Menurut Kitab Suci Injil, suami dan isteri harus “Tunduklah(atau ‘rendahkan diri’) seorang kepada yang lain . . .”Namun ayat berikutnya mengajarkan, “Hai para isteri tunduklah kepada suamimu, seperti kepada Tuhan” (Injil, Surat Efesus 5:21-22). Apakah suami-isteri saling tunduk merupakan sikap terbaik dalam rumah-tangga?
Perlukah Suami Mendengar Nasihat Isteri?
Apakah dua ayat suci di atas kontradiksi? Tidak! Suami salah bila tidak mengijinkan isteri berbicara dan memberikan pandangannya. Kadang-kala suami perlu tunduk dan mengikuti nasihat isteri. Tapi keputusan terakhir, setelah berunding, ada pada suami.
Yon Roni Askosendra, tokoh Islam, sangat setuju dengan ajaran saling tunduk ini. Ia mengatakan “Ketaatan isteri harus dibarengi dengan sikap suami untuk berkonsultasi dan minta masukan pada isterinya. . .”
Ketaatan Isteri Menurut Hadist
Namun sebuah Hadits memberi kesan lain, “Kalau suami menyuruh isteri membawa pukulan batu dari gunung merah ke gunung hitam, dia harus menaatinya dengan sepenuh hatinya”(Ibn-e-Majah, Vol. 1, bab 592). Kesannya, isteri cukup tunduk saja. Tanpa berpikir atau memberi nasehat pada suami. Karena isteri adalah hak mutlak suami.
Hadis lain menuliskan “Jika seorang isteri itu telah menunaikan solat lima waktu dan berpuasa pada bulan ramadhan dan menjaga kemaluannya daripada yang haram serta taat kepada suaminya, maka dipersilakanlah masuk ke syurga dari pintu mana sahaja kamu suka” (Hadist Riwayat Ahmad dan Thabrani).
Jika ketaatan isteri kepada suami menjadi syarat masuk sorga, seolah-olah wanita itu lebih rendah daripada suami, bukan?
Bolehkah Isteri Menolak Perintah Suami?
Ketundukan isteri kepada suami ada batasnya. Ummu Aiman mengatakan “. . . jika suami menyuruh kepada isteri untuk melakukan kemaksiatan dan menerjang aturan-aturan Allah. Untuk yang satu ini kita tidak boleh mematuhinya . . .”
Tidak ada suami yang sempurna, yang tidak membutuhkan nasihat atau pendapat isterinya. Karena itu saling menasihati dan tunduk adalah cara terbaik dalam hidup berumah tangga.
Nasihat isteri dan Martabat Suami
Mendengarkan nasihat isteri tidaklah merendahkan martabat suami. Sebaliknya, membuktikan kasih suami kepada isterinya. “Maka bersikap rendah hatilah. Dengarkan nasihat … isterimu dengan cinta … Dan, lakukanlah jika muatannya baik …” nasihat Pirman Bahagia, seorang penulis Muslim.
Kehidupan rumah tangga pasti bahagia jika suami dan isteri saling tunduk dan mau menerima nasihat.
Pergumulan Dosa Egoisme Dalam Rumah Tangga
Seringkali kehidupan keluarga tidak bahagia karena dosa-dosa yang mereka lakukan. Seperti: egois dan otoriter. Isa Al-Masih dapat memberikan kelepasan dari dosa itu dan kebahagiaan hidup.
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Mengapa ketaatan mutlak isteri kepada suami kurang baik dalam hidup berumah-tangga
- Mengapa sikap saling tunduk merupakan sikap terbaik dalam hidup berumah-tangga
- Bagaimanakah relasi antara dosa, kebahagiaan rumah-tangga, dan Isa Al-Masih?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda*****pada komentar-komentar yang kami merasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas.Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Silakan mengirimkan pertanyaan Anda lewat email ke: "> atau SMS ke: 0812-8100-0718.
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Suami-Isteri Islam-Kristen – Saling Tunduk”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
~
Astagfirullah… Orang Kristen kafir najis bicara tentang Islam? Beginilah jadinya. Peremehan, sinisme, dan penghinaan terhadap ajaran Islam yang suci dan mulia berkedok dialog. Kalian memang kafir najis!
Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang kafir musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini.” (Al-Quran surah At-Taubah ayat 28).
~
Sdr. Ibnu Lahm,
Terimakasih untuk komentar Anda. Namun nampaknya Anda belum benar-benar membaca dan memahami isi artikel di atas.
Silakan Anda tunjukkan bagian manakah pada artikel yang meremehkan dan menghina ajaran Islam? Atau, apakah Anda tengah memiliki masalah rumah tangga berkait dengan isi artikel di atas? Bukankah tokoh-tokoh Islam sendiri juga menganjurkan untuk suami – istri saling menasihati dan saling tunduk di jalan kebenaran demi keharmonisan rumah tangga? Apakah Anda tidak sepaham dalam hal ini? Kami tunggu tanggapan Anda.
~
Yuli
~
Menghadirkan topik seperti ini sangat tepat, tetapi entah mengapa yang dari pihak Islam merasa topik seperti ini kurang berisi atau mungkin ada hal yang lain.
Saya sangat yakin mengapa dari pihak Islam enggan berkomentar dalam hal ini karena hukum pernikahan antara Kristen dan Islam berbeda. Inti dari ketiga poin pertanyaan di atas adalah:
“Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Injil, Rasul Besar Matius 19:6)
“Sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu” (Injil, Rasul Markus 10:8)
Dari ajaran Isa Al-Masih di atas, mudah menjawab ketiga poin pertanyaan itu. Tetapi Islam akan kesulitan karena hukum pernikahan mereka condong berpihak kepada suami.
~
Sdr. Boas,
Tepat apa yang Anda sampaikan. Dasar utama perkawinan bahagia yang Allah kehendaki bagi manusia bersumber pada sabda Isa Al-Masih dalam ayat Injil seperti yang Anda kutipkan. “Bukan lagi dua, melainkan satu” mengandung makna kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan, bukan lagi dominasi demi keuntungan salah satu pihak. Konsep kesatuan utuh inilah yang membawa kebahagiaan rumahtangga.
Selama konsep “dua menjadi satu daging” ditolak, yang ada hanyalah eksploitasi antar pasangan, bahkan ketidaksetiaan atau perceraian, jauh dari kebahagiaan sejati sebagaimana Allah kehendaki.
~
Yuli
~
Ada Nasrani yang mampu menjawab: Kalau Yesus sudah turun untuk menyucikan, menyelamatkan, dan menebus manusia dari dosa, maka kalian sudah tidak perlu hukum apa pun lagi karena kalian sudah terbebas dari dosa dan tinggal masuk ke dalam surga. Kalau itu yang terjadi, lantas untuk apa gunanya Alkitab?
Ketuhanan Yesus hanya menjadi dogma di dalam Alkitab. Roh kudus pun mereka kenal karena ditulis di dalam Alkitab. Nasrani percaya (beriman) kepada tulisan Paulus. Mereka pengikut dogma Paulus.
~
Sdr. Usil,
Pengorbanan Yesus bukan hanya berdampak pada pengampunan dosa dan jaminan keselamatan kekal, tapi juga pembaruan hati dan hidup setiap umat tebusan-Nya. Dari hamba dosa menjadi hamba kebenaran yang tunduk pada Hukum Kasih Isa Al-Masih. Inilah firman Allah bagi umat tebusan Isa Al-Masih: “Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran” (Injil, Surat Roma 6:18).
Roh Kudus nyata berkarya dalam diri para pengikut Isa Al-Masih, terbukti saat mereka mampu mencerna dengan baik dan mempraktikkan ajaran kasih Isa Al-Masih. Salah satunya hidup saling tunduk dan mengasihi antar suami – istri seperti isi artikel di atas.
Roh Kudus tentu saja tidak dapat Anda rasakan karena Anda menolak keilahian Isa yang adalah Allah Tritunggal yang esa dalam kesatuan kekal bersama Bapa dan Roh Kudus. Itulah sebabnya Anda tidak mampu melihat kebenaran.
~
Yuli
~
Staf IDI,
Kalau Yesus yang katanya adalah jelmaan Tuhan dan mati terbunuh di tangan tentara Romawi untuk menebus dosa manusia, lalu bagaimana dengan umat terdahulu sebelum Yesus dibunuh? Siapa yang menebus mereka dan apa hukuman buat tentara Romawi yang telah menganiaya Yesus dengan begitu kejam? Apa dosa mereka itu juga ditebus oleh Yesus?
Lalu, adakah rasul-rasul terdahulu sebelum Yesus mengajarkan tebusan dan dosa warisan? Mohon pencerahannya tapi berdasarkan ayat Alkitab, jangan opini Staff IDI.
~
Sdr. Manusia Biasa,
Bacalah Injil Yohanes 1:1-14. Dalam kekekalan Yesus adalah Firman Allah. Maka dalam Taurat pun sabda Allah adalah sabda Yesus itu sendiri. Selagi rencana keselamatan Allah melalui kematian Yesus belum tergenapi, maka setiap orang yang hidup di zaman sebelum Yesus, jika ia taat kepada firman Allah berarti taat kepada Yesus sehingga diselamatkan. Nah, demikian pula dengan manusia yang hidup setelah kematian dan kebangkitan Yesus tergenapi. Jika ia menerima karya penebusan Yesus, artinya ia taat kepada Yesus dan diselamatkan.
Sebelum Yesus datang ke dunia, tidak dikenal jabatan rasul. Yang ada adalah nabi. Yang disebut rasul adalah para murid Yesus yang mengajarkan apa yang Yesus sabdakan dan teladankan dalam Injil.
Semua nabi sebelum Yesus telah mendapat wahyu Allah mengenai natur dosa serta keselamatan manusia berdosa dengan jalan penebusan. Bacalah:
– Taurat, Kitab Kejadian 3:21 => saat Adam – Hawa berdosa, Allah membunuh binatang, mengambil kulitnya untuk menutupi rasa malu Adam-Hawa atas ketelanjangan mereka. Ini lambang penebusan: nyawa binatang menggantikan hukuman maut manusia berdosa.
– Taurat, Kitab Kejadian 22:1-19 => Ishak, anak Abraham digantikan nyawanya dengan seekor domba jantan bagi persembahan kepada Allah
– Taurat, Kitab Imamat 17:11 => di era Musa, darah binatang sebagai lambang tebusan nyawa manusia akibat dosanya
– Zabur Mazmur 103:4 => Daud mengakui Allah sebagai penebusnya
– Kitab Nabi Yesaya 43:4 => Manusia Yesus sebagai pengganti/penebus manusia berdosa.
~
Yuli
~
Staff IDI,
Saya pernah membaca Alkitab dan di situ menceritakan kisah seorang nabi yang berzinah dengan kedua putri kandungnya.
Mohon solusi bagaimana caranya untuk mengamankan Alitab agar jangan sampai dibaca oleh anak yang masih di bawah umur sebab itu akan sangat berbahaya dan dapat merusak moral mereka.
~
Sdr. Cari Tahu,
Hal pertama yang perlu Anda pelajari adalah apakah tugas nabi? Nabi adalah hamba Allah yang dipanggil untuk menyampaikan firman Allah. Nah, jika yang Anda maksudkan adalah tokoh bernama Lot, Alkitab tidak pernah mencatatnya sebagai nabi karena ia tidak pernah dipanggil Allah untuk menyampaikan firman-Nya kepada umat manusia. Ia hanyalah keponakan Abraham yang seringkali bertindak tidak selaras dengan kehendak Allah, lebih memilih jalan hidupnya sendiri. Meskipun demikian, Allah tetap berbelas kasih kepadanya demi Abraham, orang yang Allah kasihi. Itulah sebabnya Allah masih berkenan menyelamatkannya dari kebinasaan Sodom dan Gomora.
Hal kedua yang perlu Anda pelajari adalah berpikirlah dewasa, baca teks secara keseluruhan, ambil intisari dan nilai pengajarannya. Begitulah cara orang dewasa mengajarkan segala sesuatu yang berguna bagi anak-anak. Kebobrokan manusia berikut konsekuensi negatifnya ditulis dalam Alkitab agar kita semua menyadari dan waspada terhadap dosa yang sama/serupa. Dengan demikian, Alkitab firman Allah mengajarkan kita untuk menjauh dari dosa dan mendekat kepada Allah.
~
Yuli
~
Kita perlu tahu tugas suami mendidik dan membimbing isterinya. Jika si isteri tidak tunduk pada suami, bagaimana suami mahu membimbing isteri. Di dalam ajaran Islam segala kesalahan isteri akan ditanggung suami jika suami tidak membimbingnya.
~
Sdr. Muslim,
Kami setuju dengan pendapat sdr bahwa suami bertanggung-jawab membimbing isteri. Namun bukan berarti suami berhak memperlakukan isteri semena-mena dan sesuka hatinya, bukan?
Isteri adalah pendamping suami yang Allah berikan lewat pernikahan. Sebagai seorang pendamping, isteri mempunyai hak yang sama dengan suami. Isteri juga berhak mengingatkan suami, jika suami melakukan kesalahan.
Apakah menurut sdr suami selalu berada di pihak yang benar? Tentu tidak!
Mendengarkan nasihat isteri tidaklah merendahkan martabat suami. Sebaliknya, membuktikan kasih suami kepada isterinya. Kehidupan rumah tangga pasti bahagia jika suami dan isteri saling tunduk dan mau menerima nasihat.
~
Saodah
~
To Staff Isa dan Islam:
1)Apa bukti Yesus adalah Tuhan, yang sudah turun menyelamatkan dengan menebus dan menyucikan kalian dari semua dosa dalam perbuatan, yang oleh karenanya kalian tinggal masuk kedalam surga, kalau ternyata masih dibutuhkannya Alkitab oleh kalian sebagai pedoman, hukum dan ajaran agar kalian selamat dari dosa dalam perbuatan?
2)Apa bukti Yesus sudah turun sebagai terang bagi kalian agar tidak sesat, kalau ternyata masih dibutuhkannya Alkitab oleh kalian agar tidak sesat?
3)Apa bukti Yesus adalah Tuhan yang sudah turun agar ia dapat dikenal sebagai Tuhan oleh kalian, kalau ternyata masih dibutuhkannya Alkitab oleh kalian agar Ia dapat dikenal sebagai Tuhan?
~
Sdr. NL,
Artikel di atas membahas tentang bagaimana sebaiknya suami isteri saling tunduk. Di bagian akhir artikel kami juga sudah menyediakan tiga pertanyaan fokus yang dapat ditanggapi. Berikut ketiga pertanyaan tersebut:
1. Mengapa ketaatan mutlak isteri kepada suami kurang baik dalam hidup berumah-tangga
2. Mengapa sikap saling tunduk merupakan sikap terbaik dalam hidup berumah-tangga
3. Bagaimanakah relasi antara dosa, kebahagiaan rumah-tangga, dan Isa Al-Masih?
Jadi kiranya komentar sdr hanya menangani artikel di atas, atau menjawab salah satu pertanyaan tersebut.
Jika sdr ingin bertanya soal ke-Ilahian Isa Al-Masih, sdr dapat membaca penjelasan kami pada artikel ini: http://tinyurl.com/c4phapd terimakasih!
~
Saodah
~
Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan rahmah. (Ar-Rum: 21) Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing pasangannya. (An-Nisa: 19 – Al-Hujuraat: 10) Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang harmonis. (An-Nisa’: 19).
~
Kami setuju dengan apa yang sdr sampaikan di atas. Karena suami isteri adalah satu tim yang tidak dapat dipisahkan dalam sebuah pernikahan. Salah besar jika agama memandang pria lebih tinggi derajatnya dibanding wanita, hanya semata-mata karena pria yang menafkahi keluarga.
Baik suami, isteri termasuk anak mempunyai porsi/bagian masing-masing dalam keluarga. Sehingga, sudah seharusnyalah suami dapat menghargai dan mengasihi isterinya dengan setulus hati. Dan tidak berlaku kasar, apalagi memukul isteri, sekalipun dalam agama menganjurkannya.
~
Saodah