“ . . . Wanita dijajah pria sejak dulu . . .”, demikian penggalan lirik lagu berjudul Sabda Alam. Karya maestro Indonesia, Ismail Marzuki ini berhasil memotret fenomena kehidupan yang lazim terjadi pada era 40-an. Karyanya masih popular hingga sekarang.
Melalui perjuangan tokoh wanita pendahulu seperti Ibu Kartini, kesejahteraan kaum wanita Indonesia makin diperhatikan. Kini, hasil perjuangan tersebut dapat kita nikmati. Namun kini apakah ajaran agama mendukung diskriminasi wanita sudah tidak dirasakan lagi?
“Kabinet Kerja” Jokowi: Cermin Kesetaraan Pria dan Wanita
Kabinet Kerja bentukan Presiden Jokowi adalah salah satu contoh hasil perjuangan emansipasi wanita. Delapan orang menteri wanita berada pada posisi strategis. Mereka memiliki berbagai latar belakang pendidikan serta rekam jejak karir yang gemilang. Ini membuktikan, wanita memiliki keunggulan yang tidak kalah dengan pria. Para menteri wanita ini mempunyai peranan penting bagi kesejahteraan bangsa Indonesia.
Budaya, Agama dan Diskriminasi
Sayangnya, baik budaya maupun agama tidak selamanya memberi kesetaraan bagi wanita. Fenomena KDRT, perceraian, dan poligami masih akrab di telinga. Budaya maupun agama seakan-akan mendukung hal tersebut. Seperti ungkapan budaya Jawa untuk isteri, yaitu “kanca wingking” (kanca = teman, wingking = belakang). Sejatinya makna ungkapan ini sangat luhur. Yaitu penyeimbang bagi suami. Namun praktisnya, istilah tersebut banyak disalahartikan. Suami menempatkan istri sebagai warga kelas dua.
Bagaimana dengan ajaran agama? Qs 2:282 memberikan bobot kesaksian wanita hanya setengah dari pria. Pria, selaku pemimpin diperbolehkan memukul isterinya sebagai bentuk pendisiplinan. “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka” (Qs 4:34). Namun faktanya dimasa kini ajaran agama mendukung diskriminasi wanita masih dapat dirasakan, dapatkah kekerasan fisik dan mental membangun kebaikan?
Kehendak Allah: Kesetaraan Pria-Wanita
Sejak awal penciptaan, Allah merancangkan kesetaraan pria dan wanita. Sebagai cermin gambar Allah, keduanya setara. Allah menciptakan Pria dan wanita untuk memimpin dan mengelola alam bagi kesejahteraan hidup. “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa … atas seluruh bumi … .’ Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, … laki-laki dan perempuan …” (Taurat, Kitab Kejadian 1:26-27)
Namun dosa telah menjungkir-balikkan keadaan. Ketidak-taatan Adam dan Hawa terhadap perintah Allah menyebabkan hancurnya kesetaraan pria-wanita. Perebutan kekuasaan terjadi. Kaum Hawa pun terdiskriminasi oleh kaum Adam. Dari sinilah sejarah penderitaan umat manusia berlanjut.
Pemulihan Allah Melalui Isa Al-Masih
Melalui karya keselamatan Isa Al-Masih, Allah memulihkan keseimbangan kedudukan wanita dan pria. Kasih dalam diri manusia dipulihkan sehingga diskriminasi yang membawa kesengsaraan terhapus. Dan pada akhirnya, “tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus” (Injil, Surat Galatia 3:28).
Rindukah Anda hidup dalam pemulihan kasih? Terimalah Isa Al-Masih yang memulihkan.
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Bagaimana pandangan saudara tentang kesetaraan antara pria dan wanita?
- Mengapa terkadang pria menganggap mereka lebih unggul daripada wanita?
- Menurut saudara, bagaimana seharusnya menyikapi fenomena diskriminasi wanita yang masih sering terjadi?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Menteri Wanita dan Ajaran Agama Mendukung Diskriminasi Wanita”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
~
Saudara-saudara Muslim yang dirahmati Allah,
Jangan kita berdebat dengan admin dari situs ini. Situs ini adalah situs yang sengaja dibuat untuk merusak nama Islam dengan dalih diskusi. Dengan dasar ayat-ayat suci Al-Quran yang hanya diambil sepotong demi sepotong, admin ini terus melaknat dan mencerca Islam. Ini bukan situs diskusi antar agama yang benar, tetapi propaganda dengan tujuan menghancurkan Islam.
Mohon abaikan saja situs ini karena tidak ada ilmu dan pengetahuan yang kita dapat. Lebih banyak mudharatnya dibandingkan manfaat yang kita peroleh. Semoga Allah SWT yang Mahapemurah mengampuni jiwa admin ini.
Wassalam.
~
Sdr. Isa adalah Islam,
Dengan semakin dewasanya logika berpikir, setiap orang memiliki kemampuan menelaah & menyaring informasi manakah yang benar & tepat. Jadi Anda tidak perlu gusar dengan situs ini.
Apabila Anda merasa ada ketidaktepatan yang disampaikan oleh artikel, khususnya mengenai ajaran Islam dengan dasar Al-Quran atau Hadits yang termuat di dalamnya, dengan leluasa Anda kami persilahkan mengklarifikasi kannya dengan argumentasi yang didasarkan pada bukti-bukti yang akurat, sebagaimana kami pun telah melakukannya. Iman yang didasarkan pada kebenaran Allah pastilah lulus uji, bukannya menghindari ujian. Bukankah demikian, Saudara?
Saudara, adakah isi artikel di atas yang perlu Anda klarifikasi? Kami persilahkan.
Terimakasih.
~
Yuli
~
Islam juga memiliki nilai dan cara pandang sendiri atas kesetaraan pria – wanita. Tentunya menurut cara pandang dan hukum Islam.
Sayangnya belum semua umat Islam sendiri mendalami dan memahami maksud positif dari hukum agamanya sendiri. Tapi sekali lagi negara Indonesia bukan negara Islam sehingga tidak ada satu hukum positif di negeri ini yang melarang wanita untuk maju. Nah kalau ada hukum agama umat non-Muslim yang dinilai lebih memberikan kebebasan bagi wanitanya, silakan pergunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya oleh umat tersebut demi kemakmuran bangsa ini, dan biarkan umat Islam dengan keyakinannya.
Bukankah hal ini suatu keuntungan bagi umat wanita non-Muslim untuk tampil lebih? Jangan hiraukan keyakinan umat Islam apalagi menyalahkan atau menganggap sebagai suatu kelemahan yang membuktian kepalsuan. Masih banyak cara yang bisa kita lakukan untuk membuktikan suatu kebenaran dan memperkuat keimanan umat tanpa harus menimbulkan gusar serta kebencian dari umat lain yang juga punya keyakinan. Sehingga negeri ini tidak tersulut oleh api permusuhan sekecil apapun.
~
Sdr. Cinta Damai,
Terimakasih untuk komentar yang Anda bagikan.
Bagaimana dengan keberadaan wanita Muslimah sendiri menurut Anda? Berdasarkan cara pandang dan hukum Islam terhadap kedudukan pria-wanita, apakah mereka juga memiliki kesempatan yang sama untuk tampil dan maju mengkontribusikan hidupnya bagi kesejahteraan bangsa sebagaimana wanita non-Muslim lainnya di negeri ini?
Bagaimana pula dengan fenomena kebalikan yang terjadi di negara-negara penegak syariat Islam, termasuk kerajaan Arab tempat Islam berasal? Bagaimana pandangan Anda?
~
Yuli