Saat itu, saya sedang menjalani perawatan di rumah sakit karena baru mengalami keguguran.
Di ruangan yang sama ada seorang ibu muda yang baru melahirkan anak pertamanya. Saya sangat terkejut ketika mengetahui dia baru berumur 16 tahun dan suaminya 18 tahun.
Saya menikah di atas usia 25 tahun. Di zaman ini, menikah di atas usia 25 tahun sudah umum. Walau memang, masih cukup banyak kita jumpai pernikahan di bawah umur.
Banyak orang kurang setuju dengan pernikahan dini. Tetapi, bagaimana ajaran Islam dan Nasrani tentangnya?”
Risiko Pernikahan Dini
Menurut sebuah survey, 44% perempuan yang menikah dini mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dengan tingkat frekuensi tinggi. Sisanya, 56% dalam frekuensi rendah. Dengan kata lain, pernikahan dini rentan terjadi KDRT.
Pernikahan dini juga berdampak buruk pada kesehatan reproduksi anak perempuan. Anak perempuan berusia 10-14 tahun memiliki kemungkinan meninggal lima kali lebih besar selama kehamilan atau melahirkan, dibandingkan perempuan berusia 20-25 tahun. Sementara itu, anak yang menikah pada usia 15-19 tahun memiliki kemungkinan dua kali lebih besar.
Risiko pernikahan dini mengakibatkan si anak tidak mampu mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Hanya 5.6% anak menikah dini yang masih melanjutkan sekolah setelah menikah.
Dengan risiko-risiko ini, apakah pernikahan dini suatu hal yang baik dan Allah menginginkannya?
Teladan Nabi Islam dalam Pernikahan Dini
Dari sudut pandang ajaran agama Islam, menikahi anak di bawah umur tidak salah. Nabi Islam menikahi Aisyah, istri terakhirnya, ketika Aisyah baru berusia sembilan tahun.
“. . . Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menikahi Aisyah saat ia berumur enam tahun, kemudian beliau hidup bersama dengannya (menggaulinya) saat berumur sembilan tahun” (Hadits Shahih Al-Bukhari 4761).
Dengan kata lain, nabi umat Muslim pun menikahi anak di bawah umur.
Pernikahan Dini Merusak Impian Anak
Seorang anak kecil harus mengubur semua impian dan cita-citanya. Mereka juga harus kehilangan indahnya masa anak-anak dan tidak bisa bermain bersama teman-temannya.
Mungkin bagi seorang anak yang akan menikah, mereka tidak akan merasa khawatir sebab pengetahuan seorang anak yang baru berusia belasan tahun tentang pernikahan tidak semapan orang dewasa. Pada saat akan lamaran, tidak ada ketakutan pada si anak.
Maka dalam hal ini sudah seharusnya orang dewasa dapat lebih paham bahwa menikahi anak di bawah umur sama halnya memperalat dan merusak hidup mereka.
Apakah ketika Nabi Islam menikahi Aisyah, dia tidak memikirkan risiko pernikahan dini dan dampak buruknya?
Ajaran Injil Mengenai Pernikahan yang Terbaik
Walaupun Isa Al-Masih tidak pernah menikah, Dia memberikan satu pengajaran yang indah tentang sebuah pernikahan.
“Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Injil, Rasul Besar Matius 19:5-6).
Isa Al-Masih memandang pernikahan adalah hal yang sakral. Pernikahan selayaknya dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai dan telah mempunyai pengetahuan yang cukup tentang pernikahan.
Cara Isa Al-Masih Memperlakukan Anak Kecil
Dalam hal ini, anak di bawah umur belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang pernikahan. Sehingga Isa Al-Masih mengajarkan bahwa orang tua perlu mendidik anak kecil sesuai bagian mereka.
Suatu hari Isa Al-Masih berkata pada murid-murid-Nya tentang bagaimana memperlakukan anak kecil. “Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut” (Injil, Rasul besar Matius 18:6)
Menikahkan anak di bawah umur termasuk sebuah penyesatan. Dan menurut Isa Al-Masih, orang yang menyesatkan anak kecil mendapatkan hukuman.
Akankah Anakmu Dinikahkan Usia Dini?
Menikahi anak di bawah umur merupakan pelanggaran perikemanusian. Sebab seorang yang menikahi anak di bawah umur sama dengan merampas masa depan si anak, merusak masa kanak-kanaknya, dan merampas kesempatan bagi anak untuk menemukan jati dirinya.
Seorang anak seharusnya mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Secara fisik, mental, sosial, dan mempunyai akhlak yang baik. Sebagai orang tua, masihkah kita membiarkan anak-anak kita untuk menikah di usia dini?
Untuk merasakan kasih Allah dan mendapatkan kuasa sebagai anak-Nya, kita perlu percaya kepada Isa Al-Masih sebagai Tuhan dan Juruselamat (Injil, Rasul Besar Yohanes 1:12). Maukah Anda belajar ajaran Isa lebih lanjut dan menerima-Nya?
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut
- Bagaimana pendapat Saudara tentang pernikahan dini?
- Mengapa Muhammad mengambil Aisyah, anak di bawah umur, sebagai isterinya?
- Menurut Saudara, bagaimana cara menyikapi dan menghindari pernikahan dini?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Artikel Terkait:
- Bagaimana Ajaran Pernikahan dan Perceraian Dalam Al-Quran dan Injil?
- Pernikahan di Bawah Umur: Dampaknya Apa? Sesuaikah Kitab Allah?
- Pernikahan Dini Dalam Islam
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS/WA ke: 0812-8100-0718
*
Pendapat saya:
Mendidik anak dan menyertainya menuju pribadi yang dewasa (secara rohani) hingga menjadi pribadi yang bisa melakukan pilihan yang baik dan bijaksana.
Saya yakin pribadi yang dewasa akan melakukan pilihannya bukan berdasarkan kelebihan atau keterbatasan yang ada pada dirinya, atau karena paksaan dari orang lain atau orang tuanya.
Pribadi yang dewasa akan menyandarkan setiap pilihan dalam hidupnya pada kehendak Allah atau apa yang Allah kehendaki.
Jadi saya tidak setuju dengan pernikahan dini sebagai pilihan atas jawaban terhadap masalah yang terjadi.
~
Saudara Anjo, terima kasih atas pendapatnya.
Kami sependapat dengan saudara, karena dengan pernikahan dini justru sama saja dengan merampas masa depan si anak, merusak masa kanak-kanaknya, dan merampas kesempatan bagi anak untuk menemukan jati dirinya. Seorang anak seharusnya mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Baik secara fisik, mental maupun sosial dan mempunyai akhlak yang baik.
~
DA
~
“Dan ketika mereka terus menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barang siapa diantara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu” (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:7).
Kalau anda pengikut Kristus yang baik, tolong hayati ayat tersebut. Kalian menganggap ajaran agama lain (Islam) seperti perempuan pelacur dalam ayat tersebut. Dan kalian melempar batu dengan menganggapnya sebagai ajaran yang salah. Karena anda menganggap kalian dan ajaran kalian adalah yang suci. Kalian sesungguhnya telah keluar dari ajaran Kristus.
~
Saudara Hadi Atmanto,
Tujuan kami bukan untuk menghakimi atau memberikan hukuman karena semua itu adalah hak Allah. Tetapi sebaliknya tujuan kami adalah untuk menyampaikan ajaran Isa Al-Masih. Khususnya pada artikel di atas membahas mengenai pernikahan dini.
Isa Al-Masih mengajarkan, anak kecil harus dididik sesuai dengan porsi mereka. Artinya tidak patut bukan bila kita menikahkan anak-anak kita diusia dini. Nah, dari sini kita dapat melihat ajaran mana yang pantas diteladani.
~
Daniar
~
Memang pada zaman sekarang wanita berumur 9 tahun itu masih dianggap anak-anak tetapi zaman dulu dan juga di kota Arab itu wanita yang berumur 9 tahun itu sudah dapat dikatakan dewasa secara mental dan fisik. Jadi jangan terlebih dulu menyimpulkan pemikiran nabi Muhammad sebelum mempelajari kehidupan zaman dulu.Tulisan ini tidak sesuai dengan etika yang menjelek-jelekkan seseorang atau sebuah agama.
~
Saudara Riski benar, wanita berumur 9 tahun itu masih dianggap anak-anak. Artinya tidak pantas bukan bila dinikahkan. Karena anak berumur 9 tahun itu masih duduk di bangku SD kelas empat. Bagaimana dengan Sdr. Riski apakah mempunyai anak atau adik atau keponakan yang berumur 9 tahun? Bila mempunyai tentu dapat membayangkan, bagaimana bila mereka sudah dinikahkan apalagi dengan orang yang jauh lebih tua dari mereka?
Sdr. Riski, menurut saudara di kota Arab itu wanita yang berumur 9 tahun itu sudah dapat dikatakan dewasa secara mental dan fisik. Dapatkah saudaraku menjelaskan hal ini?
Sdr. Riski, kami bukan untuk menjelekkan siapapun. Tapi mari kita merenungkan dan memikirkan hal ini bersama. Bukankah saudara juga mengakui bahwa umur 9 tahun masih tergolong anak-anak. Jadi, apakah teladan nabi saudara dalam hal ini masih relevan?
Demikian dari kami kiranya menjadi pemahaman baru bagi Sdr. Riski.
~
Daniar
~
Riski,
Apakah ada bukti sejarah ilmu pengetahuan zaman dulu yang mengatakan bahwa di Arab Saudi kanak-kanak usia 9 tahun sudah dikatakan matang dan dewasa?
~
Terimakasih Sdr. Maruli,
Apa yang Anda pertanyakan perlu mendapat perhatian bukan hanya bagi Sdr. Riski, tapi kepada setiap rekan yang selama ini hanya menerima informasi dari para tokoh dan memegangnya sebagai suatu kebenaran tanpa menguji kesahihan sumbernya terlebih dahulu.
Prinsip yang perlu kita pegang bersama adalah: kebenaran selalu dapat dijelaskan dan dibuktikan.
~
Yuli
~
Sdr. Anjo yang saya hargai,
Apakah Anda sudah tahu kalau Kristen itu agama yang betul? Sungguh, Kristen agama yang salah. Coba pikirkan dalam hati mengapa kitab Injil selalu ada perubahan? Apakah kitab harus disamakan dengan majalah atau koran?
Sungguh, Kristen telah memanipulasi bahasa. Isa itu nabi, bukan Yesus yang di katakan Tuhan. Allah Bapa, Yesus Tuhan, Roh Kudus? Apakah itu betul?!
Al-Quran adalah kitab yang sempurna dari zaman dulu sampai sekarang. Tidak ada perubahan.
~
Sdr. Dia,
Ada baiknya Anda telaah ulang tulisan Sdr. Anjo. Dalam menyikapi fenomena pernihakan dini, Sdr. Anjo menggunakan 3 kalimat kunci yang berkait erat dengan isi Alkitab:
– “… pribadi yang dewasa (secara rohani) …”
– “… pilihan yang baik dan bijaksana …”
– “… apa yang Allah kehendaki …”
Jika Anda pernah membaca Alkitab, Anda akan menemui kesesuaian tulisan Sdr. Anjo dengan ayat-ayat Alkitab berikut:
“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Kitab Zabur 90:12)
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Injil, Surat Roma 12:2)
Tentu Anda sendiri tidak menyangkal kebenaran isi ayat tersebut, bukan? Nah, tentu saja dengan kebenaran itu pula, Sdr. Anjo meyakini bahwa Kristen yang berlandaskan firman Tuhan dalam Alkitab adalah benar adanya.
Tuduhan bahwa Alkitab telah diubah muncul dari kebutaan pemahaman atas sejarah. Al-Quran yang menginspirasi tuduhan Anda baru muncul 7 abad setelah Alkitab beredar luas. Tidak seperti Alkitab yang manuskrip aslinya masih tersimpan baik hingga kini sejak lebih dari 2000-an tahun yang lampau, manuskrip asli Al-Quran justru lenyap, tak ada yang terselamatkan.
Ada baiknya Anda mempelajari 2 artikel penting berikut: http://tinyurl.com/l6vb2v8 dan http://tinyurl.com/lbr3qew.
~
Yuli
~
“Tuduhan bahwa Alkitab telah diubah muncul dari kebutaan pemahaman atas sejarah. Al-Quran yang menginspirasi tuduhan Anda baru muncul 7 abad setelah Alkitab beredar luas. Tidak seperti Alkitab yang manuskrip aslinya masih tersimpan baik hingga kini sejak lebih dari 2000-an tahun yang lampau, manuskrip asli Al-Quran justru lenyap, tak ada yang terselamatkan”
Tetapi kekeristenan baru ada setelah 320 tahun setelah Yesus diangkat kelangit. Bahkan banyak tradisi yang dijadikan dogma di Roma. Gereja beserta atributnya apakah Yesus yang mengadakan? Bahkan Natal banyak diadopsi dari kelahiran dewa Ra dan pohon natal dari cerita suku di Jerman.
~
Sdr. Uciha,
Apa yang Anda tuliskan adalah salah satu bukti kebutaan fakta sejarah.
Silakan Anda kunjungi artikel berikut untuk meluruskan pandangan-pandangan Anda yang keliru:
– jemaat kristen mula-mula: http://tinyurl.com/nfalkyg => Kitab Kisah Para Rasul yang memuat sejarah jemaat Kristen mula-mula ditulis tahun 65M. Jadi, teori Anda bahwa kekristenan ada tahun 320M gugur.
– sejarah dan makna Natal: http://tinyurl.com/7wb7ehu
Ohya, Sdr. Uciha, bagaimana dengan manuskrip asli Al-Quran yang tidak pernah ditemukan, sudahkah Anda membaca fakta sejarahnya?
~
Yuli
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita (2015-09-28 12:41) menulis:
“Sdr. Uciha,
Apa yang Anda tuliskan adalah salah satu bukti kebutaan fakta sejarah”.
Kalian umat Nasrani terlalu percaya dengan Paulus. Coba anda baca siapa Paulus, bagaimana pendustanya si Paulus.
~
Sdr. Uciha,
Untuk pertanyaan kami terakhir saja (bagaimana dengan manuskrip asli Al-Quran yang tidak pernah ditemukan, sudahkah Anda membaca fakta sejarahnya?) tidak mampu Anda jawab. Tentu hal-hal lain yang Anda jadikan argumentasi pembelaan juga patut diragukan kebenarannya.
Maka, berfokuslah lebih dahulu pada pokok bahasan awal untuk membuktikan validitas kebenaran yang Anda bawa. Dengan demikian, argumentasi Anda selanjutnya akan lebih berbobot.
~
Yuli
~
Ada Nasrani yang mampu menjawab: Kalau Yesus sudah turun untuk menyucikan, menyelamatkan, dan menebus manusia dari dosa, maka kalian sudah tidak perlu hukum apa pun lagi karena kalian sudah terbebas dari dosa dan tinggal masuk ke dalam surga. Kalau itu yang terjadi, lantas untuk apa gunanya Alkitab?
Ketuhanan Yesus hanya menjadi dogma di dalam Alkitab. Roh kudus pun mereka kenal karena ditulis di dalam Alkitab. Nasrani percaya (beriman) kepada tulisan Paulus. Mereka pengikut dogma Paulus.
~
Sdr. Usil,
Pengorbanan Yesus bukan hanya berdampak pada pengampunan dosa dan jaminan keselamatan kekal, tapi juga pembaruan hati dan hidup setiap umat tebusan-Nya. Dari hamba dosa menjadi hamba kebenaran yang tunduk pada Hukum Kasih Isa Al-Masih. Inilah firman Allah bagi umat tebusan Isa Al-Masih: “Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran” (Injil, Surat Roma 6:18).
Roh Kudus nyata berkarya dalam diri pengikut Isa Al-Masih, terbukti saat mereka mampu mencerna dengan baik dan mempraktikkan ajaran moral Isa Al-Masih.
Roh Kudus tentu saja tidak dapat Anda rasakan karena Anda menolak keilahian Isa yang adalah Allah Tritunggal yang esa dalam kesatuan kekal bersama Bapa dan Roh Kudus. Itulah sebabnya Anda kesulitan menilai tindakan amoral nabi Anda yang menikahi anak sembilan tahun.
~
Yuli