• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
Isa Islam Dan Kaum Wanita

Isa Islam Dan Kaum Wanita

  • Allah Mengasihi Saya?
  • Saya Berhak Masuk Surga?
  • Mengapa Kesepian dalam Pernikahan?
  • Topik Lain
  • Hubungi Kami

Talak – Halal Tetapi Dibenci Allah

22 Februari 2016 oleh Web Administrator 40 Komentar

pria-menunjuk-dan-berteriak-pada-wanita-dengan-latar-gambar-hati-yang-retak-simbol-perpisahan-perceraian

Soal perceraian, agama Islam dan Kristen setuju, bahwa Allah tidak menyukainya. Satu Hadits menjelaskan, “Talak (perceraian) adalah suatu yang halal yang paling dibenci Allah(HR. Abu Dawud dan Ahmad). Agar dapat bersikap benar, maka kita wajib mengerti sikap Islam dan Kristen soal perceraian.

Perceraian Dalam Islam Dan Kristen

Qs 2:229 membolehkan perceraian “Talak (yang dapat dirujuk) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi … atau menceraikannya dengan cara yang baik . . .” Nampaknya, dalam Islam, talak jauh lebih mudah bagi pria daripada wanita. Mungkinkah itu karena pria dianggap lebih superior dari wanita?

Sebaliknya, Kitab Allah tegas mengharamkan perceraian. Dengarkanlah kata Yahweh (Tuhan), “Aku benci perceraian . . . Aku benci kalau salah seorang dari kamu berbuat sekejam itu terhadap istrinya. Maka jagalah dirimu dan jangan sekali-kali mengkhianati istrimu” (Kitab Nabi Maleakhi 2:16). 

Benarkah Perceraian Itu Solusi?

Menurut seorang pengunjung situs ini, perceraian dalam Islam adalah solusi. Alasannya “…, perempuan lebih banyak dari pria, . . . , maka[Islam] memperbolehkan poligami, .. .” Zulia Ilmawati, psikologMuslim, menuliskan “. . . perceraian adalah solusi bagi masalah dalam rumah tangga . . .”

Jika perceraian adalah solusi, mengapa agama-agama berusaha mengatasinya? Mengapa tokoh agama malu jika banyak umatnya bercerai?

Jika perceraian itu solusi, mengapa kita merendahkan agama lain yang banyak umatnya bercerai? Bukankah seharusnya kita bangga karena perceraian merupakan solusi konflik rumah tangga mereka?

Menurut Ustad Tri Asmoro Kurniawan perceraian berakibat negatif. Antara lain “… kekerabatan yang putus, trauma psikologis yang dalam, anak-anak yang menjadi korban, tudingan miring masyarakat sekitar, hingga hilangnya rasa percaya diri . . .”

Novelis Pat Conroy menulis, “Setiap perceraian adalah satu kematian kecil peradaban dan kebudayaan.” Ahli sosiolog Armand Nicholi III dari Universitas Harvard berkesimpulan: “Perceraian tidak merupakan solusi untuk masalah pernikahan. Perceraian hanya merupakan pergantian masalah-masalah.”

ilustrasi-wanita-dan-pria-terpisah-karena-ada-keretakan-di-depan-merekaMengapa Sebagian Orang Islam Dan Kristen Bercerai?

Bukankah banyak orang Kristen di negara-negara Barat bercerai? Benar! Namun, kita wajib mengetahui ajaran yang mendasari perceraian di antara orang Kristen dan Islam.

Kristen melarang perceraian (juga poligami dan perselingkuhan). Maka pasangan Kristen yang bercerai sedang melanggar firman Allah. Sebagaimana sabda Isa Al-Masih, “Sebab sikapmu yang keras kepala itulah maka Musa meluluskan permintaanmu untuk menceraikan istrimu, tetapi sejak mulanya tidaklah demikian”(Injil, Rasul Besar Matius 19:8).

Sebaliknya, Islam percaya bahwa perceraian adalah solusi. Maka ajaran itulah yang mendorong dan mengesahkan perceraian di antara umatnya.

Islam dan Kristen Menolak Perceraian

Jadi agama Islam dan Kristen benar dalam menentang dengan keras perceraian! Karena perceraian melanggar firman Allah, bukan solusi terbaik, dan banyak dampak negatifnya.

Umat beragama dapat menghindari perceraian dengan belajar merendahkan diri dan melayani satu sama yang lain. Jika suami belajar mengalah dan mengasihi isteri seperti Isa Al-Masih mengasihi kita, dan isteri belajar menghargai suami. Maka perceraian tidak akan terjadi. Pengorbanan Isa Al-Masih pada kayu salib buat kita menjadi teladan bagaimana suami dan isteri perlu melayanai satu sama yang lain. Dalam pengorbanan-Nya kita melihat juga tersedia keselamatan untuk kita sekalian!

Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca

Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:

  1. Menurut Saudara benarkah perceraian adalah solusi terbaik dalam kemelut rumah tangga? Berikan alasannya!
  2. Manakah yang lebih baik dan menjamin kebahagiaan rumah tangga, ajaran Islam yang membolehkan perceraian atau Kristen yang melarangnya? Berikan alasannya!
  3. Bagaimanakah pendapat Saudara akan ajaran Kristen yang dengan tegas melarang perceraian?

Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.

Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”

 

Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS ke: 0812-8100-0718.

Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.

Bagikan Artikel Ini:

Share on Facebook Share on Twitter Share on WhatsApp Share on Email Share on SMS

Ditempatkan di bawah: Perceraian, Pernikahan

Subscribe
Beritahulah

PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR

Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
3. Sebelum menuliskan jawaban, copy-lah pertanyaan yang ingin dijawab terlebih dahulu.
4. Tidak diperbolehkan menggunakan huruf besar untuk menekankan sesuatu.
5. Tidak diijinkan mencantumkan hyperlink dari situs lain.
6. Satu orang komentator hanya berhak menuliskan komentar pada satu kolom. Tidak lebih!

Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: .

Kiranya petunjuk-petunjuk di atas dapat kita perhatikan.

Wassalam,
Staf, Isa Islam dan Kaum Wanita

40 Komentar
Paling lama
Terbaru
Inline Feedbacks
Baca Semua Komentar
muslim
7 April 2016 3:57 pm

~
Apapun caranya, cara Islam adalah cara yang terbaik. Memang Islam tidak menganjurkan penceraian, namun sekiranya sudah tidak ada jalan penyelesaian penceraian dibenarkan.

Staff Isa memuji-muji ajaran Kristen yang melarang penceraian, namun hakikatnya umat Kristen lebih menyenangi ajaran Islam yang membenarkan penceraian. Buktinya ramai umat Kristen yang melanggar agamanya yang melarang bercerai.

Balas
staff
14 April 2016 3:03 pm
Balasan ke  muslim

~
Sdr. Muslim,

Apakah sdr pernah membaca informasi berikut ini?

Menurut Ustad Tri Asmoro Kurniawan perceraian berakibat negatif. Antara lain “… kekerabatan yang putus, trauma psikologis yang dalam, anak-anak yang menjadi korban, tudingan miring masyarakat sekitar, hingga hilangnya rasa percaya diri . . .”

Novelis Pat Conroy menulis, “Setiap perceraian adalah satu kematian kecil peradaban dan kebudayaan.” Ahli sosiolog Armand Nicholi III dari Universitas Harvard berkesimpulan: “Perceraian tidak merupakan solusi untuk masalah pernikahan. Perceraian hanya merupakan pergantian masalah-masalah.”

Jadi, benarkah bercerai merupakan penyelesaian suatu masalah, atau justru menambah masalah baru?
~
Saodah

Balas
muslim
7 April 2016 4:01 pm

~
Islam adalah agama yang benar yang sesuai dengan semua keadaan masyarakat. Wahai manusia ikuti agama yang benar, kamu akan selamat dunia dan akhirat.

Balas
staff
14 April 2016 3:04 pm
Balasan ke  muslim

~
“Mendekatlah dan berusahalah benar! Ketahuilah bahwa setiap orang diantara kalian tidak bakal selamat karena amalnya. Para sahabat bertanya “Ya Rasullah, tidak juga engkau? Rasullulah berkata: “Tidak juga aku, kecuali Allah melimpahiku dengan rahmat dan karunia-Nya” (Hadis Sohih Muslim  KH. Adib Basri Mustafa Hal. 819 No 76).

Bila Al-Quran dan Muhammad tidak dapat memberikan jawaban akan sorga, lalu bagaimana cara menuju ke sorga? Jelas sorga adalah tujuan akhir manusia beragama, bukan?  “Tunjukilah kami jalan yang lurus!” bukankah ini yang selalu diserukan umat Muslim?
~
Saodah

Balas
gomloh
11 April 2016 2:50 pm

~
To: Muslim,

Mana dalilnya selamat di akhirat? Yang pasti Muslim sudah ditetapkan mendatangi neraka. Hanya Yesus jalan ke sorga.

Balas
staff
14 April 2016 3:04 pm
Balasan ke  gomloh

~
Sdr. Gomloh,

Ijinkanlah kami memberi satu kutipan ayat dari Kitab Suci Injil. Mungkin dapat meneguhkan komentar sdr di atas.

“Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:12).
~
Saodah

Balas
Abdullah syahab
15 Juli 2016 1:47 am

~
Jika sudah mempunyai anak, maka talak sebaiknya tidak dilakukan karena anak-anak jadi korban, dan manusia yang baik adalah siap berkorban untuk manusia lain. Untuk mencapai tujuan sebagai manusia, talak dihindari dan diusahakan tidak terjadi.

Balas
staff
15 Juli 2016 6:13 am
Balasan ke  Abdullah syahab

~
Betul apa yang Anda sampaikan, Sdr.Abdullah Syahab! Anak-anak akan menjadi korban dari perceraian itu sendiri.

Kami pun setuju dengan pernyataan Anda: “manusia yang baik adalah siap berkorban untuk manusia lain”. Pertanyaannya, jika suami-istri belum dikaruniai anak, apakah talak boleh terjadi? Apakah suami atau istri bukan sesama kita yang layak mendapat pengorbanan kita? Bukankah mereka juga manusia, sama seperti anak-anak juga? Jika terjadi konflik keluarga, tidakkah suami dan istri harus saling berkorban (yakni saling koreksi diri, menekan ego masing-masing, saling membantu dan memahami pasangannya, saling mengampuni, dst) demi mempertahankan keharmonisan dan keutuhan keluarga?

Bagaimana, Saudaraku?
~
Yuli

Balas
tiki
16 Agustus 2016 6:45 pm

~
Staff,

Jika betul dalan Kristen dilarang bercerai, maka dipastikan jutaan Kristen di dunia yang telah melakukan perceraian tidak akan masuk surga. Mengapa? Karena telah melanggar Yesus dan kekristenan.

Dalam Islam, perceraian walaupun dibolehkan tapi merupakan sesuatu yang dibenci Allah. Artinya perceraian adalah jalan terakhir setelah sekian banyak usaha yang telah dilakukan untuk mempertahankan, namun tetap gagal.

Lalu, mengapa tidak diharamkan? Dalam satu kasus mempertahankan pernikahan justru menyiksa dan menganiaya satu pasangannya. Contoh: seorang istri yang suaminya suka mabuk, judi, main perempuan, kasar secara fisik, dll. Anda bayangkan nasib sang istri kalau tidak boleh ada perceraian.

Balas
staff
18 Agustus 2016 5:57 am
Balasan ke  tiki

~
Sdr. Tiki,

Manusia sering menganggap remeh apa yang Allah justru pandang penting dan berharga. Salah satunya tentang pernikahan. Allah menciptakan pernikahan untuk tujuan yang mulia, yaitu pembentukan keluarga dimana di dalamnya ada interaksi kasih antar anggota. Lewat keluarga pula, karya pemeliharaan Allah atas dunia ini dinyatakan (baca: Taurat, Kitab Kejadian 1:28). Dari keluarga yang sehat, lahirlah pribadi-pribadi yang sehat, yang mampu menjadi rekan kerja Allah yang efektif mengemban tugas mulia, membawa kesejahteraan bagi semua ciptaan.

Sayangnya, manusia meremehkan pernikahan. Tanpa memperhatikan tujuan mulia Allah dan bagaimana memilih jodoh yang Allah kehendaki, manusia seringkali menikah karena nafsunya semata. Saat badai rumahtangga datang, dengan mudah manusia ingkar terhadap apa yang telah diputuskannya. Akibatnya, manusia mencari sendiri solusi yang dianggapnya paling menguntungkan dirinya, enggan bertanggungjawab atas keputusan keliru yang pernah dibuatnya. Perceraian tidak pernah menyelesaikan masalah, hanya menundanya saja. Bahkan justru membawa masalah tambahan yang berkepanjangan dari satu generasi ke generas. Keluarga “broken home” berpotensi besar menghasilkan pribadi-pribadi yang “tidak sehat”, demikian seterusnya.

Bukankah solusi bagi tulang yang retak adalah penyambungan, bukannya pematahan tulang? Demikian pula dengan keluarga yang retak. Solusinya bukan perceraian, tapi pemulihan hubungan agar keluarga menjadi utuh kembali, menghasilkan pribadi-pribadi yang sehat lahir batin.
~
Yuli

Balas
tiki
16 Agustus 2016 7:01 pm

~
Staff

Dalam Islam, istri dan suami sama-sama diberikan hak untuk mengajukan cerai. Tapi dalam proses cerai itu, keduanya diberikan kesempatan untuk kembali atau rujuk. Jika perceraian tidak bisa dielakkan, maka setelah cerai, masuk kepada yang namanya masa idah selama 3 bulan, dimana sang istri dilarang untuk menikah dulu. Itu untuk memastikan apakah sang istri hamil atau tidak, sehingga nanti jelas, siapa bapak anaknya. Di masa itu, kehidupan dasar sang istri masih ditanggung suami (nafkah). Setelah masa idah habis, maka sang istri boleh menikah lagi.

Balas
staff
18 Agustus 2016 6:28 am
Balasan ke  tiki

~
Sdr. Tiki,

Terimakasih untuk penjelasan Anda tentang perceraian secara Islam.

Namun, bagaimana Anda menanggapi komentar kami sebelumnya tentang perceraian yang justru membawa masalah lanjutan dari generasi ke generasi? Walaupun syariat Islam memberikan pemecahan praktis dalam hal lahiriah seperti status anak dalam kandungan serta penafkahan kebutuhan hidup mantan istri dan anak, apakah perceraian tidak menyisakan luka batin bagi setiap anggota keluarga yang terlibat di dalamnya? Sedangkan luka batin ini bersifat permanen, sulit sekali disembuhkan. Adakah perceraian dalam Islam menyentuh, bahkan memberi solusi efektif bagi masalah yang sangat penting ini? Bukankah hati yang luka mempengaruhi bagaimana seseorang bersikap dan berkomunikasi dengan sesamanya? Kalaupun ia membentuk keluarga baru, tidakkah pola yang sama akan terus muncul jika akar masalah tidak diselesaikan?
~
Yuli

Balas
Heri
22 Januari 2017 9:38 am

~
“Talak halal tapi dibenci Allah” sangat jelas karangan manusia yang gagal paham tentang kebenaran firman Allah yang kudus dan sempurna. Yang namanya dibenci Allah mengapa dihalalkan? Mungkinkah kalau kita mengasihi dan menyayangi Allah, kita berbuat apa yang dibenci-Nya?

Isa Al-Masih bersabda, “Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu, jiwamu dan kekuatanmu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Isa Al-Masih datang untuk memberi hidup kekal, pengampunan dosa dengan korban tubuh dan darah-Nya di salib, serta memberi ajaran kasih sebagai pedoman hidup manusia di dunia.

Di luar kasih Isa Al-Masih, manusia tidak dapat berbuat apa-apa karena ditipu roh jahat, Iblis, sehingga berpendapat yang salah dan akal-akalan yang mengada-ada.

Balas
staff
23 Januari 2017 4:57 am
Balasan ke  Heri

~
Anda benar, Sdr. Heri!

Karena tidak ada satpun yang Allah anggap halal tapi dibenci-Nya. Bukankah ini tindakan yang tidak konsisten? Mungkinkah Allah yang Maha Benar tidak konsisten terhadap firman-Nya?

Teladan pengorbanan serta ajaran kasih dari Isa Al-Masih seperti yang Anda sampaikan kiranya bisa memperjernih pikiran kita dalam menilai perceraian sebagai sebuah praktik yang nyata melanggar hukum Allah karena mengingkari kasih kesetiaan kita baik kepada Allah yang telah menjadi saksi pernikahan, maupun kepada pasangan sebagai sesama yang wajib kita kasihi, bukan khianati.
~
Yuli

Balas
M Arudin Salim
14 Juli 2017 5:35 pm

~
Semua agama mengajarkan kebaikan. Semua tergantung bagaimana cara mengkaji dan memahami isi dari kitab suci setiap agama.

Untuk tim staff Isa, janganlah membuat pertanyaan untuk membandingkan antara agamamu, agamamu, dan agamaku. Tidak ada kebenaran. Yang ada pembenaran bagi setiap manusia yang merasa dirinya paling baik.

Jawaban untuk semua pertanyaan:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (Qs 2:62).

Balas
staff
17 Juli 2017 6:58 am
Balasan ke  M Arudin Salim

~
Sdr. Arudin Salim,

Terimakasih untuk kesediaan Anda berbagi pendapt di forum ini.

Menanggapi apa yang Anda sampaikan sbb:
“Tidak ada kebenaran. Yang ada pembenaran bagi setiap manusia yang merasa dirinya paling baik”, lalu bagaimana dengan keyakinan yang Anda pegang? Apakah juga pembenaran dan bukan kebenaran?

Bila semua agama mengajarkan kebaikan, mengapa ajaran yang Anda yakini mengizinkan perceraian dengan mudah meskipun fakta lapangan menunjukkan bahwa praktik perceraian membawa banyak dampak negatif bagi umat manusia? Mungkinkah hal ini dikehendaki oleh Allah? Bagaimana Anda menanggapi hal ini?
~
Yuli

Balas
Tri
4 Agustus 2017 12:26 pm

~
Sampai detik ini saya masih bingung. Mohon penjelasannya, apakah talak yang sudah tiga kali dianggap syah walaupun dilakukan tanpa niat dari hati? Itu dilakukan karena saya dipaksa melakukan seperti itu, sebab ada suatu kesalahan yang pernah terjadi pada saya. Tanpa saya ucapkan hal itum dia terus menyakiti saya. Setelah saya mengucapkannya, dia punya dasar untuk berani pada saya karena merasa sudah bukan istri saya lagi. Tolong penjelasannya. Terimakasih.

Balas
staff
7 Agustus 2017 6:07 am
Balasan ke  Tri

~
Sdr. Tri,

Kami dapat memahami kegalauan Anda dalam menghadapi masalah rumahtangga. Namun sebelumnya, izinkan kami bertanya terlebih dahulu, apakah Anda meyakini bila talak adalah solusi bagi masalah rumahtangga Anda saat ini? Atau Anda memiliki harapan lain yang lebih baik untuk mengatasi masalah rumahtangga Anda?

Silakan hubungi kami via email ke: . Staff kami akan membantu Anda lebih intensif.
~
Yuli

Balas
Badriyanto
23 April 2019 10:57 am

~
Untuk semua yang sudah berkomentar, khususnya staff, silakan berkomentar, sampaikan pendapat saudara, bukan membantah pendapat yang lain, apalagi memancing opini “yang paling benar adalah saya”. Tetap jaga persaudaraan.

Balas
Admin
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita
24 April 2019 11:11 am
Balasan ke  Badriyanto

~
Sdr. Badriyanto,

Kami menghargai saran Anda. Dalam sebuah diskusi, sangat baik bila masing-masing pihak dapat menanggapi apa yang disampaikan rekan diskusinya sepanjang hal tsb tidak keluar dari topik utama. Maka mempertanyakan, meminta konfirmasi, menggali dasar argumentasi dari lawan diskusi tentu menjadi hal yang wajar, bukan? Bukankah tujuannya agar kita melihat kebenaran lebih jelas dan menjalaninya?

Nah, bagaimana pendapat Anda mengenai talak/perceraian? Apakah Anda menyetujui nya sebagao solusi yang baik bagi masalah rumahtangga? Kiranya Anda bersedia menanggapi hal ini lebih jauh.
~
Yuli

Balas
Gane
6 Agustus 2019 10:11 pm

~
Izin untuk berkomentar. Satu hal yang mesti kita sadari bahwa terkadang ada hal-hal yang tidak bisa diubah dalam diri seseorang. Sebagai bukti, orang-orang terbaik di setiap agama sudah berbuat di Bumi. Dan kenyataannya (bahkan di masa masih hidup pun) tidak semua orang berada di jalan lurus yang dibawa.

“Nah, bagaimana pendapat Anda mengenai talak/perceraian? Apakah Anda menyetujuinya sebagai solusi yang baik bagi masalah rumah tangga?”.

Jawabannya bergantung situasi, apalagi jika pasangan sudah sampai pada titik “tidak bisa diubah”. Mungkin di awal semua baik, bahkan mungkin dia bersandiwara sebagai sosok yang baik, namun selanjutnya menunjukkan sisi buruknya yang tidak bisa diubah. Thanks

Balas
Admin
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita
13 Agustus 2019 9:46 pm
Balasan ke  Gane

~
Saudara Gane,

Terimakasih atas tanggapannya. Ya, kami menyadari bahwa terkadang ada hal yang tidak bisa diubah dalam diri manusia. Karena setiap orang mempunyai pilihan masing-masing. Namun ketika seseorang sudah masuk dalam pernikahan harus dapat memegang janjinya dan mengingat kehendak Allah. Firman Allah berkata, “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Injil, Rasul Markus 10:9). Jadi, apapun alasan atau kondisinya, perceraian bukanlah jalan keluar dari permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga.

Tapi kita juga harus ingat bahwa tidak ada yang mustahil di dalam Tuhan, bukan? Sebesar apapun masalahnya, sekeras apapun hati seseorang Tuhan dapat menolongnya. Isa Al-Masih yang penuh kasih akan menolong, menghibur dan memberi kelegaan masalah rumah tangga.

“Marilah kepada-Ku [Isa Al-Masih], semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Injil, Rasul Besar Matius 11:28).
~
Daniar

Balas
Bisman
8 Agustus 2019 11:56 am

~
Kita hidup punya segalahnya, mengapa kita juga harus dibatasi. Di sini kita bisa lihat mana yang lebih baik. Dari situ diadakan hak bagi manusia. Berlebihan itu adalah perbuatan setan. Jadi kesimpulan saya, karena pisah itu lebih baik mengapa juga harus berkumpul dengan setan. Benci bukan berarti marah, makruh bukan berarti haram.

Balas
Admin
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita
14 Agustus 2019 2:13 pm
Balasan ke  Bisman

~
Saudara Bisman,

Menurut kesimpulan saudara “pisah itu lebih baik mengapa juga harus berkumpul dengan setan”, Apa maksudnya? Silakan dijelaskan!

Menurut Ustad Tri Asmoro Kurniawan perceraian berakibat negatif. Antara lain “… kekerabatan yang putus, trauma psikologis yang dalam, anak-anak yang menjadi korban, tudingan miring masyarakat sekitar, hingga hilangnya rasa percaya diri . . .”

Novelis Pat Conroy menulis, “Setiap perceraian adalah satu kematian kecil peradaban dan kebudayaan.” Ahli sosiolog Armand Nicholi III dari Universitas Harvard berkesimpulan: “Perceraian tidak merupakan solusi untuk masalah pernikahan. Perceraian hanya merupakan pergantian masalah-masalah.”
Ini sebagai informasi saja, sehingga dapat saudara renungkan.

Jadi, benarkah bercerai merupakan hal yang lebih baik, atau justru menambah masalah baru?
~
Daniar

Balas
Gane
18 Agustus 2019 4:15 pm

~
Terima kasih saudara Daniar, namun tanggapan saudara bersifat personalia dari agama tertentu, tidak dapat diterima oleh yang memiliki iman berbeda. Saya coba membawa suasana nyata dalam diskusi ini. Saya ulangi, orang-orang terbaik di setiap agama sudah berbuat di Bumi. Dan kenyataannya (bahkan di masa masih hidup pun) tidak semua orang berada di jalan lurus yang dibawa padahal Ia adalah yang paling dekat dengan Tuhan.

Dari sisi manusiawi, kita mesti bersikap realistis. Tapi, orang beragama bertindak berdasarkan arahan Tuhan dalam kitab suci-Nya dan ini sangat bergantung pada pilihan imannya termasuk tentang cerai. Pendapat ilmuwan memang terdengar bijak, tapi sulit untuk melingkupi segala situasi.

Balas
Admin
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita
22 Agustus 2019 5:18 pm
Balasan ke  Gane

~
Saudara Gane,

Sama-sama. Iman berbeda, dapat saudara sebutkan atau jelaskan? Ketika seseorang dikatakan beriman, tentu saja dia membuat pilihan untuk seturut dengan firman Tuhan, bukan? Tapi ketika seseorang membuat pilihan diluar kehendak Allah, jelas dia telah melanggar kehendak Allah. Artinya dia telah membuat pilihan yang salah. Karena ketika berbicara tentang Allah, jelas Allah membenci dosa dan Allah tidak kompromi dengan dosa, bukan? Lagi, apakah kehendak Allah sulit untuk melingkupi segala sesuatu? Bagaimana menurut saudara?
~
Daniar

Balas
Gane
22 Agustus 2019 11:26 pm

~
Saudara Daniar,

Iman berbeda = ajaran agama selain kutipan tanggapan saudara. Perbandingan perbedaan ajaran agama sebaiknya dilihat dari sisi filosofis atau teknis lengkap agama masing-masing.

Lengkapnya baca komentar sebelumnya, ringkasan:
Admin: “Apakah talak itu solusi?”
Saya: Tergantung situasi
A: “Sekeras apapun hati seseorang Tuhan dapat menolongnya” juga “Lagi, apakah kehendak Allah sulit untuk..”
S: Saya ulangi, orang-orang terbaik…
A: Ketika seseorang dikatakan beriman…
S: tergantung pilihan agamanya begitupula kita suci yang ia jalankan (trmasuk prbedaan pandangan terjemahan)

Beruntung jika sosok panutan agama itu jelas mencontohkan interaksi pernikahan, dan akan sulit bagi yang tidak

Balas
Admin
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita
23 Agustus 2019 11:49 pm
Balasan ke  Gane

~
Saudara Gane,

Terimakasih atas tanggapan saudara. Kami mengerti apa yang saudara maksudkan. Memang ada perbedaan ajaran tentang perceraian dalam Al-Quran dan Kitab Suci Allah. Sedangkan mengenai pendapat ilmuwan tentu saja itu hasil penelitian dari dampak perceraian yang telah terjadi.

Untuk itulah kami pada komentar di atas menekankan bahwa ketika berbicara tentang Allah, jelas Allah membenci dosa dan Allah tidak kompromi dengan dosa, bukan? Karena berkenaan dengan topik yang dibahas di ruang ini, halal tapi dibenci Allah. Bagaimana menurut saudara?

Mengenai kenyatakan yang saudara sampaikan bahwa tidak semua orang berada di jalan lurus yang dibawa padahal ia adalah yang paling dekat dengan Tuhan. Itulah bukti bahwa manusia kecenderungannya berdosa dan masih terikat oleh dosa. Mengenai panutan memang perlu, tapi melihat kenyataan seperti yang saudara sampaikan jelas tidak ada panutan yang sempurna, bukan?

Tapi Isa Al-Masih dapat menjadi teladan yang sempurna. Pengorbanan-Nya pada kayu salib menjadi teladan bagaimana suami dan isteri perlu melayani satu sama lain.
~
Daniar

Balas
Gane
24 Agustus 2019 11:47 am

~
Saudara Daniar,

Sampel yang diambil ilmuwan tersebut apakah sudah mengikuti aturan Islam tentang proses (syarat) cerai dan paska cerai sehingga djadikan referensi untuk mempertanyakan talak dalam Islam? Mohon pelajari kembali

Makan udang sebaskom, dosakah? Namun, apakah Allah suka sementara kita seharusnya menjaga kesehatan? Bahkan itu halal tapi.., bukan pernyataan Al-Quran. Poin saya bukan kecenderungan berbuat dosa, tapi keterbatasan mempengaruhi orang lain termasuk pasangan sendiri. Sehingga saya bilang “tergantung”.

Panutan yang saya maksud tentu saja pembawa ajaran itu yang paling mengerti agama tersebut. Muhammad jelas mencontohkan kehidupan pernikahan tanpa perlu menduga-duga. Begitu pandangan saya.

Balas
Admin
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita
30 Agustus 2019 12:50 pm
Balasan ke  Gane

~
Saudara Gane,

Cobalah baca lagi dan renungkan dampak negati perceraian menurut Ustad Tri Asmoro Kurniawan. Juga kesimpulan Ahli sosiolog Armand Nicholi III tentang perceraian. Apakah saudara sudah menikah? Pernikahan bukan masalah seorang pribadi saja tetapi juga menyangkut pasangan dan anak, bila sudah memiliki.

Kalau menurut kami tentu saja berdasarkan firman Allah, apapun alasannya perceraian bukanlah solusi. Tetapi justru melanggar kehendak Allah.
“Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel” (Kitab Nabi Maleakhi 2:16).

“pasangan sudah sampai pada titik ‘tidak bisa diubah’”. Apakah saudara tidak percaya akan kuasa Allah? Bukankah tidak ada yang mustahil di dalam Allah?
Sekali lagi kami sampaikan sebesar apapun masalahnya, sekeras apapun hati seseorang Allah dapat mengubahnya, bukan?
~
Daniar

Balas
Gane
30 Agustus 2019 2:45 pm

~
Saudara Daniar,

Saya paham mengenai itu. Namun, sungguh tidak bijak jika mengabaikan hubungan kesimpulan dan sampelnya. Pantaskah kegagalan siswa di Sekolah A namun menuntut Sekolah B?

Contoh yang saya berikan sudah jelas menunjukkan tidak ada korelasi pasti “benci” dan “dosa”. Jika landasannya berupa ayat, maka itu hanya berlaku bagi penganutnya.

Saya percaya akan kuasa Tuhan. Tapi saya tidak punya kuasa untuk memaksa Tuhan mengiyakan semua yg saya mau. Dunia punya hukum sebab-akibat. Bahkan Nabi-Nya tidak serta merta bebas dari pembunuhan. Nabi Nuh juga tidak bisa mengubah pendirian anaknya. Mgkn kita perlu lebih bijak dalam memahami suatu ayat. Begitu pandangan saya.

Balas
Admin
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita
3 September 2019 12:32 pm
Balasan ke  Gane

~
Saudara Gane,

Apakah yang sudah saudara pahami? “Mengabaikan hubungan kesimpulan dan sampelnya.” Bisa dijelaskan maksudnya?

Seperti yang kami sampaikan kami menggunakan ayat firman Tuhan. Sebagai landasan yang berasal dari Allah, dimana Allah merancangkan itu untuk kebaikan manusia. Kami kira saudara juga beriman pada Taurat dan Injil, bukan?

Saudara Gane, Allah tidak kompromi dengan dosa, Allah membenci dosa, bukan? Masakah Allah membenci kebenaran? Bagaimana menurut saudara?
~
Daniar

Balas
Gane
3 September 2019 4:49 pm

~
Saudara Daniar,

Andai saudara paham bahwa minum air pun beresiko yang bahkan bisa mematikan jika tersedak dan masuk paru-paru. Begitu pula konsumsi obat (perumpamaan cerai) yang punya efek samping yang diantaranya ada pasti terjadi. Itu yang saya pahami.

Kesimpulan dan sampel, saya tanyakan kembali “Sampel yang diambil ilmuwan tersebut apakah sudah mengikuti aturan Islam tentang proses (syarat) cerai dan paska cerai sehingga dijadikan referensi untuk mempertanyakan talak dalam Islam?”

QS 5:46 menyebutkan Taurat dan Injil adalah petunjuk bagi umat terdahulu. Maka Muslim tidak akan percaya jika sudah ada perubahan. Bukankah Injil juga berubah mengenai Hukum Seremonial?

Mohon jawab tentang udang sebaskom itu.

Balas
Admin
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita
12 September 2019 4:01 pm
Balasan ke  Gane

~
Saudara Gane,

Menurut kami perumpamaan itu lebih tepat sebagai perumpamaan pernikahan. Bukankah setiap pernikahan pasti ada permasalahan. Tapi perceraian bukan solusinya. Pernikahan bukan masalah seorang saja, tapi menyangkut pasangan dan anak (bila sudah punya). Apakah saudara paham itu, bagaimana menurut saudara?

Kesimpulan ilmuwan adalah dampak negati dari perceraian. Bukankah apapun aturan dan prosesnya perceraian tetap berdampak negatif. Seperti yang disampaikan Ustad Tri Asmoro Kurniawan. Bagaimana menurut saudara?

“Makan udang sebaskom”, alias rakus, bukan? Dalam kesehatan saudara tahu itu tidak benar, bukan? Demikian Allah melarang makan berlebihan. Allah mengajarkan makanlah secukupnya. “makanlah secukupnya, jangan sampai engkau terlalu kenyang dengan itu,” (Kitab Amsal 25:16). Demikian Isa Al-Masih mengajarkan dalam berdoa, “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Injil, Rasul Besar Matius 6:11). Bagaimana menurut Al-Quran rakus itu berdosa tidak?
~
Daniar

Balas
Gane
13 September 2019 10:20 am

~
Saudara Daniar,

Cerai umpama obat karena perlu aturan tepat agar manfaat lebih besar dibanding efek samping. Sehingga tak berakhir seburuk “penyalahgunaan”. Kalau mau menyalahkan talak dalam Islam, maka pilihlah sampel yang sesuai. Sungguh sangat baik untuk menyarankan hindari cerai, tapi akan salah jika menjadi “anti cerai”. Jngan haramkan yang halal karena ada saatnya itu dibutuhkan.

Menjadi pengikut Isa di masa itu akan berhadapan dengan kematian, menikah dengan pasangan dengan tingkat iman yang demikian, keburukan apa yang mungkin terjadi sehingga perlu bercerai.

Jika demikian, orang gemuk berarti pendosa karena berlebihan. Bagi binaraga yang perlu protein banyak, itu tidak rakus. Islam mengajarkan Halalan Thayyiban

Balas
Admin
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita
25 September 2019 11:01 am
Balasan ke  Gane

~
Saudara Gane,

Bila kita mengacu pada firman Allah maka harus anti cerai, karena Allah melarang perceraian. “Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel” (Kitab Maleakhi 2:16). Lagi Firman Allah berkata, “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Injil, Rasul Markus 10:9).

Perlu kita ketahui bahwa Allah menciptakan pernikahan untuk tujuan yang mulia, yaitu pembentukan keluarga dimana di dalamnya ada interaksi kasih antar anggota. Sayangnya, manusia meremehkan pernikahan. Tanpa memperhatikan tujuan mulia Allah dan bagaimana memilih jodoh yang Allah kehendaki, manusia seringkali menikah karena nafsunya semata. Saat badai rumahtangga datang, dengan mudah manusia ingkar terhadap apa yang telah diputuskannya. Jadi permasalahannya adalah hati manusia dikuasai dosa. Bagaimana menurut saudara?
~
Daniar

Balas
Gane
25 September 2019 11:05 pm

~
Saudara Daniar,

Kitab Maleakhi 2:16 yang merupakan Perjanjian Lama, menyebut “Perceraian dibenci”, namun Musa memfasilitasinya dan dibolehkan (Matius 19:7-8) dimana keduanya berlaku bersamaan di masa sebelum kelahiran Isa. Menurut saya, sejak inilah ungkapan “Halal, tapi dibenci” karena saudara tidak akan mendapatinya dalam Al-Quran. “Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya” (Matius 5:31). Matius 5:32 yang menjelaskan sebab cerai berupa “Zinah”, tanpa diikuti ungkapan yang membatalkan ayat sebelumnya padahal ada kata “Aku” disitu. Bukankah itu tanda boleh?
Bagaimana perkara “gemuk” itu? Perlukah menseleksi pemuka agama berdasarkan berat badan?

Balas
Admin
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita
2 Oktober 2019 12:05 pm
Balasan ke  Gane

~
Saudara Gane,

Seperti yang kami jelaskan sebelumnya bahwa ketetapan Allah tentang pernikahan adalah pernikahan monogami dan tidak bercerai. “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Taurat, Kitab Kejadian 2:24). Allah membenci perceraian (Maleakhi 2:16). Kemudian ditegaskan kembali oleh Isa Al-Masih dalam Injil Matius 19:6.

Nah, mengapa pada zaman Musa boleh bercerai? Apakah Allah mengubah ketetapan-Nya? Tidak! Allah tidak mengubah dari awal hingga zaman Isa Al-Masih (Injil) tetap. Lalu mengapa ada perceraian atau Musa memerintahkan memberi surat cerai? Perhatikan jawaban Isa, “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. (Injil, Rasul besar Matius 19:8). Artinya perceraian itu terjadi bukan karena diperbolehkan tetapi karena keputusan orang itu sendiri. Dengan kata lain orang tersebut telah melanggar ketetapan Allah mengenai pernikahan. Apakah dari sini saudara sudah mendapatkan pengertian itu?

Mengenai rakus jelas dalam Kitab Suci Allah itu tidak benar (dosa). Sedangkan gemuk, menurut saya bukan karena banyak makan dengan porsi yang banyak (sebaskom), tetapi karena sering makan. Bayangkan makan udang sebaskom, yang ada akan sakit perut diare, muntah, dll. Jadi tidak akan menjadikan gemuk justru akan sakit, bukan?
~
Daniar

Balas
Gane
2 Oktober 2019 6:52 pm

~
Saudara Daniar,

Kita sepakat bahwa ketetapan bisa berubah seperti Kristen saat ini memandang Hukum Seremonial. Ada berbagai Kitab, berhubung saya tidak paham masa berlakunya, maka saya menganalisis satu Kitab. Hubungan Matius 5:31 dan Matius 19:8, jelas bahwa tindakan Musa berdasarkan Firman Tuhan dan bukan keputusan pribadi. Siapakah “Aku” dalam ayat berikutnya yaitu 32 dan 9 yang tidak membantah (melarang) isi ayat sebelumnya dan menjelaskan sebab cerai berupa “Zinah”?

Sebaiknya saudara pelajari dahulu ilmu gizi. Gemuk itu pertanda adanya kelebihan asupan dibandingkan kebutuhan. Saya ulangi, binaragawan butuh banyak protein. Juga, mohon pelajari pola makan pesumo. Apakah mereka itu pendosa?

Balas
Admin
Staff Isa Islam dan Kaum Wanita
9 Oktober 2019 10:39 pm
Balasan ke  Gane

~
Saudara Gane,

Apa yang saudara pertanyakan mengenai perceraian sudah kami jelaskan berulang-ulang. Untuk itu silakan baca kembali baik-baik penjelasan kami di atas.

Mengenai makan udang sebaskom. Kami juga sudah memberikan penjelasan. Kami yakin saudara mengerti ilmu gizi, bahkan saudara menjelaskan itu tidak baik bagi kesehatan, bukan?

Terimakasih atas partisipasi saudara dalam memberikan komentar di ruang ini.
~
Daniar

Balas

Sidebar Utama

Artikel Terbaru

  • Dosa Membuka Aurat! Bagaimana Muslimah Menyikapinya?
  • Benarkah, Menurut Agama Islam, Mayoritas Wanita Penghuni Neraka?
  • Muslimah Iran Mencari Ketenangan Batin dan Akhirnya Terpenuhi!
  • Kisah Muslimah: Kedudukan Wanita Dalam Islam Tidak Setara!
  • Kisah Siti Fatimah: Perjuangan Muslimah Mencari Surga

Artikel Terpopuler Bulan Ini

  • Dosa Membuka Aurat! Bagaimana Muslimah Menyikapinya?
  • Benarkah, Menurut Agama Islam, Mayoritas Wanita Penghuni Neraka?
  • Muslimah Iran Mencari Ketenangan Batin dan Akhirnya Terpenuhi!
  • Pandangan Islam Dan Kristen Perihal Anak Dalam Pernikahan
  • Kisah Muslimah: Kedudukan Wanita Dalam Islam Tidak Setara!

Artikel Yang Terhubung

  • Alasan Muslimah India Menentang Talak
  • Isteri Boleh Dipukul, Ajaran Manusia Atau Kitab Allah?
  • Apakah Kitab Allah Mengajarkan Poligami?
  • Poligami, Hawa Nafsu Atau Berkah Allah?
  • Benarkah Memukul Isteri Dalam Islam Merupakan Perintah…

Renungan Berkala Al-FAtihah

Apabila Anda ingin menerima renungan singkat setiap minggu, silakan menekan tombol di bawah ini

Renungan Berkala Isa Dan Al-Fatihah

Renungan Berkala Wanita

Apabila Anda ingin menerima renungan singkat Isa Dan Kaum Wanita setiap minggu, silakan menekan tombol di bawah ini

Renungan Berkala Isa Dan Kaum Wanita

Footer

Hubungi Kami

Apabila Anda memiliki pertanyaan / komentar, silakan menghubungi kami dengan menekan tombol di bawah ini.

Hubungi Kami

Menu

  • Maksud Situs Ini
    • Kebijakan Privasi
    • Tentang Kami
    • Kaum Wanita, Isa, Dan Al-Fatihah
    • Renungan Singkat Isa, Islam dan Kaum Wanita
    • Kebijakan dalam Membalas E-Mail
  • Jalan ke Surga
    • Jalan Ilahi Menuju Ke Surga
    • Doa Keselamatan
    • 4 Hal Yang Allah Ingin Anda Ketahui
  • Topik Lain

Social Media


Facebook

Twitter

Instagram

YouTube

App Isadanislam
Hak Cipta © 2009 - 2023 Dialog Agama Isa Islam Dan Kaum Wanita. | Kebijakan Privasi |
Kebijakan Dalam Membalas Email
| Hubungi Kami

wpDiscuz