Kita semua ingin pernikahan yang indah. Tetapi, selalu akan ada konflik. Sayangnya, banyak orang memilih untuk menyerah saat menghadapi konflik. Akhirnya, konflik yang tidak selesai dapat mengakibatkan perceraian. Mengapa Islam menghalalkan perceraian?
Menurut Lokadata, tingkat perceraian di Indonesia terus meningkat. Pada 2020, persentase perceraian naik menjadi 6,4 persen dari 72,9 juta rumah tangga atau sekitar 4,7 juta pasangan.
Semudah itukah kita memutuskan untuk bercerai daripada bertahan dalam pernikahan? Bagaimana Pandangan Islam dan ajaran Isa Al-Masih tentang perceraian? Bacalah artikel ini agar tahu bagaimana cara terbaik mengatasi masalah pernikahan.
Pandangan Islam Tentang Perceraian
Haram dan halal adalah hal yang serius dalam agama Islam. Seperti babi, merupakan binatang paling populer yang haram. Apa pun yang kena babi menjadi najis. Bagaimana dengan perceraian menurut pandangan Islam?
Pandangan Islam tentang perceraian sepertinya halal. Karena Al-Qur’an menyatakan demikian, “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan istri–istrimu maka hendaklah kamu ceraikan pada waktu mereka dapat (menghadapi) idahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu idah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali kalau mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang” (Qs 65:1).
Nabi Islam juga menegaskan: “Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masing dari limpahan karunia-Nya. Dan adalah Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Bijaksana” (Qs 4:130).
Benarkah Allah mencukupkan kebutuhan mereka setelah bercerai? Lalu mengapa ada janda-janda miskin?
Makanan yang hanya sebatas dari mulut ke perut lalu ke jamban, menempati posisi penting sehingga haram. Bagaimana dengan perceraian? Bukankah perceraian mengakibatkan dampak negatif permanen bagi suami-istri, bahkan anak dan keluarga besar?
Islam Memperbolehkan Perceraian, Sedangkan Allah Membencinya
Perceraian diperbolehkan Allah menurut Al-Qur’an, tetapi Allah membencinya. Pandangan Islam tentang perceraian bila kita kaji, pernyataan ini terdiri dari dua bagian yang saling bertolak-belakang. Sesuatu yang haram seharusnya Allah membencinya, tetapi bagaimana mungkin Allah membenci sesuatu yang halal?
Allah sendiri yang mengizinkan perceraian halal, lalu Allah pula yang membencinya. Apakah Allah ragu-ragu dengan firman-Nya?
Ajaran Nabi Isa Tentang Perceraian
Ketika Allah memberi istri bagi Adam, Allah berfirman, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Taurat, Kitab Kejadian 2:24).
Allah telah mempersatukan suami istri menjadi satu daging. Jadi, manusia, termasuk pasangan itu sendiri, tidak dapat menceraikannya.
Isa Al-Masih menegaskan, “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Injil, Rasul Besar Matius 19:6).
Dari kedua ayat di atas, perceraian sama sekali tidak dibenarkan oleh Allah!
Isa Al-Masih datang ke dunia untuk membentuk hati kita menjadi baru agar suami-istri dapat mengasihi sebagaimana semestinya. Setiap keluarga dapat mengalami pembaruan ini.
Jadi, ketika ada masalah dalam pernikahan, selesaikan dengan kasih Allah. Mari memohon kepada Isa untuk memperbarui hati Anda agar dapat memiliki pernikahan yang indah!
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut
- Bagaimana pendapat Saudara, menurut pandangan Islam tentang perceraian adalah halal? Jelaskan!
- Apakah Saudara setuju dengan ajaran Isa tentang pernikahan?
- Bagaimana cara mencegah perceraian?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
[Staf Isa dan Kaum Wanita – Isa Al-Masih mengajarkan suami-istri adalah pasangan yang sepadan. Rindukah saudari menjadi wanita yang sepadan dengan pria? Artikel pada tautan ini dapat membantu saudari.]
Artikel Terkait
- Keselamatan Dalam Al-Quran Dan Injil
- Empat Hal yang Allah Ingin Anda Ketahui
- Apakah Allah Membenci Berzina atau Makan Babi?
- Bagaimana Ajaran Pernikahan dan Perceraian Dalam Al-Quran dan Injil?
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Bagaimana Pandangan Islam Tentang Perceraian?”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS ke: 0812-8100-0718
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
*
Bila memang Kristen melarang cerai, mengapa banyak orang Kristen yang bercerai? Kalau dalam rumah tangga orang yang beragama Kristen, seorang suami suka menyiksa, selingkuh, dan tidak memberi nafkah, dan lain sebagainya, apa para istri harus bertahan?
Kalau para istri minta cerai, sungguh manusiawi sekali. Kalau para istri beragama Kristen bertahan, apakah mereka bisa bertahan sampai hancur tubuhnya?
~
Saudari Cristiani,
Pertama, kami ingin mengingatkan saudari bahwa tidak semua orang beragama mengerti ajaran agamanya. Itulah sebabnya kita sering mendengar kata “Islam KTP” atau “Kristen KTP”. Artinya, orang-orang ini hanya agamanya saja Islam atau Kristen. Tetapi mereka tidak mengerjakan perintah agamanya dengan benar bahkan mereka tidak mengerti tentang ajaran agamanya.
Nah, bagi orang Kristen yang demikian, menurut mereka cerai, memukul istri, selingkuh sah-sah saja. Namun tidak dengan seorang Kristen yang benar-benar mengerti kebenaran Firman Allah. Mereka akan mengetahui dari Kitab Suci bahwa Allah melarang perceraian. Seorang suami harus menyayangi dan mengasihi istrinya, demikian juga sebaliknya.
Seorang suami Kristen yang benar-benar telah menerima keselamatan dalam Isa Al-Masih, tentu mereka akan tahu bahwa selingkuh adalah zinah di mata Allah.
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Injil, Rasul Besar Matius 5:28).
Memang dalam pernikahan Islam, tidak sedikit rumah tangga yang hidup bahagia hingga tua. Tetapi, ayat Al-Quran tentang poligami memberi kesempatan bagi seorang suami untuk mempunyai istri lebih dari satu. Ayat Al-Quran yang memperbolehkan suami memukul istri, juga dapat dijadikan sebagai pembenaran dari perbuatan kasar suami pada istrinya.
Bagaimana dengan Saudari Cristiani, apakah saudara merindukan suami yang dapat mengasihi saudari, atau – maaf – saudari bersedia bila suatu hari dipoligami?
~
SO
*
Siapa bilang kalau orang Kristen yang dekat sama Yesus tidak akan pernah menyiksa atau menganiaya istrinya? Seperti kisah Nur Afni penyanyi tempo dulu, menikah 3x cerai semuanya, bahkan yang terakhir dengan Pendeta bahkan Pendeta ini yang suka menyiksa Nur Afni sampai babak belur. Sehingga wajar saja dia minta cerai.
Seandainya peristiwa ini terjadi pada ibu anda. Ayah anda suka menganiaya ibumu. Sekali lagi ini seandainya, lalu si bapak walau sudah diingatkan tetapi tidak berubah. Apakah anda sebagai anak akan membiarkan ibumu disiksa sampai ibumu mengalami depresi dan bertahan bahwa apa yang disatukan Tuhanmu tidak bisa dipisahkan tangan manusia?
~
Saudari Cristiani,
Dalam contoh kasus yang saudara sebut di atas, kami tidak punya hak untuk mengatakan apakah benar atau salah. Karena kami sendiri tidak mengetahui kasusnya. Dan mungkin juga saudara hanya mengetahuinya lewat media. Dengan kata lain, kita tidak benar-benar tahu apa sebenarnya yang menjadi permasalahan mereka.
Dan lagi, seorang Pendeta bukan jaminan orang tersebut benar-benar hidup kudus sesuai dengan kebenaran firman Allah. Sama halnya dengan ustad. Tidak jarang bukan kita melihat pendeta atau ustad yang jatuh dalam dosa.
Maka, sekali lagi kami jelaskan. Seseorang yang benar-benar hidup kudus sesuai dengan kebenaran firman Allah dalam Injil, dia akan mengerti bagaimana harus memperlakukan isterinya. Demikian sebaliknya, seorang isteri akan mengerti bagaimana memperlakukan suaminya.
Tentang contoh kasus yang saudara katakan. Saya mengenal satu keluarga yang mempunyai problem seperti yang saudara jabarkan. Suaminya bukan hanya memukul isterinya, tetapi juga selingkuh. Tidak memperdulikan anak-anaknya. Karena isteri dan anak-anaknya adalah orang-orang yang mempunyai hubungan baik dengan Tuhan, mereka selalu setia berdoa bagi suaminya. Cukup lama, bahkan beberapa tahun.
Walau suaminya kasar, tetapi si isteri selalu memperlakukan suaminya dengan baik. Menghormati suaminya sebagai kepala keluarga. Isterinya percaya akan janji Allah, bahwa suatu hari nanti suaminya pun akan dipulihkan dan bertobat. Allah tidak pernah melanggar janjinya. Dan memang setelah beberapa tahun lamanya, suaminya bertobat dan keluarga itu pun dipulihkan.
~
SO
*
Dan lagi, seorang Pendeta bukan jaminan orang tersebut benar-benar hidup kudus sesuai dengan kebenaran firman Allah. Sama halnya dengan ustad. Tidak jarang bukan kita melihat pendeta atau ustad yang jatuh dalam dosa.
==============================
Bukankah pendeta sudah dipenuhi oleh Roh Kudus? Mengapa masih bisa melakukan hal yang tidak terpuji seperti itu?
~
Saudara Ade,
Yang perlu saudara ingat bahwa manusia adalah budak dosa. Dengan kata lain, tidak ada seorang pun manusia yang kudus dan terhindar dari dosa. Bahkan nabi saudara sendiri yang katanya adalah nabi yang mulia, masih berdosa. Apa lagi seorang pendeta?
Roh Kudus sama halnya dengan Allah, seseorang dapat menerima dan menolaknya. Sama halnya seperti saudara, apakah saudara mau taat pada Allah atau tidak, itu adalah pilihan saudara.
Karena manusia adalah budak dosa, untuk itulah mereka memerlukan anugerah dari Allah untuk menolong mereka, agar kelak bila akhir zaman datang, mereka bisa masuk sorga.
Apakah menurut saudara dengan beramal dan beribadah dapat menjamin saudara masuk sorga? Jelas tidak! Keselamatan hanya bisa saudara peroleh di dalam Isa Al-Masih.
“Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Injil, Kisah Para Rasul 4:12).
~
SO
*
Cerai juga boleh di Kristen, tinggal kasih surat cerai saja: “apabila seseorang mengambil seorang perempuan dan menjadi suaminya dan jika kemudian ia tidak menyukai lagi perempuan itu, sebab didapati yang tidak senonoh padanya, lalu ia menulis surat cerai dan menyerahkannya ke tangan perempuan itu, sesudah itu menyuruh dia pergi dari rumahnya” (Taurat, Kitab Ulangan 24:1).
~
Benarkah Allah dalam Alkitab memperbolehkan perceraian? Jelas tidak! Allah tidak pernah memperbolehkan perceraian. Tetapi semua itu terjadi karena hati manusia yang jahat, kotor, keras tengkuk dan gelap mata.
Dan ketika Isa Al-Masih datang ke dunia, Dia berusaha memperbaiki kehidupan sosial yang rusak, terutama oleh karena pria. Isa Al-Masih mengajarkan bahwa menceraikan istri adalah salah dan merupakan dosa besar.
Perhatikanlah ayat berikut “Kata Yesus kepada mereka: “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah” (Injil, Rasul Besar Matius 19:8-9).
Dikatakan “sejak semula tidaklah demikian”. Dengan kata lain, sejak semula di Taman Firdaus tidak ada perceraian!
~
SO
*
Apa hukum di dalam agama apabila ada pernikahan siri yang mau melakukan perceraian ?
Dan hak asuh anak di dalam perceraian nikah siri jatuh kepada siapa ?
~
Saudara Dicky Setiarman,
Tentu saja menurut agama Islam mereka sudah sah bercerai ketika syaratnya terpenuhi.
Berdasarkan pasal 105 Kompilasi Hukum Islam bahwa apabila terjadi perceraian, maka hak asuh anak sebagai berikut:
1. Pemeliharaan anak yang belum mumayiz (belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya).
2. Pemeliharaan anak yang sudah mumayiz diserahkan kepada anak untuk memilih antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaan.
Nah, bukankah perceraian mengakibatkan dampak negatif permanen bagi anak, bahkan juga suami-istri?
Namun, Allah dalam Injil menegaskan bahwa tidak membenarkan perceraian.
Mari perhatikan sabda Isa Al-Masih: “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Injil, Rasul Besar Matius 19:6).
~
DA
*
Kalau sepasang suami istri tidak cocok setelah beberapa kali berdamai, maka perceraian adalah solusi terbaik daripada menderita. Diberi kebebasan untuk memilih ini salah satu hikmah perceraian. Istri pun bisa mengajukan perceraian, bukan suami saja. Jadi adil.
Perceraian adalah jalan terakhir dalam Islam. Sebelumnya dilakukan perdamaian dan diberi tenggang waktu untuk berpikir. Setiap perbuatan pasti ada dampak positif dan negatifnya, tergantung manusia bisa menerima kenyataan atau tidak.
~
Saudara Rusli,
Memang ketidak cocokkan pasti timbul dalam suatu rumah tangga, namun bukan berarti harus mengambil keputusan yang tragis? Lari dari masalah tersebut dengan cara melakukan perceraian. Justru di sinilah letak kesetiaan seseorang diuji terhadap pasangannya.
Pernikahan bukanlah hubungan yang mengikat dalam agama Islam. Al-Quran tidak menganggap perceraian sebagai pilihan yang tragis, ketika upaya lainnya gagal. Ada perbedaan yang mencolok antara ajaran Al-Quran dan Alkitab tentang hal ini.
Dengan tegas Isa Al-Masih mengatakan bahwa: “Demikianlah mereka [suami dan istri] bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia “ (Injil, Rasul Besar Matius 19:6). Artinya perceraian tidak dibenarkan oleh Allah.
Perkawinan adalah sesuatu yang sakral. Tujuan perkawinan bukanlah semata-mata hanya untuk kepentingan biologis atau kebutuhan kasih-sayang atau emosi semata. Namun lebih dari pada itu, Injil mencatat bahwa salah satu tujuan pernikahan agar suami istri dapat saling menolong. Sebab pria dan wanita diciptakan Allah saling melengkapi.
~
DA
*
Kalau tidak tahu tentang Islam, jangan sembarangan memberi statement, karena dapat mengundang konflik antar umat beragama. Tentu yang membaca bisa mencerna mana yang baik dan yang salah.
~
Saudara Aisyah,
Tujuan kami bukan untuk mengundang konflik. Tetapi untuk saling bertukar-pikiran tentang hal-hal yang berhubungan dengan wanita dan kepercayaannya. Sebab, tidak sedikit wanita Muslim yang tidak mengerti, mengapa mereka mengalami diskriminasi dari agama mereka. Bagaimana menurut pandangan Saudari Aisyah tentang diskriminasi tersebut?
Kami memandang bahwa kita tentu bisa saja saling menyampaikan argumentasi tentang kepercayaan masing-masing. Jika Saudara menemukan bahwa ternyata apa yang kami tulis adalah salah, maka tentu Saudara bisa memberi masukan kepada kami. Sehingga kita dapat memperoleh manfaat dari sini.
~
DA
*
Mengapa Islam membolehkan perceraian?
Meskipun Islam membolehkan perceraian, namun ada kaidah-kaidah yang harus dijaga agar perceraian tidak bisa begitu saja dilakukan. Ada beberapa keadaan yang menjadikan hukum perceraian bukan sekedar boleh, yaitu:
Wajib; apabila terjadi perselisihan antara suami istri sedangkan dua hakim yang mengurus perkara keduanya sudah memandang perlu supaya keduanya bercerai.
Sunnat; apabila suami tidak sanggup lagi membayar kewajibannya (nafkahnya) dengan cukup, tidak menjaga kehormatannya.
Haram (bid’ah); dalam dua keadaan, pertama; menjatuhkan thalak sewaktu istri dalam keadaan haid. Kedua; menjatuhkan thalak sewaktu suci yang telah dicampuri dalam waktu suci itu.
~
Terima kasih atas penjelasan saudara. Sepertinya dalam ajaran Islam terdapat beberapa kelonggaran khususnya dalam hal pernikahan.
Suami yang dianggap mampu secara materi, boleh mempunyai istri lebih dari satu. Pernikahan yang tidak harmonis dapat diakhiri dengan perceraian.
Tentang pernikahan, sepertinya Islam hanya melihat dari sisi pria/suami. Misalnya poligami. Syarat yang diajukan hanya “bila suami”. Pernahkah Islam melihat apakah si istri senang bila suaminya mengambil istri lain? Jelas tidak satu pun istri merasa bahagia bila suaminya mempunyai wanita lain.
Demikian dengan perceraian, walau Islam menetapkan beberapa aturan dalam perceraian, sayangnya, dalam prakteknya tidaklah demikian. Justru dengan adanya ijin perceraian yang diberikan, menjadi satu motivasi/alasan bagi sepasang suami-istri untuk bercerai.
Maka, apapun alasan atau kondisinya, poligami dan perceraian bukanlah jalan keluar dari permasalahan yang terjadi dalam sebuah pernikahan.
Firman Allah berkata, “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Injil, Rasul Markus 10:9).
~
SO
~
Kepada pembaca situs kami, kiranya dapat memperhatikan pedoman di bawah ini dalam memberi komentar.
PEDOMAN MEMASUKKAN KOMENTAR:
(1) Tidak boleh memakai lebih dari satu kotak.
(2) Pertanyaan / masukan harus berhubungan erat dengan uraian.
(3) Sebaiknya satu atau paling dua pertanyaan / konsep dimasukan dalam satu comment.
(4) Masukan harus selalu sopan dan jangan agresif.
(5) Masukan tidak boleh memuat banyak bahasa lain, misalnya Bahasa Arab.
(6) Masukan harus dalam Bahasa Indonesia yang lazim dimengerti semua orang.
(7) Masukan tidak boleh memakai singkatan-singkatan, misalnya yg, dlm, sdh,dlsbgnya.
(8) Huruf besar tidak boleh dipakai untuk menekankan sesuatu.
(9) Tidak diijinkan mencantumkan hyperlink dari situs lain.
Kami mempersilakan Saudara mengemail untuk pertanyaan / comment yang majemuk. Kami senang menjawabnya.
Wassalam,
Staff, Isa dan Islam
*
Aturan dalam Islam sudah benar adanya, kita sebagai umat nabi Muhammad tidak perlu lagi meragukannya.
“Perceraian dalam Islam dihalalkan tapi dibenci Allah, dibolehkan tapi tidak disukai Allah” Apakah itu bertolak-belakang? Tentu tidak!
Jadi Allah secara tidak langsung memerintahkan kita untuk selektif mungkin, karena hukum perceraian dalam hadits sudah sangat sedemikian lengkap.
~
Kata “dihalalkan” dan “dibenci” adalah dua sifat yang bertolak-belakang. Kata “dibolehkan” dan “tidak disukai” juga adalah dua kata yang bertolak-belakang.
“Perceraian dalam Islam dihalalkan tapi dibenci Allah” adalah dua ungkapan yang digabungkan dengan kata “tapi”.
Bila kita melihat dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), arti dari kata “tapi” adalah kata penghubung intrakalimat untuk menyatakan hal yang bertentangan atau tidak selaras.
Demikian kalimat “dihalalkan” bertentangan atau tidak selaras dengan kata “dibenci”. Dengan kata lain, pernyataan “Perceraian dalam Islam dihalalkan tapi dibenci Allah, dibolehkan tapi tidak disukai Allah” adalah pernyataan yang bertolak-belakang.
~
SO
*
Amerika adalah negara mayoritas Kristen. Mungkin 50% rakyat Amerika memeluk agama Kristen. Tetapi mengapa di Amerika banyak perceraian dan seks bebas?
~
Islam adalah agama mayoritas penduduk Indonesia. Tetapi apakah seluruh orang Islam di Indonesia mengerti dengan benar ajaran Islam? Tentu tidak! Karena tidak sedikit orang Islam di Indonesia yang tidak mengerti bahkan tidak menjalankan ajaran Islam dengan baik. Orang-orang seperti ini biasa dikenal dengan nama Islam KTP.
Demikian juga dengan orang Kristen di Amerika. Jelas tidak semua mereka mengerti dengan baik ajaran Isa Al-Masih. Juga tidak sedikit di antara mereka hanya Kristen KTP.
Seseorang yang benar-benar telah menerima keselamatan dari Isa Al-Masih, akan hidup sesuai kebenaran dari ajaran Isa Al-Masih. Orang-orang seperti ini akan mengerti, bahwa perceraian dan seks bebas adalah hal yang dilarang. Dan tentu mereka tidak akan melakukannya.
Sedangkan mereka yang sering melakukan kawin-cerai dan seks bebas, adalah orang-orang yang tidak mengerti ajaran Isa Al-Masih, dan belum menerima keselamatan dari Isa Al-Masih.
~
SO
*
Komen-komen yang anda berikan selalu menjelekkan Islam. Orang yang menilai yang lain jelek, sudah pasti dirinya lebih jelek. Giliran anda yang disalahkan (kasus pendeta/Nur Afni) anda mencari alasan pembenarannya. Sebaiknya kalau anda yakin dengan ajaran agama anda, beribadahlah sungguh-sungguh. Jangan sibuk mencari kejelekan agama lain yang anda sendiri tidak mengerti sepenuhnya.
~
Saudara Pfaishall,
Sepertinya saudara sudah salah dalam memberi penilaian kepada kami. Tujuan kami bukan untuk menjelekkan agama Islam atau siapapun. Tujuan website ini untuk tempat saling bertukar-pikiran tentang hal-hal yang berhubungan dengan wanita dan kepercayaannya.
Jika Saudara menemukan bahwa ternyata apa yang kami tulis adalah salah, maka tentu Saudara boleh memberi masukan kepada kami. Sehingga kita dapat memperoleh manfaat dari sini, terima kasih.
~
DA
*
Saya (suami) mau tanya, istri saya keluar dari rumah tapi tanpa seizin saya sudah berjalan 7 bulan tanpa tegur sapa. Apa lagi tanggung jawab dia sebagai istri tak ada lagi sedangkan saya sudah 3x berusaha mengajak istri saya rujuk. Tapi dia tak mau sedangkan saya sayang. Yang saya tak habis pikir perceraian saya sama istri dibuat oleh keluarga dia melalui jalan yang tak diridhoi Allah yaitu syirik.
~
Saudara Wandi,
Kami salut akan kasih saudara kepada Istri. Memang tidak semua umat Muslim melakukan perceraian ketika menghadapi permasalahan keluarganya.
Sepintas kalau tidak salah dalam hal ini istri saudara Wandi telah lalai menjadi seorang Istri. Dan berujung perceraian. Tetapi apa permasalahannya Saudara Wandi yang tahu. Jika saudara Wandi berkenan untuk berdiskusi lebih lanjut kami persilakan mengemail kami di .
Dan tidak lupa kami berdoa buat saudara Wandi. Kiranya Isa Al-Masih yang penuh kasih akan menolong, menghibur dan menjawab kerinduan Saudara Wandi.
“Marilah kepada-Ku [Isa Al-Masih], semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Injil, Rasul Besar Matius 11:28).
~
DA
*
Setahu saya agama Kristen Protestan dan Katholik sama-sama mengakui Alkitab sebagai kitab sucinya, dan sama-sama mengimani Yesus sebagai Anak Allah. Lalu mengapa kedua agama yang sama-sama mengimani Alkitab ini punya pandangan yang berbeda?
Kristen Protestan membolehkan perceraian, sedangkan Khatolik tidak membolehkannya. Mana yang benar? Jika anda bilang Alkitab melarang perceraian berarti pandangan orang-orang Kristen Protestan salah semua?
~
Saudara Cowoq Cakep,
Benar, bahwa Kristen Protestan dan Katholik sama-sama mengimani Alkitab dan Isa Al-Masih adalah Anak Allah. Artinya keduanya berpegang kepada firman Allah. Jadi, yang jelas Kristen Protestan maupun Katholik mengenai pernikahan berpegang pada firman Allah yaitu tidak membenarkan perceraian.
Allah tidak pernah memperbolehkan perceraian. Tetapi semua itu terjadi karena hati manusia yang jahat, kotor, keras tengkuk dan gelap mata.
Dan ketika Isa Al-Masih datang ke dunia, Dia berusaha memperbaiki kehidupan sosial yang rusak, terutama oleh karena pria. Isa Al-Masih mengajarkan bahwa menceraikan istri adalah salah dan merupakan dosa besar.
Perhatikanlah ayat berikut “Kata Yesus kepada mereka: “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah” (Injil, Rasul Besar Matius 19:8-9).
Dikatakan “sejak semula tidaklah demikian.” Dengan kata lain, sejak semula di Taman Firdaus tidak ada perceraian!
~
DA
*
Sahabat Admin,
Tentang hadits tersebut, dalam Islam ada takhrij hadits yang tidak dimiliki oleh agama apapun di dunia ini. Dalam hal ini, setiap kabar dari Nabi Muhammad yang dibawakan oleh pencatatnya, perlu diteliti kebenarnnya.
Hadits tersebut di atas adalah riwayat Imam At-Tirmizi, bunyinya sebenarnya “Perkara halal yang paling Allah benci adalah perceraian”. Hanya saja derajat hadits ini lemah sehingga tidak bisa dijadikan dalil. Kebolehan perceraian itu jelas dari Tuhan, karena Dia-lah yang telah menciptakan sehingga lebih tahu isi hati manusia, justru jauh lebih mulia bercerai daripada berselingkuh.
~
Saudara Rahman,
Terlepas dari apakah hadits di atas lemah atau tidak, kenyataannya hadits tersebut diakui oleh umat Islam. Dimana dalam hal ini, seorang sahabat nabi menulis ulang apa yang disampaikan Muhammad, bahwa menurutnya, Allah membenci perceraian tetapi juga memperbolehkannya.
Lantas, apakah standart yang diberikan oleh Muhammad mengenai kekudusan pernikahan?
Memang yang menciptakan manusia adalah Allah, tetapi saudara juga harus ingat, salah satu sifat Allah adalah konsisten akan janji-Nya. Bila Dia telah mempersatukan dua anak manusia dalam sebuah pernikahan, jelas Dia tidak akan melanggar janji tersebut dengan memisahkan mereka.
Masalah-masalah yang timbul dalam pernikahan yang berujung pada sebuah perceraian, adalah masalah yang ditimbulkan manusia. Bukan atas persetujuan dari Allah. Dan soal perceraian, adalah jalan keluar dari permasalahan tersebut yang diambil oleh manusia, bukan seijin Allah. Dengan kata lain, seseorang yang bercerai, telah melanggar ketetapan Allah. Dan apakah saudara tahu apa akibatnya bila melanggar ketetapan Allah? Jelas, dosa adalah ganjarannya!
Sehingga, baik perceraian maupun selingguh, kedua-duanya tidak ada yang mulia di hadapan Allah.
~
SO
*
Maksud dari Allah menghalalkan perceraian tapi membenci perceraian adalah bahwa perceraian itu diperkenankan apabila maksud dan tujuan dari pernikahan tersebut tidak tercapai sehingga kemudharatan harus dihindari.
Selain itu dalam hukum Islam ada hukum yang bersifat baku/mutlak dan ada pula hukum yang bersifat dinamis di situlah letak ketaqwaan seseorang dapat terlihat. (ilmu Allah melebihi kemampuan dan pemikiran ciptaan-Nya).
~
Saudara M.Jauhar Fuady,
Kami sependapat dengan saudara bahwa Allah melebihi kemampuan dan pemikiran ciptaan-Nya. Bila Allah telah mempersatukan dua anak manusia dalam sebuah pernikahan, jelas Dia tidak akan melanggar janji tersebut dengan memisahkan mereka, bukan?
Kesimpulannya, dengan perceraian ketaqwaan seseorang dapat dilihat. Dengan kata lain perceraian adalah bukti ketidaktaatan terhadap ketetapan Allah.
~
DA
*
Bagaimana cara istri yang menceraikan suaminya?
~
Saudara Rintika Sari,
Terima kasih atas komentarnya.
Dengan tegas Isa Al-Masih mengatakan bahwa: “Demikianlah mereka [suami dan istri] bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia “ (Injil, Rasul Besar Matius 19:6). Artinya perceraian tidak dibenarkan oleh Allah.
Perkawinan adalah sesuatu yang sakral. Injil mencatat bahwa salah satu tujuan pernikahan agar suami istri dapat saling menolong. Sebab pria dan wanita diciptakan Allah saling melengkapi.
Bagaimana dengan saudari Rintika, rindukah saudara memiliki suami yang mengasihi saudara?
~
DA
*
Terima kasih dengan artikel ini yang secara gamblang menjelaskan “kearifan” agama Islam dalam hal perceraian, kontradiktif dengan konsep perceraian Kristen ditambah dengan komen-komen staf Kristen yang kehilangan substansi pertanyaan.
Perlu diketahui bahwa hak menikah mutlak ada pada wanita dan hak cerai mutlak ada pada pria. Dalam Islam tidak dapat menikah seorang pria tanpa seorang wanita dengan walinya, demikian pula hak talak hanya ada pada pria. Kristen tidak punya konsep jelas dalam konteks hukum rumah tangga, perceraian karena itu risiko logis sebuah pernikahan. Urusan iddah saja Islam atur. Sebaiknya Anda belajar lagi agama Kristen sebelum membuat artikel komedi seperti ini.
~
Saudara Syahrin,
Terima kasih telah membaca dan merespon artikel kami.
Saudara Syahrin benar, bahwa ada kontradiktif dalam hal perceraian antara ajaran Islam dengan ajaran Alkitab. Yaitu ajaran Islam menghalalkan perceraian, tetapi dibenci Allah.
Namun, mari kita perhatikan kehendak Allah mengenai pernikahan. Ketika Allah memberi istri bagi Adam, Allah berfirman, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Taurat, Kitab Kejadian 2:24). Artinya, suami-istri telah dipersatukan Allah menjadi satu daging, sehingga tidak dapat diceraikan manusia, termasuk pasangan itu sendiri.
Ditegaskan lagi oleh Isa Al-Masih “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Injil, Rasul Besar Matius 19:6).
Dari kedua ayat di atas dapat disimpulkan bahwa perceraian sama sekali tidak dibenarkan oleh Allah!
Nah, bagaimana menurut Saudara Syahrin benarkah Allah lupa akan ketetapan-Nya?
~
DA
*
Mohon kiranya kepada penulis kalau anda meyakini ajaran agama anda itu benar, silakan menjalankannya. Tetapi jangan mencari pembenaran dengan membandingkan dengan keyakinan umat agama lain. Karena dari cara anda menjawab komentar, menulis artikel bisa membawa perpecahan umat beragama dan akhirnya akan menimbulkan perpecahan persatuan dan kesatuan.
~
Saudara Hamba Alloh,
Terima kasih atas komentar Saudara. Kami sangat menghargai pandangan Saudara.
Kami tidak mencari pembenaran karena sebagai wahyu Allah, Alkitab sudah lebih dari cukup sebagai dasar kebenaran. Jika saudara menilai bahwa artikel ataupun jawaban komentar kami terkesan membandingkan itu mungkin karena memang adanya perbedaan.
Pertanyaannya: Apakah menurut saudara Allah lupa akan ketetapan-Nya?
Kami yakin ketika kita mau belajar bersama, berbagi, menyelidiki dan berpikir terbuka akan semakin mempererat persatuan.
~
DA
*
Agama Islam adalah agama yang sempurna melebihi agama yang lain. Agama Islam mengatur umatnya di dunia agar selamat sampai di kehidupan akhirat. Masalah kawin cerai juga merupakan ibadah karena mengharap ridho dan rahmat Allah. Contoh kalau suami atau istri kafir, cerai itu wajib, karena orang kafir itu kotor dan najis.
~
Saudara Mujahidin,
Kami menghargai keyakinan Saudara Mujahidin. Boleh kami bertanya? Bagaimana dengan Saudara Mujahidin, sudah yakin pasti selamat di akhirat?
Menurut Saudara Mujahidin kawin cerai adalah ibadah. Bagaimana dapat dikatakan ibadah sedangkan bercerai dibenci Allah? Bukankah setiap orang mempunyai hak untuk bertobat, mengapa justru dicerai?
Isa Al-Masih menekankan bahwa Allah sangat mengasihi manusia, baik yang beriman maupun tidak. Untuk itulah Dia datang ke dunia. Menyelamat manusia dari dosa. Karena Allah mengasihi manusia.
“Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus [Isa Al-Masih] telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Injil, Surat Roma 5:8).
~
DA