Kebanyakan Muslim tidak berpoligami. Namun kelihatan poligami menjadi lebih populer sekarang ini. Pakar Islam memakai Qs 4:3 untuk membenarkan berpoligami: “. . . maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat . . . .” Dikatakan syarat berpoligami, suami harus “berlaku adil” kepada semua isterinya. Akan tetapi jelas Al-Quran mengijinkan poligami dalam Islam, bukan? Karena itulah nabi Islam dan sebagian pria Muslim berpoligami.
Dengan mendalami kasus suami Fatimah yang dilarang berpoligami, kita akan memiliki sikap yang tepat kepada konsep sosial Islamiah ini.
Nabi Islam: “Melukai Fatimah, Melukai Saya”
Aneh memang, nabi umat Islam melarang menantu, Ali, suami Fatimah, berpoligami. Katanya, “. . . Fatimah adalah bagian dari tubuhku dan saya membenci apa yang dia benci dan apa yang melukai dia, melukai saya” (Bukhari).
Jadi nabi Islam tahu berpoligami melukai hati anak kesayangannya, Fatimah. Ia tidak ingin anaknya dilukai, maka ia melarang menantunya, berpoligami. Dalam hal ini nabi Islam melindungi anaknya sendiri dari dampak negatif akibat poligami!
Benarkah Poligami Menyakiti Wanita?
Sayangnya, nabi Islam tidak melarang poligami! Sejak permulaan agama Islam, milyaran wanita hatinya terluka karena suami mereka berpoligami. Anehnya, Muhammad tidak ingin melindungi wanita-wanita tersebut dari luka akibat poligami, seperti ia melindungi Siti Fatimah.
Ajaran poligami akan menggoda kaum pria untuk menikahi lebih dari satu isteri. Dan itu akan menambah banyak korban wanita yang tersakiti akibat poligami. Sebab “Pada dasarnya, tidak ada seorang isteri pun yang rela sekiranya ada wanita lain yang hendak merebut cinta suaminya … Itulah fitrah manusia . . . ,” ditegaskan Muhammad Abduh.
Hasil Penelitian Membuktikan Dampak Negatif Poligami
Dr. H. Ari Fahrial Syam SpPD, menjelaskan hasil penelitian di Syria, Palestina, Turki, Yordania, Kuwait, di antaranya:
- Penelitian di Turki membuktikan bahwa wanita korban poligami ternyata lebih mudah mengalami gangguan kejiwaan ataupun stres.
- Mereka lebih mudah jatuh ke dalam depresi, gangguan psikosomatik, serta mengalami kecemasan dan paranoid.
- Di Yordania, misalnya, istri pertama bukan hanya merasa rendah diri dan tidak berharga, tapi juga masalah ekonomi juga lebih besar daripada yang monogami.
- Para istri yang dimadu akan lebih mudah mengalami gangguan kesehatan dibandingkan dengan wanita yang tidak dimadu.
Jadi poligami dalam Islam mengakibatkan banyak penderitaan bagi isteri.
Dalam Monogami – Istri Tidak Tersakiti
Allah menetapkah pernikahan yang benar dan terbaik yaitu monogami. Isa Al-Masih berfirman “… Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging” (Injil, Rasul Besar Matius 19:5).
Dengan perkawinan monogami sesuai ketetapan Allah, isteri tidak akan tersakiti seperti dalam kasus poligami.
Marilah kita mengikuti larangan Muhammad kepada menantunya Ali dan tidak berpoligami. Marilah kita menaati sabda Isa Al-Masih untuk menikah monogami.
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Dapatkah Nabi Islam disebut nabi semua manusia, jika hanya melindungi Fatimah namun, tetapi tidak melindungi para wanita lain dari sakit poligami? Berikan alasan Saudara!
- Benarkah poligami dalam Islam, yang melukai kaum wanita adalah ketetapan/wahyu Allah? Jelaskan jawaban Saudara!!
- Menurut Anda, manakah yang lebih membahagiakan istri, poligami atau pernikahan monogami? Berikan alasan Anda!
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
~
Tidak ada nabi Islam. Nabi tersebut untuk semua umat manusia dan semua makhluk. Alam semesta terjadi karena pancaran cahaya darinya. Setelah Allah, dialah yang pertama, bukannya Isa.
~
Sdr. Dida,
Mari berbicara fakta, bukan asumsi yang perlu diuji kebenarannya. Silakan Anda tunjukkan ayat-ayat Al-Quran yang mendukung pernyataan Anda tentang Muhammad sebagai:
– Nabi untuk semua umat dan makhluk
– Pancaran cahaya yang menyebabkan terjadinya alam semesta
Lewat Al-Quran yang dibawa Muhammad, dituliskan bila Islam adalah agama yang diridhai Allah SWT (Qs 3:19). Padahal, pernyataan ini tidak sedikitpun ada dalam Kitab Allah sebelumnya (Taurat, Zabur, Injil). Di samping itu, segala ajaran dan teladan Muhammad justru bertentangan dengan semua nabi Allah sebelumnya. Contoh konkrit: sikap ketidakkonsistenannya terhadap poligami seperti isi artikel di atas (melarang poligami demi melindungi putri kesayangannya, tapi ia justru berpoligami lebih dari 10 istri). Maka jelas Muhammad hanyalah “nabi Islam”, bukan bagi segala umat dan makhluk.
Muhammad baru lahir di abad 6 Masehi, sedangkan alam semesta sudah tercipta ribuan tahun sebelumnya. Fakta juga menyebutkan bahwa Muhammad wafat dan makamnya ada hingga kini. Jelas ia manusia biasa, bukan? Berbeda dengan Isa Al-Masih. Dalam kekekalan Isa adalah Firman Allah Sang Pencipta semesta (Injil Yohanes 1:1-3,14). Setelah wafat disalib, Isa bangkit dan kembali ke sorga (Injil Lukas 24:51). Maka keilahian Isa terbukti.
~
Yuli
~
Saudaraku Dida yang baik,
Saya Boas turut mengakui Muhammad seorang nabi, tetapi hanya untuk saudara/i-ku pemeluk agama Islam. Mengapa saya katakan demikian? Jawabnya: Islam walau bagaimanapun tidak akan bisa sama dengan Kristen, bahkan dicoba untuk menyamakannya pun tidak bisa.
Bagi Islam, semua yang diluarnya adalah kafir tulen alias bukan bersaudara sesuai dengan hukum syariah yang ditegakkan oleh aturan-aturan agama Islam. Sebab bagi Islam, negara dan agama itu satu-padu. Oleh karena itu, selama Muhammad berada di atas, maka umat Islam tidak akan pernah punya dalil untuk mengatakan orang yang diluarnya (khusus Kristen) sebagai saudara. Tetapi dalam Isa Al-Masih hukumnya adalah: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Injil, Rasul Besar Matius 22:39).
~
Terimakasih, Sdr. Boas.
Mudah-mudahan penjelasan Anda kepada Sdr. Dida dapat turut mencerahkan wawasan terhadap keberadaan Islam sebenarnya.
~
Yuli
~
Ya jelas Islam tidak sama dengan Kristen. Dan juga tidak ada umat Islam yang mau menyamakan atau disamakan dengan Kristen. Islam tidak mengakui Anak Tuhan. Soal poligami, itu urusan Islam. Mengapa non-Islam membahasnya? Agamamu agamamu, agamaku agamaku.
~
Adalah hak asazi Anda untuk berpendapat demikian, Sdr.Thressia Sompie. Permasalahannya, dalam memeluk dan meyakini sesuatu, sudahkah Anda benar-benar memahami bahwa yang Anda pegang itu benar dari Allah dan mendatangkan kesejahteraan dunia akhirat bagi hidup Anda?
Bila Anda peka terhadap kebutuhan dasar pribadi dan sesama, tidakkah Anda melihat bahwa poligami bukan sistem rumah tangga yang sehat? Selalu ada luka dan ketidakamanan di sana. Mungkinkah Allah yang penuh rahmat kepada seluruh ciptaan, lebih-lebih kepada manusia yang sangat dikasihi-Nya, menghalalkan aturan yang menyengsarakan umat-Nya? Dan lagi, perlu kita sadari bahwa sifat Allah yang kita sembah itu setia. Mungkinkah Ia menghalalkan ketidaksetiaan bagi umat-Nya?
Maka, mari pikirkan ulang semua ini. Karena keputusan yang kita ambil menentukan tujuan akhir hidup kekekalan kita: bersama Allah, atau bersama musuh Allah.
~
Yuli
~
Admin menulis:
“Adalah hak asazi Anda untuk berpendapat demikian, Sdr.Thressia Sompie. Permasalahannya, dalam memeluk dan meyakini sesuatu, sudahkah Anda benar-benar memahami bahwa yang Anda pegang itu benar dari Allah dan mendatangkan kesejahteraan dunia akhirat bagi hidup Anda?”
Jawab: Sudah.
~
Sdr. Theresia Sompie,
Jika sudah, bagaimana Anda menanggapi pertanyaan lanjutan kami seperti yang sudah kami tuliskan di atas? Ini justru membuktikan kesungguhan Anda, sudahkah Anda benar-benar mempelajari apa yang Anda imani.
Berikut kami kutipkan ulang pertanyaan kami:
“Bila Anda peka terhadap kebutuhan dasar pribadi dan sesama, tidakkah Anda melihat bahwa poligami bukan sistem rumah tangga yang sehat? Selalu ada luka dan ketidakamanan di sana. Mungkinkah Allah yang penuh rahmat kepada seluruh ciptaan, lebih-lebih kepada manusia yang sangat dikasihi-Nya, menghalalkan aturan yang menyengsarakan umat-Nya? Dan lagi, perlu kita sadari bahwa sifat Allah yang kita sembah itu setia. Mungkinkah Ia menghalalkan ketidaksetiaan bagi umat-Nya?”
Kami tunggu jawaban Anda.
~
Yuli
~
Admin menulis: “Jika sudah, bagaimana Anda menanggapi pertanyaan lanjutan kami seperti yang sudah kami tuliskan di atas? Ini justru membuktikan kesungguhan Anda, sudahkah Anda benar-benar mempelajari apa yang Anda Imani”
Jawab: Tidak ada yang perlu ditanggapi, semua itu (alasan dan tujuan poligami) sudah sering dibicarakan dan dibahas dalam banyak diskusi dan pengajian.
Membahas masalah keyakinan dan keimanan dengan orang yang tidak menguasai pokok masalah secara penuh sama saja dengan membodohi diri sendiri.
~
Sdr. Thressia Sompie,
Jika Anda seorang istri yang akan dipoligami oleh suami Anda, atau setidaknya sahabat perempuan Anda sedang mengalaminya, apa yang Anda rasa, pikirkan, dan lakukan? Apakah Anda mengizinkannya dengan hati yang gembira dan tulus? Apakah Anda mengabaikan hancurnya hati Anda/sahabat Anda dan anak-anak dengan permintaan suami hanya karena agama melegalkan poligami? Apakah Anda tidak mempertimbangkan nasib anak-anak ke depan bila dewasa nanti? Mereka tumbuh menjadi pribadi yang merasa tidak aman, terabaikan, sulit mempercayai orang lain, bahkan sulit mempercayai kebaikan Tuhan dengan peristiwa traumatis poligami.
Sedangkan nabi Anda pun melarang menantunya berpoligami karena hal itu menyakiti hati Fatimah, putri kesayangannya, meskipun Muahmmad sendiri menikah lebih dari 10 istri. Ini membuktikan bila nabi Anda sangat paham lewat pengalaman pribadinya berpoligami, bahwa para istrinya tidak mendapatkan kebahagiaan. Sebaliknya, perasaan saling iri, pertengkaran, dan rasa tidak aman (silakan baca: http://tinyurl.com/kcumwcc). Jadi, mungkinkah Allah yang Maha Bijak melegalkan poligami yang justru menyengsarakan umat-Nya?
Mari, pertimbangkan ulang dengan nurani yang jernih.
~
Yuli
~
Thressia Sompie menulis:
“Ya jelas Islam tidak sama dengan Kristen. Dan juga tidak ada umat Islam yang mau menyamakan atau disamakan dengan Kristen. Islam tidak mengakui Anak Tuhan. Soal poligami, itu urusan Islam”.
Tanggapan:
Saudara benar, Islam tidak sama dengan Kristen, sungguh beda. Jika Saudara anggap Yesus hanya seorang nabi, bandingkan dengan Muhammad yang Anda sanjung termulia. Atau bandingkan dengan nabi-nabi sebelumnya seperti Musa atau Abraham.
Jika Saudara benar seorang wanita, apakah Saudara tidak keberatan suamimu berpoligami? “Sakitnya Tuh Disini”, lagu yang dibawakan artis Muslim mengekspresikan jeritan hati wanita. Saudara sudah buta membela, atau Saudara bangga dengan suami yang beristri banyak?
~
Sdri. Mimie,
Mudah-mudahan pertanyaan Anda kepada Sdr. Thressia Sompie menjadi bahan pertimbangan yang serius untuk menelaah suatu ajaran apakah sungguh berasal dari Allah yang Maha Benar.
~
Yuli
~
Yuli menulis:
“Jadi, mungkinkah Allah yang Maha Bijak melegalkan poligami yang justru menyengsarakan umat-Nya?”
Tanggapan:
Jika ada Allah yang mengijinkan lelaki berpoligami hingga beberapa, dengan tegas saya katakan: Itu bukan Allah yang Maha Bijak dan Maha Kasih.
Yesus mengajarkan, baik bagi wanita maupun pria supaya hidup dalam kesucian karena Dia adalah suci. Al-Quran juga mengakui Isa Al-Masih (Yesus) yang adalah Kalimat Allah, satu-satunya Pribadi yang suci, terkemuka di dunia dan di akhirat.
Saya percaya Yesus adalah Tuhan. Mengapa kalian Muslim dan Al-Quran menyangkalnya? Bukankah Al-Quran yang mengatakan agamamu agamamu, agamaku agamaku, malah sampai mengolok-oloknya?
~
Ya Sdri. Mimie, Anda benar.
Sebagaimana Islam pun mengakui Allah itu Maha Bijak dan Maha Kasih, seharusnya setiap Muslim mengkaji ulang ajaran poligami yang tertulis dalam Al-Quran: benarkah mencerminkan sifat Allah Sang Pemberi ajaran? Ketika suatu ajaran tidak sesuai dengan karakter Allah, tentu ajaran tsb patut diragukan kesejatian kebenarannya, bukan?
~
Yuli
~
Staff menulis:
“Pakar Islam memakai Qs 4:3 untuk membenarkan berpoligami: “. . . maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat . . . .” “Aneh memang, nabi umat Islam melarang menantu, Ali, suami Fatimah, berpoligami. Katanya, “. . . Fatimah adalah bagian dari tubuhku dan saya membenci apa yang dia benci dan apa yang melukai dia, melukai saya” (Bukhari)”
Untuk kutipan ayat Al-Qurannya apa tidak sebaiknya ditulis lengkap ayat sebelum dan sesudahnya agar lebih terlihat maksud tujuan dari ayat tsb turun. Kemudian soal kutipan hadits Bukhari itu hadis yang shahih, bukan? Hadits nomer berapa agar lebih jelas keasliannya karena katanya banyak juga hadist palsu atau dipalsukan.
~
Sdr. Donnie,
Terimakasih untuk masukannya.
Demikian bunyi lengkap Hadits yang kami maksudkan:
Dinarasikan oleh Al-Miswar bin Makhrama: “Saya mendengar Rasul Allah yang ada di mimbar, berkata, “Bani Hisyam bin Al-Mughirah telah meminta saya untuk membiarkan mereka untuk menikahi putri mereka dengan Ali bin Abu Thalib, tapi saya tidak memberi izin, dan tidak akan memberikan izin, kecuali Ali bin Abi Thalib menceraikan putriku untuk menikahi putri mereka, karena Fatimah adalah bagian dari tubuhku, dan aku benci apa yang dia benci untuk melihat, dan apa yang melukai dia, melukai saya“ (Hadits Sahih Bukhari Vol.7, Buku 62 No.157).
Setiap Muslim pasti paham bahwa Hadits Shahih Bukhari adalah hadits yang benar-benar shahih dan dijadikan rujukan pedoman.
~
Yuli
~
Mimie menulis:
“Saya percaya Yesus adalah Tuhan. Mengapa kalian Muslim dan Al-Quran menyangkalnya? Bukankah Al-Quran yang mengatakan agamamu agamamu, agamaku agamaku, malah sampai mengolok-oloknya?”
Muslim melalui ajaran dalam Al-Quran memang menyangkal bahwa Yesus/Isa itu Tuhan. Juga tidak dibenarkan mengolok-olok kepercayaan di luar Islam karena kalau sampai seorang Muslim mengolok-olok, maka akan mendapat balasan olok-olok dari mereka yang diolok. Untuk itulah timbul “bagiku agamaku bagimu agamamu”. Silakan dikaji lagi.
~
Sdr. Donnie,
Alangkah lebih baiknya jika Anda memperdalam ajaran Islam dengan langsung belajar dari sumbernya: Al-Quran. Sekedar informasi, Sdri. Mimie dulunya juga seorang Muslim sejati yang banyak belajar Islam. Justru dari sanalah ia sangat mengenal dan menghidupinya.
Sekalipun Muslim menyangkal ketuhanan Isa Al-Masih, namun ayat-ayat Al-Quran seperti yang dijelaskan dalam artikel berikut (http://tinyurl.com/8abrx5t) justru membenarkan ketuhanan Isa.
Tentang ayat Al-Quran “bagimu agamaku, bagimu agamamu” ternyata tidak konsisten dengan ayat-ayat jihad kekerasan lainnya dalam Al-Quran. Silakan pelajari artikel berikut: http://tinyurl.com/nshf2p8.
~
Yuli
~
Sdr. Donnie,
Sepertinya Anda kurang paham ajaran Islam dan Anda bisa belajar di situs ini. Nah seperti saya dulu, hanya terima apa saja dari kata-kata ulama. Jujur, saya menjadi pengikut Isa Al-Masih bukanlah diinjili, tetapi melalui pencarian panjang .Selain dari Al-Quran dan Alkitab, juga dari sumber-sumber serta fakta kejadian yang nyata. Anda tentu tidak menutup mata tentang teroris yang mengatasnamakan Allah SWT, dan ini juga tidak bisa menyalahkan tindakan para pelaku karena memang dilegalkan dalam Al-Quran. Dan Anda bisa membuka link yang disebutkan Mbak Yuli mengenai jihad.
Nah, satu sura dalam Qs 5:17, “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putra Maryam…”. Dengan dalil apa Muhammad yang datang 600-an tahun kemudian sesudah Isa Al-Masih mengatakan begitu? Klaim Muhammad yang mengatakan mulai Adam hingga dirinya disebut beragama Islam, tidak masuk akal. Mungkin ini agak lucu dan konyol jika ditanyakan. Saat sholat, Adam dan nabi-nabi sebelumnya mengarahkan kiblatnya kemana? Apakah mereka juga melakukan ritual haji? Kesalahan-kesalahan sejarah para nabi pun termuat dalam Al-Quran yang dikatakan sebagai wahyu Allah. Muhammad melarang Fatimah berpoligami dalam artikel di atas juga lucu, apakah Allah SWT itu pelupa atau pilih kasih dalam pewahyuan-Nya?
Kiranya Tuhan dapat membimbing Anda untuk mendapat jawaban yang pasti. Yesus memberkati Saudara.
~
Sdri. Mimie,
Terimakasih atas konfirmasi dan penjelasan Anda kepada Sdr. Donnie. Semoga seperti Anda pun, Sdr. Donnie dan rekan-rekan Muslim lainnya dapat lebih tergugah untuk sungguh-sungguh mencari kebenaran langsung dari sumbernya, bukan hanya dari “kata orang” semata. Dengan demikian, kebenaran sejati dari Allah dapat mengubahkan hidup.
~
Yuli
~
Poligami atau monogami dalam budaya masyarakat di masing-masing belahan bumi dan dari zaman ke zaman memang berbeda-beda pendapat. Namun Qs 4:3 dan Qs 4:129 secara tegas mempersempit perilaku poligami.
Dalam pandangan gereja Anglosaxon sendiri memperbolehkan poligami dan dalam ajaran Yesus pun tidak ada satupun perkataan beliau yang melarang poligami.
Diungkapkan oleh Prof. Dr. Barbara Thiering (pakar The Dead Sea Scrolls) dari naskah-naskah kuno dan original yang lebih tua dari naskah Bible diketahui bahwa Yesus menikah dan memiliki dua orang isteri: Maria Magdalena dan Lidia. Naskah The Lost Gospel berusia 1.500 tahun juga mengungkap bahwa Yesus juga beristeri. Mengingat masyarakat Yahudi juga berpoligami, tidak mustahil jika Yesus atau juga murid-murid beliau berpoligami.
Salam.
~
Sdr. Salib Bening P7K,
Anda perlu membaca catatan sejarah dunia. Al-Quran baru ditulis abad 7 M, sedangkan kitab pertama Bible (Taurat) ditulis abad 15 SM. Dalam Taurat ditegaskan bahwa sejak Adam dan Hawa, Allah menghendaki kesetiaan monogami (Taurat, Kitab Kejadian 2:24). Budaya poligami adalah bentuk ketidaktaatan manusia pada ketetapan Allah. Maka, bila Al-Quran Anda katakan mempersempit perilaku poligami, tidak membuktikan kitab tsb kitab Allah karena ajarannya berseberangan dengan Taurat.
Tentang ajaran Yesus, Anda tidak teliti membaca sabda Yesus dalam Injil Matius 19:4-8. Poligami yang jelas mengabaikan kesetiaan monogami adalah salah satu bentuk tindakan [u]”menceraikan apa yang telah dipersatukan Allah”[/u]. Bukankah ketidaksetiaan menggoyahkan kesatuan hubungan?
Tentang Barbara Thiering, Anda perlu mengenal latar belakangnya karena kredibilitas keilmuwannya diragukan para sejarawan dunia. Mari telaah lebih jauh: Yesus hidup di abad 1 M. Jika Anda katakan naskah kuno Dead Sea Scroll tentang poligami Yesus lebih tua dari Bible, berarti ditulis sebelum abad 1 M dimana Yesus belum ada, bukan? Tentu tidak masuk akal! Selanjutnya, Anda katakan The Lost Gospel yang berusia 1500 tahun (ditulis abad 6 M) juga menuliskan Yesus beristri. Pertanyaan logisnya, setelah 6 abad berselang, mungkinkah sang penulis adalah saksi mata yang hidup sejaman dengan Yesus? Mustahil, bukan? Bandingkan dengan empat kitab Injil dalam Alkitab yang ditulis oleh saksi mata, yakni para murid Yesus yang hidup sejaman dengan-Nya, ditulis di abad 1 M. Yesus tidak menikah karena Dia Allah!
~
Yuli
~
Salib Bening P7K menulis:
“Diungkapkan oleh Prof. Dr. Barbara Thiering (pakar The Dead Sea Scrolls) dari naskah-naskah kuno dan original yang lebih tua dari naskah Bible diketahui bahwa Yesus menikah dan memiliki dua orang isteri: Maria Magdalena dan Lidia. Naskah The Lost Gospel berusia 1.500 tahun juga mengungkap bahwa Yesus juga beristeri. Mengingat masyarakat Yahudi juga berpoligami, tidak mustahil jika Yesus atau juga murid-murid beliau berpoligami”
Saudara, apakah Anda percaya berita yang Anda tulis?Jika demikian saya katakan Anda telah meragukan Al-Quran yang disebut sempurna. Bukankah Isa Al-Masih disebut suci (Qs 19:19)? Dan Isa Al-Masih itu Kalimat Allah?
~
Sdr. Mimie,
Terimakasih untuk komentar Anda kepada Sdr. Salib Bening P7K. Kiranya semakin memperdalam penelaahannya terhadap berbagai fakta untuk menguji kebenaran asumsinya sejauh ini.
~
Yuli
~
Dear Mimie,
Dalam versi Al-Quran, pernikahan itu tidak tercela. Yang tercela adalah perzinahan. Persepsi tentang perzinahan adalah hubungan badan sebelum menikah.
Al-Quran adalah undang-undang yang tidak berlaku mundur, artinya tidak berlaku pada masa Isa/Esau As, sehingga tidak bertentangan dengan pernyataan kesucian beliau.
Yang dilarang dalam Al-Quran pada koridor poligami ataupun monogami adalah apabila melanggar keadilan (berbuat zalim/tidak dapat memenuhi hak orang lain), atau jika poligami maupun monogami itu dilakukan karena menuruti syahwat.
~
Sdr. Salib Bening P7K,
Dari referensi manakah Anda menyamakan Isa Al-Masih dengan Esau As? Bahkan tidak satu Muslim pun yang pernah menuliskannya. Anda sangat perlu belajar sejarah dengan baik!
Dari referensi mana pula Anda mengkategorikan perzinahan sekedar hubungan badan sebelum menikah? Bagaimana dengan hubungan badan antara si A dan si B yang masing-masing telah menikah, apakah bukan termasuk perzinahan? Tanyakanlah kepada ulama Anda!
Jika dalam hal poligami Anda beranggapan Al-Quran tidak berlaku mundur, maka Anda dan seluruh umat Muslim wajib menghapus ayat Qs 5:46 karena ayat tsb justru mengakui Taurat dan Injil yang tidak menghendaki poligami adalah wahyu dari Allah. Akibat dari pernyataan Anda tsb, Anda telah mengakui Al-Quran menyimpang dari Taurat dan Injil sebagai wahyu Allah.
Poligami jelas melanggar keadilan dan merenggut hak istri pertama serta anak-anak yang dilahirkannya, yakni hak untuk dicintai, dipelihara, dan dilindungi dengan rasa aman [u]sepenuhnya[/u], tanpa harus terbagi dengan pihak lain.
~
Yuli
~
Sdr. Salib Bening P7K,
Baguslah Anda kembali ke sumber aslinya.
Al-Quran membolehkan seorang pria memiliki beberapa istri. Yang penting bisa berlaku adil. Saya tidak akan membahas soal adilnya atau tidak. Di sini jelas Islam memberi lampu hijau kepada pria untuk berpoligami. Kapan saja pria punya hak untuk menikah lagi dengan wanita lain atau menceraikan istri pertama. Dan ini akan menjadi beban pikiran pada wanita.
Isa Al-Masih berkata, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak dapat diceraikan manusia. Bukankah ini suatu jaminan yang menenteramkan?
~
Terimakasih Sdri. Mimie,
Anda telah membantu Sdr. Salib Bening P7K dan rekan-rekan lain untuk melihat kesejatian ajaran Al-Quran yang mengedepankan kepentingan pria namun mengabaikan kebutuhan wanita. Padahal wahyu Allah dalam Taurat dan Injil jelas secara imbang membela hak pria maupun wanita karena keduanya sangat berharga bagi Allah.
~
Yuli
~
Dear Mimie,
Sadarkah bahwa ada yang Anda lewatkan dalam tulisan saya? Bahwa inti persoalan yang diamanatkan Allah melalui pemberitaan Al-Quran soal poligami atau monogami masalahnya adalah jangan berbuat zalim.
Soal perceraian, pada prakteknya gereja membolehkan (Matius 5:31-32, 1 Korintus 7:15) dan itu adalah hak azasi manusia. Buktinya saat ini banyak terjadi perceraian di kalangan umat Kristen. Anda menggunakan analogi yang sempit. Coba kita beranalogi dengan yang lebih masuk akal. Faktanya, dalam beberapa kasus ekstrim, justru perceraian merupakan salah satu solusi untuk membuka peluang kepada hidup yang lebih bahagia. Apa jadinya jika terus bertahan tapi menyengsarakan?
Al-Quran secara implisit melarang jika motif berpoligami atau perceraian itu dilandasi memuaskan syahwat.
~
Sdr. Salib Bening P7K,
Anda membicarakan Alkitab tanpa pengertian yang benar terhadap konteksnya. Bagaimanapun kami dapat memahaminya karena pengetahuan Anda tentang Islam dan Al-Quran sendiri juga masih perlu dipertanyakan (baca ulang komentar kami sebelumnya: # Staff Isa Islam dan Kaum Wanita 2016-02-29 10:25).
Injil Matius 5:31-32, bukan bertumpu pada perceraian tetapi pada kasus perzinahan. 1 Korintus 7:15 adalah perkawinan campuran yang terlanjur terjadi pada umat Kristen dan non-Kristen.
Saudaraku, mari pikirkan ulang pernyataan terakhir Anda: “Al-Quran secara implisit melarang jika motif berpoligami atau perceraian itu dilandasi memuaskan syahwat”. Jika perkawinan dan poligami tidak melibatkan unsur syahwat, tidak perlu ada pernikahan, bukan? Bukankah sepasang sahabat pun bisa saling menolong dengan tulus tanpa harus menikah?
~
Yuli
~
Dear Mimie.
Pembaca Al-Quran yang cerdas akan mudah memahami bahwa secara implisit Al-Quran melakukan perubahan kondisi budaya manusia yang pada masa itu senang berpoligami dipersempit menjadi monogami (QS 4:3,129). Ketentuan itu adalah ketentuan peralihan dari poligami menjadi monogami. Bayangkan apa jadinya jika dengan serta merta pada masa itu Allah mengharamkan poligami sementara saat perintah itu diturunkan, orang-orang ramai yang banyak isteri dan punya anak pula? Apakah harus langsung dicerai? Allah Maha Bijaksana, tidak sepicik pikiran manusia.
Faktanya Rusia saat ini memilih memberlakukan poligami untuk mengatasi persoalan populasi penduduknya. Apakah gereja punya solusi Alkitabiah untuk mengatasi masalah mereka?
~
Sdr. Salib Bening P7K,
Pernyataan Anda: “Pembaca Al-Quran yang cerdas akan mudah memahami bahwa secara implisit Al-Quran melakukan perubahan kondisi budaya manusia…”, patut Anda berlakukan bagi diri sendiri sebagai bahan introspeksi. Sudahkah Anda tergolong di dalamnya?
Seorang pembaca yang cerdas tidak akan berhenti di situ saja. Dari catatan Qs 5:46 yang mengakui Injil yang telah ada tujuh abad sebelumnya adalah wahyu Allah, seharusnya ia berkaca pada apa yang Injil sampaikan, bukan? Sejak tujuh abad sebelum Al-Quran, setiap orang yang bersedia taat kepada Allah tidak lagi mempraktikkan poligami karena Allah tidak menghendakinya (Injil Matius 19:4-8). Maka menjadi sangat aneh bukan jika tiba-tiba Al-Quran memberikan lagi lampu hijau bagi poligami?
~
Yuli
~
Nabi besar kami Muhammad SAW menikahi wanita-wanita janda perang bertujuan untuk menjaga kehormatan dan menafkahi wanita-wanita tersebut. Atas izin Allah beliau dapat bersikap adil. Allah mengizinkan adanya poligami bertujuan baik. Jika istri pertama mandul, dalam kondisi sakit parah. Jika manusia itu tidak yakin dapat berbuat adil, Allah SWT menganjurkan agar tidak melakukan poligami.
~
Sdr. Kukut,
Seandainya Anda perempuan dan Anda-lah yang sedang mandul atau sakit parah, apa perasaan Anda ketika suami menyampaikan niatnya untuk berpoligami dengan wanita lain atas dasar dua kelemahan yang Anda miliki tsb? Apakah Anda bergembira ria? Sangat mustahil! Yang ada justru perasaan tidak berguna, tidak dikasihi, habis manis sepah dibuang.
Atau, jika Anda pria yang mandul atau sakit keras, istri Anda berniat mencari suami yang lebih sehat supaya bisa berketurunan, apakah Anda akan mengiklaskannya?
Dalam Taurat dan Injil selaku kitab Allah, Allah menciptakan pria-wanita sepadan, tidak ada yang lebih istimewa. Allah Maha Pengasih sama-sama mengasihi mereka. Maka, jika salah satu tersakiti, sama dengan menyakiti hati Allah.
Tentang sepak terjang poligami nabi Anda, silakan baca artikel berikut sebagai bahan perenungan: http://tinyurl.com/kcumwcc.
~
Yuli
~
Aturan dalam melakukan poligami adalah harus dengan izin dari istri pertama. Kesalahan yang terjadi bukan karena kesalahan pada ajaran dalam Al-Quran ataupun karena ajaran nabi besar kami Muhammad SAW, tapi karena keterbatasan manusia dalam memahami ajaran Al-Quran dengan baik, dengan hati dan imannya.
~
Sdr. Kukut,
Apakah Anda lupa / mengabaikan ajaran Islam bahwa istri harus tunduk kepada suami sebagai kunci masuk sorga baginya (silakan pelajari artikel berikut: http://tinyurl.com/j64eqfy)? Maka jika sang istri tidak mengabulkan permintaan poligami suami, ia bukan lagi istri yang taat pada suami dan neraka ancamannya, bukan?
Jadi, benarkah poligami Al-Quran sungguh-sunguh ajaran Allah? Mari, telaah dengan nurani yang jujur.
~
Yuli
~
Untuk Sdr. Salib Bening P7K,
Jika Anda tidak mampu menjawab pertanyaan kami sebelumnya (# Staff Isa Islam dan Kaum Wanita 2016-02-22 11:25), jangan lari pada topik lain yang membawa diskusi ini semakin jauh dari topik bahasan semula, apalagi pertanyaan Anda tidak didasarkan pada fakta sejarah, hanya asumsi semata. Untuk itu kami hapus pertanyaan Anda tentang LAI.
Jika ingin membahasnya lebih jauh, silakan hubungi kami via email ke : . Dengan senang hati akan kami luruskan kesimpangsiuran yang Anda tanyakan.
~
Yuli
~
Dear Yuli,
Soal ‘Esau’, apa alasan anda tidak percaya? Tapi Anda percaya penyebutan ‘Yesus’, sedangkan jelas itu buatan orang Indonesia?
Tentang definisi zinah di Al-Quran, apabila dilakukan oleh orang yang keduanya bukan suami isteri yang syah secara syariat Islam.
QS 5:46 juga perintah peralihan dari Injil kepada Al-Quran. Baca Yoh 16:13. Sebab peralihan itu karena kitab Taurat dan Injil yang anda kenal tidak orisinil karena hanya kitab terjemahan.
~
Sdr. Salib Bening P7K,
Silakan Anda tunjukkan ayat Al-Quran manakah yang menyatakan Injil dan Taurat tidak orisinil! Bahkan, justru Qs 5:46 tidak meragukan bila Taurat dan Injil adalah cahaya dan petunjuk bagi orang bertakwa.
Tentang definisi zinah, syukurlah bila Anda meralat pernyataan Anda kemarin.
Tentang pernyataan Anda yang menyamakan “Isa” dan “Esau”, bagaimana mungkin kami bisa percaya sedangkan tidak ada satu literatur sejarah/ilmiah pun yang merujuknya? Berargumentasilah dengan fakta dan logika yang sehat, Saudaraku.
Ohya, tahukah Anda bahwa bahasa Ibrani (bahasa asli naskah Alkitab) dan bahasa Arab itu serumpun dalam bahasa Semitic? Kata “Isa” dalam Al-Quran diambil dari bahasa Ibrani “Yesyua” dalam Alkitab. Toh kami tidak meributkan pergantian pelafalan tsb karena artinya sama, yaitu Allah yang menyelamatkan umat-Nya dari dosa (Injil Matius 1:21). Maka “Yesyua” ataupun “Yesus” juga merujuk pada Pribadi yang sama.
~
Yuli