“Apakah Allah sebegitu lemahnya, sehingga Dia membutuhkan bantuan umat-Nya untuk menolong Dia menegakkan agama, yang “diimani” sebagai agama dari-Nya?”
Pertanyaan ini muncul di hati saya, ketika saya membaca sebuah berita di media cetak. Bagaimana tidak, seseorang harus kehilangan nyawanya karena dia meninggalkan “agama” Islam. Berikut secara singkat isi berita tersebut.
Wanita Hamil Dicambuk 100 Kali dan Digantung
Meriam Yehya Ibrahim Ishag, wanita berasal dari Sudan, negara Islam. Divonis hukuman mati dengan digantung karena menikah dengan pria beda agama pada tahun 2011. Mereka telah dikarunia seorang anak, dan saat ini Meriam sedang mengandung anak kedua.
Meriam akan menerima hukumannya setelah dia melahirkan. Sebelum digantung, dia akan dicambuk sebanyak 100 kali karena dianggap melakukan zinah. Pengadilan setempat mengatakan, sebenarnya Meriam diberi waktu empat hari untuk bertobat (menjadi Muslim) dan lepas dari hukuman mati. Batas waktu yang diberi hingga tanggal 15 Mei 2014. Namun Meriam lebih memilih mati daripada meninggalkan imannya kepada Isa Al-Masih.
Islam Memberi atau Melarang Kebebasan Memilih Agama?
Sudan adalah negara mayoritas Islam. Sehingga hukum yang dipakai di negara ini adalah hukum Islam. Agama Islam memang mengajarkan bahwa darah orang kafir (non-Muslim) adalah halal. “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah . . . . . dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah) (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka” (Qs 9:29).
Namun bila kita melihat ajaran Al-Quran pada ayat lain, sebenarnya apa yang dilakukan oleh wanita Sudan ini tidak salah. Karena Al-Quran sendiri memberi kebebasan kepada umatnya untuk memilih agama yang mereka inginkan. “Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku” (Qs 109:6).
Atau, apakah ayat di atas tidak berlaku bagi wanita Muslim, karena Islam memposisikan derajat wanita di bawah derajat pria? Jadi salahkah jika wanita Sudan ini meninggalkan agama Islam?
Haruskah Membunuh Demi Allah?
Rasanya sangat tidak masuk akal, ketika seseorang harus menyakiti sesamanya dengan alasan atas nama sebuah agama. Apalagi sampai harus membunuh. Bukankah Allah mengajarkan agar kita saling mengasihi?
Dan lagi, nama yang diberi Al-Quran untuk Allah adalah Ar-Rahman Ar-Rahmin (Maha Pemurah dan Maha Penyayang). Pertanyaannya, bila benar Allah Maha Pemurah dan Maha Penyayang, mungkinkah Dia mengajarkan umat-Nya untuk saling membunuh demi menenggakkan agama-Nya?
Karena iman adalah hak mutlak bagi seseorang. Siapapun tidak berhak untuk memaksakan imannya kepada orang lain. Apalagi harus membunuh orang tersebut karena menolak iman yang ditawarkan. Demikian juga wanita Sudan di atas. Dia berhak menentukan siapa yang harus dia imani. Apakah iman yang dia pilih benar atau salah, hanya Allah yang dapat menghakimi, bukan umat tertentu! Meninggalkan agama Islam adalah pilihan bebasnya bukan?
Pandangan Isa Al-Masih Terhadap Orang Yang Menolak-Nya
Dalam setiap kesempatan, Isa Al-Masih selalu menunjukkan kasih-Nya kepada orang-orang yang Dia temui. Dia berkata bahwa mengasihi sesama adalah hukum kedua, setelah kasih pada Allah. “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Injil, Rasul Besar Matius 22:39).
Dan ketika Dia mengutus murid-murid-Nya memberitakan Kebenaran Injil ke kota-kota lain. Inilah pesan Isa kepada mereka, “Tetapi jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah . . . . . Kerajaan Allah sudah dekat” (Injil, Rasul Lukas 10:11).
Isa Al-Masih tidak mengajarkan kepada murid-murid-Nya, bahwa mereka dapat melakukan kekerasan bahkan membunuh ketika mereka ditolak. Mereka hanya diminta untuk memberi peringatan saja.
Agama Tidak Menyelamatkan, Isa Al-Masih Menyelamatkan
Keselamatan akhirat tidak ditentukan oleh satu agama tertentu. Juga bukan dengan “menghalalkan” darah yang tidak seiman dengan Anda. Karena semua itu tidak dapat memberi jaminan keselamatan.
Untuk mendapat jaminan keselamatan di akhirat, yang perlu Anda lakukan adalah datang kepada Isa Al-Masih. Karena Dia satu-satunya yang dapat memberi jaminan itu. Sabda Isa, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” (Injil, Rasul Besar Matius 22:39).
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
1. Bagaimana pandangan saudara tentang hukum yang dijatuhkan kepada wanita Sudan yang sedang hamil pada kisah di atas?
2. Menurut saudara, apakah membunuh orang yang tidak seiman dengan kita dibenarkan oleh Allah? Sebutkan alasan saudara!
3. Menurut saudara, apakah iman adalah sesuatu yang dapat dipaksakan? Mengapa?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami merasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Meninggalkan Agama Islam Pantaskah Wanita Hamil Dihukum Gantung?”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
~
Sebelum menjawab pertanyaannya,
Untuk kisah di atas cukup membingungkan, Meriam Yehya Ibrahim Ishag, wanita berasal dari Sudan, negara Islam. Divonis hukuman mati dengan digantung karena menikah dengan pria beda agama. Namun Meriam lebih memilih mati daripada meninggalkan imannya kepada Isa Al-Masih. Sebenarnya siapa Islam, Meriam atau suaminya? Di atas jelas Meriam pengikut Isa Al-Masih, jadi suaminya Islam kan. Lalu apa landasan pernikahannya dengan cara Islam atau Nasrani?
~
Saudara Usop,
Menurut berita yang saya baca Meriam dibesarkan sebagai seorang Kristen. Dan suaminya Nasrani. Karena ayahnya Muslim, maka ia dipandang sebagai seorang Muslim menurut hukum Islam di Sudan. Sehingga ia divonis 2 hukuman berdasarkan hukum Islam. Pertama divonis hukuman mati dengan digantung dengan tuduhan telah meninggalkan agama Islam. Kedua, dicambuk 100x karena menurut Sudan seorang wanita Muslim tidak bisa menikah dengan pria non Muslim dan hubungan tersebut dianggap sebagai berzinah.
Saudaraku, tepat sekali kisah di atas membingungkan, bagaimana menurut saudara?
~
Daniar
~
Kalau melihat nilai Islam sesungguhnya lihatlah di Indonesia. Umat beragama lain dihargai eksistensinya, walaupun di negara mayoritas Muslim. Hari besar merekapun dihargai. Mereka duduk sejajar dengan Muslim. Kalau melihat ajaran Nasrani, lihatlah di negara-negara yang mayoritas Nasrani. Islam diinjak bahkan berjilbab pun dilarang.
~
Saudara Pengamat,
Indonesia bukan negara agama. Kita juga tahu bukan, bahwa agama dan negara memberi kekekasan untuk memeluk suatu keyakinan. Jadi demikianlah seharusnya umat beragama dapat hidup berdampingan secara damai dan penuh rasa santun.
Lalu bagaimana menurut saudara dengan kasus di atas, bukankah Al-Quran sendiri memberi kebebasan kepada umatnya untuk pilih agama yang mereka inginkan. “Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku” (Qs 109:6)?
~
Daniar
~
To staff,
Sehebat apakah anda? Selalu mengkritik orang lain, sampai-sampai Allah pun tidak lepas dari kritikan anda. Berhati-hatilah dalam berucap. Inikah sifat kasih yang selalu anda banggakan? Selalu mencela dan menebar fitnah dengan angkuhnya. Orang yang hanya berani mengkritik tidaklah lebih hebat dari seorang pengecut. Hati-hatilah dengan merasa benar karena belum tentu benar.
~
Saudara Muslimah,
Sebelumnya kami mohon maaf bila tulisan kami tidak berkenan di hati saudara. Berkaitan dengan artikel di atas, berita tersebut bukan rahasia lagi. Saudara dapat mengaksesnya di internet.
Saudaraku, kami yakin saudara setuju bahwa setiap orang bebas memilih agama yang diinginkan. Nah, bagaimana menurut saudara, bila seseorang harus dihukum mati karena pilihan imannya?
Kamipun sering mendapat email dari orang Muslim yang mengatakan darah kami halal untuk dibunuh. Bagi kami ini aneh, bukankah Allah mengajarkan agar kita saling mengasihi? Sebab Isa Al-Masih pun memberikan ajaran demikian “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Injil, Rasul Besar Yohanes 13:34).
~
Daniar
~
Daniar,
Dapatkah ibu mencantumkan sumber beritanya. Semakin anda menunjukan ceritanya, semakin membingungkan.
Meriam dibesarkan sebagai seorang Kristen, suaminya Nasrani dan ayahnya Muslim, aneh. Jangan lupa bu, Sudan juga Negara yang mempunyai tanda pengenal untuk penduduknya. Lebih anehnya lagi saya baru mendengar “Karena ayahnya Muslim maka ia dipandang sebagai seorang Muslim menurut hukum Islam di Sudan”. Bicara mengenai hukum Islam, bisa ibu tunjukan ajaran dari Al-Quran demikian? Jangan omdo beritanya bu.
Yang membuatku bingung cerita ibu, Seorang ayah Muslim membesarkan anaknya sebagai Kristen. Kedua suami istri tersebut Kristen, tidak ada masalah. Seperti asal karang saja.
~
Saudara Usop,
Banyak media yang memuat berita itu. Silakan baca beritanya di internet.
Bagaimana menurut saudara ketika seseorang memilih keyakinannya dan tidak mau meninggalkan, maka ia harus dihukum? Bukankah Al-Quran sendiri memberi kebebasan kepada umatnya untuk memilih agama yang mereka inginkan. “Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku” (Qs 109:6)?
~
Daniar
~
Anda mengatakan agama anda agama cinta kasih. Mengapa ayat Alkitab penuh kekejaman sehingga bayi dan wanita harus dibunuh (kisah kaum Amalek).
Mengapa anda masih membunuh nyamuk yang hinggap ditubuh anda? Mengapa anda masih makan barang yang bernyawa?
~
Saudara Pengamat,
Kami hanya memberikan tanggapan yang sesuai topik artikel di atas. Jika saudara hendak berdiskusi perihal pertanyaan saudara, silakan mengemail kami di .
Agar saudara dapat menanggapi dan memberi komentar, maka tidak ada salahnya kami mencantumkan kembali pertanyaan kami.
1. Bagaimana pandangan saudara tentang hukum yang dijatuhkan kepada wanita Sudan yang sedang hamil pada kisah di atas?
2. Menurut saudara, apakah membunuh orang yang tidak seiman dengan kita dibenarkan oleh Allah? Sebutkan alasan saudara!
3. Menurut saudara, apakah iman adalah sesuatu yang dapat dipaksakan? Mengapa?
~
Daniar
~
Daniar,
Minta maaf sebelumnya bu,
Ya betul bu. Saran saya ibu Daniar kroscek beritanya dan jangan sebagian kecil saja mencantumkan beritanya. Berita itu jelas mengatakan Meriam mengaku telah dibesarkan sebagai Kristen Ortodoks, yaitu agama ibunya, karena ayahnya yang seorang Muslim tidak membesarkan.
“Saya adalah seorang Kristen dan saya tidak pernah melakukan perbuatan murtad” kata Meriam kepada hakim. Dan ibu Daniar tidak mencantumkan. Seperti yang saya katakan sebelumnya suami istri tersebut Kristen jadi tidak ada masalah. Menikah beda agama dilarang sama halnya melakukan zinah. Dan bagaimana dalam Kristen yang menikah dengan non-Kristen?
Dan mengapa tidak mencantumkan bahwa Sudan akan membebaskan Meriam?
~
Saudara Usop,
Terima kasih saudara sependapat dengan kami.
Memang seharusnya tidak ada masalah. Lalu bagaimana menurut saudara dengan tuduhan dan vonis hukum yang dijatuhkan dalam kasus di atas, terlepas akan dibebaskan?
Bagaimana menurut saudara ketika seseorang memilih keyakinannya dan tidak mau meninggalkan, maka ia harus dihukum? Bukankah Al-Quran sendiri memberi kebebasan kepada umatnya untuk memilih agama yang mereka inginkan. “Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku” (Qs 109:6)?
Mengenai pernikahan yang tidak seiman Firman Allah mengatakan: “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” (Injil, Surat 2 Korintus 6:14).
~
Daniar
~
Saudara Staff Isa Islam: Kalau menang anda ingin menerapkan cinta kasih, anda tidak boleh membunuh apapun di dunia ini dengan alasan apapun. Termasuk membunuh nyamuk dan makan makanan dari hewan yang bernyawa.
Budha adalah real cinta kasih. Mereka vegetarian. Islam boleh membunuh dengan alasan yang benar.
Kesimpulan saya: Ajaran Kristus adalah ajaran munafik karena bicara cinta kasih, tapi perilakunya bertentangan dengan hal tersebut.
~
Saudara Kebenaran,
Kami minta maaf, karena kami hanya menanggapi komentar sesuai dengan topik pada artikel di atas. Kami mengharapkan agar kita dapat fokus dan tidak membahas hal yang lain. Kami harap sauara sepakat dengan kami.
Jika saudara hendak membahas soal komentar saudara, kami juga mrmbuka ruang diskusi melalui email. Silakan mengirimkan kepada kami ke .
~
Daniar
~
Debat tidak bermutu, hanya menebar fitnah, inilah webnya anak buah dajjal.
~
Saudara Al Mahdi,
Terima kasih telah memberi komentar di situs kami. Sebelumnya kami ingin meluruskan pandangan saudara. Ini bukan tempat untuk berdebat tetapi lewat situs ini kaum wanita untuk dapat menyampaikan inspirasi mereka dan memberi tempat berdiskusi yang nyaman.
Saudara Al Mahdi, apa yang ditulis pada artikel di atas dapat saudara cek kebenarannya. Berita ini sudah tidak asing lagi. Jadi tuduhan saudara tidaklah benar, kami tidak memfitnah.
Nah, bagaimana menurut saudara pantaskah seorang wanita hamil dihukum gantung atas tuduhan meninggalkan agama Islam?
Bukankah Al-Quran sendiri memberi kebebasan kepada umatnya untuk memilih agama yang mereka inginkan. “Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku” (Qs 109:6)?
~
Daniar
~
Daniar
Silakan baca beritanya yang teraktual, ibu Daniar membacanya atau tidak?
Jadi menurut ibu kasus Meriam tersebut, siapa yang perlu disalahkan?
Mengenai pernikahan yang tidak seiman jadi apa hukumnya dalam Alkitab bu Daniar?
Tolong jangan dihapus ya bu.
~
Saudara Usop,
Sepertinya saudara belum membaca jawaban kami pada kolom komentar tanggal 2014-06-25 17:02 di atas yang menanggapi komentar saudara. Untuk itu silakan dibaca.
Saudara Usop, pada saat kematian Isa Al-Masih di kayu salib hukuman manusia berdosa telah dibayar lunas. Tapi bagi mereka yang beriman kepada-Nya. “Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah;” (Injil, Surat 1 Petrus 3:18).
Dan pada akhirnya semua perbuatan dosa pasti dihukum. “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Injil, Surat Roma 6:23).
Kiranya penjelasan kami dapat memberi pemahaman bagi saudara Usop.
~
Daniar
~
Kalau memang berita itu benar maka yang patut di salahkan adalah orangnya bukan agamanya. Karena setahu saya Islam itu tidak pernah melakukan hal seperti itu dan tidak sama sekali dianjurkan.
Coba baca kisah nabi Muhammad dan para sahabatnya. Untuk menyakiti tawanan perangnya pun beliau tak pernah melakukannya. Rasulullah pun pernah berkata pada para sahabatnya apabila ada diantar mereka yang menolak agama Islam jangan lagi dihakimi melainkan tuntun lagi mereka.
Adapun perihal kekerasan dalam Islam itu adalah justru semata-mata untuk penebusan atas dosa kaum Muslim sendiri. Yang lebih memilih disiksa dengan hukum Islam di dunia dari pada di akhirat kelak.
~
Saudara Syahril,
Menurut saudara siapa yang patut disalahkan, orang yang mana?
Membaca komentar saudara Syahril di atas, kami yakin saudara Syahril salah satu umat Muslim yang suka damai. Namun, kitab saudara mengajarkan, “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah . . . dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah) . . .” (Qs. 9:29).
“. . . Penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka” (Qs 8:12). Bagaimana menurut saudara Syahril?
Saudara Syahril, dalam kasus di atas bukan dalam rangka memilih disiksa dengan hukum Islam. Namun sebaliknya wanita itu dijatuhi hukuman berdasarkan hukum Islam. Bagaimana menurut saudara?
~
Daniar
~
Yang saya maksud janganlah anda menyalahkan agama Islamnya tapi salahkan manusianya. Dia salah dalam mengambil keputusan. Sahabat nabi Umar bin Khatb pernah berkata jika ada tindakanku yang benar maka itu dari Allah swt. Tapi jika ada tindakanku yang salah maka itu dari Umar. Kiranya kita selalu dalam ridho Allah swt.
Bagi agama Islam memang halal darahnya yang telah menyekutukan Allah swt. Karena dia telah meragukan kebesaran Allah. Bukan berarti hukuman mati. Perihal perangilah orang-orang yang tidak beriman di ayat yang anda maksud. Adalah proses pertahanan agama Islam. Hal itu dilakukan agar mereka baik Islam atau pun non Islam tahu bahwa Islam bukanlah permainan yang bisa masuk dan keluar. Iman dan tidak. Setengah-setengah.
Tapi ingat Islam agama pengasih. Nabi Muhammad pernah menghalalkan darah 10 orang yang telah berlebihan fitnah dan perbuatannya yang menzolimi agama Allah. Tapi beliau juga memaafkan beberapa di antara mereka yang akhirnya bertobat.
~
Saudara Syahril,
Seperti yang Sdr. Syahril tulis bahwa Islam agama pengasih. Demikian Al-Quran memberi nama untuk Allah adalah Ar-Rahman Ar-Rahmin (Maha Pemurah dan Maha Penyayang). Pertanyaannya, bila benar Allah Maha Pemurah dan Maha Penyayang, mungkinkah Dia mengajarkan umat-Nya untuk saling membunuh demi menenggakkan agama-Nya?
Bukankah iman adalah hak mutlak bagi seseorang? Jadi, siapapun tidak berhak untuk memaksakan imannya kepada orang lain, bukan? Demikian juga wanita Sudan di atas. Dia berhak menentukan siapa yang harus dia imani. Apakah iman yang dia pilih benar atau salah, hanya Allah yang dapat menghakimi, bukan umat tertentu!
~
Daniar
~
Dan masalah yang di atas itu kan saya sudah mengatakannya bahwa salahkan orangnya jangan salahkan agamanya. Agama selalu benar tapi manusia adalah gudang kehilafan. Kita sama sekali tidak akan tahu siapa dari kedua belah pihak itu yang benar. Sesungguhnya yang tahu hanyalah Allah swt karena Dia maha tahu. Jika manusia berpendapat itu hanya sebatas pendapat tapi jika Allah yang mengatakan maka itu adalah sebuah kenyataan. Allahuakbar.
~
Saudara Syahril,
Maaf kami menghapus salah satu komentar saudara, karena banyak singkatan yang tidak kami mengerti.
Pertanyaan kami, menurut saudara siapa orang yang disalahkan? Wanita Sudan yang divonis hukuman atau yang memvonis, mengapa? Kiranya saudara dapat menjelaskan, terima kasih.
~
Daniar
~
Masalah halal darahnya dan tidak menurut Islam. Seandainya tangan anda terluka maka wajib bagi kita untuk mengobatinya. Akan tetapi apabila tangan telah busuk maka satu-satunya cara adalah mengamputasinya agar kuman dan penyakitnya tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Begitupun Islam ibu. Jika ada seorang kafir yang menghina Mukmin maka diwajibkan bagi Mukmin untuk memberi tahu tentang ajaran Allah yang sebenarnya. Akan tetapi apabila masih memfitnah bahkan lebih kejam lagi setelah dia tahu ajaran Islam. Maka halal darahnya. Itu bukanlah ajaran saling membunuh melainkan bentuk pertahanan agama. Dimana ditakutkan orang yang kejam fitnahnya akan menyebabkan kemerosotan iman yang lainnya. Sehingga akan terjadi kemerosotan moral dalam agama, terima kasih.
~
Saudara Syahril, terima kasih atas penjelasannya.
Mengenai ilustrasi saudara, memang tidak sepenuhnya salah. Tapi sekarang adalah zaman yang serba canggih. Banyak kasus amputasi yang dapat dihindari, karena banyak penemuan yang dapat menyembuhkan, ramuan herbal misalnya.
Itulah perbedaan ajaran yang dibawa nabi Sdr.Syahril dengan Isa Al-Masih. Dimana untuk menghadapi orang yang memfitnah, menolak ajaran, dan mempertahankan diri Isa Al-Masih tidak mengajarkan untuk melawan atau menyerang balik. Sebaliknya mengajarkan “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Injil, Rasul Besar Matius 5:44). Intinya Isa Al-Masih tidak mengajarkan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi untuk mengasihi.
Kitab Suci Allahpun memberitahukan, “Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan.” Dan lagi: “Tuhan akan menghakimi umat-Nya” (Injil, Surat Ibrani 10:30).
~
Daniar
~
Untuk jawaban pertanyaan anda di atas. Begini ibu perkara benar atau salah tidak bisa kita tentukan. Karena yang sebenarnya tahu tentang perkara benar dan salah hanyalah Allah swt semata yang tahu. Manusia cuma bisa mengira-ngira. Ingat kata Umar bin Khatab apabila ada dari tindakanku yang benar maka itu dari Allah dan apabila ada tindakanku yang salah maka itu dari Umar.
“Janganlah menyalahkan agama dan ajaran Allah karena ajarannya tentang kebenaran. Tapi salahkan orangnya. Yang memiliki gudang kehilafan.” Intinya bertawakal kepada Allah seperti yang di ajarkan nabi Muhammad saw. Serahkan perihal benar dan salah kepada Allah semata. Karena ilmu manusia hanya sebatas setitik air tapi ilmu Allah seluas 7 samudra. Sabda rasulullah.
~
Saudara Syahril,
Saya sependapat dengan saudara, yang tahu perkara benar dan salah hanya Allah semata. Dan manusia hanya bisa mengira-ngira. Tetapi mengapa manusia berani menghakimi bahkan menghukum orang lain, bukankah hanya Allah yang tahu perkara benar dan salah? Bagaimana saudara?
Kitab Suci Allahpun memberitahukan, “Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan.” Dan lagi: “Tuhan akan menghakimi umat-Nya” (Injil, Surat Ibrani 10:30).
~
Daniar
~
Ini jawabannya ibu.
Pada waktu rasulullah saw diperlihatkan neraka oleh Allah, Muhammad bersedih hingga meneteskan air mata. Dan Allah swt berkata pada Muhammad. Mengapa engkau menangis. Rasul menjawab “sesungguhnya saya menangis karena membayangkan umat saya yang kelak melalaikan perintahmu dan ajaran saya akan diterjunkan di neraka untuk selamanya. Sungguh saya bersedih karena umat saya bukan hanya sekedar umat saya melainkan mereka sudah saya anggap sahabat dan keluarga.
Mendengar itu Allah berkata. “sungguh yang melalaikan ajaranmu adalah orang yang merugi. Dan bagi umatmu akan aku janjikan surga kecuali dia yang mengingkari aku. Tapi sebelumnya akan aku masukkan ke neraka guna membersihkan dosanya. Dan apabila mereka takut pembersihan dosa di neraka maka tegakkanlah hukum di dunia. Agar dosa di akhirat dapat terampuni.
~
Saudara Syahril,
Kiranya saudaraku dapat menunjukkan ayat yang mengatakan, setelah melalui proses pembakaran api di neraka, mereka akan diangkat ke sorga!
Kembali pada topik di atas. Bagaimana menurut saudara ketika seseorang memilih keyakinannya dan tidak mau meninggalkan, maka ia harus dihukum? Bukankah Al-Quran sendiri memberi kebebasan kepada umat untuk memilih agama yang mereka inginkan. “Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku” (Qs 109:6)?
Bukankah iman adalah hak mutlak bagi seseorang? Jadi, siapapun tidak berhak untuk memaksakan imannya kepada orang lain, bukan? Demikian juga wanita Sudan di atas. Dia berhak menentukan siapa yang harus dia imani. Apakah iman yang dia pilih benar atau salah, hanya Allah yang dapat menghakimi, bukan umat tertentu!
~
Daniar
~
Tidak rahasia lagi jika Islam mau menerapkan syariat di Indoesia sejak tahun 60. Namun Islam menemui kegagalan karena Indonesia negara yang pluralis.
Dari cerita di atas memang benar Al-Quran mengaminkan itu. Saya yakin umat Islam menyangkal dengan Qs 9:29 itu karena seolah melecehkan Muhammad yang telah meninggalkan sesuatu yang salah terhadap umatnya.
~
Sdr. Godlyv,
Terimakasih atas komentar Anda.
Apa yang Anda sampaikan layak untuk direnungkan bersama. Melaluinya kita dapat menguji dengan benar, manakah ajaran Allah sejati dan yang bukan.
~
Yuli
~
Jangan mengartikan kalimat Al-Quran hanya dari yang tersurat. Umat Islam sendiri harus mempelajari banyak ilmu untuk menafsirkan maksud suatu ayat dalam Al-Qur’an seperti Nahwu, Shorof, Balagoh, mantek asbabul nuzul, dll. Begitu juga ayat Qs 109:6, Qs. 9:29 dan Qs 8:12.
Menurut saya setiap agama pasti dinilai punya kelemahan dan kekurangan oleh penganut agama lain. Menurut saya dakwah yang terbaik adalah menunjukan luhurnya budi pekerti umatnya sebagai cerminan dari ajaran agamanya, bukan dengan mencari atau membandingkan dengan kelemahan atau kesalahan. Semua agama pasti mengajarkan cinta kasih kepada seluruh alam. Saya berharap semoga forum ini tidak memancing hancurnya cinta kasih dari pihak manapun demi damainya bumi pertiwi.
Siapapun tidak berhak memaksakan imannya kepada orang lain. Sebagai seorang Muslim, saya memahami hal ini dengan cara berbeda. Betul memilih agama itu hak setiap orang, tapi orang yang berpindah agama harus mau menerima konsekuensi hukum baik dari dari agama lamanya atau agama barunya. Islam punya aturan sendiri untuk hal ini yang menurut saya tidak perlu dibahas kurang lebihnya karena itu adalah hak prerogatif hukum Islam. Mungkin penerapannya yang belum sempurna.
~
Sdr. Cinta Damai,
Terimakasih banyak untuk komentar yang Anda bagikan. Namun, mengingat aturan berkomentar tidak boleh melebihi satu kolom (demi memberikan kesempatan yang sama bagi rekan lain), maka belasan komentar Anda kami ringkas dalam satu kolom tanpa mengurangi maknanya.
Kami sangat menghargai niat luhur Anda menjaga perdamaian bumi pertiwi yang dihuni beragam pemeluk agama. Tidak ada niat kami merusakkannya.
Artikel di atas sejatinya adalah sarana perenungan masing-masing pribadi. Jika seseorang yakin agama nya benar-benar dari Allah sendiri, tentu ajaran tsb sempurna dalam semua segi sebagaimana Sang Pembuatnya Maha Sempurna, bukan? Tapi, manakala suatu ajaran ada kelemahan hingga menurut keputusan [u]nurani kita[/u] ada hal-hal yang perlu diganti dengan ajaran lain yang lebih luhur, sadarkah kita bila ajaran tsb tidak sempurna? Mungkinkah nurani manusia lebih sempurna daripada ajaran sejati dari Allah?
Meski ilmu tafsir dalam Islam cukup rumit hingga ayat-ayat yang lugas tentang kekerasan dikaburkan maknanya, tapi seperti Anda sendiri usulkan bahwa “dakwah yang terbaik adalah menunjukan luhurnya budi pekerti umatnya sebagai cerminan dari ajaran agamanya”, dengan nyata kita dapat melihat kesejatian ajaran Islam lewat contoh kasus dalam artikel. Bahkan, banyak kisah nyata serupa yang terjadi di Arab tempat Islam berasal (baca: http://tinyurl.com/npafazl). Tentu penduduk Arab asli dengan kesungguhan hatinya mempelajari Al-Quran relatif mudah memahami dan menerapkan isi Al-Quran, bukan? Lain halnya dengan kita yang “bahasa ibu”-nya bukan bahasa Arab.
Sebaliknya ajaran Isa Al-Masih menyabdakan: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Injil, Rasul Besar Matius 5:44). Ayat ini lugas menyatakan kasih Allah kepada semua ciptaan. Maka, di negara manapun dimana firman Allah ini ditegakkan, kebebasan beragama selalu dijunjung tinggi.
Nah, dengan nurani tentu dapat kita pertimbangkan, manakah ajaran sejati dari Allah?
~
Yuli
~
Saya pikir bukan hanya Kristen, tapi semua agama mengajarkan cinta kasih. Lihat umat Budha. Mereka juga amat mengajarkan cinta kasih kepada umatnya. Begitu juga dengan Muslim. Tentang Masih banyaknya kejadian umat Muslim yang berbuat jauh dari cinta kasih itu tidak bisa dijadikan patokan buruknya agama (walaupun akan membawa buruk bagi nilai agama tsb). Mereka hanya umat Islam yang belum Islami, sama seperti masih banyaknya umat Kristen di negara Eropa yang belum benar-benar Kristiani dan merusak citra agama Kristen.
Untuk itu sebaiknya mari kita sama-sama perbaiki nilai kualitas perilaku umat kita masing-masing tanpa harus mencari penyebab kelemahan ajaran umat yang lain.
~
Sdr. Cinta Damai,
Jika Anda menganggap semua agama termasuk Islam mengajarkan cinta kasih, bagaimana Anda menanggapi ayat-ayat jihad kekerasan yang jelas tertulis dalam Al-Quran?
Kita sama-sama paham bahwa yang kita bicarakan bukan sekedar fenomena perilaku umat dari agama tertentu yang tidak berbuat cinta kasih, melainkan pada sumber tertulis dari ajaran agama yang dituangkan lewat kitab suci masing-masing ajaran. Bukankah dari sumbernyalah segala sesuatu berasal?
~
Mengenai hukum Islam yang Anda anggap jauh dari cinta kasih (digantung, potong tangan, dll) saya bisa memberi analogi seperti ini. Di Amerika, orang bebas memilki senjata api dan ganja dalam jumlah tertentu. Tapi di negara lain, orang seperti ini malah dihukum.
Di Mekkah pencuri akan dipotong tangannya. Tapi Di indonesia hanya dipenjara beberapa bulan saja. Dari perbedaan ini tentu tidak bisa kita vonis mana yang salah, benar, manusiawi, tidak atau baik buruk. Karena masing-masing negara punya falsafah serta pertimbangan sendiri untuk kebaikan dan kepentingan warga dan negaranya. Begitu juga dalam menilai perbedaan hukum agama.
~
Sdr. Cinta Damai,
Kita bersama paham bahwa Amerika, bahkan negara-negara liberal di Eropa pun bukanlah negara agama meski para pendirinya sebagian besar beragama Kristen. Maka wajar bila Alkitab tidak menjadi standard utama dalam pembentukan undang-undangnya.
Lain halnya dengan Arab Saudi, sebagian negara Timur Tengah, serta beberapa negara Asia Selatan yang jelas mendeklarasikan dirinya sebagai negara Islam, seluruh sistem kenegaraannya bersumber dari ajaran Muhammad.
Nah, bagaimana dengan Anda sendiri? Selaraskah nurani Anda dengan pemberlakuan sepenuhnya syariat Islam seperti yang diterapkan negara-negara Islam kepada warganya? Bukankah setiap Muslim sejati seharusnya menjunjung tinggi selruh syariat Islam?
~
Oh ya, Bagaimana menurut Anda tentang banyaknya bukti kesesuaian dan kebenaran ayat Al-Quran dengan banyaknya penemuan ilmiah di alam semesta oleh para ilmuan saat ini? Seperti proses terjadinya manusia, adanya tujuh lapis langit, laut yang terpisah, manfaat lebah, bentuk alam semesta, big bang, api di dasar lautan, fungsi gunung bagi bumi, ASI ekslusif du tahun, dll. Apakah menurut Anda semua berita itu bohong belaka?
~
Ya, Saudaraku Cinta Damai.
Anda perlu lebih banyak membaca hasil penelitian yang akurat. Sebagian berita spektakuler yang beredar di dunia maya mengenai kesesuaian Al-Quran dengan fenomena alam semesta adalah hoax seperti bulan terbelah misalnya.
Disamping itu, Anda juga perlu mengunjungi artikel berikut http://tinyurl.com/86r3bgq untuk melihat lebih rinci sekaligus fatal tentang ketidaksesuaian informasi dalam Al-Quran dengan sejarah dan ilmu pengetahuan.
~
Yuli