Awal tahun 2018 ada berita menyedihkan. Pria berumur 31 tahun mencabuli keponakannya berumur 14 tahun, sebanyak tiga kali. Karena takut hamil, si anak membeli alat tes kehamilan. Hal itu ketahuan ibunya dan melaporkan ke polisi. Polisi menangkap pelaku. Paman dan pemerkosaan keponakan sering terjadi di Indonesia, bukan?
Karena korban dan keluarga malu, sehingga jarang melaporkannya ke polisi. Mengapa kejadian sadis ini terjadi di antara masyarakat yang beragama? Adakah jalan memulihkan gadis, korban seksual pamannya?
Siapakah Paman Sang Pemerkosa Itu?
Bisa jadi pelaku adalah seorang yang taat beragama. Juga, ia mungkin dapat menjelaskan secara panjang-lebar tentang agamanya. Ia merayakan hari raya agamanya. Ia berpuasa, sholat, dan bersedekah.
Pelaku berumur 17 tahun saat keponakannya lahir. Sedari kecil, orang-tua si gadis mengajarinya untuk menghormati keluarga termasuk pamannya. Ia selalu berlaku sopan pada pamannya dan sangat menghargai.
Hingga suatu hari saat pamannya berkunjung, si gadis hanya seorang diri di rumah. Sedikitpun tidak ada rasa curiga dalam hatinya, karena ia tahu pria itu adalah pamannya. Sayangnya, kondisi rumah yang sepi membuat si paman tidak sanggup menahan birahi dan berusaha memperalat keponakannya untuk melampiaskan keinginannya.
Kita sering mendengar tragedi seperti itu, bukan? Paman memperkosa keponakan. Sekalipun keluarga mengetahui, karena malu, biasanya mereka memilih untuk diam. Jika Anda ada pertanyaan atau memerlukan nasehat mengenai kasus serupa, silakan mengemail kami.
Bagaimana Nasib si Gadis?
Kepahitan akibat pemerkosaan ini akan menghantui si gadis seumur hidupnya. Kejadian ini akan mewarnai setiap aktivitas hidupnya. Bahkan dapat memberi pengaruh negatif pada pernikahannya. Adakah jalan agar jiwa dan emosi si gadis dapat disembuhkan?
Umumnya korban pemerkosaan akan merasa malu meminta pertolongan orang lain. Dapatkah ustad, pendeta atau pastor menolongnya? Nasihat apa yang akan mereka berikan? Cerita dengan guru di sekolah? Atau ke dokter? Rasa malu akan menghalanginya untuk melakukan semua itu. Korban akan lebih memilih menyimpan lukanya di hati dan menanggung seumur hidup.
Akibatnya, terlalu sering korban pemerkosaan kehilangan motivasi, mengalami kekurangan empati, merasa tersendiri, menjadi cepat marah atau menyalahkan orang lain. Menyalahkan diri sendiri, benci dan merasa rendah diri. Dalam kasus tertentu, terkadang korban pemerkosaan bunuh diri.
Bagaimana Cara Menyembuhkan Jiwa Gadis Korban Pemerkosaan?
Kitab Allah berkata, “Allah kaya dengan rahmat. Ia sangat mengasihi kita” (Injil, Surat Efesus 2:4). Si gadis, bagaimanapun penderitaannya, dapat yakin akan kasih Allah!
Isa Al-Masih dekat pada orang yang patah dan remuk hati. Ia merawat mereka, membalut luka-luka jiwa dan menyembuhkan mereka. Dengan hati yang penuh kasih, Isa berkata: “Hai puteri, hai wanita yang menderita, yang letih lesu dan berbeban berat! Marilah kepada-Ku . . . Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Kitab Zabur 24:18, 147:3; Nabi Besar Yesaya 61:1, Matius 11:28).
Pernahkah Anda atau seorang yang Anda kenal mempunyai pengalaman seperti gadis tersebut tentang paman dan pemerkosaan? Isa Al-Masih bersedia dan berkuasa membalut hati jiwa Anda. Isa sudah menyembuhkan banyak wanita yang menderita seperti Anda. Jika Anda ingin mendapat pertolongan, silakan mengemail kami.
[Staf Isa Islam Dan Kaum Wanita – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa Islam Dan Kaum Wanita.]
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Apa yang harus dilakukan pimpinan agama untuk mencegah masalah paman dan pemerkosaan?
- Kira-kira para Ustad, Pendeta, Pastor akan memberi nasihat apa kepada gadis yang dicabuli oleh pamannya supaya jiwanya dapat sembuh?
- Mengapa Isa Al-Masih berani mengatakan bahwa Ia akan memberi kelegaan kepada semua orang yang letih lesu dan berbeban berat yang datang kepada-Nya?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Berikut ini dua link artikel dan video yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Ditulis oleh: Jason
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
~
Saya pernah membaca berita pastur atau pendeta di Medan memperkosa jemaatnya yang sekaligus anak angkatnya. Karena si anak angkat meminta pertanggungjawabannya akhirnya si anak angkat dibunuh di toilet gereja. Apakah si pendeta tidak pernah membaca Alkitab? Apakah pendeta tetap masuk surga karena dia sangat percaya Yesus yang telah menebus dosanya?
~
Sdr. Gandhi Waluyan,
Dengan apa yang Anda tanyakan, berikut tanggapan pertanyaan kami kepada Anda:
– Apakah dengan Anda membaca Alkitab menjamin Anda pasti mengimani dan mengikuti yang Alkitab ajarkan?
– Apakah orang yang bertindak berlawanan dengan karakter Isa/Yesus Sang Firman adalah pengikut Isa, yakni yang mengimani Isa?
– Bukankah beriman artinya sungguh mempercayai & mengikuti siapa yang diimani?
– Bukankah hakikat penebusan manusia dari hukuman dan kuasa dosa yang Isa lakukan adalah menyelamatkan kita dari hukuman kekal dan menolong kita kembali pada fitrah mulia sebagaimana Isa teladankan?
– Bila seseorang tetap berlaku cemar meski mulutnya mengaku beriman pada Isa yang suci, apakah perilaku kecemarannya membuktikan imannya?
~
Yuli
~
Mengapa Allah muncul setelah kejadian? Tentu kita boleh merenung, di mana Allah ketika si paman memperkosa gadis kecil itu? Apakah Allah sedang tidur?
Kasus ini serupa seperti ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa. Ketika iblis tengah mencobai, Allah tidak hadir di situ. Kita bertanya-tanya, mengapa Allah tidak hadir? Mengapa Allah membiarkan penyelewengan dan dosa terjadi? Hemat saya, sekiranya Allah mencegah dari awal, Allah tidak perlu susah payah membereskan yang sudah terjadi.
~
Sdr. A,
Sudut pandang Anda cukup menarik dicermati. Percayakah Anda, manusia diciptakan Allah? Jika ya, apa maksud Allah menciptakan kita, menurut Anda? Motivasi apa yang mendasari Allah menciptakan? Apakah manusia diciptakan menjadi “mainan-Nya”, serupa robot dan wayang yang tidak punya kebebasan kehendak, emosi, dan logika? Andaikan ya, hal ini tidak sejalan dengan firman-Nya sbb:
“…Allah adalah kasih” (Surat Rasul 1 Yohanes 4:8)
“Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas … seluruh bumi …” (Taurat, Kitab Kejadian 1:26).
Atas motivasi kasih, Allah menciptakan manusia untuk tujuan mulia menjadi “rekan sekerja-Nya” mengelola bumi sekaligus menikmati hubungan kasih dengan-Nya. Semua ini tidak bisa terwujud bila manusia sekedar wayang dan robot. Itu sebabnya “serupa” dengan Allah, manusia diciptakan punya kebebasan logika, emosi, dan kehendak. Konsekuensinya, manusia mempertanggungjawabkannya kepada Allah Sang Pencipta.
Nah, apakah logis bila demi menghindari kerepotan membereskan dosa kita, Allah mengingkari ketetapan-Nya? Bukankah menyingkirkan semua yang jahat justru menjadikan kita wayang dan robot tanpa tanggungjawab? Bagaimana tugas pengelolaan alam bisa dilakukan robot tanpa tanggungjawab? Mana bukti kasih Allah bila Ia tidak mau repot mengatasi masalah pada manusia ciptaan-Nya?
~
Yuli
~
Semua yang Anda katakan itu akan menjadi benar bila Anda bisa membuktikan bahwa Allah itu ada.
~
Sdr. A,
Tentang keberadaan Allah, kami ingin mengajukan pertanyaan analogis: “Apakah Anda percaya Thomas Alva Edison tokoh nyata, bukan tokoh fiktif?” Mengapa Anda percaya meski belum pernah bertemu? Bahkan, tahun meninggalnya pun jauh dari tahun kelahiran Anda. Mengapa Anda tidak menyatakannya tokoh fiktif? Bukankah akal sehat Anda memperhatikan catatan sejarah tentang keberadaan dirinya? Bahkan “lampu pijar” sebagai salah satu karya penemuannya pun menjadi bukti otentik tentang eksistensinya di dunia.
Demikian juga Allah. Apakah panca indra, akal sehat, dan nurani kita tidak mampu melihat semua karya ciptaan Allah sebagai bukti otentik keberadaan diri-Nya? Jika “lampu pijar” saja ada penciptanya, apakah mungkin alam semesta dengan mekanisme rumitnya tidak ada yang menciptakan? Bukankah tubuh Anda pun sebuah sistem yang amat rumit? Mungkinkah “sebuah kebetulan” bisa memunculkan semua ini? Mustahil, bukan?
Bahkan, Sang Pencipta secara literal telah berfirman dalam Kitab-Nya mengenai karya penciptaan-Nya atas semesta (Taurat, Kitab Kejadian 1 dan 2), bagaimana Ia memeliharanya, bahkan hingga membereskan masalah terbesar yang minimpa ciptaan-Nya dan merombaknya menjadi baru (Taurat, Kitab Kejadian 3:15, Kitab Wahyu 21:1). Lalu, masih bisakah kita menyangkal-Nya? Andaikan bisa, tentu kita sedang mematikan akal sehat, bukan?
~
Yuli
~
Apakah catatan tentang keberadaan Allah hanya ada dalam kitab suci? Adakah sumber referensi lain yang bisa kita percayai untuk membuktikan keberadaan Allah?
Kitab suci untuk orang beragama. Siapa yang beragama, pasti percaya mutlak kepada kitab sucinya. Tetapi saya butuh referensi lain, dan bukan dari kitab suci. Itu bila ada.
Terimakasih.
~
Sdr. A,
Kami berharap Anda lebih cermat dan arif dalam membaca komentar kami sebelumnya (12 November 2018 pada 3:32 pm). Tentu sangat ironis bila mengesankan diri mengedepankan logika berpikir, namun justru mengabaikannya, bukan? Bagaimana dengan pertanyaan kami tentang Thomas Alva Edison, beranikah Anda menyatakan dia tokoh fiktif, bukan tokoh nyata sang penemu lampu pijar hanya karena Anda tidak pernah bertemu dengannya? Lalu, bagaimana Anda mencermati alam semesta dengan segala sistem kerumitannya namun tertopang harmonis satu sama lain? Apakah hanya sebuah kebetulan tanpa ada yang menciptakan, memelihara, dan menopangnya? Mari bersikap jujur terhadap logika bila Anda sungguh-sungguh menghargai kebenaran logika.
~
Yuli
~
Bagi saya, lebih mudah percaya kepada angin daripada Allah. Angin, meskipun tidak berwujud, tetapi bisa kita rasakan. Sementara Allah, selain tidak berwujud, kita pun tidak tahu di mana keberadaan-Nya.
Terimakasih untuk diskusinya.
~
Sdr. A,
Meski tidak kasat mata, angin bisa kita rasakan dan saksikan apa yang ditimbulkannya. Mulai dari gerakan daun oleh angin sepoi, hingga porak porandanya bagunan akibat angin badai. Meskipun indera mata tidak tahu dari mana angin berasal dan ke mana ia pergi, logika Anda tetap meyakini angin ada/eksist, bukan? Anehnya, mengapa dengan logika yang sama, Anda malah memustahilkan keberadaan Allah, Sang Pencipta angin? Sedangkan Thomas Alva Edison si penemu lampu pijar yang tidak pernah Anda temui (hanya Anda lihat hasil karyanya saja), Anda percayai eksistensinya, sama seperti percaya eksistensi angin yang tidak terlihat. Jadi, bukankah Anda sedang mengabaikan logika saat menyangkal keberadaan Allah? Di sinilah letak ketimpangannya, betapa Anda tidak jujur dengan logika Anda sendiri.
Anda punya hak azasi menyangkal keberadaan Allah. Tapi tidak sedikitpun bisa mengubah kebenaran bahwa Allah sungguh ada, telah menciptakan Anda, dan kelak meminta pertanggungjawaban Anda atas hidup yang telah Ia karuniakan bagi Anda secara pribadi. Mari pertimbangkan hal ini.
Saudaraku, apakah Anda sangat kecewa atas hidup Anda/orang-orang yang Anda kasihi hingga Anda memutuskan Allah tidak ada? Silakan hubungi kami via email () atau WA/SMS ke 0812-8100-0718 bila Anda ingin berbagi lebih jauh mengenai hal ini. Dengan senang hati kami layani.
~
Yuli
~
Di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, diceritakan bahwa Nabi Elia pernah membuktikan akan keberadaan Allah, dengan membuat suatu korban bakaran, dimana korban bakaran itu terbakar saat dia memanggil Allah menurunkan api dari langit.
Saya bertanya-tanya, mungkinkah kita boleh melakukan ini juga di zaman sekarang? Untuk membuktikan Allah sungguh-sungguh ada, kita berkumpul di tengah lapangan, menyiapkan korban bakaran, kemudian memanggil, “Allah, Allah, turunlah dari langit dan jamah korban bakaran ini!”
~
Sdr. A,
Pernahkah Anda menemui orang yang bersikukuh daun berwarna biru meskipun mata semua orang melihatnya hijau? Adakah cara ampuh mengubah pendapatnya? Seandainya daun tsb bisa berbicara bila ia hijau, menurut Anda apakah orang tsb akan percaya? Tidak akan, Saudaraku. Sebab bagaimana ia bisa mempercayai hal-hal di luar nalar sedangkan hal logis saja (fakta visual yang diamini semua orang) ia tolak?
Itulah yang sedang Anda tanyakan tentang pembuktian Allah dengan meniru kasus Nabi Elia. Anda mempercayai keberadaan angin yang tidak kasat mata, eksistensi Thomas Alva Edison yang tidak pernah Anda jumpai, tapi menolak keberadaan Allah yang semua karya ciptaan-Nya jelas terpampang di mata Anda. Bukankah nyata Anda sedang bersikukuh tanpa dasar logis? Jadi, untuk tujuan apa Anda minta cara supranatural menantang Allah? Sekedar untuk mempertahankan ketidaklogisan penolakan Anda terhadap-Nya, bukan?
Saudaraku, Anda perlu membaca Alkitab lebih cermat. Nabi Elia melakukannya bukan karena ia tidak percaya eksistensi Allah. Sebaliknya, karena Ia tahu siapa Allah yang disembahnya. Juga, ritual korban bakaran terjadi di zaman Perjanjian Lama (PL). Ini tidak lagi berlaku setelah pngorbanan Isa Al-Masih menjadi tebusan keselamatan kita. Sebab Isa adalah korban sempurna (penggenapan) dari simbol korban-korban bakaran yang berlaku di zaman PL. Maka, jika sekarang Anda (yang menolak Allah, jauh berbeda dengan Nabi Elia yang beriman kepada-Nya) melakukan ritual korban bakaran sekedar untuk menantang Allah, apa perlunya Allah bermujizat di depan Anda?
Silakan hubungi kami via email () untuk diskusi lebih lanjut agar forum diskusi di sini tetap berfokus pada topik artikel.
~
Yuli
Terima kasih.
Saya sudah membaca artikel di atas berulang-ulang, tetapi tidak menemukan di mana letak solusi yang akan diberikan Isa Al-Masih kepada perempuan korban pemerkosaan itu. Bila perempuan itu datang kepada Isa, apakah Isa mampu mengembalikan keperawanannya yang sudah hilang? Bila tidak, lalu solusi seperti apa yang diberikan Isa kepada perempuan korban pemerkosaan itu?
~
Sdr. A,
Pertanyaan yang sangat baik, Saudaraku.
Jika fokus kita hanya mengembalikan kondisi fisik keperawanan seorang gadis, operasi selaput dara oleh dokter bedah plastik cukup menjadi solusinya. Tapi, apakah ini bisa mengubah fakta tentang perkosaan yang telah dialaminya? Dan apakah pemerkosaan tidak berdampak besar bagi perkembangan jiwa dan rohaninya? Bukankah dua aspek ini yang jauh lebih penting untuk ditangani? Isa Al-Masih, Allah Pencipta kita (Injil Yohanes 1:1-3,14) adalah Penyembuh Sempurna bagi jiwa dan roh kita. Bukankah hanya sang designer yang paling mengerti bagaimana memperbaiki designnya?
~
Yuli
~
Jika saya jadi anak perempuan itu, saya akan bunuh diri. Yesus pasti tidak akan memarahi saya karena Dia sendiri yang lalai menjagai saya sehingga saya diperkosa oleh paman itu!
~
Saudara A,
Benarlah firman Tuhan, “dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat” (Injil, Rasul Besar Matius 15:19). Apa yang saudara sampaikan itupun kecenderungan manusia, yaitu berbuat diluar kehendak Allah bahkan menyalahkan Allah. Bunuh diri bukanlah jalan keluar yang benar, jelas itu dilarang Allah. “Jangan membunuh” (Injil, Rasul Besar Matius 19:18).
~
Daniar