Setiap pasangan yang sudah menikah, merindukan keturunan. Tidak lengkap rasanya tanpa kehadiran celoteh si kecil. Bagaimana bila si kecil yang diharapkan tak kunjung datang? Apakah cerai karena tidak punya anak adalah jalan terbaik? Apa pandangan Islam perihal anak? Anda perlu bersandar pada makna pernikahan menurut kitab Suci Allah. Agar Anda tidak salah mengambil keputusan!
UU Perceraian dan Keturunan
Apakah tujuan Anda menikah hanya untuk memiliki keturunan? Jika iya, cerai adalah jalan keluar saat tujuan Anda tidak tercapai. Tapi jika pernikahan bertujuan untuk mencari kesimbangan hidup sebagai pasangan lawan jenis, tentu akan berbeda.
Menurut UU Perkawinan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, pasangan yang ingin bercerai harus ada cukup alasan. Tidak adanya keturunan/anak tidak disebut sebagai salah satu alasan. Dengan kata lain, UU di Indonesia tidak membenarkan perceraian dengan alasan tidak mempunyai keturunan.
Islam Memperbolehkan Bercerai karena Tidak Punya Anak.
Tapi sepertinya hal tersebut tidak berlaku dalam agama Islam. Suami Islam dapat menceraikan isteri yang tidak bisa memberi keturunan. Bahkan Nabi Islam menganjurkan agar pria menikahi wanita-wanita yang subur saja. “Menikahlah dengan wanita yang romantis dan subur, karena aku membanggakan banyaknya pengikut di hadapan banyak umat” (HR. Abu Daud & Nasai).
Bagaimana dapat mengetahui isteri subur dan pasti memberi keturunan sebelum menikahinya? Bukankah wanita dapat hamil bila sudah melakukan hubungan suami isteri? Lagi, bagaimana jika ternyata suami yang mandul?
Wanita-wanita di Kitab Allah yang Mengadopsi Anak
Sebagian wanita yang tidak dapat memberi keturunan mungkin akan merasa tertekan. Baik secara rohani, sosial, maupun psikologis. Beberapa wanita dalam Kitab Suci Allah juga mengalaminya. Untuk mengatasi masalah tersebut, mereka memutuskan untuk mengadopsi anak.
Diantaranya Rahel. “Berkatalah Rahel:”Allah telah memberikan keadilan kepadaku, juga telah didengarkan-Nya permohonanku dan diberikan-Nya kepadaku seorang anak laki-laki. . .” (Taurat, Kitab Kejadian 30:6). Taurat, Kitab Keluaran 2:10 juga mencatat putri Firaun mengadopsi Musa. Juga Ester, Mordekhai mengadopsinya sejak masih kecil.
Adopsi Alternatif Baik dari Bercerai
Dalam kultur Indonesia, persoalan punya anak memang seperti persoalan publik. Seakan-akan setiap orang menikah wajib memiliki anak. Sehingga sebagian orang menganggap tidak memiliki keturunan merupakan aib. Tapi kisah wanita-wanita dalam Kitab Suci Allah di atas menjelaskan kepada kita bahwa adopsi merupakan satu solusi terbaik.
Selain adopsi bertujuan menolong anak-anak yatim piatu, perbuatan tersebut juga berkenan di hadapan Allah. Firman Allah berkata, “Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu . . .” (Injil, Surat Yakobus 1:27)
Isa Al-Masih Memberi Anda Kelegaan
Pernikahan tidak berfokus hanya pada keturunan saja. Tapi juga pada kesatuan (Taurat, Kitab Kejadian 2:24). Sehingga, ketika pernikahan tidak memiliki anak, bukan berarti pernikahan tersebut gagal dan harus bercerai
Jika saat ini Anda merasa tertekan atau putus-asa karena pernikahan Anda tak kunjung mendapat keturunan. Anda dapat memenuhi undangan Isa Al-Masih berikut. Sabda Isa, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Injil, Rasul Besar Matius 11:28).
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Apakah makna/tujuan pernikahan bagi saudara? Jelaskan alasan saudara!
- Jika seandainya isteri saudara tidak dapat memberi keturunan, bagaimana saudara akan memperlakukannya? Jelaskanlah alasan saudara!
- Bagaimana pandangan saudara tentang pernikahan yang tidak mempunyai anak?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Pandangan Islam Dan Kristen Perihal Anak Dalam Pernikahan” silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
~
Apa yang menjadi ketetapan Tuhan pasti ada hikmah di dalamnya. Poligami yang sering dipermasalahkan oleh orang kafir sebernanya jusru untuk melindungi kaum wanita karena mengajarkan kebertanggungjawaban laki-laki. Wanita yang dipoligami adalah jauh lebih baik dan terhoramat daripada hanya isrti simpanan dan selingkuhan. Dengan poligami maka hak-haknya akan dipenuhi.
Dalam pandangan Kristen orang menikah tidak boleh bercerai. Pertanyaannya, adakah orang Kristen yang tidak bercerai?
~
Sdr. Manusia Biasa,
Sesuai dengan kutipan isi artikel di atas, “Pernikahan tidak berfokus hanya pada keturunan saja. Tapi juga pada kesatuan (Taurat, Kitab Kejadian 2:24). Sehingga, ketika pernikahan tidak memiliki anak, bukan berarti pernikahan tersebut gagal dan harus bercerai”. Maka jelas bahwa dasar perkawinan yang berkenan bagi Allah adalah [u]penyatuan dua pribadi (satu orang pria dan satu orang wanita)[/u]. Karena sifatnya penyatuan, maka [u]hal lain apapun yang mengganggu penyatuan[/u] itu adalah [u]pelanggaran terhadap ketetapan Allah[/u]. Perceraian ataupun poligami karena alasan tidak punya keturunan adalah salah satu bentuk pelanggaran ketetapan Allah terhadap penyatuan dua insan dalam perkawinan.
Mari telaah dengan nurani yang jernih. Masuk akalkah bila poligami yang jelas melukai hati istri pertama dapat disebut sebagai sistem yang melindungi kaum wanita? Bukankah justru mengeksploitasi wanita? Poligami hanyalah bentuk lain dari perselingkuhan, dan ini jelas menentang hukum Allah terhadap kesetiaan penyatuan perkawinan monogami. Maka, adopsi anak sebagai solusi ketiadaan keturunan dalam sebuah perkawinan jauh lebih mulia karena ketetapan Allah tetap diutamakan.
~
Yuli
~
Poligami dalam Islam ada aturannya. Sekarang tidak usah kalian berkoar-koar. Kenyataan di Kristen juga banyak sekali yang bercerai walaupun kalian sudah menetetapkan telah menjadi satu tubuh tapi tdak sanggup kalian terapkan. Mengapa? Karena aturan itu dibuat oleh manusia dan diada-adakan sehingga dari fakta kita sudah melihat bahwa ajaran kalian tidak sanggup untuk kalian jalankan. Benar, bukan? Ini fakta, bukan fitnah.
Poligami tidak sama dengan perselingkuhan. Makanya sudah dijelaskan poligami menuntut laki-laki untuk “gentleman” dan bertanggung jawab. Wanita yang dipoligami jauh lebih terhormat daripada istri simpanan atau wanita selingkuhan karena semua hak-haknya harus dipenuhi. Makanya Islam menerapkan aturan kalau tidak sanggup, cukup satu istri saja.
~
Sdr. Manusia Biasa,
Kami sangat senang bila Anda menyinggung fakta. Silakan Anda tunjukkan fakta statistik angka perceraian dari keluarga Kristen di Indonesia dan di dunia, apakah lebih banyak yang bercerai daripada yang utuh? Mari buktikan dengan data yang akurat.
Bila Anda seorang Muslim sejati yang paham Al-Quran, tentu Anda sangat menghormati Taurat dan Injil sebagai firman Tuhan (Qs 5:46), bukan? Perintah kesetiaan perkawinan monogami demi penyatuan yang harmonis ada dalam kedua kitab tsb (Taurat, Kitab Kejadian 2;24 dan Injil Matius 19:4-6). Saat menetapkannya, Allah yang Maha Tahu pasti paham yang terbaik bagi umat-Nya. Hanya manusia yang tidak ingin mengekang hawa nafsunya yang tidak bersedia mengikuti kehendak Allah.
Tentang poligami, silakan Anda cermati lagi komentar kami sebelumnya dengan akal dan hati yang jernih (# Staff Isa Islam dan Kaum Wanita 2016-01-06 09:35). Seorang yang “gentleman” bertanggungjawab terhadap janji kesetiaannya kepada istri satu-satunya, bukan melukai teman hidup kepada siapa ia telah mengikat janji perkawinan.
~
Yuli
~
Jadi staf IDI menyangkal bahwa tidak ada orang Kristen yang cerai atau punya istri lebih dari satu? Di Denmark mayoritas Kristen tapi adalah negara yang paling tinggi tingkat perceraiannya.
Jangan hanya melihat segelintir orang Islam yang salah dalam menerapkan poligami. Sudah saya jelaskan bahwa dalam Islam poligami ada aturan yang harus dipenuhi. Kalau tidak mampu cukup satu orang istri saja. Realistis, bukan? Daripada bersikeras satu tubuh tapi kenyataannya tidak bisa dijalankan?
~
Sdr. Manusia Biasa,
Yang kami minta adalah data statistik angka perceraian keluarga Kristen di Indonesia dan di seluruh dunia yang dibandingkan dengan keseluruhan jumlah keluarga Kristen, bukan sekedar opini tanpa data akurat, apalagi yang hanya mengatasnamakan “mayoritas Kristen” pada suatu negara saja.
Konsep ajaran poligami sendiri jelas menentang ketetapan Allah tentang kesetiaan perkawinan monogami yang ditulis dalam Kitab Suci Allah baik Taurat maupu Injil. Maka segala bentuk pembenaran terhadap praktik pelanggaran ketetapan Allah sama dengan menentang otoritas Allah dalam kehidupan kita.
Jika sungguh “satu tubuh” tidak bisa dijalankan seperti opini Anda, silakan Anda tanyakan kepada rekan-rekan baik Muslim maupun non-Muslim yang kehidupan perkawinannya harmonis dengan perkawinan monogami, apakah mereka lebih berbahagia seandainya berpoligami? Dengarkan dan cerna jawaban mereka dengan hati dan logika yang jernih.
~
Yuli
~
Staff IDI, kami umat Muslim mengimani kitab-kitab yang pernah dturunkan Allah kepada rasul-rasul-Nya termasuk Injil. Tapi Injil yang dimaksud adalah Injil yang diterima lansung oleh nabi Isa sesuai bahasa yang digunakannya, bukan surat-surat pribadi Paulus dan mimpinya Yohanes di pulau Patmos, atau surat Roma dan lain-lain, bukan dogeng yang ditulis jauh setelah zaman Yesus. Pahamkah staff IDI?
~
Sdr. Manusia Biasa,
Sungguh aneh bila umat Muslim mengimani kitab suci Injil sebagai kitab Allah namun tidak pernah membacanya. Iman seperti ini tanpa dasar sehingga mudah disesatkan dengan berbagai informasi tanpa fakta.
Contoh konkrit adalah informasi dalam Al-Quran yang baru ditulis tujuh abad setelah peristiwa Isa Al-Masih terjadi. Tentu tidak ada saksi mata peristiwa Injil yang masih hidup dan membenarkan Al-Quran, bukan? Lebih lagi, justru ajarannya menentang keluhuran moralitas yang telah Allah tetapkan dalam Taurat (21 abad sebelum Al-Quran dan Hadits) dan Injil (tujuh abad sebelum Al-Quran dan Hadits).
Dengan fakta ini, mari pertanyakan ulang dalam diri, mengapa ajaran yang menentang keluhuran moralitas justru yang Anda pilih? Mungkinkah standard moralitas ajaran Allah lebih rendah daripada buatan manusia jika Anda menganggap injil sekedar buatan manusia?
~
Yuli
~
Untuk staff IDI,
Proses pewahyuan Al-Quran satu sumber dari Allah lewat perantara malaikat Jibril sehingga tidak bercampur antara perkataan nabi dengan firman Allah. Apalagi surat-surat pribadi sahabat/murid nabi seperti dalam Kristen sehingga proses turunnya wahyu dari yang pertama sampai yang terakhir terjadi semasa nabi kami masih hidup. Tidak ada yang ditulis jauh sesudahnya. Makanya Al-Quran di seluruh dunia hanya ada satu versi dan masih disertai dengan teks aslinya. Tidak seperti Injil kalian saat ini, banyak sekali versi. Al-Quran keasliannya tetap terjamin dan dihapal oleh jutaan orang di seluruh dunia. Apakah Injil kalian juga, staff IDI?
~
Sdr. Manusia Biasa,
Agar Anda memiliki wawasan yang lebih luas, pelajarilah fakta-fakta lain yang tercatat di luar informasi yang Anda dengar tentang Al-Quran. Anda juga perlu belajar tentang sejarah Taurat dan Injil. Bukankah Muslim juga mengimaninya sebagai firman Allah?
Nah, firman Allah dalam Taurat dan Injil tidak dititipkan Allah melalui Jibril kepada para nabi-Nya. Melainkan, Allah langsung bersabda/berwahyu kepada para nabi-Nya, tidak lewat perantara. Jadi, aneh bukan, jika Muhammad mengaku mendapat wahyu melalui Jibril sedangkan ia sendiri tidak pernah berkomunikasi dengan Allah SWT?
Hal kedua adalah isi pesan dari wahyu tsb. Saat isinya bertentangan dengan kitab-kitab Allah sebelumnya (Taurat dan Injil), sangat mustahil disebut firman Allah bukan? Mungkinkah Allah yang sama tidak konsisten berfirman?
Fakta ketiga, Al-Quran menceritakan kejadian masa lampau (zaman Ibrahim, Musa, dan Isa) yang telah berselang sekian abad. Anehnya, isinya berbeda dengan Taurat, Zabur, dan Injil yang ditulis oleh saksi mata kejadian pada masa kejadian berlangsung. Tentu pesan Al-Quran menjadi sangat ganjil, bukan?
Tentang Injil dengan banyak versi terjemahan bahasa, sumbernya hanya satu, salinan naskah asli berbahasa Yunani yang berumur ribuan tahun dan masih tersimpan baik di museum Israel dan Eropa. Maka, semua isinya pastilah sama. Tapi, bagaimana dengan Al-Quran? Hingga kini tidak pernah ditemukan naskah aslinya. Mungkinkah Allah tidak kuasa menjaga naskah asli Al-Quran jika memang kitab ini firman Allah?
~
Yuli
~
Staf IDI,
Pastinya saya tetap bejar tapi kepada ahlinya. Apalagi masalah Al-Quran saya tidak butuh belajar dari staff IDI yang misi sebenarnya adalah untuk menyesatkan orang-orang Islam yang dangkal pengetahuan agamanya.
Masalah Al-Quran yang kalian katakan tidak konsisten, justru Injil kalian yang tidak konsisten.
~
Sdr. Manusia Biasa,
Kami staff IDI hanya memberikan dorongan kepada kita semua untuk belajar lebih sungguh dari segala aspek keilmuwan mengenai keyakinan yang kita pegang, namun belum kita kenal sepenuhnya. Maka kami setuju dengan Anda bahwa Anda perlu belajar lebih lanjut dari ahlinya dan juga sumber yang tepat, sesuai dengan kejujuran fakta dan catatan sejarah. Dan yang paling penting, jika Anda sungguh haus bertemu kebenaran sejati Allah, mintalah petunjuk Allah dengan sungguh agar mata hati dan logika Anda dibukakan oleh hikmat kebenaran-Nya.
Selamat belajar.
~
Yuli
~
Staf IDI,
Andalah yang seharusnya belajar lebih dalam tentang Injil Anda. Karena Anda memahami Injil hanya dengan hawa nsfsu saja. Adilkah anda?Sudahkah anda membaca dan memahami Al-Quran dengan penuh penghayatan dan mmbuang jauh rasa benci Anda terhadap Islam? Cukup surat Al-Fatihah saja. Kemudian anda baca Injil tentang kitab Kejadian. Manakah yang sesuai dengan logika dan pengetahuan? Cobalah wahai saudaraku. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan Anda hidayah. Amin.
~
Sdr. Hambaallah,
Berbicara tentang kitab Kejadian, kitab tsb tidak berada dalam Injil, melainkan dalam Alkitab (Bible) yang berisi baik kitab Kejadian maupun kitab Injil. Nah, dari sini kami ragu dengan saran Anda untuk melihat ketidaksesuaian antara kitab Kejadian dengan logika/ilmu pengetahuan, karena nyata bila Anda sendiri belum paham dengan keberadaan kitab Kejadian dan Injil dalam Alkitab. Tentu Anda belum mempelajarinya sehingga kesimpulan Anda perlu dipertanyakan ulang. Justru jika Anda sungguh mempelajarinya, semakin Anda kagum dengan Allah yang mewahyukan kitab Kejadian karena logika dan pengetahuan alam pun mengkonfirmasikan kebenarannya.
Tentang surat Al-Fatihah, artikel berikut perlu lebih jauh Anda renungkan: http://tinyurl.com/jgyog45.
Berkait dengan topik artikel di atas, bagaimana Anda menanggapi solusi tentang adopsi anak? Bagaimana pula dengan perceraian? Setujukah Anda bila jalur perceraian atau poligami mengatasi masalah ketiadaan keturunan? Bijakkah solusi ini?
~
Yuli
~
Staf IDI sang pendusta,
Apa bedanya Injil dengan Bible?
~
Sdr. Hambaallah,
Bukti apakah yang dapat Anda tunjukkan bila kami pendusta? Mari, buktikan kebenaran informasi kami dengan cara mempelajari isi Alkitab (Bible) seperti yang kami sarankan sebelumnya.
Seperti yang sudah kami terangkan di atas, kitab Injil (Gospel) adalah salah satu bagian dari isi Alkitab (Bible). Sedangkan Alkitab sendiri bukan hanya berisi Injil, melainkan juga kitab Taurat, Zabur, dan kitab para nabi. Nah, kesemuanya ada dalam Alkitab (Bible). Dengan membacanya, berarti Anda sedang mengamalkan ayat Al-Quran (Qs 10:94) untuk belajar dan mengimani kitab-kitab Allah terdahulu.
~
Yuli
~
Artikel yang staff IDI sajikan tentang Al-Fatihah sangat jauh dari pemahaman. Coba anda baca dengan penuh penghayatan dan buang jauh-jauh benci Anda terhadap Islam. Hapus sebersih-bersihnya doktrin racun kebencian yang diberikan pastur-pastur Anda yang ada dalam hati. Dengan hal itu, Anda dapat memahami Al-Fatihah dan dapat menerima hidayah dari Allah SWT.
~
Sdr. Hambaallah,
Terimakasih telah bersedia membaca tautan artikel kami tentang Al-Fatihah. Pertanyaan atau sanggahan terhadap isi artikel tsb dapat langsung Anda tuliskan pada kolom komentar yang tersedia di sana. Ohya, kami masih menunggu tanggapan Anda mengenai isi artikel di atas tentang anak dalam pernikahan sesuai dengan ajaran yang Anda yakini.
Saudara, kita perlu sadar bila yang kita tuduhkan pada pihak lain seringkali adalah cerminan (proyeksi) dari keadaan diri kita sendiri. Maka, diperlukan kejernihan dan kejujuran hati. Mari koreksi ulang, siapa sebenarnya yang menyimpan kebencian pada pihak lain? Siapa yang selama ini mengadopsi ajaran kebencian para ulama terhadap umat lain tanpa belajar langsung dari sumber ajarannya?
Sebaliknya, setiap pengikut sejati Isa Al-Masih selalu diajarkan: “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu” (Injil, Rasul Lukas 6:27).
~
Yuli
~
Kepada Sdr. Hambaallah,
Setiap diskusi antara Islam dan Kristen ujung-ujungnya kembali pada sumber kitabnya. Sama-sama punya dalil dan akhirnya buntu. Menurut saya, lebih gampang kaji dulu sumbernya.
Dalam Islam, selain Al-Quran, Allah menurunkan kitab Taurat, Zabur, dan Injil. Hampir semua umat Islam menyakini bahwa ketiga kitab ini sudah ditambal sulam oleh manusia. Anda harus menyakini bahwa hal tsb tidak pernah terjadi karena Allah lebih berkuasa atas manusia. Kalau umat Muslim lebih percaya kepada kuasa manusia daripada kuasa Allah bahwa Alkitab (Bible) itu palsu, maka ayat dalam Al-Quran yang menyebut Taurat, Zabur, dan Injil adalah wahyu Allah diragukan sekali. Anda harus mengimani bahwa perkataan Allah kekal, tidak ada seorang pun yang bisa mempermainkan Allah.
~
Sdr. Toto,
Terimakasih untuk komentar Anda bagi Sdr. Hambaallah. Logika yang Anda sampaikan masuk akal. Ketika Al-Quran menuliskan bila Taurat, Zabur, dan Injil adalah wahyu Allah, dan Allah yang mewahyukannya adalah Maha Kuasa, maka pemikiran bahwa ketiga kitab tsb telah dipalsukan oleh tangan jahil manusia menjadi tidak masuk akal. Akankah Allah yang mewahyukan Taurat, Zabur, dan Injil, kurang Maha Kuasa dibandingkan dengan tangan jahil manusia?
~
Yuli
~
Kepada Sdr. Hambaallah,
Saya tahu kalau saja Anda mengatakan bila Taurat, Zabur, dan Injil dalam Alkitab (Bible) itu masih asli, maka dalam pikiran dan hati Anda akan menolaknya. Saran saya, jangan dulu membandingkan antara Bible dan Al-Quran, tetapi kajilah dan renungkanlah dulu secara jujur dan mendalam bahwa perkataan Allah tidak bisa dipermainkan oleh manusia. Perkataan Allah akan lebih bercahaya daripada perkataan manusia dan tidak mungkin sebaliknya.
~
Sdr. Toto,
Mudah-mudahan pemikiran Sdr. Hambaallah dapat tercerahkan dengan apa yang Anda sarankan.
~
Yuli
~
Staff IDI,
Ayat di atas Nabi Muhammad menganjurkan memilih isteri yang subur untuk meramaikan umat Muslim. Tetapi jika tidak dapat tidak perlu bercerai, karena perceraian sesuatu yang dibenci oleh Allah swt.
~
Sdr. Muslim,
Terimakasih untuk jawaban yang sdr berikan. Kiranya sdr berkenan menjawab pertanyaan kami berikut ini:
1. Sebagai seorang Muslim, tentu harus mematuhi saran dari Nabi Muhammad bukan? Salah satunya, memilih calon isteri yang subur. Pertanyaan kami: Bagaimana caranya untuk mengetahui calon isteri tersebut subur?
2. Jika memang benar Allah swt membenci perceraian, mengapa dalam Al-Quran Allah swt justru memperbolehkan perceraian?
~
Saodah