Joko memiliki ayah yang sangat kasar. Hampir setiap hari dia menyaksikan ayahnya memukul ibunya, Joko, dan saudara-saudaranya. Hal ini membekas di benak Joko sehingga ia juga sering berlaku kasar terhadap istrinya.
Suami yang memiliki ayah kasar sering melampiaskan dendamnya di masa lalu pada istri. Mungkin Anda pernah mengalaminya. Atau mungkin Anda sedang mencari tahu bagaimana sikap suami terbaik terhadap istri.
Pada era modern ini, seorang suami seharusnya malu bila sering memukul istrinya. Pukulan tidak hanya melukai istri secara fisik, melainkan juga secara emosi. Komunitas dan sosialisasi masyarakat tidak bisa menoleransi kekerasan.
Tetapi, bagaimana ajaran agama tentang hal ini? Bagaimana seharusnya sikap suami terhadap istri?
Sikap Suami Terhadap Istri dalam Injil dan Al-Quran
Suami adalah kepala keluarga. Anggota keluarga harus menghormatinya, termasuk istri. Namun, bukan berarti suami dapat memperlakukan istrinya sesuka hati, termasuk berlaku kasar.
Kitab Suci Injil menjelaskan, “Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia” (Injil, Surat Kolose 3:19). Demikianlah seharusnya seorang suami mengasihi istrinya!
Sayangnya, Nabi Islam mengubah ajaran tersebut dalam kitab sucinya dengan ajaran yang mengizinkan suami memukul istri. “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya” (Qs 4:34).
Selain itu, semasa hidupnya Nabi Islam pernah memukul Aisyah, istrinya. Dengan tujuan untuk mendisiplinkan Aisyah karena telah memata-matai istrinya yang lain.
Istri Adalah Penolong Suami
Sering kita mendengar ungkapan “di balik seorang suami sukses, ada istri yang hebat.” Artinya, seorang istri mempunyai peranan penting dalam menunjang keberhasilan suami. Dengan kata lain, istri mempunyai peranan sebagai penolong bagi suami.
Lebih daripada itu, Kitab Suci berkata bahwa Allah tidak akan menerima doa dari suami yang memperlakukan istrinya semena-mena. “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang” (Injil, Surat 1 Petrus 3:7).
Istri harus menghormati suami, demikian juga suami harus menghormati istrinya sebagai ahli waris. Di mata Isa Al-Masih, pria dan wanita harus sama-sama dihargai, sebagaimana yang tertulis dalam Injil, Surat Galatia 3:28.
“Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus [Isa Al-Masih].”
Sebagai umat beragama, kita harus menaati Firman Allah. Perlakukanlah istrimu dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang sebagaimana yang telah disampaikan Isa Al-Masih!
Para Suami Perlu Mengikuti Teladan Isa Al-Masih
Jadi, bagaimana seharusnya para suami memperlakukan istrinya ketika istri bersalah? Suami dapat meneladani Isa Al-Masih. Isa menegur orang yang berdosa dengan penuh kasih dan lemah lembut serta mengampuninya.
Isa juga memanggil suami yang terluka agar datang kepada-Nya dan mengampuni kekerasan ayah di masa lalu. “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu” (Injil, Surat Efesus 4:32).
Kita mengampuni orang lain karena Allah sudah mengampuni kita. Kita hanya dapat mengampuni ayah kita yang kasar jika kita menyadari bahwa Isa sudah mengampuni kita yang penuh dosa. Tidak ada manusia yang sempurna. Semua pasti berbuat dosa.
Suami dapat mengasihi istri yang bersalah hanya jika sungguh-sungguh percaya kepada Isa. Sebab Isa adalah sumber kasih dan pengampunan. Tanpa kekuatan dari Sang Sumber, kita pasti gagal.
Maukah Anda datang kepada Isa dan menyerahkan hidup Anda? Jangan mengulangi siklus kekerasan ini, tapi bagikanlah kasih dan pengampunan Allah.
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut
- Bagaimana pendapat Saudara tentang perlakuan kasar suami terhadap istri akibat kekerasan di masa lalu?
- Mengapa Nabi Islam mengizinkan suami memukul istri?
- Menurut Saudara, bagaimana cara menyikapi konflik dalam pernikahan?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah
Artikel Terkait:
- Isteri Boleh Dipukul, Ajaran Manusia Atau Kitab Allah?
- Dipukul Suami Menyakiti Hati, Bukan Fisik
- Faktor Sosial dan Agama Penyebab Kekerasan Dalam Rumah Tangga
[Staf Isa dan Islam – Setiap suami wajib memperlakukan istrinya dengan lemah lembut. Bahkan suami dan istri perlu datang kepada Isa Al-Masih untuk mencari kelegaan untuk jiwa.]
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS/WA ke: 0812-8100-0718
Apabila Anda memiliki keinginan untuk didoakan, silakan mengisi permohonan doa dengan cara klik link ini.
*
Kita doakan saja pengurus staff mendapat pencerahan dari Allah Tuhan seluruh semesta alam. Karena berdialog dengan orang tidak berilmu sama saja nol, sudah salah masih ngeyel. Terus kalau sudah jelas salahnya komentar kita malah di hapus.
~
Saudara Dengan hati,
Terima kasih sudah memberi komentar pada situs kami.
Mengapa komen teman-teman ada yang kami hapus? Silakan Saudara dapat melihat kembali aturan memberi komentar yang telah kami buat di atas.
Demikian pada kolom ini yang menjadi pokok utama artikel di atas adalah mengasihi istri. Apakah menurut saudara suami Islam maupun Kristen mengasihi istrinya adalah salah?
~
DA
~
Salam Sejahtera pada Staf IDI dan seluruh yang bergabung dalam website ini. Terima kasih kami ucapkan pada staf dan pengguna situs ini yang membuat saya semakin mengerti tentang yang selama ini belum dimengerti.
~
Saudara Mulyadi,
Terima kasih sudah berkenan mengunjungi dan memberi komentar di website kami. Kami sangat bersyukur bila situs ini sangat bermanfaat dan menjadi berkat bagi Saudara Mulyadi.
Bila tidak keberatan, silakan bagikan sukacita atau berkat yang sudah Saudara Mulyadi terima di sini.
Isa Al-Masih masih terus mengundang orang-orang yang berbeban berat untuk datang kepada-Nya. Ia akan memberi kelegaan untuk jiwa!
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Injil, Rasul Besar Matius 11:28).
~
Daniar
~
Teladan itu perbuatan. Bagaimana mau jadi teladan kalau Yesus tidak pernah punya istri dan tidak pernah jadi suami. Salah kalau anda membandingkan Yesus dengan Muhammad. Karena Yesus itu (menurut anda) adalah Tuhan, sedangkan Muhammad itu hanya manusia biasa yang menjadi nabi!
~
Saudara Usil,
Kami sependapat dengan saudara, teladan itu perbuatan.
Mari kita perhatikan bersama teladan perbuatan Isa Al-Masih yang dapat kita terapkan dalam hidup rumah tangga.
1. Isa Al-Masih adalah Pribadi yang setia. “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Injil, Surat Filipi 2:8). Isa Al-Masih dengan setia melakukan karya keselamatan bagi umat manusia. Teladan apakah yang dapat kita ambil, dalam pernikahan kita harus setia pada pasangan kita sampai mati.
2. Isa Al-Masih mengasihi jemaat. “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya” (Injil, Surat Efesus 5:25). Teladan apa yang dapat kita ambil, tidak berlaku kasar pada istri, bila ada masalah diselesaikan dengan baik, menasehati dengan penuh kasih. Dan masih banyak lagi.
Saudara Usil benar, Yesus adalah Tuhan. Sedangkan mengenai Muhammad, saudara dapat membacanya di sini: http://tinyurl.com/cj969my. Saudaraku, kami tidak sedang membandingkan Pribadi Yesus dengan Muhammad, tetapi mengenai ajarannya memperlakukan istri.
~
Daniar
~
Sebelum mencemooh sesuatu, sebaiknya kita berkaca dahulu. Gajah di depan mata tidak terlihat, kutu di seberang lautan terlihat jelas.
~
Sdr. Isa nabi kami,
Teguran Anda sangat bijak. Karena itu, dapatkah Anda membantu kami menunjukkan kalimat manakah dalam artikel atau komentar kami yang mencemooh sesuatu? Juga, apakah yang kami cemoohkan?
Menurut Anda, ketika kita melakukan kesalahan atau konsep yang kita anut salah dan kemudian firman Allah mengoreksi kita untuk kembali ke jalan-Nya, patutkah kita berprasangka buruk terhadap Allah? Bukankah ini hanyalah sikap pembelaan ego yang justru merugikan diri sendiri?
Mari, pertimbangkan ulang.
~
Yuli
~
Saya mau bertanya, apa betul ada Injil Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama? Jangan-jangan ada juga Tuhan baru dan lama. Mohon pencerahannya.
~
Tidak betul, Sdr. Botek!
Tidak ada Injil Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Yang ada adalah kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yang semua terangkai dalam satu buku bernama Alkitab (Bible). Injil termasuk dalam kitab Perjanjian Baru. Selengkapnya, silakan baca artikel berikut: http://tinyurl.com/cwt5kny.
~
Yuli
~
Ada Nasrani yang mampu menjawab: Kalau Yesus sudah turun untuk menyucikan, menyelamatkan, dan menebus manusia dari dosa, maka kalian sudah tidak perlu hukum apa pun lagi karena kalian sudah terbebas dari dosa dan tinggal masuk ke dalam surga. Kalau itu yang terjadi, lantas untuk apa gunanya Alkitab?
Ketuhanan Yesus hanya menjadi dogma di dalam Alkitab. Roh kudus pun mereka kenal karena ditulis di dalam Alkitab. Nasrani percaya (beriman) kepada tulisan Paulus. Mereka pengikut dogma Paulus.
~
Sdr. Usil,
Pengorbanan Yesus bukan hanya berdampak pada pengampunan dosa dan jaminan keselamatan kekal, tapi juga pembaruan hati dan hidup umat tebusan-Nya. Dari hamba dosa menjadi hamba kebenaran yang tunduk pada Hukum Kasih Isa Al-Masih. Inilah firman Allah bagi umat tebusan Isa Al-Masih: “Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran” (Injil, Surat Roma 6:18).
Roh Kudus nyata berkarya dalam diri pengikut Isa Al-Masih, terbukti saat mereka mampu mencerna dengan baik dan mempraktikkan ajaran kasih Isa Al-Masih. Salah satunya hidup mengasihi istri seperti isi artikel di atas.
Roh Kudus tentu saja tidak Anda rasakan karena Anda menolak keilahian Isa yang adalah Allah Tritunggal yang esa dalam kesatuan kekal bersama Bapa dan Roh Kudus. Itulah sebabnya Anda tidak mampu melihat kebenaran.
~
Yuli
~
Islam agama kedamaian senantia mementingkan kesejahteraan kepada umat umatnya. Islam juga agama yang cukup sempurna meliputi bidang akhlak ekonomi kepimpinan ketenteraan kehakiman dan lain-lain.
~
Dalam beberapa hal memang Islam tampak seperti begitu memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan umatnya. Tapi jika kita mempelajari Islam lebih mendalam, kami tidak melihat ajaran Islam seperti itu.
Contohnya: Islam percaya Allah maha pengasih. Tapi mengapa Islam mengajarkan membunuh atau menganiaya orang-orang yang menolak agama Islam?
Contoh lain, Islam mengatakan bahwa Allah begitu mengasihi umat-Nya. Tapi mengapa Islam mengajarkan diskriminasi terhadap wanita?
Terutama dalam hal-hal yang berhubungan dengan soal pernikahan. Kami tidak melihat bahwa agama Islam merupakan agama yang mementingkan kesejahteraan umatnya.
~
Saodah
~
Berbagai cara untuk mengkristenkan umat Islam dari zaman dahulu hingga sekarang, mulai dari mie Instan, pacari hamili, dengan hipnotis dan cara lain. Apakah segitunya nafsu untuk mengkristenkan Umat Islam? Di bayar berapa oleh … ?
Beda dengan Islam dakwah dengan keikhlasan di ajari ilmunya secara Ilmiah dan dipersilahkan untuk memilih jalannya bagi orang yang telah di dakwahi. Kalau ini namanya tipu-tipu, menggiring orang yang awam sehingga masuk jebakan lalu dicuci otaknya. ini licik
~
Saudara Fadf,
Tidak bisa dipungkiri bahwa sejak zaman dahulu umat Islam memiliki paradigma negatif mengenai umat Nasrani. Namun kami yakin ada saudara Muslim yang memiliki hati dan pikiran yang terbuka dan bisa melihat bahwa apa yang kami sampaikan adalah berdasarkan fakta yang ada dan bukan tipu daya.
Siapapun bebas memilih apa yang hendak diyakininya. Tapi apakah yang diyakini adalah Kebenaran Allah atau kebenaran manusia? Alangkah baiknya jika apa yang dipilih adalah kebenaran Allah yang sejati.
~
Noni
~
Nusyu dalam bahasa Arab berarti durhaka. Nusyu sebagai bentuk kedurhakaan atau ketidakpatuhan yang didasarkan rasa benci kepada pasangannya termasuk perselingkuhan atau mengkhianati perjanjian per kawinan. Hukum seorang suami memukul istri dalam Islam tidak diperbolehkan, bahkan dosa bila memukul istri tanpa ada sebab yang dibenarkan oleh syariat. Jadi bukan kayak istri yang dituntut karena mengingatkan suami mabuk di kaum kalian.
~
Saudara Didi,
Baik sekali penjelasannya, berarti Anda setuju tidak boleh melakukan kekerasan kepada istri. Tetapi kami melihat bahwa ada peluang untuk umat Islam memukul istri, sebab menurut saudara, tidak boleh dipukul kalau tidak ada sebab. Jadi jika ada “sebab” boleh dipukul. Dan dengan cara seperti itu maka dapat dipahami bentuk pemukulan bisa diekspresikan seperti apapun. Pemukulan secara fisik dengan keras atau pemukulan secara jiwa dengan cara menduakannya atau poligami.
Lihatah apakah benar Allah yang suci dan baik itu mengizinkan tindakan-tindakan seperti itu? Kami melihat hal itu bertentangan dengan sifat moralitas Allah. Ajaran Isa Al-Masih berkata: “Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.” (Injil, Surat Efesus 5:33).
~
Noni
~
Memukul bukan untuk menyakiti. Dan hanya berlaku untuk pelanggaran seperti selingkuh. Ayat itu masih asli bahasa Arab bisa diketahui sendiri makna per kata. Yang jelas, syarat suami Muslim tidak boleh kafir.
~
Saudara Dika,
Tampaknya saudara juga setuju bahwa tindakan kekerasan terhadap istri itu tidak pantas. Hanya saja memang kenyataanya Islam memberikan peluang kekerasan kalau ada alasan atau tuduhan. Jadi pada akhirnya kekerasan terhadap istri menurut Islam diizinkan karena alasan tertentu.
Bandingkan dengan ajaran di dalam Isa Al-Masih “Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.” (Inji, Surat Efesus 5:33). Saudara dapat melihat perbedaan yang sangat besar sebab di dalam Isa Al-Masih istri harus dikasihi seperti diri suami itu sendiri. Karena kasih itulah mereka sehidup semati. Berbeda dengan Islam, yang menganjurkan para suami berpoligami. Dalam hal ini para pria dalam Islam memiliki keistimewaan yang menguntungkannya. Jadi manakah dari kedua ajaran ini yang bermoralitas?
~
Noni
~
Dengan mengutip Al-Quran, bukan berarti anda paham Al-Quran. Sebab kalau bisa demikian, mestinya anak sekolah tidak perlu ke sekolah untuk belajar. Cukup beli buku pelajaran, gak usah ikut ujian, dan ia berhak minta Ijazah kelulusan. Bukankah dia sudah bisa membaca buku pelajaran itu? Iya kan. Coba praktek. Apakah anda bisa peroleh ijazah dari sekolah tersebut.
~
Saudara Sayonara,
Terimakasih tanggapannya. Kmai memang bukan ahli Kitab Al-Quran. Namun kami sangat senang mempelajari Al-Quran. Jika Al-Quran adalah Firman Allah, tentu Allah memberikan Firman-Nya untuk dapat dipahami oleh umat-Nya, bukan? Allah tentu tidak akan membuat Firman-Nya menjadi sulit untuk dipahami sehingga membutuhkan ahli untuk umat-Nya bisa mengerti Firman-Nya.
Tentu tidak salah umat Muslim memperdalm Al-Quran dengan belajar dari para ahli Kitab. Namun Allah memberikan manusia akal dan hati untuk dapat memahami Firman-Nya. Alangkah baiknya jika kita memohon tuntunan Allah sambil mempelajari Firman-Nya agar kita menemukan Kebenaran Allah yang sejati.
~
Noni
~
Memukul di sini maksud dalam Al-Qur’an bukan menyakiti badan istri (menganiaya), tetapi memukul meja, kursi atau benda semisalnya dengan maksud menasihati agar didengar.
~
Rizki Ana,
Saya dapat memaklumi upaya Anda untuk menutup-nutupi kebenaran sesungguhnya. Konteks kata “mereka” yang terdapat dalam Qs 4:34 adalah istri, bukan meja, kursi atau benda lain. Jelas, ini adalah upaya mengaburkan arti ayat itu sebenarnya.
Isa Al-Masih mengajarkan untuk menyayangi istri karena hal itu sesuai dengan sifat Allah yang maha pengasih dan penyayang. Isa Al-Masih mewahyukan dalam kitab suci Injil, “Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia” (Injil, Surat Kolose 3:19).
Bukankah ini ajaran yang sesuai dengan sifat Allah? Hanya Isa Al-Masih yang dapat mengubah dan membuat manusia mempunyai kasih yang tulus pada isteri. Maukah Anda mengenal Isa Al-Masih lebih lanjut?
~
Solihin
~
Ajaran agama samawi yang dibawa oleh Nabi Ibrahim alayhis salam membolehkan seorang suami memukul istrinya dengan tujuan mendidik istri. Yang dimaksud memukul disini adalah tindakan yang berapa terapi psikis yang didalamnya tersirat larangan akan tindakan (penyimpangan) yang dilakukan istri. Ada pun di Biblos (kitab rujukan orang kafir Kristen) metode pendidikan rabbaniyyah (yang berasal dari Tuhan) tersebut dihapus. Karena sejatinya biblos adalah 100% kitab buatan tangan manusia. Orang Kristen memang tidak punya kitab suci.
~
Saudara Odez Demono,
Kami tidak heran apabila dalam konsep Islam istri layak dipukul. Dipukul karena persepsi pria yang menilai istri menyimpang. Dalam hal ini memang Islam melihat wanita dalam status rendah, wanita dianggap sebagai potensial menyimpang dan potensial untuk dipukul secara fisik.
Situasi ini menempatkan wanita tidak memiliki daya, dan para pria yang serong secara subjektif dapat memperlakukan istrinya dengan kasar dan mempersalahkannya begitu saja. Apakah menurut saudara para pria itu sempurna dan berhak menjadi hakim atas istrinya? Lalu bagaimana perasaan para wanita yang tercipta sebagai wanita tanpa bisa memilih, mengetahui ajaran Allah Islam seperti ini, apakah ini cukup adil bagi mereka?
~
Noni
~
Min, apa penjelasan trinitas itu yang ada di Bible? Seperti apa penjelasannya coba? Kenapa kalian suka membuat penafsiran sendiri? Coba aku mau lihat ayat atau apa dimana penjelasannya bahwa 3 adalah 1 atau 1 adalah 3 begitu?
~
Saudara Johan,
Terimakasih untuk pertanyaan yang baik sekali. Pertama,kita harus melihat ada perbedaan antara Allah dengan manusia. Allah adalah sempurna, Dia Pencipta; dan manusia tidak sempurna, yang diciptakan.
Kedua, Allah memberikan diri-Nya untuk dikenali oleh manusia yang tidak sempurna, jadi Allah menggunakan otoritas-Nya untuk mengambil jalan dapat dikenal manusia, dengan bahasa manusia dengan seluruh konteks manusia. Contohnya 3 adalah 1 dan 1 adalah tiga.
Bagaimana kita dapat memahami hal itu? Kita dapat memahami bukan dengan perhitungan matematis sebab Allah Tritunggal bukan matematis. Lalu kita dapat menghitungnya dengan perhitungan yang lain yaitu perhitungan rohani atau iman. Keberadaan Allah itu sendiri, juga bagi Islam, merupakan keyakinan iman. Kita menggunakan perhitungan iman sebab Allah Tritunggal itu terlalu luas dan terlalu dalam. Pengetahuan kita seperti seujung jarum diatas lautan. Jadi milikilah iman dan saudara akan mengenal Allah Tritunggal yang benar.
~
Noni
~
Kalian omong seolah – olah isi Bible itu betul. Amsal 8:22-31, yang berbunyi, “TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya dan seterusnya…”. Sekarang, Yesus Tuhan atau ciptaan? Jadi, intinya, jalan keselamatan kalian itu belum bisa dibuktikan valid dengan kitab yang ada karena isinya simpang siur.
~
Saudara Johan,
Kami memahami kesulitan saudara dan kami sependapat bahwa Tuhan bukan diciptakan. Tuhan sudah ada dengan sendirinya dari kekekalan hingga kekekalan. Tentu saja Amsal yang saudara maksud bukanlah sebagaimana saudara memahaminya.
Bukti bahwa Isa Al-Masih bukan ciptaan misalnya dalam Qs 3:45, dikatakan pada ayat tersebut bahwa Isa Al-Masih terkemuka di dunia dan di akhirat. Jadi berapa lama seorang menjabat kedudukan sebagai yang terkemuka di dunia dan di akhirat? Tentulah kekal. Jadi Isa Al-Masih sebagai yang terkemuka di dunia dan di akhirat adalah kekal. Dia ada dari kekekalan hingga kekekalan.
~
Noni