Mungkin Anda pernah bertanya, “mengapa ada banyak sekali terjadi perceraian?”
Saya membaca bahwa kasus perceraian meningkat. Bahkan yang mengejutkan makin lama makin banyak istri yang meminta cerai kepada suaminya.
Hal ini sangat mengkhawatirkan. Karena saya sedang merencanakan pernikahan.
Bagaimana saya bisa yakin rumah-tangga kami akan langgeng? Apa panduan terbaik untuk bisa membangun rumah tangga yang bahagia?
Mari simak pencarian saya. Agar kita bisa belajar mendapatkan kebahagiaan dalam rumah-tangga.
Berita Mengejutkan dari Keluarga Saya
Saya berasal dari keluarga sederhana di Sumatra Utara. Namun saya sudah lama terpisah dari mereka karena merantau ke kota saat kuliah.
Belum lama ini saya mendengar berita mengejutkan. Bahwa kedua orang-tua saya sedang dalam proses perceraian. Dan yang lebih mengejutkan lagi, mama yang mengajukan gugatannya.
Saat bertanya, mama menjelaskan alasannya. Yaitu ia sudah tidak tahan dengan perlakuan ayah.
Rupanya selama ini ia menderita. Mama merasa ayah kurang perhatian. Ayah sering berkata kasar dan memukulnya.
Hal ini tentu sangat mengejutkan saya. Karena saya sudah tunangan dengan Bahri. Dan berencana mempersiapkan pernikahan. Saya menjadi takut memulai rumah-tangga. Bagaimana saya bisa yakin tidak akan mengalami yang kedua-orang tua saya alami?
Kasus Istri Minta Cerai Makin Marak
Terpicu dengan keadaan keluarga, membuat saya mencari informasi di media online. Saya menemukan rupanya memang kasus perceraian meningkat di Indonesia.
Data dari BPS (Badan Pusat Statistik) menyatakan demikian. Bahwa pada tahun 2022 kasus perceraian meningkat 53,5 persen. Dengan total 447.743 kasus.
Menariknya sebagian besar adalah gugatan istri meminta cerai kepada suami. Yaitu sebanyak 75,34 persen.
Saya juga terkejut saat melihat daerah-daerah yang terbanyak mengajukan gugatan cerai. Peringkat pertama adalah Jawa Barat. Sejumlah 21,9 persen dari total kasus perceraian nasional.
Pola yang sama terjadi. Kasus di Jawa Barat sebagian besar adalah gugatan cerai dari pihak istri. Yaitu sebanyak 75,6 persen.
Saya juga sempat mencari tahu daerah lainnya, misalnya Aceh. Rupanya kasus perceraian meningkat juga di sana. Dan sama, sebagian besar dari gugatan istri. Di Aceh ada 6.823 perkara perceraian sepanjang 2022. Dan 5.213 diantaranya istri gugat cerai suami.
Perenungan Saya Menyikapi Maraknya Kasus Perceraian
Saya sangat gelisah mengetahui semua berita ini. Saya jadi memiliki beberapa pertanyaan.
- Mengapa sebagian besar istri yang mengajukan gugatan cerai?
- Mengapa daerah yang banyak perceraian adalah daerah yang seharusnya “religius”?
Bukankah justru sudah ada peringatan keras dalam hadits mengenai hal ini? “Wanita mana saja yang minta cerai kepada suaminya bukan karena alasan yang dibenarkan, maka ia tidak akan mendapatkan bau surga” (Sunan Ibnu Majah No. 2045).
Akhirnya saya memutuskan untuk bertanya kepada ustadzah. Saya mau belajar agar bisa terhindar dari kesalahan untuk saya membangun rumah-tangga yang baik.
Penyebab Banyak Istri Meminta Cerai
Ustadzah menjelaskan bahwa perceraian tidak baik. Tapi diperbolehkan dalam Islam. Umat perlu memastikan untuk memiliki alasan yang kuat jika bercerai.
Istilah gugatan cerai istri adalah khulu. Yang secara bahasa berarti melepaskan. Yaitu seperti orang melepaskan pakaian.
Karena pernikahan adalah seperti orang mengenakan pakaiannya. “. . . mereka (istri-istri kamu) itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka . . .” (Qs 2:187).
Selanjutnya ustadzah memang mengakui kasus perceraian meningkat di kalangan umat. Alasannya, karena banyak yang salah pengertian. Sehingga suami sering bertindak tidak baik kepada istrinya.
Beberapa contoh salah pemahaman adalah:
- Suami boleh memukul istri (Qs 4:34).
- Istri tidak boleh menolak ajakan berhubungan intim (Hadits Bukhari 4794).
- Tekanan tugas istri hanya untuk melayani suami dengan taat (Hadits Ahmad No.12153).
- Konflik keluarga karena poligami (Qs 4:3).
Semua hal ini membuat istri merasa tidak dihargai. Sehingga menyebabkan konflik besar dan memicu banyak gugatan cerai dalam masyarakat religius.
Pandangan Psikolog Mengenai Perceraian
Penjelasan ustadzah memang baik. Namun malah membuat saya lebih khawatir. Karena bisa saja keadaan itu menimpa saya.
Akhirnya saya mengunjungi teman (Utami). Ia adalah seorang psikolog.
Utami menjelaskan dalam budaya Timur kadang para istri merasa kurang dihargai. Ada banyak perlakuan suami yang kurang memperhatikan perasaan istrinya.
Misalnya dalam beberapa budaya, wajar suami berkata kasar pada istri bahkan memukulnya. Atau suami kurang meluangkan waktu untuk keluarga. Suami jarang memuji istri dan sebagainya.
Utami menjelaskan, tanggung-jawab seorang suami tidak hanya memberikan nafkah lahiriah. Namun juga perhatian dan penghargaan secara batin.
Setelah mendengarkan, saya meminta nasihatnya. Saya menanyakan bagaimana saran untuk memulai keluarga yang baik.
Utami menyarankan supaya saya mengenali calon suami. Melihat nilai-nilai kehidupannya. Penting membangun komunikasi yang sehat dan terbuka pada masa pacaran.
Panduan Kebenaran untuk Membangun Rumah Tangga
Selanjutnya Utami juga menyatakan kita perlu memiliki panduan kebenaran yang menjadi prinsip dasar kehidupan. Agar bisa membangun keluarga yang sehat.
Utami bertanya: “Dalam hal ini bolehkah saya memberitahu beberapa panduan?” Saya menjawab: “Silakan saja. Saya memang memerlukan banyak bimbingan.”
Utami menyatakan ia mengikuti teladan kebenaran Isa Al-Masih. Karena Isa mengajarkan Hukum Kasih. Beberapa contohnya:
1. Prinsip agung Allah dalam pernikahan.
“Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Injil, Matius 19:6).
Pernikahan menurut ajaran Isa adalah dua pribadi yang menjadi satu. Yaitu bersatu dalam berkat dan Rahmat Allah. Untuk menjalani kehidupan bersama.
Karena itu umat Nasrani tidak boleh bercerai. Karena menyadari bahwa Allah yang menyatukan dan memberi barokah bagi keluarga.
2. Kasihilah sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri (Injil, Matius 22:39).
Ini adalah salah satu hukum kasih yang terutama. Penerapan prinsip ini sangat penting.
Artinya, di antara pasangan tidak berlaku kasar. Karena kita sendiri juga tidak mau mendapat perlakuan kasar. Kita perlu saling menghormati. Karena kita juga mau mendapat penghargaan, bukan?
Termasuk dalam hal mengampuni. Kita manusia pasti berbuat salah. Dengan hukum kasih pasangan suami istri belajar saling mengampuni.
3. Unsur kasih dan penghargaan.
“. . . [suami] kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya” (Injil, Surat Efesus 5:33).
Secara psikologi kedua hal ini merupakan unsur penting dalam pernikahan. Yaitu suami membutuhkan penghormatan. Dan istri membutuhkan kasih sayang.
Prinsip ini rupanya adalah prinsip dalam Injil. Hukum kasih memberikan rumusan agar keluarga bisa langgeng.
Respon Baik Bahri, Tunangan Saya
Saya terkesan dengan penjelasan Utami. Sejak saat itu saya lebih sering lagi menghubunginya untuk belajar.
Saya juga mengutarakan semua hal ini kepada Bahri. Agar ia bisa belajar ajaran kasih Isa.
Pada awalnya ia menolak. Namun setelah saya jelaskan beberapa kali ia mau memberikan kesempatan.
Saat belajar akhirnya Bahri juga menjadi tertarik. Ia melihat betapa agungnya ajaran kasih Isa.
Poin yang membuka hatinya adalah prinsip dasar pernikahan. Yang menyatakan pernikahan adalah penyatuan dua pribadi. Dan bukan hanya sekadar seperti pakaian saja.
Kasih Allah untuk Rumah-Tangga
Saya dan Bahri akhirnya menyadari kebenaran. Bahwa kasih Allah adalah panduan terbaik bagi rumah-tangga. Dan bahkan untuk kehidupan manusia.
Allah memberikan teladan kasih-Nya. Terutama dengan pengorbanan Isa. Yaitu Ia sebagai perwujudan Kalimatullah yang tersalib.
Melalui-Nya, jika kita mengimani dan menjadi pengikut Isa maka Allah menyelamatkan. Dengan memberikan pengampunan dosa.
Ia juga akan membimbing kita hidup dalam kasih. Sehingga kita bisa membangun keluarga yang bahagia.
“. . . Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita . . . Kristus [Isa Al-Masih] telah mati untuk kita . . . [sehingga kita] menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup [masuk surga] . . .” (Injil, Surat Roma 5:8,17).
Maukah Anda menerima kasih Allah? Juga panduan-Nya bagi kehidupan rumah tangga? Mari mengimani Isa Al-Masih!
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Bagaimana Ajaran Pernikahan dan Perceraian Dalam Al-Quran dan Injil?
- Berkenan Kepada Allah Bila Muslim Bercerai Karena Tidak Punya Anak?
- Bagaimana Derajat Wanita dan Keutamaan Laki-Laki dalam Islam?
Video:
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut Saudara mengapa sebagian besar perceraian berasal dari gugatan istri kepada suami?
- Menurut Saudara mengapa hal ini banyak terjadi justru di daerah yang seharusnya religius?
- Bagaimana pendapat Saudara mengenai panduan hukum kasih Isa Al-Masih untuk kehidupan keluarga?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”