaran..hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran..” Perhatikan kata “kebenaran”. Itu pesan untuk hanya mengikuti Al-Quran yang telah membenarkan Kitab sebelumnya.
Sepupu tidak termasuk karena masing2 sudah tercampur oleh darah dari pihak lain. Darah Muhammad telah tercampur oleh garis ibunya dan darah Zainab pun telah tercampur oleh garis ayahnya. Apalagi anak sepupu yang jauh berbeda dengan anak saudara kandung.
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Saudara Gane,
Menurut tafsir Ibnu Katsir: “orang-orang bertaqwa” Yaitu orang-orang yang takut kepada Allah serta takut akan ancaman dan hukuman-Nya. Jelas baik dalam ayat itu sendiri juga tafsir tidak menjelaskan atau tidak mengatakan bahwa “orang-orang bertaqwa” itu adalah umat terdahulu. Lagi, bukankah Taurat dan Injil untuk diimani. Jadi bukan hanya dibaca/diketahui tapi untuk diamalkan, bukan?
Jadi saudara tidak sependapat dengan tafsir Jalalayn, bukankah dari keturunan-keturunan itu juga tercampur garis ayah dan ibu masing-masing.
~
Daniar
harjanur mengatakan
~
Saya baru menemukan artikel ini dan sangat terkesan bagaiman perbedaan yang sangat mencolok cara kedua nabi memperlakukan kaum hawa. Sangat disayangkan pula bahwa teman Muslim yang koment di sini hanya bisa membantah, tapi tidak memberikan rujukan yang teologis, misalnya sumber Kitab Sucinya untuk jadi referensi.
Untuk membantah isi artikel di atas pencari kebenaran sejati tidak akan mudah percaya dengan segala argumentasi, bila tidak di dukung sumber yang jelas. Berbeda dengan staff Isa yang jelas mencantumkan ayat di dalam Al-Quran sebagai referensi.
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Saudara Barjanur,
Terimakasih atas tanggapannya. Tentu untuk menyampaikan sebuah pendapat harus disertai fakta dan sumber terpercaya. Apa yang kami sampaikan disertai dengan fakta dan sumbernya. Kiranya saudara-saudara Muslim dapat mengkajinya dan mempelajari fakta-fakta yang kami sampaikan.
~
Noni
Pian mengatakan
~
Menyampaikan suatu pendapat itu memang harus disertai fakta dan sumber yang benar.
Begitupun juga dengan niat dan tujuan orang-orang yang memulai pembahasan di atas.
Cukuplah saling menghargai suatu perbedaan, baik itu agama maupun Kitab Suci masing-masing.
Karena bagi umat Muslim ayat dibawah ini sudah cukup jelas.
“Untukmu agamamu, dan untukku agamaku” (Qs 109 : 6).
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Saudara Pian,
Terimakasih atas tanggapannya. Alangkah baiknya jika kita sebagai orang Indonesia yang hidup dalam keragaman dapat saling menghargai perbedaan satu sama lain, termasuk perbedaan pandangan. Namun kita di sini untuk saling berdiskusi, bukan memaksakan apa yang kita pikirkan dan kita anggap benar. Marilah kita belajar berpikir dengan melihat fakta yang ada.
Kami sangat senang jika bisa berdiskusi dan bertukar pandangan dengan saudara Pian.
~
Noni
Henky Pengikut Nabi Muhammad mengatakan
~
Assalamualaikum,
Allahuakbar, Allahuakbar, topik yang kalian suguhkan itu bukan buat berdiskusi tapi buat menyudutkan. Saya tidak banyak tahu sejarah Islam tapi saya tahu syari’at-syariat Islam. Baginda Rasulullah menikah dengan 11 istrinya itu sudah kehendak Allah SWT dan sudah jalannya. Karena Allah Maha mengetahui Maha Segalanya. Jadi, berhentilah buat membahas masalah ini. Buat kalian agama Islam share situs ini beritahu kepada yang lain tiada Tuhan selain Allah dan bagi Muhammad adalah utusan Allah. Aku Henky dari Sumatera Selatan. Aku tidak takut bagi kalian yang meragukan utusan Allah.
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Henky,
Kami mencoba memaparkan fakta yang ada. Uniknya, hal itu tertulis dalam Al-Quran. Bila Anda mengakui Al-Quran sebagai kitab Allah SWT, maka seharusnya Anda tahu. Bila menikahi istri anak angkat dipandang sah, maka ini namanya menikahi menantu sendiri, bukan? Mohon maaf, kami tidak menyudutkan siapapun, selain mengungkap fakta saja. Bila Anda merasa bahwa apa yang disampaikan dalam artikel di atas tidak tepat, Anda dapat memberitahu kekeliruannya dimana.
Oh ya, apakah Anda setuju menikahi istri dari anak angkat? Bila ada seorang ayah yang melakukan hal itu kepada anak angkatnya, bagaimana pendapat Anda? Coba kasih penjelasan kepada kami.
~
Solihin
Frans mengatakan
~
Jelas tidak setuju, karena Muhammad sudah beristi lebih dari satu, kemungkinan telah berisitri 13 orang belum lagi budak-budaknya. Mengambil istri anak angkatnya yang masih berstatus istri Zaid, di mulai ketika Muhammad datang diam-diam ke rumah Zaid tatkala Zaid tidak berada di rumah. Kemudian Muhammad menggoda Zaina. Pernikahan Muhammad dengan Zainab setelah merampas Zainab dari Zaid, sama sekali bernilai negatif, tidak bermoral.
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Frans,
Saya berterima kasih untuk kesediaan Anda memberikan komentar di artikel ini. Saya mohon maaf terpaksa menghapus sebagian komentar Anda karena ada yang tidak sesuai dengan ketentuan situs ini. Saya yakin Anda dapat mengerti dan memahami hal ini. Saya setuju dengan tanggapan Anda. Memang nabi Islam telah memiliki istri lebih dari empat. Tentu ini pun harus ditinjau kembali. Sebab Al-Quran hanya mengijinkan hanya empat. Tetapi mengapa nabi Islam dapat memiliki istri lebih dari empat dan mengambil istri anak angkatnya sendiri?
~
Solihin
Jesus Park mengatakan
~
Henky,
Jika saudara tidak tahu sejarah Islam, bukankah sebagai Muslim yang taat saudara wajib membacanya? Faktanya nabi Islam menikahi menantunya sendiri, apakah sejarah ini menyudutkan Islam? Ada baiknya, saudara dapat menjelaskan apa tujuan allah Islam memberikan wahyu hanya untuk kepentingan nabi Islam agar dapat menikahi menantunya sendiri? Bukankah Quran untuk semua umat? Mengapa banyak wahyu dari allah Islam hanya untuk kepentingan nafsu nabi Islam? Jelaskan! Jika saudara membaca sejarah Islam, banyak kejadian yang mengungkapkan bahwa nabi Islam mengauli perempuan yang bukan muhrimnya, apakah menurut saudara Islam menghalalkan zina?
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Saudara Park,
Menarik sekali pernyataan saudara di atas. Memang sejarah nabi Islam berkenaan dengan Zainab perlu diselidiki oleh saudara-saudara Muslim di forum ini agar tidak berkembang informasi yang keliru. Terima kasih untuk tanggapan saudara.
~
Solihin
mey mengatakan
~
Semoga Allah SWT mengampuni dosa kami atas semua kesabaran karena segala fitnah dan cerita palsu terhadap agama Islam. Nabi tahu akan firman Allah bahwa ia akan menikahi Zainab dan itu membuatnya gusar. Bagaimana mungkin harus menikahi anak menantu sendiri? Tapi ketetapan Allah adalah pasti, seperti halnya Mariam mengandung Isa tanpa ayah. Bagi orang yang memakai akalnya tanpa iman tak akan percaya dan meyakini bahwa dia berzinah.
Juga pada nabi orang seperti itu akan anggap nabi sebagai pria tak bermoral. Padahal hukum yang ingin diperjelas di sini ialah tentang anak angkat. Bagaimana anak angkat tidak bisa disamakan dengan anak sendiri. Dia diperlakukan sama, tapi tidak dengan hak yang diperoleh. Misalnya, warisan sepenuhnya menjadi hak anak kandung.
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Mey,
Menarik sekali pendapat Anda di atas. Saya menghargainya walaupun pendapat itu masih sebatas asumsi. Sebab tidak ada bukti bahwa nabi Anda gusar. Lagi pula, mengapa Allah SWT menikahkan nabi Anda dengan Zainab, istri anak angkatnya? Bukankah nabi Anda telah memiliki beberapa istri? Bukankah ini menjadi pertanyaan besar? Apakah karena Zainab adalah istri dari anak angkat, maka halal untuk dinikahi? Bukankah ini melanggar norma? Dapatkah Anda menjelaskan kejanggalan ini?
~
Solihin
Jesus Park mengatakan
~
Mey,
Jika baca Qs 33:37, ‘Tahanlah terus istrimu dan bertaqwalah kepada Allah’, “sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu”, Ada keinginan nabi Islam untuk mengawini Zainab. “Kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti”, masyarakat di Arab haramkan mengawini menantu, nabi Islam takut akan hujatan masyarakat, tapi allah Islam tidak peduli dengan masyarakat Arab.
Bukan hanya nabi Islam, tapi ajaran allah Islam juga tidak bermoral karena yang diharamkan masyarakat jadi halal di Islam. Kitab (Tabari, vol. 8, No. 4), nabi Islam mendatangi rumah Zaid, tapi Zaid tidak ada, dan melihat Zainab di tempat tidur setengah telanjang, nabi terpesona dalam hatinya.
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Park,
Membaca ayat tersebut, maka ditemukan makna tersirat dari ketakutan nabi Islam, tetapi dilegitimasi oleh Allah SWT. Dengan demikian, apa yang disampaikan oleh Aisyah tepat sekali. Aku (Aisyah) berkata: “Demi Allah, aku melihat Tuhanmu selalu bersegera menuruti keinginanmu(kei nginan Muhammad)” (Hadits Sahih Muslim No:2658). Ini patut menjadi pertimbangan bagi umat Islam mengkaji ajaran nabi Islam. Terima kasih.
~
Solihin