• Skip to secondary menu
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
Isa Islam Dan Kaum Wanita
  • Awal
  • Maksud Situs Ini
    • Kebijakan Privasi
    • Tentang Kami
    • Kaum Wanita, Isa, Dan Al-Fatihah
    • Renungan Singkat Isa, Islam dan Kaum Wanita
    • Kebijakan dalam Membalas E-Mail
  • Jalan Keselamatan
    • Jalan Ilahi Menuju Ke Sorga
    • Doa Keselamatan
    • 4 Hal Yang Allah Ingin Anda Ketahui
  • Topik
  • Artikel
  • Hubungi Kami
Isa Islam Dan Kaum Wanita > Topik > Pernikahan > Poligami > Nabi Islam Menolak Suami Fatimah Berpoligami!

Nabi Islam Menolak Suami Fatimah Berpoligami!

25 Januari 2016 oleh Web Administrator 626 Komentar

 satu-patung-suami-menikah-dengan-tiga-patung-wanita-tanda-poligami

Kebanyakan Muslim tidak berpoligami. Namun kelihatan poligami menjadi lebih populer sekarang ini. Pakar Islam memakai Qs 4:3 untuk membenarkan berpoligami: “. . . maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat . . . .” Dikatakan syarat berpoligami, suami harus “berlaku adil”  kepada semua isterinya. Akan tetapi jelas Al-Quran mengijinkan poligami dalam Islam, bukan? Karena itulah nabi Islam dan sebagian pria Muslim berpoligami.

Dengan mendalami kasus suami Fatimah yang dilarang berpoligami, kita akan memiliki sikap yang tepat kepada konsep sosial Islamiah ini.

Nabi Islam: “Melukai Fatimah, Melukai Saya”

Aneh memang, nabi umat Islam melarang menantu, Ali, suami Fatimah, berpoligami. Katanya, “. . . Fatimah adalah bagian dari tubuhku dan saya membenci apa yang dia benci dan apa yang melukai dia, melukai saya” (Bukhari).

Jadi nabi Islam tahu berpoligami melukai hati anak kesayangannya, Fatimah. Ia tidak ingin anaknya dilukai, maka ia melarang menantunya, berpoligami. Dalam hal ini nabi Islam melindungi anaknya sendiri dari dampak negatif akibat poligami!

statistik-dampak-negatif-poligami-terhadap-wanitaBenarkah Poligami Menyakiti Wanita?

Sayangnya, nabi Islam tidak melarang poligami! Sejak permulaan agama Islam, milyaran wanita hatinya terluka karena suami mereka berpoligami. Anehnya, Muhammad tidak ingin melindungi wanita-wanita tersebut dari luka akibat poligami, seperti ia melindungi Siti Fatimah.

Ajaran poligami akan menggoda kaum pria untuk menikahi lebih dari satu isteri. Dan itu akan menambah banyak korban wanita yang tersakiti akibat poligami. Sebab “Pada dasarnya, tidak ada seorang isteri pun yang rela sekiranya ada wanita lain yang hendak merebut cinta suaminya … Itulah fitrah manusia . . . ,” ditegaskan Muhammad Abduh.

Hasil Penelitian Membuktikan Dampak Negatif Poligami

Dr. H. Ari Fahrial Syam SpPD, menjelaskan hasil penelitian di Syria, Palestina, Turki, Yordania, Kuwait, di antaranya:

  1. Penelitian di Turki membuktikan bahwa wanita korban poligami ternyata lebih mudah mengalami gangguan kejiwaan ataupun stres.
  2. Mereka lebih mudah jatuh ke dalam depresi, gangguan psikosomatik, serta mengalami kecemasan dan paranoid.
  3. Di Yordania, misalnya, istri pertama bukan hanya merasa rendah diri dan tidak berharga, tapi juga masalah ekonomi juga lebih besar daripada yang monogami.
  4. Para istri yang dimadu akan lebih mudah mengalami gangguan kesehatan dibandingkan dengan wanita yang tidak dimadu.

Jadi poligami dalam Islam mengakibatkan banyak penderitaan bagi isteri.

Dalam Monogami – Istri Tidak Tersakiti

Allah menetapkah pernikahan yang benar dan terbaik yaitu monogami. Isa Al-Masih berfirman “… Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging” (Injil, Rasul Besar Matius 19:5). 

Dengan perkawinan monogami sesuai ketetapan Allah, isteri tidak akan tersakiti seperti dalam kasus poligami.

Marilah kita mengikuti larangan Muhammad kepada menantunya Ali dan tidak berpoligami. Marilah kita menaati sabda Isa Al-Masih untuk menikah monogami.

Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca

Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:

  1. Dapatkah Nabi Islam disebut nabi semua manusia, jika hanya melindungi Fatimah namun, tetapi tidak melindungi para wanita lain dari sakit poligami? Berikan alasan Saudara!
  2. Benarkah poligami dalam Islam, yang melukai kaum wanita adalah ketetapan/wahyu Allah? Jelaskan jawaban Saudara!!
  3. Menurut  Anda, manakah yang lebih membahagiakan istri,  poligami  atau pernikahan monogami?  Berikan alasan Anda!

Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.

Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”

 

Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.

Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.

Bagikan Artikel Ini:

Share on Facebook Share on Twitter Share on WhatsApp Share on Email Share on SMS

Ditempatkan di bawah: Pernikahan, Poligami Ditag dengan:Poligami Dalam Islam

Reader Interactions

Comments

  1. Raditya mengatakan

    19 Agustus 2018 pada 8:27 am

    ~
    Anda sama seperti ahli kitab suka mengatakan dusta. Hari Minggu kebaktian di gereja pasti mempunyai beberapa sesi. Coba Anda perhatikan lebih banyak jemaat perempuan atau jemaat laki-laki? Saya jamin pasti lebih banyak perempuan. Jika Anda membenarkan saya, bagaimana nasib perempuan Kristen yang tidak kebagian pria karena tidak diperbolehkan untuk poligami? Adakah solusi dari agama Anda?

    Balas
    • Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan

      20 Agustus 2018 pada 11:57 am

      ~
      Sdr. Raditya,

      Komentar kami di kolom tanggal 14 Agustus 2018 pada 11:50 am mengingatkan kita agar bijak berpikir bila kita sungguh berfokus pada kebenaran. Untuk itu, silakan perhatikan ulang dan pertimbangkan baik-baik pertanyaan kami di kolom tanggal 13 Agustus 2018 pada 11:52 am. Ini menolong Anda tetap berpijak pada fakta dan realita, bukan terjebak pada pembenaran subjektif yang masih perlu diuji kebenarannya.
      ~
      Yuli

  2. Raditya mengatakan

    20 Agustus 2018 pada 2:58 pm

    ~
    Kebenaran apa yang perlu diuji? Sekarang saya bertanya balik kepada Anda. Tolong uraikan/buktikan sumber ilmu Anda yang menyatakan bahwa pernyataan saya salah. Maksud saya, saya menyatakan bahwa perempuan lebih banyak daripada lelaki. Buktikan kalau saya salah. Atau Anda seperti ahli kitab atau senangnya berdebat.

    Balas
    • Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan

      22 Agustus 2018 pada 9:29 pm

      ~
      Sdr. Raditya,

      Mari simak situasi berikut: si A mengeluarkan sebuah klaim pernyataan, si B mempertanyakan ulang kebenaran klaim tsb. Menurut logika sehat Anda, siapa yang bertanggung jawab membuktikan kebenaran klaim si A? Bukankah si A sendiri jika memang klaimnya berpijak pada fakta? Demikian pula dengan dialog-dialog yang kita buat. Bukankah Anda yang sejak semula menyatakan “perempuan lebih banyak daripada lelaki”? Jadi apakah logis bila kemudian Anda menuntut kami membuktikan benar tidaknya klaim yang Anda buat sendiri?
      ~
      Yuli

  3. Cute Name mengatakan

    20 Agustus 2018 pada 6:38 pm

    ~
    Raditya,

    Ada 10 pria Muslim dan tiga wanita Muslim. Tiga wanita Muslim memilih tiga dari 10 pria Muslim menjadi suaminya. Bagaimana dengan tujuh pria tersebut?
    1. Muslim menganggap wanita tidak kawin itu akan menjadi budak seks. Anda lupa wanita lebih tahan terhadap nafsu birahi dibanding pria. Apakah para pria tersebut diam-diam memperkosa wanita karena tidak dapat melampiaskan nafsunya?
    2. Informasi asal bunyi tanpa data yang Anda dengar. Salah satunya lihat statistik penduduk Arab lebih banyak pria. Bagaimana solusi Al-Quran?
    3. Bagaimana solusi Al-Quran dalam menjaga kesetiaan pernikahan?
    4. Tentu saja Anda pria. Bagaimana solusi jika Anda tidak mendapatkan wanita?

    Balas
    • Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan

      22 Agustus 2018 pada 9:50 pm

      ~
      Sdr. Cute Name,

      Terimakasih untuk kesediaan Anda bergabung dalam diskusi ini. Pertanyaan tanggapan yang Anda berikan kepada Sdr. Raditya kiranya menolong kita semua, dan khususnya bagi Sdr. Raditya sendiri untuk mempertimbangkan ulang konsep-konsep yang diyakininya, sungguhkah berpijak pada fakta dan logika sehat, serta mengandung nilai-nilai kebenenaran sejati dari Allah?
      ~
      Yuli

  4. oon lu mengatakan

    16 November 2018 pada 4:18 pm

    ~
    Saya agak meragukan motif Anda membuat artikel ini. Bagaimana Anda bisa menanyakan hal yang seperti ini untuk menyalahkan Al-Quran. Sementara di Alkitab Anda sendiri tidak secara meyakinkan menjelaskan poligami itu haram atau tidaknya. Jika orang yang berpikir membaca komentar saya ini pasti mengerti. Karena di Kristen pun tidak melarang adanya poligami. Adapun pasal yang dibawa-bawa yaitu Ulangan 21:15-16, Keluaran 21:10, Kidung Agung 6:8-9 tidak sedikitpun ada kata-kata melarang poligami. Padahal Al-Quran kami sudah menjelaskan jika tidak mampu jangan dilakukan. Bahkan nabi-nabi dan orang-orang saleh yang disebutkan dalam Alkitab hampir semua melakukan poligami. Mohon berpikir dengan hati yang jernih, sobat.

    Balas
    • Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan

      19 November 2018 pada 10:07 am

      Sdr. Oon,

      Sebagaimana saran Anda agar berpikir jernih, mari simak artikel ini: https://tinyurl.com/y7gqmyu5. Isinya membahas ayat-ayat Alkitab yang Anda anggap menyetujui poligami. Andai anggapan Anda benar, apakah Allah bukan “Yang Maha Benar” sehingga berbagai firman-Nya dalam Alkitab tidak konsisten?

      Dapatkah Anda jelaskan mengapa sejak semula Allah menghendaki umat-Nya setia bermonogami (Taurat, Kitab Kejadian 2:24)? Saat tabiat dosa mendorong mereka berpoligami menuruti nafsu, apakah Allah diam saja membiarkan hak isteri dan anak-anak terabaikan? Ketika Allah melindungi hak mereka, apakah artinya Allah mengizinkan poligami? Mengapa pula seribuan tahun setelahnya, Isa Al-Masih, Allah Sang Firman yang datang ke dunia perlu menegaskan ulang ketetapan semula tentang kesetiaan monogami (Injil Matius 19:4-8)? Lalu, apakah logis bila 700 tahun setelah pemulihan yang Isa kerjakan, nabi Anda malah kembali menghidupkan poligami, bahkan mempraktikkannya? Sungguhkah kehendak Allah yang ia sampaikan dan lakukan? Mengapa pula pada akhirnya ia pun menghindarkan putrinya dari derita dipoligami?
      ~
      Yuli

  5. Rully mengatakan

    20 November 2018 pada 11:35 am

    ~
    Arti pernikahan dalam Islam. “Saya terima nikahnya dengan nama … Mulai hari ini dosa istri saya, dosa anak saya, dosa cucu saya, dosa cucu dan cicit yang dilahirkan oleh keturunan saya sampai hari kiamat akan menjadi tanggungan suami”.

    Dalam hadist, apabila seorang suami berpoligami tetapi tidak dapat berlaku adil, maka Allah SWT akan membangkitkan sang suami di akhirat dalam keadaan pincang. Jelas bahwa poligami itu dilakukan apabila suami mampu berlaku adil. Apabila tidak mampu cukup satu saja.

    Sya ingin berdiskusi mengenai Isa As. dan Muhammad SAW.

    Balas
    • Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan

      21 November 2018 pada 11:27 am

      ~
      Sdr. Rully,

      Apakah janji nikah dalam Islam seperti yang Anda sebutkan juga diikrarkan dalam akad nikah? Mengapa tidak ada? Anehnya, mengapa yang Anda sampaikan justru bertentangan dengan ayat Al-Quran berikut: “… Dan tidaklah seorang membuat dosa, melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa, tidak akan memikul dosa orang lain …” (Qs 6:164). Bahkan, Qs 17:15, 35:18, dan 37:7 juga menyatakan hal serupa. Apakah suami bukan orang berdosa sehingga bisa menanggung dosa orang lain? Andaikan bisa, pasti semua suami masuk neraka karena banyaknya dosa semua keturunan yang harus dipikulnya, bukan? Padahal hadits juga menyatakan, “… suami kamu … menentukan kamu masuk ke surga atau ke neraka” (HR. Imam Nasai, Hakim, Ahmad dengan Hadits Hasan). Maka jika semua suami masuk neraka, tentu semua istri juga ikut masuk neraka. Bukankah begitu? Jadi, bagaimana Anda menjelaskan semua ketidaksinkronan ini?

      Bagaimana pula pendapat Anda tentang “suami yang dibangkitkan pincang karena tidak adil berpoligami” dan “suami menanggung dosa seluruh anggota keluarga dan keturunannya”? Mengapa pria Muslim tetap menikah jika kepastian semua suami (baik bermonogami maupun berpoligami) adalah neraka? Bukankah lebih baik pria tidak usah menikah? Jadi, benarkah konsep yang Anda sampaikan sungguh berasal dari Allah?
      ~
      Yuli

  6. ridho mengatakan

    20 Desember 2018 pada 7:14 pm

    ~
    Kalau anda belajar sejarah, maka semua agama para nabi adalah Islam. Dari perkataan sejak Nabi Adam As sampai Nabi Isa As, semua mengatakan kalau agama para nabi itu Islam yang disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW. Maka apapun sabda Nabi Muhammad adalah wahyu dari Allah SWT.

    Begitu pun dengan masalah poligami. Ini sudah ada di kitab (Al-Quran), maka hal itu adalah wahyu. Kalau wahyu, manusia yang beriman pasti mengimani. Tapi manusia yang kufur (menolak), pasti akan menolak wahyu tsb. Dalam Al-Quran surat An-Nisaa ayat 3, Allah berfirman yang artinya: “Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga atau empat.”

    Balas
    • Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan

      2 Januari 2019 pada 1:24 pm

      ~
      Sdr. Ridho,

      Kami senang dengan ajakan Anda untuk belajar sejarah. Artinya, Anda pun menuntut diri mempertimbangkan fakta, bukan sekedar percaya klaim tanpa pembuktian. Nah, sudahkah hal ini Anda kerjakan hingga menyatakan “… semua agama para nabi adalah Islam”? Sumber sejarah manakah yang menopangnya?

      Bila berbicara tentang Nabi Adam hingga Isa, tidak ada catatan sejarah valid manapun selain Kitab Taurat dan Kitab Injil yang menjadi sumber aslinya. Sudahkah Anda baca kedua kitab ini? Apakah keduanya menyatakan Islam adalah agama para nabi dan Muhammad penyempurnanya? Dapatkah Anda temukan satu saja ayat di dalamnya yang memuat kata “Islam” atau “Muhammad”?

      Selanjutnya, atas dasar apa Anda nyatakan “… apapun sabda Nabi Muhammad [pembawa ajaran Islam] adalah wahyu dari Allah …”, ketika faktanya kata “Islam” ataupun “Muhammad” tidak pernah ada dalam Taurat dan Injil sebagai wahyu Allah? Lebih jauh lagi, bagaimana mungkin kesetiaan bermonogami yang Allah tekankan dalam Taurat dan Injil tiba-tiba berubah menjadi poligami di Al-Quran, kitab yang baru ada enam abad kemudian? Apakah Allah tidak konsisten berfirman? Mungkinkah kesetiaan disempurnakan dengan ketidaksetiaan?
      ~
      Yuli

  7. Miftah mengatakan

    6 Februari 2019 pada 4:49 am

    ~
    Abu Yamân meriwayatkan kepada kami dari Syu’aib dari Zuhri dia berkata, Ali ibn Husain meriwayatkan kepadaku bahwa Miswar ibn Makhramah berkata, Sesungguhnya Ali meminang anak perempuan Abu Jahal. Kemudian Fatimah mendengar tentang hal itu lalu kemudian dia datang kepada rasulullah  dan berkata, “Kaummu mengira bahwa kamu tidak marah karena putri-putrimu, dan ini Ali (ingin) menikahi anak perempuan Abu Jahal.” Lalu rasulullah  berdiri, maka dia pun berdiri. Kemudian aku mendengarkan Dia ketika mengucapkan tasyahhud (seperti pada khutbah) dan berkata, “Amma Ba’d, Aku telah menikahkan Abu Âsh ibn Rabî’ kemudian dia berbicara kepadaku dan jujur kepadaku, dan sesungguhnya Fatimah adalah darah dagingku dan aku tidak senang ada sesuatu yang menyakitinya. Demi Allah, tidak berkumpul anak perempuan rasulullah  dengan anak perempuan musuh Allah pada satu laki-laki.” Kemudian Ali meninggalkan pinangannya.

    Balas
    • Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan

      6 Februari 2019 pada 11:42 am

      ~
      Sdr. Miftah,

      Tentu tulisan di atas telah Anda kutip dari sebuah sumber Hadits. Kiranya Anda dapat menuliskan alamat hadits tsb secara lengkap agar semua rekan pembaca bisa turut memeriksanya.

      Dengan kutipan yang Anda tulis, bagaimana Anda memaknai isinya? Alasan terbesar apa yang membuat nabi Anda marah atas pinangan Ali terhadap putri Abu Jahal?
      ~
      Yuli

  8. Andin mengatakan

    10 Februari 2019 pada 6:35 am

    ~
    Maaf sebelumnya, Saudara. Islam memang membenarkan poligami. Hal itu dicontohkan sendiri oleh Rasulullah. Namun jika kita menilik lagi alasan Rasul berpoligami, hal pertama yang dapat kita temui yakni Rasul menikahi para wanita yang tidak perawan, kecuali Aisyah. Mengapa hanya Aisyah? Karena perintah menikahi Aisyah datangnya dari Allah berdasar mimpi Rasulullah. Lalu bila ditilik lagi, Rasul menikah dengan Aisyah yang masih kecil benar, namun beliau menggaulinya ketika sudah baligh.

    Pada dasarnya poligami yang dilakukan itu untuk memuliakan wanita itu sendiri. Rasul membantu menafkahi, menyelamatkan tawanan perang seperti Shafiyah binti Huyay. Dan poligami hanya boleh dilakukan jika dapat berbuat adil.

    Balas
    • Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan

      11 Februari 2019 pada 12:07 pm

      ~
      Sdr. Andin,

      Terimakasih telah bergabung dalam diskusi. Menurut Anda, Islam membenarkan poligami. Apakah Allah juga membenarkannya? Tapi mengapa dalam Taurat dan Injil, Allah justru menghendaki kesetiaan bermonogami (Taurat, Ktiab Kejadian 2:24 dan Injil Matius 19:4-6)? Apakah Allah tidak konsisten seperti kita, manusia?

      Juga, Anda mengatakan: “Mengapa hanya Aisyah? Karena perintah menikahi Aisyah datangnya dari Allah berdasar mimpi Rasulullah”. Pertanyaannya:

      1) Bagaimana pernikahannya dengan para wanita lainnya, mengapa tidak mendapat mimpi yang sama jika dari Allah?

      2) Sebagai utusan Allah, bukankah seharusnya waspada dengan menguji mimpinya, sungguhkah berasal dari Allah? Bukankah mimpi banyak dipengaruhi hasrat alam bawah sadar? Mari pertimbangkan:
      a) Bukankah nabi Allah seharusnya menaati firman Allah yang menghendaki kesetiaan monogami? Maka bukankah mimpi tsb tidak sejalan dengan firman-Nya?
      b) Firman Allah Maha Penyayang dalam Injil menekankan pentingnya penghargaan dan perlindungan hak anak (Injil Matius 18:1-6). Bukankah mustahil bila Allah yang sama malah memerintahkan menikahi anak kecil?
      c) Untuk tujuan apa anak kecil dinikahi? Andai untuk melindungi, bukankah lebih baik diadopsi? Bukankah besarnya beban menjadi istri hanya patut dipikul wanita dewasa?
      d) Juga, adilkah nabi Anda terhadap isteri-isteri lainnya? Bukankah Aisyah mendapat tempat lebih di hatinya? Silakan baca artikel berikut: http://tinyurl.com/y5cce4tl.

      Maka sungguhkah Allah menghendaki poligami?
      ~
      Yuli

  9. Im muslim mengatakan

    12 Februari 2019 pada 10:49 pm

    ~
    Nabi Ibrahim dan Nabi Musa bukankah beristri lebih dari satu? Bukankah agama Anda juga mengimani bawhwa Musa dan Ibrahim adalah nabi Allah? Jika memang begitu seperti kata Anda, jika Injil menekankan pada monogami, apakah Allah jadi tidak konsisten karena para rasul-Nya juga berpoligami?

    Dalam Islam berpoligami tidak dilarang jika seorang pria bisa berbuat adil pada istri-istrinya. Maka nikahilah dua, tiga, empat. Tapi jika tidak cukup, satu saja. Ingat, bersikap adil itu susah. Hanya orang-orang pilihan yangg sanggup. Adil di sini dalam arti dapat memberikan rasa nyaman dan aman kepada istri-istrinya yang lain. Sehingga tidak ada rasa sakit hati atau membenci. Jadi, apa salahnya berpoligami bagi orang yang mampu.

    Balas
    • Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan

      13 Februari 2019 pada 9:14 am

      ~
      Sdr. Im Muslim,

      Allah bukan hanya menghendaki kesetiaan monogami dalam Injil, tapi Taurat juga. Dalam Taurat, kesetiaan monogami sudah Allah tetapkan sejak awal penciptaan manusia (Taurat, Kitab Kejadian 2:24). Itu sebabnya Allah hanya menciptakan seorang Hawa bagi Adam hingga wafatnya.

      Tapi, bukankah dosa sudah merasuki generasi Adam – Hawa sejak mereka melanggar perintah Allah dengan makan buah yang dilarang? Itu sebabnya dari generasi ke generasi peran dosa makin besar mempengaruhi, termasuk dalam hal pernikahan. Budaya poligami sudah ada bahkan sebelum Abraham dan Musa hidup. Maka saat mereka berpoligami, keputusan mereka dipengaruhi budaya, bukan? Fakta keputusan Abraham berpoligami justru mendatangkan petaka bagi keluarganya (konflik tajam antara Sara dan Hagar) menjadi bukti valid bahwa produk dosa tidak mendatangkan kesejahteraan karena bukan ide Allah.

      Mari pertimbangkan. Sedangkan Abraham/Ibrahim sebagai bapak para nabi saja masih terjebak dosa dengan berpoligami yang pasti jauh dari keadilan. Bagaimana mungkin generasi selanjutnya (bahkan yang dianggap nabi besar sekalipun) bisa menjalankan keadilan berpoligami? Artikel tentang pernikahan nabi Anda menjadi buktinya: https://tinyurl.com/y5cce4tl.
      ~
      Yuli

  10. Ctc mengatakan

    21 Maret 2019 pada 12:22 am

    ~
    Saya sangat heran dengan jawaban si bro ini. Berbicara tentang Abraham dan Musa beristri lebih dari satu. Alasan penghindarannya berputar-putar, dengan alasan poligami sudah menjadi budaya dan ada sebelum Abraham. Dikatakannya Abraham berbuat dosa karena berpoligami. Saya rasa logikamu kacau. Kamu tahu bahwa banyak nabi yang beristri lebih dari satu. Abraham, Musa, Daud, Solomon. Dan ada beberapa lainnya. Jadi apakah nabi-nabi ini berbuat dosa juga karena berpoligami? Bagaimana bisa Taurat berbunyi melarang poligami sementara istri Nabi Musa lebih dari satu? Bagaimana Zabur berisi melarang poligami sementara Daud beristri lebih dari satu? Nabi itu contoh sesuai dengan isi kitabnya. Nabi tidak pernah berbuat yang melawan isi kitab.

    Balas
    • Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan

      21 Maret 2019 pada 12:49 pm

      ~
      Sdr. Ctc,

      Seandainya argumentasi Anda benar, dapatkah Anda jelaskan mengapa Nabi Musa sang penulis Taurat justru di bagian awal mencatat firman Allah tentang kesetiaan bermonogami (Taruat, Kitab Kejadian 2:24)? Mengapa kemudian Musa juga mengisahkan poligami Abraham lengkap dengan akibat buruknya? Mengapa pula kisah bagaimana Daud memperistri Batsyeba yang mendatangkan murka Allah dicatat? Juga, mengapa kehidupan poligami Salomo dengan gundik-gundik asingnya yang kelak mendatangkan perpecahan kerajaannya juga ditulis? Seandainya benar ide poligami berasal dari Allah, mengapa selalu mendatangkan akibat buruk? Bagaimana mungkin “Allah yang sama” memerintahkan kesetiaan monogami juga menghendaki poligami? Bukankah keduanya bertolak belakang? Jika Anda telah mempelajari isi Alkitab mulai dari Taurat hingga Injil, Anda akan paham tulisan kami di kolom sebelumnya (13 Februari 2019 pada 9:14 am) adalah jawaban atas semua pertanyaan tsb.

      Para nabi Allah tsb tetaplah manusia lemah yang tidak kebal dosa. Tapi Alkitab tidak sekalipun mencatat mereka menganjurkan umat Allah berpoligami. Sebaliknya, semua akibat buruk dicatat sebagai peringatan agar kita tidak menirunya. Itu sebabnya Isa Al-Masih, Allah Sang Firman, datang sendiri ke dunia untuk meluruskan kembali kehendak Allah tentang kesetiaan bermonogami (Injil, Kitab Matius 19:4-6). Maka sangat aneh bila enam abad setelah Isa meluruskan, praktik poligami malah dilestarikan dan diklaim sebagai kehendak Allah. Apakah logis?

  11. Ajat mengatakan

    26 Maret 2019 pada 3:09 am

    ~
    Hasil survei yang kami lakukan, kebanyakan wanita lebih rela jika suaminya “jajan di luaran” daripada dipoligami, baik diketahui atau tidak. Apa hubungannya dengan diperbolehkannya berpoligami, tentu secara akal awam bisa dipahami apakah ayat itu cocok untuk zaman sekarang? Atau biarlah perzinahan dilegalkan saja?

    Jika kita merujuk pada logika, tentu akan terang benderang bahwa tingkat keimanan dan daya tahan setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan berbeda-beda. Contoh: ada laki-laki yang hatinya ditakdirkan hanya cinta kepada satu pasangan. Ada yang berhasarat ingin berpoligami namun ditakdirkan tidak bisa. Ada yang takut berpoligami lalu menyalurkan hasratnya dengan banyak PSK atau dalam banyak kasus istri orang. Ada juga yang sudah beristrikan empat masih “jajan di luaran”. Demikian juga wanita dengan segala kemungkinan yang sama. Dengan melihat sebagian kecil dari hal-hal semacam itu, saya malah semakin yakin kalau poligami termasuk takdir yang tidak semua orang bisa mengalaminya.

    Balas
    • Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan

      26 Maret 2019 pada 9:51 am

      ~
      Sdr. Ajat,

      Terimakasih sudah bergabung dan membagikan hasil survei Anda. Yang menarik, mengapa kebanyakan responden wanita tidak rela dipoligami? Alasan-alasan apa yang Anda temukan?

      Pernyataan Anda: “… ada laki-laki yang hatinya ditakdirkan …” menarik dicermati. Apa makna “ditakdirkan”? Bukankah “ditentukan oleh otoritas lebih tinggi” yakni Allah? Lalu dengan pernyataan Anda: “… tingkat keimanan dan daya tahan setiap manusia … berbeda-beda”, benarkah Allah menakdirkan keimanan dan daya tahan rendah pada para kriminal? Jika ya, betapa tidak adilnya Allah yang menghukum pelanggar hukum-Nya? Toh yang ditakdirkan lemah iman tidak pernah bisa menaati? Benarkah konsep ini? Begitu juga masalah pasangan. Sungguhkah semua takdir Allah, bukan kehendak bebas manusia? Bagaimana dengan rumahtangga yang hancur, apakah Allah menakdirkan keburukan? Atau justru keputusan-keputusan keliru dalam mengelola hubungan, atau bahkan dalam memilih pasangan?

      Taurat dan Injil menyatakan kehendak Allah agar kita setia bermonogami (Taurat, Kitab Kejadian 2:24). Di dalamnya ada kesucian, kesetiaan, kemuliaan, kehormatan, kebaikan, sebagaimana karakter Allah sendiri. Untuk apa hukum ini diberikan? Bukankah untuk ditaati demi kebahagiaan kita? Lalu mungkinkah di kemudian hari Allah menakdirkan si A berpoligami dimana kesucian, kesetiaan, kehormatan, dan kebaikan terlukai?
      ~
      Yuli

  12. Ferry Ali mengatakan

    9 Mei 2019 pada 12:36 am

    ~
    Nabi Muhammad melarang menantunya berpoligami dengan mengatakan bila menyakiti Fatimah Az Zahra adalah menyakiti nabi. Tapi bukan itu inti dari pernyataan Rosul. Melainkan pada Sayidina Ali yang akan berpoligami dengan putri dari musuh Islam dan belum masuk Islam. Juga pada saat itu Sayidina Ali masih dalam kondisi sangat miskin. Maka dari itu beliau dilarang oleh Rasul. Jadi jangan asal mengarang ataupun mengambil keterangan yang sepenggal atau asal saja menafsirkan. Anda harus menjadi Muslim agar anda dapat mengerti semua itu.

    Balas
    • Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan

      9 Mei 2019 pada 8:46 am

      ~
      Sdr. Ferry Ali,

      Terimakasih untuk kunjungan Anda. Pernyataan Anda: “Anda harus menjadi Muslim agar anda dapat mengerti semua itu” memancing pertanyaan kristis berikut: “Apakah untuk belajar dan mengenal perilaku kehidupan lumba-lumba, manusia harus menjadi lumba-lumba?” Apakah Allah tidak mengaruniakan akal dan nurani agar kita mampu menelaah dan mengenali segala hal di sekitar kita?

      Seandainya benar “… musuh Islam …” menjadi alasan utama, bukankah artinya melukai langsung hati sang nabi? Tapi mengapa ia mengatasnamakan luka hati putrinya? Tentu Anda yakin nabi Anda ayah yang baik, yang ingin melindungi putrinya, bukan? “Ayah baik” manakah yang rela putrinya sakit hati dimadu? Dan bukankah nabi Anda punya segudang pengalaman berpoligami dimana konflik antar isteri tidak terhindarkan (baca artikel ini: https://tinyurl.com/y5cce4tl)? Silakan juga Anda telaah, mengapa Ali akhirnya baru berpoligami setelah Fatimah meninggal? Apakah sepeninggal Fatimah ia mendadak kaya, mampu menikahi banyak wanita? Atau sebaliknya, karena ia takut pada nabi Anda yang tidak rela putrinya dimadu?

      Maka hal terpenting yang patut kita pertimbangkan, sungguhkah poligami berasal dari Allah? Jika ya, bukankah seharusnya nabi Anda konsisten bersikap?
      ~
      Yuli

  13. Bayuloka mengatakan

    17 Mei 2019 pada 1:43 am

    ~
    Mengapa Rasullullah tidak merestui Fatimah dipoligami? Karena hati Fatimah akan terluka. Mengapa hati Fatimah akan terluka jika ia dipoligami? Karena Fatimah akan merasa tidak diperlakukan dengan adil. Mengapa Rasullullah menjadikan “adil” sebagai syarat mutlak dalam poligami? Karena misi tertinggi dari poligami adalah justru memberikan keadilan pada kaum wanita, baik secara lahir dan batin. Lalu apa syarat yang memperbolehkan seorang pria melakukan poligami?
    1. Berkecukupan
    2. Memiliki ilmu agama yang baik
    3. Mendapat restu dari istrinya

    Jadi tidak semua pria bisa dengan mudahnya melakukan poligami. Dan tidak semua wanita terkesan menjadi korban. Dampak buruk poligami akibat kurangnya ilmu agama.

    Balas
    • Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan

      17 Mei 2019 pada 9:06 am

      ~
      Sdr. Bayuloka,

      Pandangan Anda benar bahwa nabi Anda tidak merestui rencana poligami menantunya karena hati Fatimah, putri kesayangannya, terluka. Menarik apa yang Anda sampaikan: “… Fatimah akan merasa tidak diperlakukan dengan adil”. Bagaimana bisa merasakan hal itu sedangkan ia belum pernah dipoligami? Tentu perasaan ini muncul dari hasil pengamatannya terhadap praktik poligami di lingkungan sekitarnya, yakni orang-orang terdekatnya, bukan? Nah, bukankah praktik yang sama dilakukan ayahhanda tercinta? Mustahil bila sebagai “orang dekat” Fatimah tidak melihat, mendengar, dan merasakan berbagai konflik ketidakadilan yang terjadi diantara para isteri sang ayah (silakan baca artikel ini: https://tinyurl.com/y5cce4tl). Maka dengan memperhatikan luka hati Fatimah hingga nabi Anda menolak putrinya dipoligami, bukankah dengan sendirinya menegaskan poligami tidak pernah bisa memberikan keadilan lahir dan batin bagi kaum istri?

      Pertanyaan pentingnya, mungkinkah praktik yang melukai rasa keadilan ditetapkan oleh Allah yang Maha Adil lagi Maha Penyayang? Kiranya dengan lapang hati dan pikiran kita bersedia merenungkan hal ini.
      ~
      Yuli

  14. NETRAL mengatakan

    13 November 2019 pada 9:27 am

    ~
    Artikel tersebut sangat menarik sekali untuk dibahas lebih dalam lagi, bukan untuk menyalahkan mana yang benar dan mana yang salah pada akhirnya. Tapi biarlah para pembaca yang menganalisa sendiri, menyimpulkanya sendiri dengan “hati” yang terdalam, terlepas dari apakah poligami itu benar-benar ajaran dari ALLAH yang sebenarnya atau sengaja dibuat untuk “pembenaran” dalam berpoligami dengan mengatasnamakan sebenar-benarnya dari ALLAH.

    Di sini, saya tidak membahas secara detail, merujuk dari kitab masing-masing baik ditinjau dari Injil, Taurat maupun Al-Quran sendiri. Maaf saya bukanlah seorang ahli Kitab Suci, hadith, bukan pula seorang penghafal salah satu kitab apalagi semua kitab… hehehehe….

    Balas
    • Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan

      13 November 2019 pada 11:23 pm

      ~
      Saudara Netral,

      Terimakasih atas komentar saudara. Maaf kami menghapus komentar-komentar saudara, karena lebih dari satu kolom. Silakan memberikan komentar dengan singkat dalam satu kolom. Menurut saudara artikel di atas sangat menarik untuk dibahas lebih dalam, mengapa?

      Tanpa merujuk Kitab-kitab Suci seperti yang saudara sampaikan, bagaimana menurut saudara dengan poligami?
      ~
      Daniar

  15. NETRAL mengatakan

    14 November 2019 pada 8:15 am

    ~
    Staff Isa Islam dan Kaum Wanita pada 13 November 2019 pada 11:23 pm, mengatakan:
    ~
    Saudara Netral,

    Terimakasih atas komentar saudara. Maaf kami menghapus komentar-komentar saudara, karena lebih dari satu kolom. Silakan memberikan komentar dengan singkat dalam satu kolom. Menurut saudara artikel di atas sangat menarik untuk dibahas lebih dalam, mengapa?

    Tanpa merujuk Kitab-kitab Suci seperti yang saudara sampaikan, bagaimana menurut saudara dengan poligami?
    ~
    Daniar

    Waduh sayang sekali uraian komentar saya dihapus. Padahal dari contoh yg telah saya uraikan panjang lebar tsb berharap pembaca bisa menyimpulkanya sendiri, apakah poligami itu memang benar-benar anjuran dari ALLAH atau tidak

    Balas
    • Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan

      14 November 2019 pada 10:21 pm

      ~
      Saudara Netral,

      Seperti saran kami, silakan menjadikan satu kolom komentar-komentar saudara yang kami hapus. Kami sangat senang dan berterimakasih saudara telah meluangkan waktu untuk memberikan komentar. Kami berharap saudara dapat mengikuti aturan dalam memberikan komentar. Kiranya saudara dapat mengerti akan hal ini, terimakasih.
      ~
      Daniar

Baca komentar lainnya:

« 1 … 14 15 16

PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR

Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
3. Sebelum menuliskan jawaban, copy-lah pertanyaan yang ingin dijawab terlebih dahulu.
4. Tidak diperbolehkan menggunakan huruf besar untuk menekankan sesuatu.
5. Tidak diijinkan mencantumkan hyperlink dari situs lain.
6. Satu orang komentator hanya berhak menuliskan komentar pada satu kolom. Tidak lebih!

Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: .

Kiranya petunjuk-petunjuk di atas dapat kita perhatikan.

Wassalam,
Staf, Isa dan Islam

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

 huruf tersedia

Sidebar Utama

Artikel Terbaru

  • 7 Alasan Utama Pria Muslim Berpoligami dan Dampaknya
  • Sejarah Hukum Memakai Hijab, Apakah Sebuah Keharusan?
  • Pergumulan Muslimah Perihal Gambaran Surga Sebenarnya
  • Ciri Wanita yang Allah “Memilih” dan “Memuliakan”
  • Dulu Hati Muslimah Terluka, Sekarang Penuh Cinta

Artikel Terpopuler Bulan Ini

  • Cinta Allah Bagi Seorang Perempuan Muslim
  • Pergumulan Muslimah Perihal Gambaran Surga Sebenarnya
  • Sejarah Hukum Memakai Hijab, Apakah Sebuah Keharusan?
  • Khadijah Tidak Lagi Takut Kematian Setelah Mengikut Isa
  • Menyakiti Hati Suami Islam, Penyebab Isteri Masuk Neraka

Artikel Yang Terhubung

  • Benarkah Nabi Islam Berlaku Adil Dalam Berpoligami?
  • Mengapa Dalam Islam Suami Berpoligami?
  • Apakah Alasan Muhammad Berpoligami Menentang Allah?
  • 7 Alasan Utama Pria Muslim Berpoligami dan Dampaknya
  • Benarkah Pernikahan Nabi Umat Muslim Adalah…

Renungan Berkala Isa dan Al-Fatihah

Apabila Anda ingin menerima renungan singkat setiap minggu, silakan menekan tombol di bawah ini

Renungan Berkala Isa Dan Al-Fatihah

Renungan Berkala Isa dan Kaum Wanita

Apabila Anda ingin menerima renungan singkat Isa Dan Kaum Wanita setiap minggu, silakan menekan tombol di bawah ini

Renungan Berkala Isa Dan Kaum Wanita

Footer

Hubungi Kami

Apabila Anda memiliki pertanyaan / komentar, silakan menghubungi kami dengan menekan tombol di bawah ini.

Hubungi Kami

Social Media


Facebook

Twitter

Instagram

YouTube
App Isadanislam
Hak Cipta © 2009 - 2021 Dialog Agama Isa Islam Dan Kaum Wanita. | Kebijakan Privasi |
Kebijakan Dalam Membalas Email
| Hubungi Kami