Pernahkah anda berharap? Apa yang anda harapkan dalam hidup? Harapan adalah sesuatu yang diinginkan terjadi di masa mendatang. Tentu semua orang memiliki harapan, bukan? Bukan saja harapan di dunia, tetapi juga harapan di akhirat.
Seperti yang terjadi dengan Anif Solchanudin, pelaku bom Bali II. Dia berkata, “Saya sempat menawarkan diri menjadi pelaku bom bunuh diri. Waktu itu, ustad saya (maksudnya Subur, tahanan Polda Metro Jaya) mengatakan, dengan menjadi pelaku bom bunuh diri, saya akan masuk surga. Saat meledak dan darah saya mengalir, saat itu dosa saya akan dihapuskan. Kemudian saya akan dijemput 72 bidadari yang akan mengantar saya ke surga” (Balipost, 7 Juni 2006).
Itu adalah harapan seorang manusia. Menarik untuk diperhatikan bahwa disamping Anif mengharapkan surga, dia juga mengharapkan dijemput 72 bidadari. Benarkah ada bidadari di surga untuknya? Tentu Anif memiliki dasar yang kuat dengan pernyataannya, bukan?
Pesta Pora Mukmin di Sorga?
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan, mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka. “Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan,” mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli” (Qs. 52:17-20).
Benarkah ada bidadari di surga dan surga menjadi tempat pesta pora sekaligus tempat memuaskan nafsu? Seolah-olah di tempat inilah kenikmatan jasmani dapat disalurkan. Tentu ketika manusia meninggal, maka tubuh jasmaninya sudah hancur bersama dengan tanah. Artinya tubuh jasmani atau kenikmatan jasmani tidak akan ada di sorga.
Nah, mungkinkah di sorga akan terjadi seperti ayat di atas? Bagaimana Isa Al-Masih, yang datang dari sorga, memberi keterangan mengenai hal ini?
Sabda Isa Al-Masih tentang Situasi di Sorga
Isa Al-Masih bersabda, “Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah! Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga” (Injil, Rasul Besar Matius 22:29-30).
Sangat berbeda dengan keterangan yang disampaikan Al-Quran bahwa ada bidadari di surga. Surga bukanlah tempat pesta pora dan pelampiasan hawa nafsu. Surga adalah tempat suci dimana dosa tidak mendapat tempat sama sekali. Sebab Allah bertahta di dalamnya. Oleh karena itu, manusia hidup seperti malaikat. Seluruh pikiran, perasaan, dan kehendaknya adalah untuk menyenangkan Allah, dan bukan mengejar kenikmatan
(Injil, Surat Wahyu 11:27).
Keindahan surga begitu menakjubkan! Bahkan dikatakan “Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal” (Injil, Surat Wahyu 21:11).
Cara ke Sorga yang Benar
Bila Anif mengharapkan sorga dengan melakukan pemboman yang membunuh banyak orang, maka kita perlu menyelidiki. Adakah cara lain yang lebih baik dan tidak merusak atau menghancurkan hidup orang banyak? Isa Al-Masih bersabda, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
Satu-satunya kebenaran dan jalan ke sorga adalah percaya kepada Isa Al-Masih. Sebab Isa Al-Masih bukan saja berjanji, tetapi Dia juga menepati dengan “memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Injil, Rasul Besar Matius 20:28).
Jika anda merindukan surga yang sesungguhnya, saat inilah waktunya anda mengambil keputusan untuk memercayai apa yang Isa Al-Masih tawarkan, yakni jalan keselamatan.
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap komentar yang diberikan hanya menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
1. Bagaimana tanggapan saudara tentang kenikmatan sorga yang dijanjikan dalam Al-Quran?
2. Mengapa Isa Al-Masih menekankan tidak ada kawin atau dikawinkan di surga yang sangat bertolak belakang dengan ayat Al-Quran tersebut?
3. Bagaimana cara saudara memperoleh keselamatan sorgawi?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus. Komentar/pertanyaan di luar topik artikel, dapat dikirim lewat email ke staf kami di: .
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Benarkah Ada Bidadari di Surga Untuk Pembom?”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
Sigit mengatakan
~
Janganlah memurtadkan umat Islam dengan analisamu yang belum tentu benar. Kalau dicek lebih jauh di kitabmu, pasti Anda akan terkejut. Sudahlah, jangan selalu mencari domba yang hilang. Hormati agama lain dan urusi agamamu saja.
staff mengatakan
~
Sdr. Sigit,
Kiranya Anda juga bersedia menyampaikan analisa Anda sehubungan dengan ajaran sorga menurut Al-Quran dan Hadits bila Anda merasa kupasan artikel di atas kurang tepat. Dengan demikian kita dapat mendiskusikannya dengan lebih baik.
~
Yuli
Bagudek Tumanggor mengatakan
~
Saya yakin Isa Al-Masih adalah jalan yang benar karena ada jaminan hidup dan keselamatan. Tapi entah mengapa orang-orang non-Kristen tidak pernah menyadari bahwa Injil Matius dan Yohanes 14 itu tidak dipercayai. Sementara nabi mereka sudah jelas berkata ia sendiri tidak tahu apakah nantinya ia ditempatkan di sorga. Hanya saja ia menekankan ayat-ayat yang diwajibkan pada pengikutnya untuk mendokan agar nabinya masuk sorga.
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita mengatakan
~
Sdr. Bagudek Tumanggor,
Anda benar. Jaminan hidup dan keselamatan yang Isa Al-Masih berikan sungguh dapat dipercaya karena Ia telah membuktikan segala sabda-Nya lewat karya kasih pengorbanan-Nya yang wafat disalib hingga kebangkitan-Nya melunasi hukuman dosa dan mengalahkan maut.
Ironisnya, belenggu dosa yang mengikat manusia seringkali mengaburkan mata jasmani dan batiniah, serta logika kita terhadap bukti dan fakta tentang Isa. Hal inilah yang menghalangi seseorang melihat kebenaran. Pada praktik keseharian, bukankah banyak diantara kita yang lebih mudah percaya pada hoax daripada fakta? Seperti itulah kuasa dosa mengaburkan kebenaran. Nah, sejauh mana kita bersungguh hati mencari Allah dan kebenaran-Nya?
~
Yuli