Umat Kristen di dunia merayakan Natal setiap bulan Desember. Menjelang Natal jalan-jalan menjadi macet, dipenuhi orang yang ingin beribadah atau memanfaatkan musim liburan tersebut. Pusat perbelanjaan pun menjadi penuh.
Tapi, di tengah hiruk-pikuk ini, tahukah Anda mengapa Natal dirayakan, apa sejarah kelahiran Isa?
Kelahiran Isa Membelah Sejarah Dunia
Natal adalah memperingati kelahiran Yesus Kristus atau Isa Al-Masih. Dia adalah sosok pribadi yang sangat penting. Begitu pentingnya, sampai-sampai kelahiran-Nya membelah sejarah dunia menjadi “Sebelum Masehi” dan “Sesudah Masehi.”
Masehi adalah sebutan lain dari Al-Masih. Dalam Bahasa Inggris, “Sebelum Masehi” disebut “Before Christ” (BC) dan “Sesudah Masehi” adalah “Anno Domino” (AD), atau The Year of the Lord (Tahunnya Tuhan).
Sejarah Kelahiran Isa Standar Penanggalan
Semua kejadian yang terjadi sebelum Yesus lahir, diukur sesuai dengan berapa tahun terjadinya peristiwa itu sebelum kelahiran-Nya. Sebaliknya. semua kejadian yang terjadi setelah Dia lahir, diukur sesuai dengan berapa tahun hal itu terjadi setelah kelahiran-Nya.
Misalnya saat Anda menulis tahun 2014, angka itu mengacu kepada suatu peristiwa. Yaitu kelahiran Yesus Kristus. Jadi, Isa Al-Masih adalah Pribadi yang begitu penting, sampai-sampai kelahiran-Nya dijadikan sebagai standar penanggalan seluruh dunia.
Mengapa Isa Al-Masih Harus Datang ke Dunia?
Semua manusia, tanpa terkecuali telah berdosa. Firman Allah berkata “upah dosa ialah maut” (Injil, Surat Roma 6:23). Juga Al-Quran menuliskan, “Barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (Qs 2:81).
Tuhan yang Maha Suci jelas tidak dapat bersatu dengan manusia berdosa. Dan karena Tuhan itu juga Maha Adil, maka setiap dosa harus dihukum. Di lain pihak, Tuhan itu Maha Kasih. Dia tidak tega mencampakkan seluruh manusia ke dalam penderitaan api neraka.
Untuk itulah Isa Al-Masih datang ke dunia. Wafat disalib untuk menggantikan manusia, menanggung hukuman dosa yang seharusnya ditimpakan kepada manusia. “supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:16)
Keselamatan dan Tujuan Hidup dari Isa
Isa Al-Masih adalah Pribadi tanpa dosa. Karena kasih-Nya yang begitu besar, Dia rela menanggung semua dosa Anda dan mati di salib. Ketika Anda menaruh iman percaya kepada-Nya, saat itulah semua dosa Anda diambil dan dilimpahkan kepada-Nya.
Anda pun diberi tujuan hidup yang baru di dunia oleh Tuhan. Dulu, Anda mungkin hidup untuk memuaskan kehendak sendiri. Mengejar harta dan hal-hal duniawi lainnya yang adalah sia-sia. Tapi setelah mengikuti Isa Al-Masih, hidup Anda akan dirobah. Anda tidak lagi dicengkeram oleh keinginan untuk berbuat dosa, tapi untuk menyenangkan hati Tuhan. Dan di masa depan, Anda akan dijamin masuk sorga manakala meninggal kelak. Maukah Anda mendapatkan jaminan itu?
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Mengapa sejarah kelahiran Isa menjadi tolok-ukur dalam sejarah dunia?
- Apakah manusia dengan usahanya sendiri dapat menanggung dosanya? Jelaskan!
- Setelah membaca artikel di atas, menurut saudara pantaskah setiap orang merayakan Natal? Sebutkan alasan saudara!
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Natal, Sejarah Kelahiran Isa Al-Masih”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
*****
1. Saat itu Romawi adi kuasa, Kristen berkembang semenjak konstantine dan raja- raja romawi memeluk kristen.
2. Manusia berbuat dosanya karena perbuatannya, bayi tidak berdosa karena belum mampu berbuat dosa.
3. Tidak pantas, Natal adalah perbuatan bidat tidak ada ayat yang menyuruh merayakan natal. apalagi merayakan hari kelahiran Tuhan adalah perbuatan menghina Tuhan, pelakunya pantas disebut kafir musyrik.
*****
Sdr. Penonton,
Terimakasih untuk partisipasi Anda dalam menjawab pertanyaan di atas.
Benarkah bayi lahir tanpa dosa? Jika tidak berdosa, mengapa bayi bisa mati? Tidakkah ini membuktikan bahwa bayi pun berada di bawah kuasa dosa? Karena demikianlah firman Allah:
“tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati” (Taurat, Kitab Kejadian 2:17)
Berakar dari Taurat di atas, Alkitab selanjutnya menegaskan: “Sebab upah dosa ialah maut;” (Injil, Surat Roma 6:23a)
Dengan demikian, sungguh benar firman Allah menyimpulkan sbb:
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Injil, Surat Roma 3:23).
Nah, tidakkah Anda pun menyadari keberdosaan Anda? Jika ya, ada kabar baik yang Allah beritakan. Melalui kehadiran Isa Al-Masih ke dunia, Ia menggantikan hukuman Anda atas dosa. Jika Anda menerima-Nya sebagai Juruselamat, maka kekekalan sorga menjadi bagian Anda, demikian pula sebaliknya:
“Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:18).
~
Yuli
~
Kalaulah Masehi dipakai untuk menandai kelahiran Isa, mengapa 25 Desember dan bukan 1 Januari?
Berarti sebelum Isa lahir sudah ada kalender Masehi.
Buat saya seorang Muslim, jadi terasa janggal. Jadi pertanyaan saya, apakah Masehi dipakai benar-benar uuntuk memperingati Isa, atau yang lain?
~
Sdr. Triwibowo,
Terimakasih untuk pertanyaan Anda.
Dari sumber sejarah yang terekam, tahun Masehi adalah sebutan untuk penanggalan tahun yang digunakan pada kalender Julian dan Gregorian. Era kalender ini didasarkan pada tahun yang dihitung sejak kelahiran Yesus (Isa Al-Masih). Nama Masehi sendiri diambil dari gelar Yesus yaitu Mesias atau dalam bahasa Arabnya Al-Masih.
Mengenai mengapa peringatan hari kelahiran Yesus (Natal) jatuh pada tanggal 25 Desember, silahkan mendapatkan jawabannya pada artikel berikut: http://tinyurl.com/7wb7ehu
~
Yuli
~
Umat Kristiani pun tahu kalau Natal itu bukan hari lahir Yesus, melainkan pemujaan terhadap dewa matahari, bukan?
~
Sdri. Cece,
Agar Anda lebih paham secara tepat mengenai perayaan Natal tanggal 25 Desember yang dimaknai oleh umat Kristiani, silahkan membuka artikel menarik berikut: http://tinyurl.com/7wb7ehu
~
Yuli
*****
1. Islam tidak mengenal Yesus. Islam hanya mengenal Isa.
2. Itulah neraka yang diciptakan Allah sebagai tempat tinggal untuk manusia yang berbuat dosa. Jika Allah sudah menanggung dosa manusia, untuk apa diciptakan neraka? Bayi yang lahir dalam keadaan suci tanpa dosa. Jika keyakinan Nasrani menganggap bayi yang mati itu berdosa, berarti semua yang mati itu karena dosa. Termasuk Yesus juga mati karena dosanya sendiri. Tak heran, Islam menyebut Yesus sebagai manusia kafir yang mati dalam dosa.
3. Saya tidak tahu mengenai Natal. Adakah Natal itu sendiri dalam Alkitab? Atau pernahkah Isa menyebut Natal sebagai perayaan bagi umatnya?
*****
Sdr. Arasy,
Terimakasih untuk kesediaan Anda menjawab 3 pertanyaan artikel di atas.
Berikut tanggapan kami:
1. Mari pelajari ulang Al-Quran yang memberikan gelar Al-Masih Isa Putera Maryam. Dari referensi historis tentang bahasa, silahkan Anda cari asal usul kata “Isa” dan “Al-Masih”. Dari situ dapat Anda temukan hubungannya dengan Yehosyua (Yesus) dan Hamasiakh (Mesias).
2. Anda menulis: “…Jika Allah sudah menanggung dosa manusia, untuk apa diciptakan neraka?…”.
Maka kami balik bertanya:
“Bagi orang yang menolak hukuman dosanya ditanggung Allah, hendak diletakkan dimanakah mereka kelak? Bukankah menurut Anda neraka adalah tempat tinggal untuk manusia berdosa? Jadi bukankah tepat bila neraka menjadi tempat orang yang bersikukuh menanggung hukuman dosanya sendiri?
Saudara, tepat seperti ayat Al-Quran berikut: “(Bukan demikian), yang benar: barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (Qs 2:81).
Neraka adalah sebuah kekekalan, bukan tempat tinggal sementara. Jadi, siapkah Anda menanggung hukuman dosa secara kekal di neraka? Jika tidak, taatilah sabda Isa Al-Masih berikut:
“Barangsiapa percaya kepada-Nya [Isa Al-Masih], ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:18)
3. Silahkan Anda temukan jawabannya pada artikel berikut: http://tinyurl.com/lfuojkb
~
Yuli
~
1. Pernahkah Nabi Isa a.s. menganggap dirinya sebagai Tuhan / anak Tuhan dan meminta kaumnya untuk menyembah beliau?
2. Jika pernah, coba jelaskan kapan dan dimana, beserta ayatnya jika ada?
3. Apakah Anda menyakini Paulus dan Injil karangan Paulus?
4. Apakah Anda yakin dengan kitab Injil di jaman sekarang yang isi suratnya sudah berubah-ubah? (bukan murni kitab Injil yang diturunkan Allah kepada Nabi Isa a.s.)
~
Sdr. Chahya,
Terimakasih untuk 4 pertanyaan Anda. Demikian tanggapan kami:
#1 & #2: Isa Al-Masih menyatakan diri-Nya secara tegas sebagai Allah yang berotoritas mengampuni dosa manusia dapat Anda temukan dalam Injil Matius 9:2-7. Ketika Ia menyatakan keotoritasan-Nya sebagai Allah, tidakkah kita murtad bila menolak menyembah-Nya?
#3: Silahkan Anda cari informasi yang benar, apakah 4 kitab Injil di dalam Alkitab ditulis oleh Paulus? Artikel berikut dapat menjadi rujukan: http://tinyurl.com/cklzmwt.
#4: Dapatkah Anda tunjukkan bukti, kitab Injil manakah yang murni? Artikel berikut menarik untuk direnungkan: http://tinyurl.com/kksunre
~
Yuli
~
Saudara-saudara Muslim yang dirahmati Allah,
Jangan kita berdebat dengan admin dari situs ini. Situs ini adalah situs yang sengaja dibuat untuk merusak nama Islam dengan dalih diskusi. Dengan dasar ayat-ayat suci Al-Quran yang hanya diambil sepotong demi sepotong, admin ini terus melaknat dan mencerca Islam. Ini bukan situs diskusi antar agama yang benar, tetapi propaganda dengan tujuan menghancurkan Islam.
Mohon abaikan saja situs ini karena tidak ada ilmu dan pengetahuan yang kita dapat. Lebih banyak mudharatnya dibandingkan manfaat yang kita peroleh. Semoga Allah SWT yang Mahapemurah mengampuni jiwa admin ini.
Wassalam.
~
Sdr. Isa adalah Islam,
Dengan semakin dewasanya logika berpikir, setiap orang memiliki kemampuan menelaah & menyaring informasi manakah yang benar & tepat. Jadi Anda tidak perlu gusar dengan situs ini.
Apabila Anda merasa ada ketidaktepatan yang disampaikan oleh artikel, khususnya mengenai ajaran Islam dengan dasar Al-Quran atau Hadits yang termuat di dalamnya, dengan leluasa Anda kami persilahkan mengklarifikasikannya dengan argumentasi yang didasarkan pada bukti-bukti yang akurat, sebagaimana kami pun telah melakukannya. Iman kokoh yang didasarkan pada kebenaran Allah pastilah lulus uji, bukannya menghindari ujian. Bukankah demikian, Saudara?
Saudara, adakah isi artikel di atas yang perlu Anda klarifikasi? Kami persilahkan.
Terimakasih.
~
Yuli
~
Wahai kaum Nasrani, tidakkah Anda sadar bahwa Anda sedang menipu diri sendiri? Kelak di akhirat, Anda akan merasakan akibatnya. Anda bersusah payah membuat artikel seperti ini hanya untuk memperolok agama Islam. Padahal Anda sendiri yang akan merugi.
Kaum Kristiani sering sekali membuat ajaran-ajaran sendiri bukan dari pemberi petunjuk. Semisal Natal ini. Saya yakin di dalam Injil tidak ada satu pun ayat mengenai Natal.
~
Sdr. Manusiaislam,
Terimakasih untuk tanggapan Anda.
Mohon klarifikasinya, pada bagian manakah dari artikel di atas yang Anda anggap memperolok agama Islam? Mohon Anda cermati lagi isi artikel.
Mengenai Natal, apakah arti “Natal” itu sendiri? Berasal dari bahasa Latin, [u]natal berarti kelahiran[/u]. Dalam bahasa Indonesia, istilah ini diadopsi untuk menyebut kelahiran Isa Al-Masih. Benarkah Natal tidak ada di dalam Injil?
Mari, simaklah ayat Injil berikut:
“Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan [Isa Al-Masih], di kota Daud” (Injil, Rasul Lukas 2:11)
Menurut Anda, salahkah bila kita merayakan hari kelahiran Sang Juruselamat yang memberikan kehidupan kekal di sorga bagi barangsiapa yang beriman kepada-Nya?
Jika salah, maka tidak sepatutnya pula Anda merayakan hari kelahiran Anda sendiri, orang tua, anak, atau bahkan kelahiran nabi umat Muslim, bukan?
~
Yuli
~
Saya bingung dengan pernyataan Anda bahwa bayi itu lahir bukan suci tapi berdosa: “buktinya bayi bisa mati”. Bila dihubungkan dengan ayat Alkitab “Sebab upah dosa ialah maut” (Injil, Surat Roma 6:23a), saya pikir tidak berhubungan sama sekali. Apakah berarti orang yang sudah ikut Yesus atau Kristen, sudah bebas dari dosa, tidak bisa mati?
Jangan dijawab “orang Kristen bukan mati sesungguhnya”. Bagaimana dengan bayi, apakah bayi mati adalah mati sesungguhnya?
~
Sdr. Nono,
Terimakasih untuk pertanyaan Anda. Kami senang membahasnya karena pertanyaan tsb sangat baik.
Bukan tujuan “iseng” Allah datang ke dunia lewat kelahiran yang kita sebut Natal. Ia datang sebagai manusia untuk menyelamatkan kita dengan cara menggantikan posisi kita sebagai “orang hukuman” karena dosa kita. Taurat, Kitab Kejadian 2:17 dan Surat Roma 6:23a menegaskan hukuman dosa adalah maut (kematian kekal/neraka). Maka, saat Tuhan menanggung hukuman dosa kita, kita pun terbebas dari neraka.
Lalu, apakah semua manusia berdosa? Bagaimana dengan bayi yang baru lahir? Inti jawabannya kembali pada Taurat, Kitab Kejadian 2:17 “… janganlah kaumakan buahnya … pastilah engkau mati”. Bukankah setelah Allah memfirmankannya, Adam – Hawa melanggarnya? Maka sejak saat itu mereka [u]bukan lagi[/u] makhluk abadi yang tidak bisa mati (Kitab Kejadian 5:5), sebab sudah berdosa dan dikuasai maut. Dengan demikian, kematian adalah bukti nyata dari status dosa manusia (termasuk bayi).
Selanjutnya, mengapa bayi yang baru lahir pun sudah “berstatus dosa”? Sebab benih dosa Adam – Hawa mencemari setiap generasinya. Sama halnya dengan pohon berpenyakit menghasilkan buah yang jelek, sebab bibit penyakit pohonlah yang merusaknya.
Keselamatan yang Allah anugerahkan tidak lantas membuat manusia kebal kematian fisik. Kematian fisik adalah konsekuensi logis atas keberdosaan setiap orang. Namun Allah menyelamatkan nyawa/roh kita dari hukuman dosa, yaitu [u]kematian kekal[/u] di neraka (terpisah kekal dari Allah). Bukankah yang terpenting adalah hal yang kekal? Tentu kita tidak ingin berada dalam kekekalan di neraka, bukan?
Anda dapat menghubungi kami via email di: untuk diskusi lebih lanjut.
~
Yuli
~
Yang menjadi pertanyaan, penyaliban Yesus itu atas perintah siapa? Ayat apa dalam Alkitab yang memuat adanya perintah penyaliban Yesus untuk menebus dosa? Jangan berputar-putar. Terimakasih.
~
Sdr. Gadhi Waluyan,
Jika yang Anda tanyakan “Atas perintah siapa Yesus disalibkan?”, silakan cermati Injil Matius 27:1-26. Di sana akan Anda temukan sekumpulan ulama Yahudi pembenci Yesus sebagai pemrakarsa pembunuhan (ayat 1) serta keputusan akhir Pilatus selaku wali negeri yang mengadili (ayat 19-26).
Tapi jika pertanyaan Anda: “Ayat Alkitab mana yang menyatakan penyaliban Yesus untuk pengampunan dosa?”, silakan perhatikan sabda Yesus tentang penyaliban diri-Nya yang disampaikan-Nya berulang kali sebelum peristiwa tsb sungguh terjadi. Silakan baca Injil Matius 26:1-29. Maka, nyata penyaliban Yesus untuk pengampuan dosa manusia (ayat 28) adalah rancangan Allah yang Maha Adil dalam menyelesaikan hukuman dosa kita secara sempurna, bukan? Pertanyaannya, maukah Anda tunduk dengan ketetapan pengampunan Allah ini? Anda punya hak untuk tunduk ataupun menolak. Kalaupun menolak, ketetapan kemahaadilan Allah tetap berlaku. Yakni hukuman dosa bagi manusia yang menolak digantikan Isa Al-Masih harus ditanggungnya sendiri dalam kekekalan tiada akhir. Sudah siapkah Anda?
~
Ada kalimat sering saya baca dan tertulis lagi dalam artikel ini, yaitu: “Tuhan yang Maha Suci jelas tidak dapat bersatu dengan manusia berdosa. Dan karena Tuhan itu juga Maha Adil, maka setiap dosa harus dihukum …”. Ini kalimat yang lucu. Dikatakan manusia berdosa tidak bisa bersatu dengan Tuhan yang Maha Suci. Tapi pernahkah terpikir oleh yang suka menggunakan kalimat ini bahwa Kristen juga sangat meyakini bahwa Allah masuk ke dalam rahim manusia untuk keluar ke dunia menggunakan jasad manusia? Lalu jawaban yang akan dikatakan untuk menghindar seperti jawaban-jawaban sebelumnya, bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Padahal pada kalimat awal sudah memgatakan Allah yang Maha Suci tidak mungkin bersatu dengan manusia berdosa.
~
Sdr. Gandhi Waluyan,
Pemikiran yang cukup kritis, Saudaraku. Kami senang Anda menanyakannya. Kiranya Anda dan rekan-rekan pembaca lainnya semakin rindu mengenal Allah sejati. Bagaimana
Penjelasan tentang “kemahasucian” Allah yang tidak bisa bersatu dengan “dosa” bisa dianalogikan dengan sikap ayah yang tidak mau kompromi dengan kejahatan sang anak. Ia memilih menyerahkan anaknya pada yang berwajib, memisahkan sang anak darinya, sebagai bentuk konsistensinya pada kebenaran. Andai ia tetap bersama sang anak demi melindunginya dari jerat hukum, bukankah artinya ia menyetujui kejahatan? Itu sebabnya Allah mengusir (memisahkan) Adam dan Hawa dari persekutuan dengan-Nya pasca mereka berbuat dosa. Ini bentuk konsistensi Allah terhadap kemahasucian-Nya. Sebagai generasi yang berdosa, saat ini pun kita tidak bersama Allah, bukan?
Tapi apakah keterpisahan manusia dosa dengan Allah menghalangi kasih-Nya menyelamatkan kita? Mari perhatikan bagaimana cara bijak yang Allah tempuh lewat pewahyuan-Nya: “… Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Surat Filipi 2:5-8). Allah merendahkan diri-Nya untuk menggantikan hukuman dosa kita. Hukum kemahaadilan-Nya tergenapi, konsistensi kemahasucian-Nya terjaga, dan mahakasih-Nya terbukti menyelamatkan kita. Inilah bukti kemahakuasaan Allah. Ia bisa mengharmonisasikan seluruh atribut kemahaan-Nya tanpa satupun terlanggar. Nah, sudahkah Anda mempercayakan hidup pada Allah yang sejati ini?
~
Yuli
~
Pemahaman tentang Yesus hanya bisa diterima oleh orang yang sungguh mencintai kebenaran (bukan mencintai agama) dibantu oleh Roh Sang Maha Pencipta (Roh Kudus) . Jika tidak maka kita tidak mungkin mengerti bagaimanapun penjelasannya.
~
Anda benar, Sdr. Manggusar!
Ada perbedaan yang besar antara “mencintai kebenaran” dan “mencintai agama”. Agama belum tentu berkorelasi dengan kebenaran. Sedangkan kebenaran pasti berkorelasi dengan Allah, sebab Allah adalah sumber kebenaran (Injil Yohanes 14:6). Maka sekedar mencintai agama tanpa mempedulikan kebenaran tidak akan pernah membawa kita mengenal dengan sungguh, siapa Yesus, Allah Sang Sumber Kebenaran itu.
Mari bagi siapapun yang merindukan kebenenaran, mohonlah petunjuk Allah dengan sungguh, agar Roh-Nya menolong kita mengenal lebih dalam siapakah Isa Al-Masih (Yesus Kristus) yang sesungguhnya. Artikel berikut dapat mengawali pemahaman kita tentang siapakah Isa: https://tinyurl.com/y99gyuz8.
~
Yuli
~
Ada-ada saja cara orang merusak Islam. Terlalu takutnya pada Islam, segala cara dibuat. Islamphobia. Buat saudara-saudara seiman, insyaallah keimanan kita kepada Islam masih kuat dan kokoh sehingga Islam akan terus besar sampai sekarang. Jangan percaya sedikitpun atas apa yang di sampaikan Admin dari situs ini. Kerjanya hanya memutarbalikan fakta Al-Quran agar kita berpaling dari Islam. Semua pertanyaannya jebakan. Jika anda kurang paham mengenai Islam, maka Admin menanamkan keragauan di pikiran anda. Saya tantang Admin untuk debat terbuka langsung dengan ustad-ustad yang berilmu seperti dr. Zakir Naik, Ustad Khalid Basalamah, Ustad Somad dan masih banyak lagi.
~
Sdr. Umar Ali,
Mekanisme pertahanan ego seperti “proyeksi” banyak digunakan orang. Caranya dengan menuduh orang lain atas apa yang diri sendiri rasakan atau lakukan. Mengatakan pihak lain takut, phobi padanya, menyerangnya, dll, (tanpa fakta) justru menggambarkan bagaimana keadaan diri si penuduh. Tentu ini bukan sikap dewasa, bukan?
Mari perhatikan ulang isi artikel. Kelahiran Isa Al-Masih menjadi patokan pengkalenderan Masehi yang digunakan semua pihak. Fakta dan catatan sejarah membenarkan hal ini. Bahkan, Al-Quran pun memuat kelahiran Isa, bukan? Lalu, pada bagian mana Anda merasa “terancam/tidak aman”?
Saudaraku, bila kelak Hakim Akhirat minta pertanggungjawaban iman Anda, apakah Anda akan menjawab, “Silakan tanyakan pada para ustadz yang berilmu”? Akankah jawaban Anda diterima? Apakah iman seseorang bisa diwakili ulamanya? Bukankah setiap orang bertanggungjawab atas keputusan imannya masing-masing? Itu sebabnya setiap artikel kami menantang setiap orang untuk serius memikirkan pilihan imannya, sungguhkah berdasarkan Kebenaran Ilahi?
~
Yuli
~
Admin mau merusak pemikiran umat Islam yang ilmunya sedikit dan agar bisa membuat umat nabi Muhammad SAW menjadi kafir seperti mereka.
~
Muhammad Imran Siregar,
Merusak pemikiran umat Islam adalah tindakan tidak bijaksana. Tetapi membantu umat Islam menemukan kebenaran adalah tindakan bijaksana. Apakah dengan memberitahukan kebenaran dapat disebut merusak?
Artikel di atas telah menjelaskan kelahiran Isa Al-Masih yang membawa dampak positif bagi dunia. Isa Al-Masih nuzul agar manusia selamat di akhirat. Itu sebabnya, Isa Al-Masih berfirman, “Dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 10:28).
Isa Al-Masih telah memberikan kepastian selamat bagi manusia. Bagaimana perasaan Anda mengetahui ini?
~
Solihin