Wanita cenderung ingin diperlakukan seperti seorang Puteri Raja. Tidak heran bila wanita selalu ingin tampil cantik. Berdandan, berjalan, dan berbicara layaknya seorang Puteri Raja. Wanita juga selalu bermimpi mempunyai suami yang dapat memperlakukan isteri bak seorang Puteri. Suami yang dapat melindungi dan menyayanginya setulus hati.
Faktor Yang Mempengaruhi Suami Bertindak Kasar
Sayangnya, angan-angan ini terkadang hanya tinggal angan-angan. Suami terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan. Ditambah lagi perintah agama yang berkata bahwa “Kaum laki-laki [suami] itu adalah pemimpin bagi kaum wanita [isteri] . . . . . .” (Qs 4:34), membuat suami terkadang otoriter. Perilaku suami yang demikian menimbulkan perasaan tidak dicintai dan tidak dikasihi di hati isteri.
Menjaga perasaan romantis dalam pernikahan memang tidak mudah. Karena perasaan ini tidak muncul selalu setiap hari. Dibutuhkan usaha untuk menjaga agar pernikahan tetap kuat. Menjaga agar masalah-masalah kecil tidak berkembang menjadi konflik besar.
Mengapa Isteri Disebut Sebagai Penolong Sepadan?
Mencintai isteri tidak semata-mata hanya mencukupi kebutuhan materi saja. Suami wajib “mengasihi isterinya dan janganlah berlaku kasar terhadap dia” (Injil, Surat Kolose 3:19). Janganlah sekali-sekali menganggap “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki . . . .”(Qs 2:223).
Selain mengasihi, suami juga perlu menghormati isterinya. Karena isteri merupakan “penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Taurat, Kitab Kejadian 2:18). Mengambil wanita lain, memperlakukan isteri dengan kasar, atau memisahkan mereka di tempat tidur mereka, jelas bukan merupakan tindakan mengasihi dan menghormati isteri.
Dengan Hati Baru dari Isa, Suami Dapat mengasihi
Suami yang cenderung memposisikan diri “hanya” sebagai kepala rumah tangga, akan mengalami kesulitan untuk memposisikan dirinya sebagai rekan bagi isterinya. Mungkin memang butuh usaha yang lebih dalam bagi suami untuk menahan ego.
Untuk dapat membuang ego dari hati, suami perlu memiliki hati yang baru. Yaitu hati yang sudah dibersihkan oleh darah Isa Al-Masih lewat pengorbanan-Nya di kayu salib. Sebab, “. . . kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia . . . . bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus. . . .” (Injil, Surat 1 Petrus 1:18-19).
Suami yang sudah menerima hati baru dari Isa Al-Masih, akan dapat memperlakukan isterinya seperti Puteri Raja. Dia juga akan mengasihi isterinya tanpa syarat, sebagaimana Allah mengasihi dia tanpa syarat pula. Dengan demikian, akan tercipta pernikahan yang setia, penuh damai dan cinta kasih.
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut Anda, bagaimana menjaga agar pernikahan dapat tetap langgeng dan harmonis?
- Setujukah saudara bahwa isteri adalah penolong yang sepadan bagi suami? Sebutkan alasan saudara!
- Apa yang harus dilakukan agar suami dapat mengasihi isterinya tanpa syarat?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Pria Islam: Bagaimana Seharusnya Memperlakukan Isteri?”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
staff mengatakan
~
Untuk Sdr. Magdalena,
Mohon maaf, karena komentar Anda tidak berkait langsung dengan topik artikel. Dengan ini kami menghapus 4 kolom komentar Anda.
Namun, Anda tidak perlu kecewa, karena komentar Anda yang sama telah kami tanggapi pada artikel berikut: http://tinyurl.com/935f6fg. Silakan Anda cek.
Terimakasih.
~
Yuli
Boas Paguh mengatakan
~
Sebelumnya, saya berusaha memaknai positif surah Al Baqarah ayat 223. Tetapi kalau dilihat juga asbabun nuzulnya yang memiliki penjelasan yang berbeda-beda, dan apabila dilihat pemakaian kata-kata dalam surah itu plus bukti-bukti dari surah-surah lain, maka dapat dilihat bahwa istri memang kurang dihargai.
staff mengatakan
~
Sdr. Boas Paguh,
Terimakasih untuk komentar Anda.
Apa yang Anda sampaikan telah menegaskan kesimpulan menyeluruh tentang benang merah ajaran nabi umat Muslim terhadap cara memandang dan memperlakukan istri sebagai kaum wanita.
Kiranya hal ini dapat menjadi bahan perenungan bagi kita semua untuk menilai, memilah, dan memilih manakah ajaran Allah sejati yang harus kita aplikasikan dalam kehidupan nyata. Hanya ajaran Allah yang sejatilah yang membawa damai sejahtera baik pada diri sendiri, maupun keluarga & orang-orang di sekeliling kita.
~
Yuli
uciha mengatakan
~
Boas Paguh (2015-03-29 23:19) menulis:
“Sebelumnya, saya berusaha memaknai positif surah Al Baqarah ayat 223. Tetapi kalau dilihat juga asbabun nuzulnya yang memiliki penjelasan yang berbeda-beda, dan apabila dilihat pemakaian kata-kata dalam surah itu plus bukti-bukti dari surah-surah lain, maka dapat dilihat bahwa istri memang kurang dihargai”.
Anda bukanlah ahli tafsir dan Andapun tidak mengerti tentang Al-Quran. Masih banyak kemuliaan untuk wanita di dalam Al-Quran. Mungkin yang Anda baca untuk wanita yang telah berbuat dosa dan wanita dari orang kafir. Memang mereka sangat terhina di dalam Al-Quran terutama wanita penghujat Islam.
staff mengatakan
~
Sdr. Uciha,
Bagaimana Anda sendiri menjelaskan ayat berikut, apakah ini tentang wania kafir dan tidak termasuk Muslimah?
“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki . . . .” (Qs 2:223).
~
Yuli
uciha mengatakan
~
“…Allah Tritunggal adalah Allah yang Esa, bukan Allah yang polytheisme. Jadi Allah Tritunggal adalah monotheisme, dimana ketiga-Nya memiliki kesatuan (keesaan) eksistensi yang tak mungkin bertentangan satu dengan yang lain…”
Respon: sampai kiamat sepertinya tetap tidak bisa dipahami konsep Tritunggal. Makanya kebanyakan orang meninggalkan agamanya (Nasrani) ke agama lain karena trinitas. Tiga Tuhan tapi masih mau dikatakan esa. Makanya jangan memecah diri jika masih mau dikatakan esa.
staff mengatakan
~
Sdr. Uciha,
Jika Tuhan harus masuk akal dalam pikiran Anda sebagai manusia yang serba terbatas, maka yang menjadi Tuhan adalah Anda, bukan Tuhan. Bagaimanapun, makhluk ciptaan Tuhan tidak pernah bisa sepenuhnya memahami Penciptanya yang tidak terbatas. Nah, ajaran yang Anda terima melupakan konsep penting ini.
Saudaraku, jika misalnya Allah merahasiakan ketritunggalan-Nya, itu pun hak prerogatif-Nya. Namun justru dengan menyatakan ketritungalan-Nya, Allah sedang menyatakan kasih keselamatan-Nya kepada manusia berdosa. Melalui Isa Al-Masih, Pribadi kedua dari Allah Tritunggal, pelunasan hukuman atas dosa terlaksana supaya kita selamat.
~
Yuli
uciha mengatakan
~
“Saudaraku, jika misalnya Allah merahasiakan ketritunggalan- Nya, itu pun hak prerogatif-Nya. Namun justru dengan menyatakan ketritungalan-N ya, Allah sedang menyatakan kasih keselamatan-Nya kepada manusia berdosa. Melalui Isa Al-Masih, Pribadi kedua dari Allah Tritunggal, pelunasan hukuman atas dosa terlaksana supaya kita selamat”
Mmang benar itu adalah hak prerogatif Tuhan. Tapi Tuhan bukanlah bodoh jika Ia melakukan trinitas yang berdampak kehilangan sifat keesaanya yang artinya tunggal. Alkitab banyak mengatakan Tuhan adalah esa. Apakah Tuhan mau ditertawakan manusia karena mengaku esa tapi mempunyai tiga kepribadian yang berbeda?
staff mengatakan
~
Sdr. Uciha,
Tentang kata “esa” yang dimuat dalam Alkitab, silakan baca penjelasan kami di atas kepada Sdr. Mujahid (# Staff Isa Islam dan Kaum Wanita 2015-03-02 09:47). Lebih jelasnya silakan baca artikel berikut: http://tinyurl.com/d472uyd.
Kembali pada topik bahasan artikel, bagaimana dengan bunyi firman Allah dalam Taurat berikut: “TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Taurat, Kitab Kejadian 2:18), apakah sejauh ini Anda memandang istri sebagai rekan hidup yang sepadan dengan Anda sebagai pria? Ataukah sebaliknya, istri setingkat lebih rendah daripada pria seperti yang Al-Quran ajarkan? Kami tunggu tanggapan Anda.
~
Yuli
cari tau mengatakan
~
Staff IDI yth.,
Sang penyesat orang-rang awam, mengapa Anda mengait-ngaitkan ajaran Anda dengan Islam? Tidak cukupkah materi untuk kalian berceramah dengan dasar Alkitab Anda? Berhentilah dari yang kalian lakukan. Itu lebih baik.
Sekarang orang sudah pintar. Lihat saja di dunia Barat, orang-orang cerdas dan terpelajar semakin banyak yang masuk Islam dan meninggalkan ajaran lama mereka yang tidak rasional.
staff mengatakan
~
Sdr. Cari Tau,
Mari kita simak ulang isi artikel di atas. Ada kontradiksi mencolok dari ajaran Alkitab vs. Al-Quran mengenai bagaimana suami memperlakukan istri. Maka, tidak ada kelirunya bila setiap umat beragama belajar lebih sungguh mempelajari keduanya. Bukankah tujuan berumah tangga untuk mencapai kebahagiaan bersama?
Nah, dari uraian logis dalam artikel, tentu setiap orang yang berpikiran dewasa, logis, dan bernurani jujur akan melihat perbedaan nyata dari hasil masing-masing ajaran, apakah berkontribusi terhadap kebahagiaan dan keharmonisan rumah tangga?
Maka opini Anda bahwa di dunia Barat banyak orang lebih tertarik ajaran Al-Quran masih perlu dibuktikan dengan data statistik yang akurat, apalagi jika dibandingkan dengan jauh lebih banyaknya Muslim yang berbalik kepada Isa Al-Masih baik di Indonesia maupun negara-negara Timur Tengah karena ajaran yang mereka anut sebelumnya banyak bertentangan dengan moralitas dan logika.
~
Yuli