Mungkin masih jelas dalam ingatan kita, bagaimana seorang remaja putri pakistan berusia 14 tahun, Malala Yusufzai, ditembak oleh orang-orang tak dikenal beberapa minggu lalu. Malala Yusufzai adalah seorang pegiat pendidikan untuk anak-anak perempuan di Pakistan. Sebuah pekerjaan yang sangat mulia, namun dilarang dalam hukum islam bagi wanita.
Sayangnya gadis itu harus meregang nyawa. Di kepalanya bersarang dua buah peluru. Disinyalir penembak adalah teroris kelompok Taliban di Lembah Swat. Yaitu sebuah gerakan nasionalis Islam fundamentalis.
Diskriminasi Wanita Alasan Penembakan Taliban?
Walau di beberapa negara, khususnya di negara maju, kita dapat melihat wanita Muslim dan pria Muslim mempunyai kesempatan yang sama dalam berbagai hal. Namun tidak demikian halnya di negara-negara Islam. Terlebih negara yang mempunyai hukum syariah selain hukum negara.
Pada dasarnya, Islam tidak mengajarkan wanita dan pria sejajar. Sehingga dalam berbagai hal, wanita tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk melakukan suatu hal yang sama. Pria sebagai kepala rumah tangga lebih dominan dan lebih berkuasa dibanding wanita. Sedangkan wanita tugasnya adalah sebagai ibu rumah tangga yang harus tetap diam di rumah.
“Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu” (QS 33:33).
Mungkinkah penembakan remaja putri pakistan tersebut didasari oleh hukum Islam bagi wanita yang tidak memperbolehkan wanita melakukan kegiatan di luar rumah?
Adakah Islam Memberi Ijin Membunuh?
Apapun alasannya, seseorang tidaklah berhak untuk melakukan kekerasan pada orang lain. Apa lagi nyawa yang bersangkutan sampai terancam. Firman Allah berkata, “Jangan membunuh” (Taurat, Kitab Keluaran 20:13).
Setiap agama selalu mengajarkan hal-hal yang baik bagi pengikutnya. Demikian juga dengan Islam. Walau memang tidak dapat dipungkiri, dalam berbagai alasan, Islam seakan-akan memperbolehkan umatnya menyakiti orang lain.
Diantara ayat-ayat yang sepertinya memberi “dorongan” bagi umat Muslim melakukan kekerasan adalah, “Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa” (Qs 9:123).
Mengasihi Lebih Baik Daripada Menyakiti
Ada satu kisah menarik dalam Injil. Yaitu ketika Isa Al-Masih akan ditangkap oleh tentara Romawi, salah satu murid-Nya membela Dia dengan cara memotong telinga tentara tersebut. Dan apa yang dikatakan Yesus? “Maka kata Yesus kepadanya: ‘Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang'” (Injil, Rasul Besar Matius 26:52).
Apa yang dilakukan Isa Al-Masih bukan didasari oleh rasa takut karena Dia akan ditangkap. Namun lewat tindakan-Nya, Isa Al-Masih ingin menyampaikan bahwa seseorang yang berlaku jahat terhadap sesama, akan binasa.
Seharusnya para teroris dan kelompok Taliban mengetahui tindakan Isa Al-Masih di atas. Dengan demikian mereka akan mengerti bahwa menyakiti seseorang walau berdiri diatas hukum Islam bagi wanita adalah tindakan yang tidak dibenarkan. Sebab Allah tidak pernah memerintahkan umat-Nya saling membunuh, apapun itu alasannya.
Firman Allah dalam Kitab Suci berkata, “Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN” (Taurat, Kitab Imamat 19:18).
Ditegaskan lagi oleh Isa Al-Masih dalam Injil, “Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini” (Injil, Rasul Markus 12:31).
Memiliki Hati Pembunuh atau Hati Penuh Kasih?
Adakah ‘kunci’ keselamatan bagi orang yang menembak mati remaja putri pakistan berusia 14 tahun? Bagaimana orang yang demikian kejam dapat diubah? Menurut Injil, satu-satunya jalan adalah dengan menerima Isa Al-Masih sebagai Juruselamat. Dengan menerima Isa Al-Masih, maka hati yang dipenuhi keinginan untuk membunuh akan diubahkan menjadi hati baru yang mengasihi. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (Injil, Surat 2 Korintus 5:17).
Bila teroris Taliban ini menerima Sang Juruselamat, ia tidak akan menembak Malala Yusufzai. Dengan hati yang baru dari Isa Al-Masih ia akan menghargai, memuji dan melindunginya.
[Staf Isa dan Islam – Apakah saat ini saudara dalam kondisi tidak dapat memaafkan seseorang? Terimalah Kasih yang dibawah Isa Al-Masih, maka saudara akan dimampukan untuk mengasihi sesama.]
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Hukum Islam Bagi Wanita Sebabkan Remaja Pakistan Ditembak”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
*
Taliban? Islam? apakah Islam itu Taliban? lalu bagaimana dengan pembantaian warga Irak, Afganistan oleh tentara-tentara Barat yang mayoritas sekali mereka adalah beragama Kristen?
Lalu apakah tentara-tentara yang beragama Kristen tersebut juga diajari ajaran kasih? Kalau iya mengapa mereka tetap saja membunuh? atau dalam Kristen ajaran kasih hanyalah slogan dan kedok saja ya?
Atau apakah doktrin ajaran Kristen begini: kalau ada orang Islam membunuh berarti Islam adalah agama teror, tapi jika orang Kristen yang membunuh adalah ajaran kasih? apakah demikian?
~
Saudara Cak Gimin,
Siapakah Taliban kami kira saudara lebih mengerti.
Kami percaya umat Muslim cinta damai. Tetapi tidak dapat dipungkiri, dalam berbagai alasan, Islam seakan-akan memperbolehkan umatnya menyakiti orang lain. Silakan baca di artikel pada tautan ini http://tinyurl.com/bp7ty5o
Saudara Gimin, setiap perang tentu ada latar belakang yang mempengaruhi. Mengapa negara tersebut menyerang satu negara? Tentu mustahil sebuah negara menyerang negara lain tanpa ada sebab musababnya. Kapan waktunya negara tersebut mengangkat senjata untuk memerangi negara lain, jelas itu tidak segampang yang saudara pikirkan.
Orang Kristen tidak seharusnya menginginkan perang, namun orang Kristen (tentara yang berperang) juga harus patuh pada pemerintah (Taurat, Kitab Kejadian 9:6; Injil, Surat Roma 13:1-4; Injil, Surat 1 Petrus 2:17). Untuk itu marilah kita berdoa untuk hikmat bagi para pemimpin, untuk penyelesaian konflik secara cepat, dan korban yang sesedikit mungkin – pada kedua belah pihak (Injil, Surat Filipi 4:6-7).
~
DA
*
Kekeliruan umat Islam jika mereka menyangka negara Barat adalah negara Kristen. Injil tidak pernah menyuruh umatnya melakukan kejahatan. Bila negara Barat melakukan perang bukan atas pengaruh Alkitab/Injil. Tetapi Islam berperang dan melakukan keganasan adalah sebab Al-Quran.
~
Saudara Yes,
Inti dari pengajaran Isa Al-Masih adalah “Kasih”. Demikian Al-Quran mengatakan bahwa: “Kami jadikan dalam hati orang yang mengikutinya [Isa Al-Masih] rasa santun dan kasih sayang” (Qs 57:27).
Jelas hati yang memiliki rasa santu dan kasih sayang tidak akan melakukan kejahatan kepada orang lain dan dirinya sendiri.
Saudara Yes benar, ketika pengikut Isa Al-Masih melakukan kejahatan jelas ia telah melanggar firman Tuhan.
~
DA