• Skip to secondary menu
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
Isa Islam Dan Kaum Wanita
  • Awal
  • Maksud Situs Ini
    • Kebijakan Privasi
    • Tentang Kami
    • Kaum Wanita, Isa, Dan Al-Fatihah
    • Renungan Singkat Isa, Islam dan Kaum Wanita
    • Kebijakan dalam Membalas E-Mail
  • Jalan ke Surga
    • Jalan Ilahi Menuju Ke Surga
    • Doa Keselamatan
    • 4 Hal Yang Allah Ingin Anda Ketahui
  • Topik
  • Artikel
  • Hubungi Kami
Isa Islam Dan Kaum Wanita > Topik > Pernikahan > Poligami > Nabi Islam Menolak Suami Fatimah Berpoligami!

Nabi Islam Menolak Suami Fatimah Berpoligami!

25 Januari 2016 oleh Web Administrator 626 Komentar

 satu-patung-suami-menikah-dengan-tiga-patung-wanita-tanda-poligami

Kebanyakan Muslim tidak berpoligami. Namun kelihatan poligami menjadi lebih populer sekarang ini. Pakar Islam memakai Qs 4:3 untuk membenarkan berpoligami: “. . . maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat . . . .” Dikatakan syarat berpoligami, suami harus “berlaku adil”  kepada semua isterinya. Akan tetapi jelas Al-Quran mengijinkan poligami dalam Islam, bukan? Karena itulah nabi Islam dan sebagian pria Muslim berpoligami.

Dengan mendalami kasus suami Fatimah yang dilarang berpoligami, kita akan memiliki sikap yang tepat kepada konsep sosial Islamiah ini.

Nabi Islam: “Melukai Fatimah, Melukai Saya”

Aneh memang, nabi umat Islam melarang menantu, Ali, suami Fatimah, berpoligami. Katanya, “. . . Fatimah adalah bagian dari tubuhku dan saya membenci apa yang dia benci dan apa yang melukai dia, melukai saya” (Bukhari).

Jadi nabi Islam tahu berpoligami melukai hati anak kesayangannya, Fatimah. Ia tidak ingin anaknya dilukai, maka ia melarang menantunya, berpoligami. Dalam hal ini nabi Islam melindungi anaknya sendiri dari dampak negatif akibat poligami!

statistik-dampak-negatif-poligami-terhadap-wanitaBenarkah Poligami Menyakiti Wanita?

Sayangnya, nabi Islam tidak melarang poligami! Sejak permulaan agama Islam, milyaran wanita hatinya terluka karena suami mereka berpoligami. Anehnya, Muhammad tidak ingin melindungi wanita-wanita tersebut dari luka akibat poligami, seperti ia melindungi Siti Fatimah.

Ajaran poligami akan menggoda kaum pria untuk menikahi lebih dari satu isteri. Dan itu akan menambah banyak korban wanita yang tersakiti akibat poligami. Sebab “Pada dasarnya, tidak ada seorang isteri pun yang rela sekiranya ada wanita lain yang hendak merebut cinta suaminya … Itulah fitrah manusia . . . ,” ditegaskan Muhammad Abduh.

Hasil Penelitian Membuktikan Dampak Negatif Poligami

Dr. H. Ari Fahrial Syam SpPD, menjelaskan hasil penelitian di Syria, Palestina, Turki, Yordania, Kuwait, di antaranya:

  1. Penelitian di Turki membuktikan bahwa wanita korban poligami ternyata lebih mudah mengalami gangguan kejiwaan ataupun stres.
  2. Mereka lebih mudah jatuh ke dalam depresi, gangguan psikosomatik, serta mengalami kecemasan dan paranoid.
  3. Di Yordania, misalnya, istri pertama bukan hanya merasa rendah diri dan tidak berharga, tapi juga masalah ekonomi juga lebih besar daripada yang monogami.
  4. Para istri yang dimadu akan lebih mudah mengalami gangguan kesehatan dibandingkan dengan wanita yang tidak dimadu.

Jadi poligami dalam Islam mengakibatkan banyak penderitaan bagi isteri.

Dalam Monogami – Istri Tidak Tersakiti

Allah menetapkah pernikahan yang benar dan terbaik yaitu monogami. Isa Al-Masih berfirman “… Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging” (Injil, Rasul Besar Matius 19:5). 

Dengan perkawinan monogami sesuai ketetapan Allah, isteri tidak akan tersakiti seperti dalam kasus poligami.

Marilah kita mengikuti larangan Muhammad kepada menantunya Ali dan tidak berpoligami. Marilah kita menaati sabda Isa Al-Masih untuk menikah monogami.

Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca

Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:

  1. Dapatkah Nabi Islam disebut nabi semua manusia, jika hanya melindungi Fatimah namun, tetapi tidak melindungi para wanita lain dari sakit poligami? Berikan alasan Saudara!
  2. Benarkah poligami dalam Islam, yang melukai kaum wanita adalah ketetapan/wahyu Allah? Jelaskan jawaban Saudara!!
  3. Menurut  Anda, manakah yang lebih membahagiakan istri,  poligami  atau pernikahan monogami?  Berikan alasan Anda!

Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.

Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”

 

Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.

Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.

Bagikan Artikel Ini:

Share on Facebook Share on Twitter Share on WhatsApp Share on Email Share on SMS

Ditempatkan di bawah: Pernikahan, Poligami Ditag dengan:Poligami Dalam Islam

Reader Interactions

Comments

  1. ronggo wayoh mengatakan

    9 Juni 2018 pada 5:19 am

    ~
    Pikirkan dengan logika. Coba saya tanya. Kalau jumlah populasi wanita hampir tiga kali lebih banyak daripada laki-laki di muka bumi ini, bagaimana solusi Anda yang sangat mempercayai kekudusan perkawinan monogami? Bahkan ada yang sampai tidak menikah (pastur, suster biara, dll), apakah ini tidak melawan kodrat sebagai manusia yang berinteraksi secara sosial?

    Jawaban Anda jangan berputar-putar dengan berlindung dibalik pembenaran dan bukan kebenaran!!!!

    Balas
    • staff mengatakan

      11 Juni 2018 pada 4:50 am

      ~
      Sdr. Ronggo Wayoh,

      Bila Anda serius berfokus pada kebenaran, mari berbicara fakta, bukan angan pria semata. Atas dasar apa Anda menyatakan jumlah populasi wanita tiga kali lipat daripada pria? Sudahkah Anda pastikan hal ini fakta? Dari sumber mana Anda mendapatkannya? Apakah kredibel?

      Saudaraku, mari pertanyakan pada diri sendiri. Bisakah kita melakukan hal sama yang kita tuntutkan pada pihak lain? Sebab jika diri sendiri yang ketahuan gagal, justru tidak baik, bukan?
      ~
      Yuli

  2. balgia mengatakan

    10 Juni 2018 pada 8:17 pm

    ~
    Rasulullah poligami bukan karena nafsu tapi karena ada sebab. Salah satunya karena ingin menafkahi wanita yang telah janda, tidak memiliki suami lagi.
    Ingat, artikel anda ini adalah hoax yang tujuannya menghancurkan Islam.

    Balas
    • staff mengatakan

      11 Juni 2018 pada 5:31 am

      ~
      Sdr. Balqia,

      Bila benar pernikahan nabi Anda bukan didasarkan nafsu, bagaimana Anda menjelaskan pernikahannya dengan Aishah yang masih berumur 9 tahun? Apakah Allah mengizinkan nabi-Nya merenggut masa kanak-kanak seorang gadis yang amat belia? Bagaimana pula dengan Zainab mantan menantu yang kemudian ia nikahi? Bukankah menantu juga termasuk anak kita? Apakah standard moral Allah membenarkan seseorang menikahi anaknya? Kiranya Anda bersedia menjelaskan hal ini.
      ~
      Yuli

  3. balgia mengatakan

    10 Juni 2018 pada 8:24 pm

    ~
    Harap yang punya iman jangan mudah percaya dengan berita hoax. Saya mau bertanya, coba cari ayat mana dalam kitab Anda yang menyatakan Yesus minta disembah? Dan bukankah Isa a.s. diutus Allah untuk membawa agama yang lurus yaitu Islam?

    Balas
    • staff mengatakan

      11 Juni 2018 pada 4:29 am

      ~
      Sdr. Balgia,

      Dapatkah Anda tunjukkan, bagian mana dari isi artikel yang Anda angap berita hoax? Apakah Anda belum mempelajari sumber-sumber ajaran agama yang Anda anut? Bila Anda mencondongkan hati mencari kebenaran yang kekal, tentu Anda akan menyempatkan diri mempelajari agama Anda lebih dalam, bukan? Setidaknya, Anda bisa memastikan bahwa sumber yang tertulis di artikel tsb justru diambil dari Al-Quran dan Hadits Shahih, dua sumber utama ajaran Muslim. Maka mustahil bila sebagai Muslim, Anda menganggap dua sumber tsb hoax, bukan?
      ~
      Yuli

  4. balgia mengatakan

    10 Juni 2018 pada 8:38 pm

    ~
    Kalau mereka memandang Islam dengan ilmu sejengkal. Ilmu sejengkal pun mau mencoba memberikan dan menafsirkan ayat Al-Quran, lucu juga artikelnya. Pernyataannya keliru.

    Kalau Anda ingin membuat artikel tentang Islam, tolong berguru dulu pada yang ahli dalam agama Islam. Anda hanya paham dalam agama Kristen tapi tidak mengerti agama Islam. Maaf kalau ada kata yang salah.

    Balas
    • staff mengatakan

      11 Juni 2018 pada 5:14 am

      ~
      Sdr. Balqia,

      Kiranya Anda dapat menunjukkan pada bagian mana pernyataan dalam artikel yang Anda anggap salah? Juga, kami persilakan Anda memberikan usulan bagaimana yang benar menurut Anda. Kami tunggu.
      ~
      Yuli

  5. Heri Reksa mengatakan

    11 Juni 2018 pada 2:55 pm

    ~
    Coba kaji dulu kronologi pernikahan-pernikahan Nabi Muhammad SAW.

    Balas
    • staff mengatakan

      12 Juni 2018 pada 3:39 am

      ~
      Sdr. Heri Reksa,

      Artikel di atas dibuat berdasarkan kajian mendalam atas kehidupan nabi Anda yang bersumber dari hadits shahih yang diakui kredibilitasnya oleh segenap pakar dan ulama Muslim. Sebaliknya, bagaimana dengan Anda? Intisari apa yang Anda temukan dari kronologi pernikahan poligami nabi Anda? Sungguhkah poligami adalah perintah dari Allah? Kiranya Anda dapat menyampaikan temuan Anda di sini agar kita bisa mendiskusikannya lebih jauh.

      Sebagai bahan pertimbangan, artikel berikut dapat Anda cermati: https://tinyurl.com/ycno4rst.
      ~
      Yuli

  6. balgia mengatakan

    11 Juni 2018 pada 6:36 pm

    ~
    Semuanya keliru. Anda sengaja memprovokasi dan membuat salah paham bagi orang yang tidak paham dalam Islam. Anda bukan orang yang paham dalam bidang Al-Quran. Ingat Al-Quran itu ada makna tersurat dan tersirat. Bahkan para sahabat saja masih bingung dalam mencari makna tersurat dan tersirat dari kandungan ayat Al-Quran.

    Maaf kalau ada kata yang salah karena Islam agama yang cinta damai.

    Balas
    • staff mengatakan

      12 Juni 2018 pada 5:29 am

      ~
      Sdr. Balgia,

      Tentu menyalahkan sesuatu karena ada pembandingnya, yaitu apa yang benar. Nah, kami tunggu penjelasan Anda dalam hal ini. Sebab, sekedar menyatakan “Semuanya keliru” tanpa memberikan masukan bagaimana yang benar, sama dengan menuduh tanpa bukti, dan tuduhan semacam ini sangat lemah.
      ~
      Yuli

  7. balgia mengatakan

    11 Juni 2018 pada 6:42 pm

    ~
    Saya akui umat Kristen memang hebat, cerdas dan jenius melebihi nabi Isa atau Anda sebut Yesus. Kitab Injil saja berani diubah dan diganti sesuka hati. Padahal Yesus saja tidak berani mengganti ayat dalam kitabnya. Tapi ternyata Tuhan kalian memberikan kelebihan ilmu kepada umat Kristian sehingga dapat merubah firman Tuhan.

    Balas
    • staff mengatakan

      12 Juni 2018 pada 5:40 am

      ~
      Sdr. Balgia,

      Jika Anda ingin berdiskusi dengan baik, mari fokuskan pikiran pada topik bahasan. Diperlukan keterbukaan hati dan kelogisan alur pikir dalam mengupas masalah.

      Kami berharap Anda dapat memberikan penjelasan pada bagian-bagian mana sajakah dalam artikel yang Anda anggap keliru dan bagaimana pembenarannya. Ini menunjukkan seberapa jauh Anda mendalami ajaran yang Anda anut. Kami tunggu.
      ~
      Yuli

  8. balgia mengatakan

    11 Juni 2018 pada 7:00 pm

    ~
    Yang menikahkan Aisyah dengan nabi itu adalah Allah langsung melalui mimpi yang dimimpikan kepada nabi sendiri. Dan pada masa itu Aisyah telah siap menikah bukan seperti anak zaman sekarang.

    Sebelum Aisyah menikah dengan nabi, Aisyah akan dinikahkan dengan orang lain. Jadinya Aisyah pada saat itu telah siap untuk menikah dan bukan anak kecil lagi.

    Dan pernyataan anda tentang Zainab itu salah.

    Balas
    • staff mengatakan

      12 Juni 2018 pada 6:21 am

      ~
      Sdr. Balqia,

      Silakan cermati artikel berikut https://tinyurl.com/y9b8eu83 untuk mempertimbangkan lebih jauh, benarkah kesimpulan Anda terhadap Aishah sesuai dengan fakta yang benar-benar terjadi saat itu?

      Mengenai pernikahan nabi Anda dengan Zainab, silakan pertimbangkan artikel berikut https://tinyurl.com/y9cafld7 dengan keterbukaan pikiran dan hati.
      ~
      Yuli

  9. balgia mengatakan

    11 Juni 2018 pada 7:27 pm

    ~
    Anda telah salah besar mengenai Islam. Anda telah dibutakan oleh kebencian. Jadi saya sekalian promosi WA saya kalau Anda berani menghubungi.

    Balas
    • staff mengatakan

      12 Juni 2018 pada 5:57 am

      ~
      Sdr. Balgia,

      Mari periksa diri dengan kejujuran hati, siapa yang sebenarnya sedang menyimpan rasa benci terhadap pihak lain?

      Saudaraku, silakan hubungi kami via email di: . Dengan senang hati kami akan melayani Anda dalam diskusi.
      ~
      Yuli

  10. balgia mengatakan

    12 Juni 2018 pada 5:40 am

    ~
    Anda mengatakan benar karena Anda berpihak pada artkel yang konyol ini. Tapi itu jelas beda dari kami. Anda mengandalkan kajian ini untuk mengelabuhi orang non-Muslim agar menjelekkan Islam.

    Balas
    • staff mengatakan

      12 Juni 2018 pada 6:29 am

      ~
      Sdr. Balgia,

      Kami tunggu penjelasan Anda atas pertanyaan-pertanyaan kami. Tentu kami mengharapkan agar jawaban-jawaban yang Anda berikan sepenuhnya didasarkan pada fakta dan alur pikir yang logis. Sebab bukankah topik bahasan yang sedang kita bicarakan nyata terjadi secara kasat mata? Maka sangat mustahil bila logika sehat kita tidak bisa menjangkaunya, bukan?
      ~
      Yuli

  11. balgia mengatakan

    12 Juni 2018 pada 8:50 am

    ~
    Islam adalah agama yang bukan menggunakan akal logis. Bukan seperti Kristen yang selalu mengubah isi Alkitab karena tidak logis dan mengambil isi Al-Quran yang logis saja.

    Balas
    • staff mengatakan

      13 Juni 2018 pada 4:57 am

      ~
      Sdr. Balqia,

      Siapakah yang menciptakan otak manusia dengan kemampuan berpikir logisnya? Apakah dalam menciptakan semesta yang amat hebat sekaligus rumit ini, Allah tidak berlogika? Bukankah setiap fakta yang sungguh-sungguh terjadi dapat ditangkap oleh logika? Maka, mungkinkah Allah yang berlogika itu membuat suatu agama yang tidak terjamah logika? Seandainya demikian, tentu isi ajarannya bukan fakta, sebab tidak dapat ditangkap logika, bukan? Jika demikian, Allah tidak layak disebut Maha Benar karena agama yang dibuat-Nya berisikan fiksi, bukan fakta. Jadi bagaimana, Saudaraku?
      ~
      Yuli

  12. balgia mengatakan

    12 Juni 2018 pada 9:06 am

    ~
    Dalam artikel ini Anda selalu menampilkan kekurangan dari syariat Islam, bukan? Mengapa? Karena anda sendiri tidak suka pada Islam.

    Rasulullah adalah contoh teladan umat manusia. Makanya coba baca tentang sirah Nabawi, atau cari tahu keistemewaan nabi. Dan juga nabi berpoligami bukan seperti manusia zaman sekarang yang didasari hawa nafsu. Tapi alasannya bisa karena wanita itu janda, bisa jadi Allah langsung yang menjodohkannya. Bukannkah Anda percaya dengan kuasa Allah, kun fayakun!. Tapi kalian telah salah berpikir tentang Rasulullah. Beliau menikah didasari syariat bukan seperti hewan. Bahkan kalau mau berpoligami harus adil seperti yang Rasulullah ajarkan.

    Balas
    • staff mengatakan

      13 Juni 2018 pada 5:13 am

      ~
      Sdr. Balqia,

      Artikel berikut: https://tinyurl.com/zmvsucu dapat menolong Anda mempertimbangkan ulang, sungguhkah nabi Anda berpoligami atas perintah Allah sehingga bisa berlaku adil dalam mempraktikkannya?
      ~
      Yuli

  13. balgia mengatakan

    12 Juni 2018 pada 9:11 am

    ~
    Pernah suatu ketika Rasulullah ditawarkan oleh orang kafir di Makkah berupa seluruh kekuasaan, kekayaan, dan seluruh wanita cantik di masing-masing kabilah. Tapi Rasul tolak mentah-mentah. Saya tanya, kalau kita di posisi itu, apa yang kita lakukan?

    Maka dari itu Rasulullah memiliki dan menjadi teladan bagi umat manusia, bukan malah menjelekkan. Bahkan nabi Isa saja ingin menjadi umatnya nabi Muhammad SAW. Karena istimewanya Nabi Muhammad.

    Balas
    • staff mengatakan

      13 Juni 2018 pada 5:27 am

      ~
      Sdr. Balqia,

      Seandainya benar nabi Anda menjadi teladan bagi umat manusia, termasuk dalam hal pernikahan poligaminya, mengapa ia keberatan putrinya sendiri dipoligami? Bukankah menantunya jelas ingin meneladani praktik poligami yang dianjurkan sang mertua sekaligus nabi panutannya?

      Mari tetap berfokus pada topik bahasan artikel di atas. Kami menunggu penjelasan Anda dalam hal ini.
      ~
      Yuli

  14. Lina mengatakan

    12 Juni 2018 pada 3:18 pm

    ~
    Artikel yang sangat amat bodoh. Baca dongeng anak kecil masih enak daripada artikel sesat seperti ini Hahahaha …

    Balas
    • staff mengatakan

      13 Juni 2018 pada 3:21 am

      ~
      Sdr. Lina,

      Terimakasih telah mengunjungi artikel ini. Mohon Anda jelaskan, pada bagian mana dari isi artikel yang Anda anggap sesat? Sebagaimana Anda ketahui, sumber bahasan diambil dari ayat Al-Quran dan Hadits Shahih yang diterima dan diyakini segenap Muslim. Jadi, di mana letak kesesatannya?

      Untuk itu kami undang rekan-rekan Muslim untuk lebih serius mendalami sumber-sumber ajaran yang diyakininya agar tidak sekedar menjalani tanpa mengerti maksud dan tujuan akhirnya ke mana. Bukankah keyakinan yang kita pilih akan berdampak pada nasib kekal kita kelak? Maka tidak ada pilihan lain selain sunggu-sungguh mempelajarinya dan mohon petunjuk Allah Sang Khalik untuk menyatakan kebenaran, bukan?
      ~
      Yuli

  15. Dt.Affiadin mengatakan

    12 Juni 2018 pada 11:22 pm

    ~
    Jangan mendiskreditkan ikon di dalam agama lain apalagi dalam forum bebas seperti ini. Apa memang seperti ini sifat karakter kalian orang-orang Nasrani? Berusaha mencari celah agama lain, tapi tidak pernah mau mengoreksi “kekeliruan” agama sendiri?

    Balas
    • staff mengatakan

      13 Juni 2018 pada 4:15 am

      ~
      Sdr. Dt. Affiadin,

      Terimakasih telah menuliskan pendapat Anda di sini. Menurut Anda, bila dalam hidup ini kita bersungguh-sungguh mengarahkan diri pada kebenaran, apakah tabu membahas sebuah ajaran keyakinan, termasuk juga yang tertera dalam Al-Quran dan Hadits? Bukankah justru dengan membahas dan mempertimbangkannya, kita sedang bersungguh-sungguh mencari kebenaran sejati yang berasal dari Allah? Sebab, bukankah hanya kebenaran Allah sajalah yang meluruskan hidup kita dan membawa keselamatan kekal? Bila tidak serius mempertimbangkannya, bagaimana bisa kita tahu membedakan kebenaran sejati dan tidak?
      ~
      Yuli

  16. balgia mengatakan

    13 Juni 2018 pada 5:52 am

    ~
    Saya bertanya kepada Anda. Apakah anda percaya Isra’ (dari Masjidil Haram – Masjidil Aqsa) dan mi’raj (naik kelangit malam hari) dalam satu malam? Kalau dipakai dengan akal jenius Anda, apakah logis dan dapat dipakai dengan logika? Itu salah satu dari kejadian yang sulit dipikir dalam Islam.

    Islam itu tidak semuanya dapat diukur dengan logika. Kita tidak bisa mengukur kuasa Allah dengan akal kita. Bukannkah saudara percaya dengan kalimat kun fayakun? Jadi tidak ada yang mustahil, bukan?

    Balas
    • staff mengatakan

      14 Juni 2018 pada 1:36 am

      ~
      Sdr. Balqia,

      Laut Merah terbelah di zaman Musa adalah fakta karena jutaan orang Israel menyaksikannya. Di samping itu hasil riset ilmiah juga membenarkan kejadian tsb. Demikian pula Isa Al-Masih setelah kebangkitan-Nya dari kematian, 40 hari lamanya Ia menampakkan diri kepada lebih dari 500 orang murid-Nya. Bahkan peristiwa kenaikan Isa kembali ke sorga pun disaksikan oleh segenap murid-Nya. Peristiwa yang melibatkan begitu banyak saksi mata adalah fakta yang benar-benar terjadi. Sebab kesaksian banyak orang tidak mungkin bisa dipungkiri. Tapi bagaimana dengan peristiwa Isra’ Miraj? Siapakah yang menyaksikan peristiwa tsb selain nabi Anda sendiri? Adakah pembuktian bila peristiwa tsb benar-benar terjadi? Lebih jelasnya silakan pertimbangkan artikel berikut: https://tinyurl.com/yaobqu9l.
      ~
      Yuli

  17. khoiri mengatakan

    15 Juni 2018 pada 2:55 pm

    ~
    “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya” (Qs 4:3).
    Ayat di atas sudah jelas tidak boleh poligami kalau merasa tidak mampu berlaku adil terhadap istri-istrinya.

    Secara logika saya (diluar Qs 4:3), perempuan di dunia ini lebih banyak daripada pria. Makanya poligami diperbolehkan. Itupun kalau bisa berbuat adil. Kalau tidak bisa, tidak boleh poligami.

    Balas
    • staff mengatakan

      19 Juni 2018 pada 2:52 am

      ~
      Sdr. Khoiri,

      Bagaimana seseorang bisa tahu ia mampu atau tidak berbuat adil kepada lebih dari satu isteri bila ia belum pernah mempraktikkan poligami? Maka, tentu tidak salah bila dengan ayat tsb, pria Muslim merasa dimudahan untuk mewujudkan niat poligaminya, bukan? Toh urusan perceraian pun (seandainya praktik poligaminya tidak adil) diizinkan dalam kitab yang sama. Dengan aturan-aturan tsb, bukankah selayaknya kita pikirkan ulang, sungguhkah Allah yang Suci, Maha Benar, Maha Penyayang, dan Maha Adil itu merancangkan pernikahan hanya untuk pemenuhan nafsu semata, apalagi dengan begitu besarnya dampak negatif poligami dan perceraian bagi istri, anak, keluarga besar, bahkan masyarakat secara luas?

      Saudaraku, jika Anda serius menggunakan logika, tentu Anda tidak akan mudah termakan berita palsu yang mengasumsikan jumlah wanita lebih banyak daripada pria. Carilah data statistik penduduk dunia dengan benar. Atau setidaknya, silakan cermati perbandingan jumlah pria wanita di Indonesia dari data Badan Statistik Nasional. Fakta yang tersaji justru meruntuhkan asumsi Anda.
      ~
      Yuli

  18. balgia mengatakan

    15 Juni 2018 pada 3:46 pm

    ~
    Anda telah mulai goyah dalam pendirian karena berani hanya fokus dalam satu cabang dan mencoba mencari kesalahan kesalahan Islam. Ingat bahwa Allah-lah yang akan menjaga Islam sampai akhir zaman.

    Nabi Muhammad berpoligami karena beliau sanggup adil dalam memenuhi kecukupan lahir dan batin istri beliau. Dan kehidupan beliau langsung dibimbing oleh Allah. Jadi kalau salah ditegur. Dan beda kalau manusia biasa seperti kita juga diperbolehkan untuk poligami dengan syarat yang salah satunya adalah harus adil.

    Balas
    • staff mengatakan

      19 Juni 2018 pada 1:37 am

      ~
      Sdr. Balgia,

      Kami masih menunggu jawaban Anda atas pertanyaan kami: “Seandainya benar nabi Anda menjadi teladan bagi umat manusia, termasuk dalam hal pernikahan poligaminya, mengapa ia keberatan putrinya sendiri dipoligami? Bukankah menantunya jelas ingin meneladani praktik poligami yang dianjurkan sang mertua sekaligus nabi panutannya?”.

      Silakan Anda tanggapi dengan tetap berfokus pada pertanyaan tsb sehingga Anda dapat terdorong untuk menggali manakah kebenaran sejati.
      ~
      Yuli

  19. balgia mengatakan

    15 Juni 2018 pada 3:59 pm

    ~
    Al-Quran adalah kitab yang masih terjaga kemurniannya sampai akhir zaman dan selamanya berbeda dengan kitab-kitab tetangga sebelah yang dapat diubah sesuka hati mereka. Apakah itu disebut kitab murni dari Tuhan?

    Balas
    • staff mengatakan

      19 Juni 2018 pada 1:48 am

      ~
      Sdr. Balgia,

      Silakan pelajari artikel berikut untuk mempertimbangkan lebih dalam mengenai Al-Quran yang Anda yakini: https://tinyurl.com/ycagb499.
      ~
      Yuli

  20. balgia mengatakan

    15 Juni 2018 pada 4:07 pm

    ~
    Dalam menjalankan poligami ini, ada syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seseorang sebelum melangkah untuk melakukannya. Ada dua syarat bagi seseorang untuk melakukan poligami yaitu (kami ringkas dari tulisan Ustadz Abu Ismail Muslim Al Atsari dalam majalah As Sunnah Edisi 12/X/1428 H) berlaku adil pada istri dalam pembagian giliran dan nafkah. Dan tidak dipersyaratkan untuk berlaku adil dalam masalah kecintaan. Karena hal ini adalah perkara hati yang berada di luar batas kemampuan manusia.

    Mampu untuk melakukan poligami yaitu: pertama, mampu untuk memberikan nafkah sesuai dengan kemampuan, misalnya jika seorang lelaki makan telur, maka ia juga mampu memberi makan telur pada istri-istrinya. Kedua, kemampuan untuk memberi kebutuhan biologis pada istri-istrinya.

    Balas
    • staff mengatakan

      19 Juni 2018 pada 1:13 am

      ~
      Sdr. Balgia,

      Pertanyaan penting yang seharusnya kita pertimbangkan adalah: benarkah tujuan pernikahan yang Allah tetapkan sejak zaman Adam-Hawa hanyalah berfokus pada masalah pemenuhan nafkah dan kebutuhan biologis semata? Seandainya benar demikian, tentu tidak ada perbedaan antara hewan dan manusia, bukan? Padahal Allah jelas menciptakan kita jauh lebih unggul daripada hewan karena diperlengkapi dengan akal budi dan nurani.

      Silakan kunjungi artikel berikut untuk mengenal lebih jauh tujuan Allah menetapkan pernikahan bagi umat-Nya: https://tinyurl.com/y9werluq.
      ~
      Yuli

Baca komentar lainnya:

« 1 … 12 13 14 15 16 »

PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR

Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
3. Sebelum menuliskan jawaban, copy-lah pertanyaan yang ingin dijawab terlebih dahulu.
4. Tidak diperbolehkan menggunakan huruf besar untuk menekankan sesuatu.
5. Tidak diijinkan mencantumkan hyperlink dari situs lain.
6. Satu orang komentator hanya berhak menuliskan komentar pada satu kolom. Tidak lebih!

Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: .

Kiranya petunjuk-petunjuk di atas dapat kita perhatikan.

Wassalam,
Staf, Isa dan Islam

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

 huruf tersedia

Sidebar Utama

Artikel Terbaru

  • 5 Alasan Wanita Terhitung Penghuni Neraka! Apakah Solusinya?
  • 7 Alasan Utama Pria Muslim Berpoligami dan Dampaknya
  • Sejarah Hukum Memakai Hijab, Apakah Sebuah Keharusan?
  • Pergumulan Muslimah Perihal Gambaran Surga Sebenarnya
  • Ciri Wanita yang Allah “Memilih” dan “Memuliakan”

Artikel Terpopuler Bulan Ini

  • Khadijah Tidak Lagi Takut Kematian Setelah Mengikut Isa
  • Cinta Allah Bagi Seorang Perempuan Muslim
  • 7 Alasan Utama Pria Muslim Berpoligami dan Dampaknya
  • Siti Maryam dan Siti Aminah: Dua Wanita Mulia
  • 5 Alasan Wanita Terhitung Penghuni Neraka! Apakah Solusinya?

Artikel Yang Terhubung

  • Benarkah Nabi Islam Berlaku Adil Dalam Berpoligami?
  • Mengapa Dalam Islam Suami Berpoligami?
  • 7 Alasan Utama Pria Muslim Berpoligami dan Dampaknya
  • Apakah Alasan Muhammad Berpoligami Menentang Allah?
  • Benarkah Pernikahan Nabi Umat Muslim Adalah…

Renungan Berkala Isa dan Al-Fatihah

Apabila Anda ingin menerima renungan singkat setiap minggu, silakan menekan tombol di bawah ini

Renungan Berkala Isa Dan Al-Fatihah

Renungan Berkala Isa dan Kaum Wanita

Apabila Anda ingin menerima renungan singkat Isa Dan Kaum Wanita setiap minggu, silakan menekan tombol di bawah ini

Renungan Berkala Isa Dan Kaum Wanita

Footer

Hubungi Kami

Apabila Anda memiliki pertanyaan / komentar, silakan menghubungi kami dengan menekan tombol di bawah ini.

Hubungi Kami

Social Media


Facebook

Twitter

Instagram

YouTube
App Isadanislam
Hak Cipta © 2009 - 2021 Dialog Agama Isa Islam Dan Kaum Wanita. | Kebijakan Privasi |
Kebijakan Dalam Membalas Email
| Hubungi Kami